Pendahuluan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap COVID-19 pada warga Kelurahan
Kebun Keling di Puskesmas Pasar Ikan Bengkulu Periode 12 Mei– 12 Juni 2020
Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu mengetahui pengetahuan warga tentang
pengertian COVID-19, penyebab COVID-19, klasifikasi COVID-19, tanda dan
gejala COVID-19, tatalaksana dan pencegahan penularan COVID-19, sikap
terhadap COVID-19 dan perilaku hidup sehat pada warga Kelurahan Kebun
Keling di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Periode 12 Mei – 12 Juni 2020
sehingga dapat memutus mata rantai penularan COVID-19.
2.1 DEFINISI
Coronavirus disease 19 adalah kelompok besar virus yang dapat
menyebabkan penyakit di hewan dan manusia yang disebabkan oleh virus
Severe Acute Respiratory syndrome CoranaVirus (SARS-CoV-2). Beberapa
penyakit-penyakit pada manusia yang ditimbulkan virus dari kelurga
koronavirus adalah selesma, Middle East Respiratory Syndrome (MERS),
severe acute respiratory syndrome, dan penyakit yang dinyatakan pandemik
tertanggal 11 maret 2020 oleh WHO.1
2.2 ETIOLOGI
Berdasarkan sampel hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh WHO
pada pasien yang terkena coronavirus, WHO mengumumkan penyebab
coronavirus disease disebabkan oleh oleh virus Severe Acute Respiratory
syndrome CoranaVirus (SARS-COV-2). virus Severe Acute Respiratory
syndrome CoranaVirus (SARS-COV-2) adalah virus RNA dengan ukuran
partikel 120-160 nm.10 Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di
antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19,
ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus
(SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-
CoV). Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus.11 Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2.11
Gambar 1. Struktur Genom virus, ORP : Open Reading Frame, E: envolpe,
M; Membrane, Nucleocapsid
mampu masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2. Studi tersebut juga
menemukan bahwa SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus
lainnya seperti Aminopeptidase N (APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-
4).13
2.3 EPIDEMIOLOGI
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19
di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi
di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh
China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara
seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja,
Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia,
Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.6
Saat ini sebanyak 29 negara mengonfirmasi terdapatnya kecurigaan
serta terkonfirmasi kasus COVID-19. Per-tanggal 13 Februari 2020,
berdasarkan data terakhir website oleh Center for Systems Science and
Engineering (CSSE) Universitas John Hopkins yang diperbaharui berkala,
data terakhir menunjukkan total kasus lebih dari 60.331 pasien, dengan total
kematian lebih dari 1.369 pasien dan perbaikan lebih dari 6.061 pasien. 7 Saat
ini data terus berubah seiring dengan waktu. Banyak kota di Tiongkok
dilakukan karantina. Kasus-skasus yang ditemukan diluar Tiongkok sampai
tanggal 12 Februari 2020 tercatat ada di 28 negara diantaranya: Amerika,
Thailand, Hong Kong, Prancis, Malaysia, Singapura, Taiwan, Macau, Jepang,
Korea Selatan, Vietnam, Australia, Nepal dan lainnya. 8,9 Kasus-kasus yang
ditemukan di berbagai negara tersebut sebagian besar memiliki riwayat
bepergian ke Wuhan atau berkontak dengan kasus confirmed yang memiliki
riwayat bepergian ke Wuhan. Empat kasus di Singapura merupakan seorang
laki-laki 36 tahun, warga negara Tiongkok Bersama keluarganya datang pada
22 januari dengan tanpa gejala kemudian hari berikutnya mengeluh batuk dan
dikonfirmasi COVID-19 pada tanggal 25 Januari 2020. Laporan terbaru per
tanggal 9 Februari 2020 sudah terdapat 43 kasus terkonfirmasi infeksi
COVID-19 di Singapura. Beberapa diantaranya dilaporkan tidak memiliki
riwayat perjalanan ke Tiongkok. 8,9
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian.6 Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara. Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan
33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi
pusat pandemi COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui
China.7 Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus
COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus
pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru.
Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.6,7 Hingga
saat ini (3 Juni 2020) menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah
28.233 dengan kasus yang sembuh 8.406 dan 1.698 kasus kematian. Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara.6 Penambahan jumlah kasus harian masih beragam
bahkan pernah tembus 1000 kasus per hari. Data ini menunjukkan bahwa
kasus COVID-19 masih tinggi dan cenderung akan meningkat terus.
B. Transmisi
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi
sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.
Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui kontak
erat dan droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Beberapa peneliti
melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada neonatus. Namun,transmisi secara
vertikal dari ibu hamil kepada janin belum terbukti pasti dapat terjadi.
Bila memang dapat terjadi,data menunjukkan peluang transmisi vertikal
tergolongkecil. Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali pusat, dan
air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan negatif.14,15
Gambar 3. Ilustrasi Transmisi Coronavirus14
b. Kasus Sedang
Pasien memiliki gejala seperti demam dan gejala terkait saluran
pernapasan, dsb. Dan manifestasi pneumonia dapat dilihat pada
pencitraan.
c. Kasus Berat
Pasien dewasa yang memenuhi salah satu kriteria berikut: laju
pernapasan ≥ 30 tarikan napas/menit; saturasi oksigen ≤ 93% pada posisi
istirahat; tekanan oksigen parsial arteri (PaO2)/konsentrasi oksigen
(FiO2) ≤ 300 mmHg. Pasien dengan progres lesi > 50% dalam waktu 24
hingga 48 jam dalam pencitraan paru harus ditangani sebagai kasus yang
parah.
d. Kasus Kritis
Memenuhi salah satu kriteria berikut: terjadi gagal napas yang
membutuhkan bantuan ventilasi mekanis; adanya syok; kegagalan organ
lain yang memerlukan pemantauan dan Penatalaksanaan di ICU. Kasus
kritis selanjutnya dibagi menjadi tahap awal, menengah, dan lanjut sesuai
dengan indeks oksigenasi dan kapasitas sistem pernapasan.
Tahap awal: 100 mmHg <indeks oksigenasi ≤150 mmHg; kapasitas
sistem pernapasan ≥30 mL/cmH2O; tanpa kegagalan organ selain
paru-paru. Pasien memiliki peluang besar untuk sembuh melalui
pemberian antivirus aktif, badai anti-sitokin, dan Penatalaksanaan
pendukung.
Tahap menengah: 60 mmHg < indeks oksigenasi ≤100 mmHg; 30
mL/cmH2O >kapasitas sistem pernapasan ≥15 mL/cmH2O; mungkin
terdapat komplikasi akibat disfungsi ringan atau sedang pada organ
lain.
Tahap lanjut: indeks oksigenasi ≤ 60 mmHg; kapasitas sistem
pernapasan <15 mL/cmH2O; konsolidasi kedua paru-paru tidak
memadai dan membutuhkan bantuan penggunaan ECMO; atau
terjadi kegagalan organ vital lainnya. Risiko kematian meningkat
secara signifikan.
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis dini, penatalaksanaan, dan isolasi harus dilakukan sesegera
mungkin. Pemantauan dinamis pencitraan paru, indeks oksigenasi, dan kadar
sitokin sangat membantu untuk identifikasi awal pasien yang mungkin
berkembang menjadi kasus yang parah dan kritis. Hasil positif uji asam
nukleat SARS-CoV-2 adalah standar utama untuk diagnosis COVID-19.
Namun, mengingat kemungkinan hasil negatif salah dalam deteksi asam
nukleat, manifestasi karakteristik dugaan kasus dalam pemindaian CT dapat
dianggap sebagai kasus yang terkonfirmasi, bahkan jika hasil uji asam nukleat
negatif. Isolasi dan pengujian berkelanjutan berbagai macam spesimen harus
dilakukan dalam kasus-kasus seperti ini.16,20
Anamnesis
a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
1) Seseorang yang mengalami:
Demam (≥380C) atau riwayat demam
Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau gambaran
radiologis. (pada pasien immunocompromised presentasi
kemungkinan atipikal)
c. Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi
inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil
konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.
d. Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.
Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya
manifestasi klinis.
Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat.
Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
Dapat disertai retraksi otot pernapasan
Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis
dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi,
suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan
intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian
berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di
kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan
“white-lung” dan efusi pleura (jarang).
Gambaran CT Scan Toraks pasien pneumonia COVID-19 di Wuhan,
Tiongkok
2.8 TATALAKSANA
Saat ini, tidak ada pengobatan yang divalidasi untuk COVID-19. Strategi
utama adalah perawatan simtomatik dan suportif, seperti mempertahankan tanda-
tanda vital, menjaga saturasi oksigen dan tekanan darah, dan mengobati
komplikasi, seperti infeksi sekunder atau kegagalan organ. Untuk saat ini belum
ada vaksin yang tersedia untuk mencegah infeksi 2019-nCoV. Protein lonjakan
dapat berfungsi sebagai kandidat vaksin, tetapi efeknya terhadap manusia
memerlukan evaluasi lebih lanjut.21
Tatalaksana Umum:22
A. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun sedang.
melalui CVC pada tingkat yang dikontrol ketat. Jika CVC tidak
Penelitian yang dilakukan Chen, dkk23 pada 401 penderita SARS yang
diberikan kortiksteroid, 152 di antaranya termasuk kategori kritis,
menunjukkan kortikosteroid dapat menurunkan mortalitas dan waktu
perawatan pada SARS kritis. Dosis yang diberikan adalah dosis rendah-sedang
(≤0.5-1 mg/kgBB metilprednisolon atau ekuivalen) selama kurang dari tujuh
hari. Namun, penggunaan jangka panjang sistemik kortikosteroid dosis tinggi
dapat menyebabkan efek samping yang serius pada pasien dengan ISPA
berat/SARI, termasuk infeksi oportunistik, nekrosis avaskular, infeksi baru bakteri
dan replikasi virus mungkin berkepanjangan. Oleh karena itu, kortikosteroid harus
dihindari kecuali diindikasikan untuk alasan lain.
National Health Commission (NHC) China telah meneliti beberapa obat
yang berpotensi mengatasi infeksi SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa
(IFN-α), lopinavir/ritonavir (LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat
(CLQ/CQ), remdesvir dan umifenovir (arbidol). Selain itu, juga terdapat
beberapa obat antivirus lainnya yang sedang dalam uji coba di tempat lain.24
Walaupun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji
klinis, China telah membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19 dan
pemberian tidak lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan administrasi sebagai
berikut:25
• IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi;
• LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral;
• RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan dengan
IFN-alfa atau LPV/r;
• Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/hari per oral;
• Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/hari per oral.
2.9 PENCEGAHAN
Penanganan Jenazah
Penanganan jenazah dengan COVID-19 harus mematuhi prosedur
penggunaan APD baik ketika pemeriksaan luar atau autopsi. Seluruh prosedur autopsi
yang memiliki potensi membentuk aerosol harus dihindari. Misalnya, penggunaan
mesin gergaji jika terpaksa harus dikerjakan, tambahkan vakum untuk menyimpan
aerosol. Belum terdapat data terkait waktu bertahan SARS-CoV-2 pada tubuh
jenazah.46
Mempersiapkan Daya Tahan Tubuh
Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat memperbaiki daya
tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas. Beberapa di antaranya adalah berhenti
merokok dan konsumsi alkohol, memperbaiki kualitas tidur, serta konsumsi
suplemen.
Berhenti merokok dapat menurunkan risiko infeksi saluran napas atas dan
bawah. Merokok menurunkan fungsi proteksi epitel saluran napas, makrofag
alveolus, sel dendritik, sel NK, dan sistem imun adaptif. Merokok juga dapat
meningkatkan virulensi mikroba dan resistensi antibiotika.47
Suatu meta-analisis dan telaah sistematik menunjukkan bahwa konsumsi
alkohol berhubungan dengan peningkatan risiko pneumonia komunitas.48 ARDS juga
berhubungan dengan konsumsi alkohol yang berat. Konsumsi alkohol dapat
menurunkan fungsi neutrofil, limfosit, silia saluran napas, dan makrofag alveolus.49
Kurang tidur juga dapat berdampak terhadap imunitas. Gangguan tidur
berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi yang ditandai dengan
gangguan proliferasi mitogenik limfosit, penurunan ekspresi HLA-DR, upregulasi
CD14+, dan variasi sel limfosit T CD4+ dan CD8+.50
Salah satu suplemen yang didapatkan bermanfaat yaitu vitamin D. Suatu
meta-analisis dan telaah sistematik menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D
dapat secara aman memproteksi terhadap infeksi saluran napas akut. Efek proteksi
tersebut lebih besar pada orang dengan kadar 25-OH vitamin D kurang dari 25
nmol/L dan yang mengonsumsi harian atau mingguan tanpa dosis bolus.51
Suplementasi probiotik juga dapat memengaruhi respons imun. Suatu review
Cochrane mendapatkan pemberian probiotik lebih baik dari plasebo dalam
menurunkan episode infeksi saluran napas atas akut, durasi episode infeksi,
pengunaan anitbiotika dan absensi sekolah. Namun kualitas bukti masih rendah.
Terdapat penelitian yang memiliki heterogenitas besar, besar sampel kecil dan
kualitas metode kurang baik.52
Defisiensi seng juga berhubungan dengan penurunan respons imun. Suatu
meta-analisis tentang suplementasi seng pada anak menunjukkan bahwa suplementasi
rutin seng dapat menurunkan kejadian infeksi saluran napas bawah akut.53
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien COVID-19 adalah gangguan ginjal akut
(29%), jejas kardiak (23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%).
Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi
intravaskular diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga
pneumomediastinum. Namun komplikasi utama pada pasien COVID-19
adalah ARDS.54
2.11 PROGNOSIS
Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Suatu penelitian
melaporkan tingkat mortalitas pasien COVID-19 berat mencapai 38% dengan
median lama perawatan ICU hingga meninggal sebanyak 7 hari. 55 Peningkatan
kasus yang cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan degan beban pasien
yang tinggi. Hal ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut. 56
Laporan lain menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya
eosinofil rendah diduga menjadi prediktor kesembuhan.57
Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih kontroversial. Studi pada
hewan menyatakan kera yang sembuh tidak dapat terkena COVID-19, tetapi
telah ada laporan yang menemukan pasien kembali positif dalam 5-13 hari
setelah negatif dua kali berturut-turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal
ini kemungkinan karena reinfeksi atau hasil negatif palsu saat pengecekan.58
2.12 Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan (beliefes), takhayul (superstition),
dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan (Knowledge)
juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan
sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.10 Sebagian
besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).10 Karena dari pengalaman dan
penelitian lah pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.10
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan apa yang diketahui tentang suatu
objek tertentu dan setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri–ciri spesifik mengenai
apa (ontology), bagaimana (epistemology) dan untuk apa (aksiology) pengetahuan
tersebut.10
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :
1. Tahu (Know) : tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (Comprehension) : memahami suatu objek bukan
sekedar tahu terhadap objek tersebut, juga tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersbut harus dapat menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (Application) : Aplikasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis) : Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (Synthesis) : Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation) : Berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
BAB III
METODE PENELITIAN
Tingkat COVID-19
pengetahuan,
sikap, perilaku
1. Pengetahuan
Definisi : Suatu hal yang diketahui warga kelurahan Kebun Keling di
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu mengenai COVID-19
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian Hasil Kuisioner adalah
o Sangat Baik : Jika responden menjawab ≥80 pertanyaan dengan
baik
o Baik : Jika responden menjawab 70-79 pertanyaan dengan baik
o Cukup : Jika responden menjawab 60-69 pertanyaan dengan
baik
o Kurang : Jika responden menjawab <59 pertanyaan dengan baik
2. Sikap
Definisi : Suatu pernyataan evaluasi yang mencerminkan perasaan
warga kelurahan Kebun Keling di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu
mengenai COVID-19.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian Hasil Kuisioner adalah
o Baik : Jika responden menjawab ≥ 70 pertanyaan dengan baik
o Kurang : Jika responden menjawab <70 pertanyaan dengan baik
3. Perilaku
Definisi : Suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan warga kelurahan
Kebun Keling di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu terhadap adanya
COVID-19.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian Hasil Kuisioner adalah
o Sangat Baik : Jika responden menjawab ≥80 pertanyaan dengan
baik
o Baik : Jika responden menjawab 70-79 pertanyaan dengan baik
o Cukup : Jika responden menjawab 60-69 pertanyaan dengan
baik
o Kurang : Jika responden menjawab <59 pertanyaan dengan baik
3.8 Cara Pengumpulan Data
3.8.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden.
3.8.2 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
dilakukan pengolahan dan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi
25.
3.9 Cara Kerja
1. Menentukan rumusan masalah
2. Mengidentifikasikan variable penelitian
3. Menentukan Populasi Penelitian
4. Menentukan besar dan cara pengambilan sampel
5. Mengembangkan instrument pengumpulan data
6. Pengumpulan data
a. Menjelaskan kepada responden mengenai tujuan dan cara kerja penelitian
b. Meminta persetujuan responden untuk megikuti penelitian
c. Meminta responden untuk mengisi kuisioner
d. Menjelaskan hal yang dianggap kurang jelas oleh responden
e. Pengolahan dan penyajian data hasil penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.4 Pembahasan
Penelitian ini diikuti oleh warga Kelurahan Kebun Keling yang berobat di
Puskesmas Pasar Ikan sebanyak 71 orang namun lima orang dikeluarkan dari
penelitian dikarenakan usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun. Sebagian besar
responden berusia 21 tahun, yaitu sebanyak 8 responden (12,1%) dan usia terkecil
responden yaitu 16 tahun sebanyak 2 orang (3%) serta usia terbesar responden yaitu
60 tahun sebanyak 2 orang (3%).
Jenis kelamin responden pria lebih banyak dari pada wanita yaitu 35 orang
(53%). Pendidikan terakhir responden terbanyak yaitu SMA sebanyak 34 orang
(51,5%). Responden banyak tidak bekerja sebanyak 31 orang (47%) dan sisanya
bekerja seperti: nelayan (11 orang), buruh (4 orang), pedagang (14 orang), swasta (3
orang), dan PNS (3 orang).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai
COVID-19 masih kurang dimana nilai hasil pretest ditemukan banyak responden
yang memiliki nilai kurang(<59) sebanyak 41 orang (62,1%) namun setelah
dilakukan intervensi berupa penyuluhan dan pembagian leaflet didapatkan perubahan
signifikan yaitu adanya peningkatan nilai terbukti dengan jumlah responden yang
awalnya memiliki pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (62,1%) berkurang
menjadi 10 orang (15,2%) dan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup
sebanyak 24 orang (36,4%) serta berpengetahuan sangat baik sebanyak 19 orang
(28,8%).
Sikap responden terhadap COVID-19 sebagian besar sudah baik yaitu sebanyak
58 responden (87,9%) nilai prestesnya baik ( ≥ 70). Setelah dilakukan intervensi
terdapat peningkatan lagi pada sikap responden dimana jumlah responden yang
awalnya memiliki sikap kurang sebanyak 8 orang (12,1%) berkurang menjadi 0.
Sehingga seluruh sikap warga Kelurahan Kebun Keling di Puskesmas Pasar Ikan
terhadap COVID-19 menjadi lebih baik (100%).
Responden juga memiliki perilaku yang kurang terhadap COVID-19 diperoleh
29 responden (43,9%) dengan nilai pretestnya kurang (<59). Namun setelah
dilakukan intervensi terjadi peningkatan terbukti dengan berkurangnya responden
yang memiliki nilai kurang menjadi 3 orang (4,5%). Responden yang memiliki sikap
yang baik sebanyak 29 orang (43,9%) serta berperilaku sangat baik sebanyak 23
orang (34,8%).
4.5 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang
hanya menganalisa suatu keadaan dalam suatu saat tertentu saja.
2. Adanya kemungkinan bias karena faktor kesalahan interpretasi responden
dalam memahami maksud dari pertanyaan sebenarnya. Jawaban
responden tergantung pada pemahaman responden terhadap pertanyaan
kuesioner.
3. Sampel yang kurang banyak sehingga tidak dapat mewakili keseluruhan
warga Kelurahan Kebun Keling.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku warga Kelurahan Kebun Keling di Puskesmas Pasar Ikan masih kurang
namun setelah dilakukan intervensi yaitu penyuluhan dan pembagian leaflet
mengenai COVID-19 diperoleh peningkatan dari segala aspek pengetahuan, sikap
dan perilaku.
Maka penyuluhan dan pembagian leaflet merupakan salah satu cara agar warga
lebih memahami dan mengerti mengenai COVID-19, intervensi ini dapat dilakukan
disegala lapisan masyarakat sehingga dapat memutus mata rantai COVID-19 dan
mengubah perilaku hidup sehat masyarakat agar dapat menjadi lebih baik lagi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti
memberikan saran yaitu :
1. Bagi praktisi kesehatan dapat lebih baik lagi dalam melakukan promosi
kesehatan dan preventif sehingga dapat memutus mata rantai COVID-19.