Anda di halaman 1dari 57

KERTAS KERJA PERORANGAN

(KKP)

RENCANA KERJA
PENINGKATAN KINERJA
PENYUSUNAN PEDOMAN PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL
PADA SUBDIT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL
DIREKTORAT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI
DEPUTI BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

OLEH
GATOT SUDJONO
NIP. 19580905 198703 1 001

PUSAT PELATIHAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PERTANIAN


(PPMKP) KEMENTERIAN PERTANIAN
DIKLAT PIM III ANGKATAN XXX
CIAWI – BOGOR 2012
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah Kertas Kerja Perseorangan (KKP) dengan judul

“RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PENYUSUNAN PEDOMAN PEMULIHAN DAN


PENINGKATAN SOSIAL PADA SUBDIT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL,

DIREKTORAT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN BENCANA” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

KKP ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Diklat

Kepemimpinan Tingkat III, yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan

Manajemen dan Kementerian Pertanian (PPMKP) mulai tanggal 1 April s/d 19

Mei 2012 di Komplek Bumi PPMKP, Ciawi - Bogor.

Kami menyadari bahwa kertas kerja perseorangan ini masih jauh dari

sempurna dan banyak memerlukan perbaikan sehubungan dengan

keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis memohon

masukan dan saran perbaikan dari para pihak untuk penyempurnaan kertas

kerja ini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada

Kapusdiklat PB dan Sekretaris Utama BNPB yang telah mengijinkan kami

mengikuti Diklat, Para Widyaiswara, yang telah memberikan bimbingan selama

menyusun KKP ini, Penyelenggara Diklat serta para pihak yang telah membantu

secara ikhlas. Semoga Kertas Kerja ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan

tugas di masa yang akan datang.

Ciawi, Bogor, April 2012

Penulis,
Gatot Sudjono

DAFTAR ISI

halaman

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Isu Aktual 7
C. Perumusan Masalah 10
D. Perumusan Sasaran 12
E. Lingkup Bahasan 13
F. Pengertian 14
Bab II Gambaran Keadaan Sekarang 16
A. Gambaran Umum 16
B. Visi dan Misi 20
C. Tugas Pokok dan Fungsi 21
D. Tingkat Kinerja Saat Ini 21
E. Indikator Kinerja 22
F. Kebijakan operasional, program dan Jenis Kegiatan 23
G. Pengukuran Kinerja dan Pencapaian Kinerja 24
Bab III Gambaran Keadaan yang Diinginkan 26
A. Tujuan dan Sasaran 26
B. Kebijakan Operasional dan Program Yang Ingin 27
Ditingkatkan
1. Kebijakan Operasional 27
2. Program Yang Ingin Ditingkatkan 27
C. Tingkat Kinerja Yang Diinginkan 28
Bab IV Analisis Lingkungan Strategis Dan Rencana Kerja 29
A. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan 29
Ancaman
B. Faktor Kunci Keberhasilan 31
C. Strategi dan Rencana Kegiatan 44
Bab V Penutup 48
Daftar Pustaka 50
Lampiran – Lampiran
DAFTAR TABEL
halaman

Tabel 1.1 Nilai kerusakan &Kerugian dibeberapa daerah 6


Tabel 1.2 Tingkat Kriteria Isu 10
Matrik analisis USG untuk Masalah Pokok
Tabel 1.3 11
Tabel 1.4 Matrik analisis USG Untuk Masalah Spesifik 12

Tabel 2.1. Daftar Pegawai Subdit PP- Sosial 19


Tabel 2.2 Indikator Kinerja saat ini 25

Tabel 3.1. Tingkat Kinerja Yang Diinginkan 28

Tabel 4.1. Indentifikasikasi Faktor Internal dan Eksternal 30

Tabel 4.2. Matriks Urgensi Faktor Internal 32

Tabel 4.3. Matriks Urgensi Faktor Eksternal 32

Tabel 4.4. Matriks Evaluasi Keterkaitan Faktor Internal Dan Eksternal 34

Tabel 4.5. Formulasi strategi SWOT 39

Tabel 4.6. Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan 41

Tabel 4.7. Langkah- Langkah Kegiatan Terkoordinasi 44

Tabel 4.8. Perkiraan Kesulitan Yang Mugkin Terjadi 46

Tabel 4.9. Jadwal Kegiatan Terkoordinasi 47


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1. Kelembagaan BNPB 16

Gambar 2.2. Organisasi BNPB 17

Gambar 2.3. Organisasi Direkturat PP-Sosial Eekonomi, BNPB 18

Gambar 3.1. Peta Kekuatan Organisasi 38


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak Indonesia selain mempunyai posisi strategis dengan keadaan

alamnya yang subur dan panorama alam yang indah ternyata mempunyai

potensi bencana yang besar, baik bencana alam maupun bencana karena ulah

manusia. Kerawanan bencana alam berkaitan dengan faktor geografis,

geologis, hydrometeorologis dan faktor-faktor lainnya seperti perubahan iklim

(climate change) dan pemanasan global (global warming).

Secara fisiologis, Indonesia berada pada dua landasan kontinen, yaitu

cekungan samudera dan sabuk orgenik. Secara geologis wilayah Indonesia

terletak di atas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik.

Wilayah Indonesia menjadi tempat pertemuan lempeng-lempeng utama kerak

bumi dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng

Pasifik. Keadaan lempeng tersebut mengalami pergeseran setiap saat.

Pergeseran lempengan yang bergerak merupakan potensi menimbulkan gempa

bumi. Sehingga untuk sebagian besar wilayah Indonesia rawan terhadap

bencana gempa bumi tektonik. Gempa bumi terjadi dengan kuat dan pusat

gempa yang tidak terlalu dalam (10Km) di daerah pantai adakalanya disertai

dengan tsunami (gelombang laut pasang) yang dapat berdampak menimbulkan

korban jiwa dan harta benda yang sangat besar bagi korban serta kehancuran

daerah bencana.

1
Jumlah penduduk Indonesia saat ini (sensus penduduk th.2010) sudah

mencapai ± 234,2 juta jiwa, penyebarannya tidak merata sehingga di beberapa

tempat dengan kondisi tingkat kepadatan cukup tinggi dan daerah tertentu

kepadatan penduduknya masih jarang. Sedangkan jumlah ras, suku bangsa

lebih dari 200 suku bangsa yang beraneka ragam budaya dan agama, sehingga

merupakan aset kekayaan budaya bangsa juga merupakan potensi terjadinya

konflik sosial. Penyebaran penduduk yang tidak merata serta adanya

ketimpangan sosial dan ekonomi yang cukup besar diantara penduduk,

berpotensi terjadi konflik sosial. Berbagai konflik yang terjadi dimasyarakat kita

antara lain disebabkan oleh dampak krisis multi dimensi, ketidak stabilan pada

kondisi sosial, ekonomi dan politik.

Berbagai jenis bencana baik alam maupun non alam telah terjadi

diberbagai daerah antara lain : gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,

banjir, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, kebakaran pemukiman,

angin puting beliung, serta kecelakaan industri dan kegagalan teknologi dan

wabah penyakit.

Pemerintah Indonesia pada dasarnya tidak tinggal diam dalam

menghadapi bencana-bencana tersebut, namun telah banyak belajar dan

berperan aktif untuk menanggulanginya. Dalam pidatonya ketika

penganugerahan penghargaan Global Champion on Disaster Risk Reduction di

Jenewa Swiss pada tanggal 11 Mei 2011, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono menyampaikan bahwa peran Pemerintah Indonesia dalam

penanggulangan bencana adalah :

2
Pertama, Pemerintah telah mengubah paradigma penanggulangan bencana

dari reaktif ke proaktif, dari tanggap darurat ke pengurangan risiko, dan dari

Pemerintah ke masyarakat sipil.

Kedua, Pemerintah berusaha menciptakan upaya penanggulangan yang

komprehensif dan mencakup semua aspek pembangunan nasional negara kita.

Ketiga, Pemerintah berusaha menanamkan budaya keselamatan nasional

karena pencegahan dan kesiapsiagaan jauh lebih baik daripada bereaksi

kemudian, hanya muncul perasaan prihatin dalam benak rakyat.

Keempat, Pemerintah tidak bisa melakukan penanggulangan bencana tanpa

melibatkan masyarakat, oleh karena itu upaya penanggulangan berbasis

masyarakat akan terus ditingkatkan.

Kelima, kepemimpinan daerah merupakan hal yang sangat penting dalam

penanggulangan bencana karena selama bencana faktor komunikasi dan

logistik merupakan faktor yang sangat vital sehingga peran Pemerintah daerah

akan sangat diperlukan, disamping pula keberadaan kearifan lokal di daerah

yang semestinya diketahui oleh Pemerintah daerah setempat.

Sesuai dengan Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, pasal 33 bahwa penyelenggaraan penanggulangan

bencana terdiri dari tiga tahap meliputi : prabencana, saat tanggap darurat dan

pasca bencana. Ketiga tahapan ini membutuhkan pola penanganan yang

didukung dengan pengetahuan dan keterampilan aparat pelaksana

penanggulangan bencana.

3
Aspek Penanggulangan Bencana sebelum terjadi bencana yaitu

tindakan antisipasi akan bencana yang terjadi seperti peningkatan

kesiapsiagaan, pengenalan bencana, dan tindakan mitigasi bencana yang

dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang akan terjadi. Aspek

penanggulangan bencana pada saat bencana yaitu serangkaian tindakan yang

dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana secara cepat, cermat

dan tepat untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Sedangkan aspek

Penanggulangan Bencana setelah terjadi bencana yakni segala tindakan

pembenahan yang dilakukan mulai dari pemulihan dini, rekonstruksi, rehabilitasi

dan dapat dilanjutkan kembali dengan pembangunan jangka menengah.

Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah sebuah dokumen yang

berisi data sosial, budaya, ekonomi, sarana dan prasarana pada wilayah

sebelum terjadi bencana, informasi kerusakan, skenario dan strategi pemulihan,

indikasi program dan kegiatan, jadwal kegiatan, indikasi kebutuhan anggaran,

serta arahan bagi prosedur pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar baik terhadap korban

jiwa, korban luka-luka, trauma sosio psikologis maupun harta benda. Bencana

merupakan salah satu penyebab kemiskinan. Dalam beberapa tahun terakhir

Perserikatan Bangsa Bangsa telah berupaya untuk membantu negara negara

yang terkena bencana dan korban bencana. Untuk membantu korban bencana

dimaksud telah mengembangkan kajian kerusakan dan kerugian akibat

bencana (Damage and Losses Assessment). Dalam metode kajian kerusakan

dan kerugian dimaksud untuk menghitung secara cepat kerusakan dan

4
kerugian yang diakibatkan secara langsung, sehingga dapat diketahui dampak

sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat bencana. Kajian kerusakan dan

kerugian cepat akan merupakan dasar dalam kebijakan melaksanakan

pemulihan daerah bencana ( Disaster Recovery).

Menurut Pusat Data dan informasi Badan Nasional Penanggulangan

Bencana di berbagai daerah di Indonesia selama 5(lima) tahun terakhir tercatat

sebanyak 2.253 kejadian bencana. Kejadian bencana dimaksud menempatkan

banjir dan tanah longsor pada urutan kejadian peringkat teratas. Sedangkan

dampaknya terhadap manusia adalah jumlah korban yang meninggal dan

hilang tercatat sebanyak 178.483 orang yang sebagian besar diakibatkan oleh

gempa bumiu da tsunami, banjir dan tanah longsor. Dampak kerusakan da

kerugian sangat besar, bahkan dampak dari kerugian yang terlambat ditangani

akan berlanjut dan menimbulkan kerugian yang semakin meningkat dari tahun

ke tahun meningkat. Dalam tabel 1.1 dibawah ini dapat diketahui kerusakan

dan kerugian sosial ekonomi yang ditimbulkan bencana.

Tabel 1.1 Nilai Kerusakan da Kerugian Akibat Bencana di beberapa Daerah di


Indonesia
Daerah Jenis Tanggal Jumlah Kerusakan Ket
Bencana Bencana Kejadian korban dan
meninggal kerugian
Aceh Gempa & 26Des 2004 165.7 00 40.10 T
Tsunami
Jateng & DIY Gempa Bumi 27Mei 2006 5.716 28.20 T
Sumbar Gempa Bumi 12 sep 2007 1,9 T
Jabodetabek Banjir 14 Peb 2007 5,15 T
DIY dan Jateng Erupsi 26 Okt 2010 227 3,62 T
G.Merapi 109
Wasior Banjir Tnh 3 Okt 2010 161 107,43 M
Longsor
Mentawai Gempa & 25Okt 2010 568 348,92 M
Tsunami
Sumber data : Pusdatin BNPB, Deputi Renaksi Rehab Rekons dan Bappenas

5
Kerusakan dan Kerugian yang ditimbulkan akibat bencana merupakan

hasil penghitungan dari dari kerusakan dan kerugian perumahan, infrastruktur,

Sarana Sosial, ekonomi produktif dan lintas sektor. Sarana sosial meliputi

antara lain rumah sakit, gedung sekolah, sarana ibadah, budaya dan lembaga

sosial. Umumnya kejadian bencana telah mengakibatkan dampak yang luas

terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu permasalahan yang paling penting

untuk ditangani selain dari masalah hukum, keamanan, kesehatan adalah

masalah pemulihan dan peningkatan sosial dari korban bencana. Oleh karena

itu untuk pemulihan pascabencana harus dilakukan secara komprehensip

terhadap semua aspek yang terkena bencana, baik yang menyangkut fisik

bangunan, maupun non fisik seperti psikososial, pendidikan, kesehatan, sosial,

agama, budaya, lembaga sosial, ekonomi, layanan publik, keamanan, dan

ketertiban.

Pemulihan dan peningkatan sosial ekonomi korban bencana ditujukan

untuk membantu masyarakat terkena dampak bencana dalam rangka

memulihkan kondisi kehidupan sosial ekonomi menjadi lebih sejahtera. Untuk

penanganan pascabencana dimaksud, diperlukan rencana rehabilitasi dan

rekonstruksi yang mengakomodasikan aspek penilaian kerusakan dan kerugian

(damage and losses assessment), aspek pengurangan resiko bencana

(disaster risk reduction), serta aspek penilaian kebutuhan (post-disaster need

assessment). Dengan demikian, pemulihan dan peningkatan sosial ekonomi

korban bencana dapat dilakukan secara terarah dan komperhensif.

6
Dalam pelaksanaan pemulihan dan peningkatan sosial pascabencana

di wilayah bencana diperlukan penyusunan pedoman pemulihan dan

peningkatan sosial sebagai acuan pemerintah daerah dalam melaksanakan

pemulihan dan peningkatan sosial.

Sejalan dengan yang diamanatkan Undang-undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang penanggulangan bencana, bahwa Direktorat Pemulihan dan

Peningkatan Sosial ekonomi, Deputi Bidang rehabilitasi dan rekostruksi dalam

melaksanakan kegiatan pemulihan dan peningkatan sosial perlu menyusun

pedoman Pemulihan dan Peningkatan sosial dalam pelaksanaan di lapangan

sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaksana di Badan Penanggulangan

Bebcana Daerah (BPBD).

Atas dasar pemikiran tersebut di atas maka penulis memilih judul ” RENCANA

KERJA PENINGKATAN KINERJA PENYUSUNAN PEDOMAN PEMULIHAN DAN

PENINGKATAN SOSIAL PADA SUBDIT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL,

DIREKTORAT PEMULIHAN DAN PENINGKATAN SOSIAL EKONOMI, DEPUTI

BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI, BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN BENCANA”

B. Isu Aktual

Direktorat Pemulihan dan Peningkatan sosial ekonomi, Deputi Bidang

Rehabilitasi dan Rekonstruksi, sejak 4 (empat) tahun terakhir ini telah

melakukan kegiatan rapat-rapat koordinasi baik internal BNPB / BPBD maupun

dengan instansi terkait (Kementerian/Lembaga), sebagai langkah dan upaya

7
untuk mengetahui berbagai kekurangan dan kelemahan melaksanakan

pemulihan dan peningkatan sosial. Beberapa kelemahan yang menjadi isu yang

krusial ditemukan, yaitu :

Gambar 1. Pohon Masalah

POHON MASALAH

Kinerja Subdit Pemulihan dan


Peningkatan sosial
Pelaksanaan Direktorat
Penyampaian
Informasi Kurang Optimal
Pemulihan dan Peningkatan Akibat
Sosial EkonomiPemulihan
Pelaksanaan Belum Optimal
dan
Peningkatan sosial 1
Pasca Bencana belum optimal Rendahnya
Terbatasnya Sebab
Pedoman dmotivasi staf
sarana dana b c
Koordinasi
Pemulihan
Kurangnya & dalam
prasarana untuk dengan
Motivasi
Peningkatan penyusunan
melaksanakan kementerian/Le
Pengelolaa
Sosial pedoman
Pemulihan&Peni mbaga Belum Penyiapan&
n Surat
Pascabencana Penyiapan Pemulihan
ngkatan Evaluasi optimal Bahan
Penyusunan Belum optimal pelaksanaan Peningkatan
Sosial a b c d Penyusunan
Pedoman sosial
Pedoman kebijakan
Pemulihan&Pen Kebijakan
Pemulihan&Pen Pemulihan &
ingkatan Pemulihan
3
ingkatan Sosial peningkatan
Sosial &Peningkatan
Pascabencana sosial
Pascabencana sosial
Belum optimal belum optimal Pascabencana Pascabencana
Belum optimal
Belum optimal

Keterangan : 4
1. Masalah utama adalah No.1
2. Penyebab dominan masalah No.1 adalah masalah pokok No.2b
3. Penyebab dominan masalah No.2b adalah masalah spesifik No.3a
4. Akibat No.1 adalah No.4

2
8
Hasil analisis pohon masalah (Gambar 1) dapat diidentifikasi

permasalahan yang dapat menjadi penyebab munculnya isu aktual tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Terbatasnya sara dan prasarana untuk melaksanakan Pemulihan dan

Peningkatan Sosial Pascabencana

2. Pedoman Pemulihan dan Peningkatan sosial Pascabencana Belumoptimal

3. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga Belum optimal

4. Rendahnya motivasi staf dalam penyusunan pedoman Pemulihan dan

Peningkatan Sosial.

Untuk dapat menetapkan salah satu isu yang paling aktual dan

memerlukan perhatian khusus, dan dengan mempertimbangkan berbagai

aspek yang akan mempengaruhi kinerja Direktorat Pemulihan dan Peningkatan

sosial Ekonomi serta dihubungkan dengan keadaan yang mendesak dan

memiliki prioritas untuk segera dilaksanakan, maka dalam menentukan

pemilihan isu aktual yang paling dominan dilakukan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan tingkat kelayakan isu

Untuk menentukan tingkat kelayakan isu isu tersebut, maka penulis

melakukan pemilihan isu aktual berdasarkan analisis Aktual (Benar

Terjadi/Akan Terjadi), Kekhalayakan (menyangkut orang banyak), Problematik

9
(menjadi masalah kalau tidak terselesaikan) dan Kelayakan sesuai tabel

berikut:

Tabel 1.2. Tingkat Kriteria Isu

Tingkat Kriteria Isu

Kriteria Isu
No Masalah Aktua Kekhala Proble KET
Kelayakan
l yakan matik
1 Terbatasnya sarana dan
prasarana untuk melaksanakan
Pemulihan dan Peningkatan A K P L √
Sosial Pascabencana Belum
optimal.
2 Pedoman Pemulihan dan
Peningkatan sosial A K P L √
pascabencana belum optima
3 Koordinasi dengan
Kementerian/Lembaga Belum A K P L √
optimal
4 Rendahnya motivasi staf dalam
penyusunan pedoman
Pemulihan dan peningkatan A K P L √
sosial pascabencana.

Berdasarkan analisis uji kelayakan sebagaimana tercantum pada tabel

diatas ditemukan bahwa semua isu yang dikemukakan memenuhi kriteria

sebagai isu aktual.

C. Perumusan Masalah
Untuk memilih isu yang paling aktual untuk dipecahkan, maka analisis

yang digunakan sebagai pendekatan adalah analisis Urgensi, Serious dan

Growth (USG).

10
USG adalah satu alat yang digunakan untuk menyusun urutan prioritas

yang mendesak, serius dan berkembang dengan menentukan rating scale atau

skala nilai tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan masalah dengan

memakai skala nilai, seperti pada tabel berikut ini .

Tabel 1.3. Matrik analisis USG untuk Masalah Pokok

Teknik Analisis USG


MASALAH Seriouss KET
NO Urgency Growth Total
nes
1 Terbatasnya sarana dan
prasarana untuk melaksanakan
5 4 4 13 III
Pemulihan dan Peningkatan Sosial
Pascabencana Belum optimal.
2 Pedoman Pemulihan dan
Peningkatan sosial 5 5 5 15 I
pascabencana belum optimal
3 Koordinasi dengan
Kementerian/Lembaga Belum 4 5 5 14 II
optimal
4 Rendahnya motivasi staf dalam
penyusunan pedoman Pemulihan
4 4 3 11 IV
dan peningkatan sosial
pascabencana.

Berdasarkan analisis USG maka nilai tertinggi diangkat menjadi isu

yang paling aktual adalah “Pedoman Pemulihan dan Peningkatan Sosial

pascabencana Belum optimal”.

Untuk menetapkan masalah spesifik penyebab isu pokok tersebaut agar

penanganannya tepat sasaran dan efektif serta mengidentifikasi permasalahan

spesifik yang perlu segera ditangani, maka dilakukan analisis USG terhadap ke

empat penyebab isu pokok tersebut. Analisis USG tertera pada tabel berikut:

11
Tabel 1.4 Matrik analisis USG Untuk Masalah Spesifik

Teknik Analisis USG


MASALAH Seriouss KET
NO Urgency Growth Total
nes
1 Penyiapan Pelaksanaan Kebijakan
Pemulihan dan Peningkatan Sosial 5 4 4 13 III
Pascabencana Belum optimal.
2 Penyusunan Pedoman
Pemulihan dan Peningkatan
sosial pascabencana belum
5 5 5 15 I
optimal
3 Evaluasi Pedoman Pemulihan dan
Peningkatan sosial Pascabencana 4 5 5 14 II
Belum optimal
4 Penyiapan bahan penyusunan
Kebijakan Pemulihan dan
peningkatan sosial pascabencana
4 4 3 11 IV
Belum optimal.

D. Perumusan Sasaran
Setelah diperolehnya isu yang paling aktual, maka sasaran yang akan

kita capai adalah bagaimana supaya kondisi yang masih negative dapat

dirubah menjadi kondisi yang positif. Berbagai upaya akan dibutuhkan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dimaksud baik

yang datang dari dalam organisasi (faktor internal) maupun dari luar organisasi

(faktor eksternal). Juga akan dikaji faktor yang mendukung seperti kekuatan

(strength) dan peluang (opportunity) ataupun faktor-faktor yang menghambat

seperti kelemahan (weakneses) dan ancaman (threat).

12
Dengan melakukan beberapa kegiatan diharapkan kondisi positif atau

sasaran yang kita harapkan yaitu “Meningkatnya Kinerja Penyusunan

Pedoman Pemulihan dan Peningkatan Sosial Pascabencana Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan Sosial ekonomi” dapat dicapai.

E. Lingkup Bahasan
Lingkup bahasan dalam kertas kerja ini selain memberikan informasi

terkini tentang kondisi yang ada, juga menitikberatkan pada upaya

meningkatkan kinerja penyusunan pedoman pemulihan dan peningkatan sosial

pascabencana Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi Lebih

lanjut akan dikaji faktor yang mempengaruhi kinerja dimaksud baik yang datang

dari dalam organisasi (faktor internal) seperti kekuatan (strength) serta

kelemahan (weakneses), maupun faktor dari luar organisasi (faktor eksternal)

seperti peluang (opportunity) serta ancaman (threat). Metode penilaian ini

dikenal dengan metode analisis “SWOT”.

Selanjutnya dengan menggunakan metoda SWOT semua faktor di atas

akan diidentifikasi, dikelompokan dan dinilai untuk mendapatkan faktor kunci

keberhasilan. Setelah itu akan dilakukan perumusan tujuan, sasaran dan

kinerja organisasi sampai dengan penetapan strategi, kebijakan dan kegiatan

yang perlu dilakukan oleh organisasi tersebut.

F. Pengertian
Untuk menyamakan persepsi dan menghindari penafsiran yang berbeda-
beda terhadap istilah yang dilaparkan dalam Kertas Kerja Perorangan
sebagai berikut :

13
1. Kinerja adalah hasil kerja seseorang, sebuah proses/suatu organisasi

secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan

buktinya secara konkrit dan dapat diukur (Linkemer: tth:110). Kinerja juga

dipahami sebagai hasil kerja kelompok dengan memulai proses secara

universal dan dapat dilihat secara nyata (Depdikbud: 1999:241)

2. Koordinasi adalah mengatur suatu organisiasi dan cabang-cabangnya

sehingga peraturan-peraturan dan tindakan-tindakan yang akan

dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur (Depdikbud:

1999:241). Dalam hal ini, Koordinasi adalah proses hubungan tata kerja

antara Direktorat Pemulihan dan Peningkatan sosial Ekonomi dengan unit

kerja lainnya dan Instansi terkait yang dilakukan secara terencana,

terarah, dan berkelanjutan untuk mewujudkan sinergitas.

3. Rapat Koordinasi yang selanjutnya disebut Rakor adalah pertemuan

untuk membicarakan suatu organisiasi dan cabang-cabangnya supaya

kegiatan terarah dan mampu memupuk kesadaran akan tang gung-

jawab bersama (Linkmer:1020).

4. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat

BNPB adalah unsur pelaksana pemerintah yang bertugas membantu

Presiden dalam menanggulangi kebencanaan skala nasional yang terjadi

di wilayah Indonesia.

5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat

BPBD adalah unsur pelaksana pemerintah daerah baik tingkat propinsi

14
maupun kabupaten / kota yang bertugas dalam menanggulangi

kebencanaan di wilayahnya.

6. Rencana kerja adalah acuan kegiatan atau segala sesuatu yang harus

dilaksanakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan serta sebagai alat

pengendali bagi setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

7. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana dan sarana dengan

melakukan upaya rehabilitasi.

8. Peningkatan adalah proses suatu kegiatan atau upaya untuk mencapai

keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Atau untuk

melengkapi dan menyempurnakan sistem kerja yang telah ada untuk

mencapai hasil yang lebih baik.

9. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya

secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada

wilayah pascabencana.

10. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan

sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat

pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya, tegaknya

15
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam

segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

16
BAB II

GAMBARAN KEADAAN SEKARANG

A. Gambaran Umum

Secara kelembagaan organisasi BNPB berada langsung dibawah

Presiden RI dengan garis perintah langsung sebagaimana gambar berikut :

Gambar 2.1 :

Kelembagaan BNPB

Presiden RI

ORGANISASI Kepala
BNPB BNPB

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana

Pejabat Pemerintah Kantor BNPB,


terdiri atas personil yang
profesional dan ahli dibidangnya

Masyarakat Profesional
Kepala
BPBD Prov.

Kepala
BPBD Kab./Kota

17
BNPB selaku unsure pelaksana dibidang kebencanaan mempunyai

organisasi sesuai gambar berikut :

Gambar 2.2 :

Organisasi BNPB

KEPALA BNPB

Inspektur Sekretaris Utama


Utama

Pusdatin Pusdiklat PB

Deputi Deputi Deputi


Tanggap Rehabilitasi & Logistik &
Deputi Pencegahan
Darurat Rekonstruksi Peralatan
& Kesiapsiagaan

Direktur
Direktur Direktur
Direktur

Direktur Direktur
Direktur
Direktur
Direktur Direktur
Direktur

Direktur

UPT

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana No. 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, maka Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial

ekonomi, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi selaku unsur Eselon II

18
dibawah Eseleon I dan berada dibawah kendali Kepala BNPB mempunyai

organisasi sesuai gambar berikut :

Gambar 2.3 Gambar Struktur organisasi Direktorat Pemulihan dan


Peningkatan Sosial Ekonomi

Organisasi
Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi

Direktorat Pemulihan dan


Peningkatan Sosial
Ekonomi

Kasubdit Kasubdit
Pemulihan dan Pemulihan dan
Peningkatan Peningkatan
Sosial Ekonomi

Kepala seksi Kepala seksi


Kepala Seksi Kepala seksi
Pemulihan dan Pemulihan dan
Pemulihan Peningkatan
Peningkatan Peningkatan Ekonomi Ekonomi
Sosial budaya Kesehatan

Staf Staf Staf

Tahun 2009 Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi

menerima tambahan personil melalui pengangkatan CPNS sejumlah 3 orang

dan tahun 2010 sejumlah 3 orang lagi. Dari 6 orang pegawai baru tersebut,

Subdit Pemulihan dan Peningkatan sosial mendapatkan staf 3 orang. 6 (enam)

19
orang tersebut diberdayakan sebagai tenaga staf untuk mendukung kegiatan

Direktorat Pemulihan dan Peningkata Sosial Ekonomi. Untuk Eselon IV yang

ada pada Kasubdit Pemulihan dan Peningkatan Ekonomi yaitu Kepala Seksi

Pemulihan Ekonomi sedangkan Kasubdit Pemulihan dan Peningkatan sosial

belum memiliki Eselon IV (Kepala Seksi) dengan catatan 3(tiga) jabatan Eselon

IV masih kosong. Secara keseluruhan jumlah personil mulai dari Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi sampai staf saat ini tercatat

sebanyak 10 orang.

Tabel 2.1 .Daftar Pegawai Subdit Pemulihan dan Peningkatan Sosial


Berdasarkan Kompetensi inti dan Pengalaman Kerja.

NO NAMA LENGKAP PANGKAT JABATAN BIDANG PENGALAMAN

1. Ir. Gatot Sudjono III / d Kasubdit Pertanian 23 Tahun


2. Siti Cholidah, SKM III / a Staf Kesehatan 2 Tahun
3. Melinda Irfiani, SPsi III / a Staf Psykologi 2 Tahun
4. Ani Suryani, SKM III / a Staf Kesehatan 1 Tahun

Batasan KKP ini titik bahasannya adalah berada di eselon III yaitu

“Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan sosial”. Jika kita melihat pada

gambar 3 diatas, dapat diterjemahkan bahwa Subdirektorat Pemulihan dan

Peningkatan sosial hanya didukung oleh 3(tiga) orang staf (Siti Cholidah, SKM,

Melinda Irfiani, Spsi, Ani Suryani, SKM). Sedangkan 2 (dua) Kepala seksi

(Eselon IV )belum ditempati.

B. Visi dan Misi

1. Visi

20
Visi Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah

“Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana”.

2. Misi

Adapun misi Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah :

 Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko

bencana;

 Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal;

 Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh

C. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok

Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

No.1. Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BNPB, maka

Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial, Direktorat Pemulihan dan

Peningkatan Sosial mempunyai tugas pokok yaitu : Melaksanakan penyiapan

bahan koordinasi penyusunan Kebijakan umum, Hubungan Kerja, rencana,

Pelaksanaan serta pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan di bidang

Pemulihan dan Peningkatan Sosial.

2. Fungsi

21
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Subdirektorat

Pemulihan dan Peningkatan sosial, Direktorat Pemulihan dan Peningkatan

Sosial Ekonomi menyelenggarakan fungsi :

 Pengkoordinasian Pelaksanaan kebijakan umum dan hubungan kerja di

bidang Pemulihan dan Peningkatan Sosial;

 Penyiapan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan Pemulihan sosial

 Penyiapan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan Pemulihan Budaya

 Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan di bidang

Pemulihan dan Peningkatan Sosial.

D. Tingkat Kinerja Saat Ini

Sesuai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun

2011, kinerja Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dinilai

“baik”. Karena dinilai dari realisasi pelaksanaan kegiatan yang selesai 100%

dan realisasi penyerapan dana sebesar 93,8%. Ini dinilai baik karena dengan

melaksanakan kegiatan dengan output selesai sesuai target namun masih

mengefisiensikan dana yang tersedia. Dan konsekwensinya Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan sosial Ekonomi pada tahun 2012 mendapatkan

tambahan dana sekitar 70% dari dana DIPA tahun 2011 sebagai penghargaan

bahwasanya Direktorat mampu penyerapan dana sebesar 93,8%

E. Indikator Kinerja

22
Indikator kinerja adalah sesuatu yang akan dihitung dan diukur, oleh karena

itu perlu ditetapkan dan didefinisikan suatu bentuk pengukuran yang akan

menilai hasil dan outcam yang diperoleh dari kegiatan yang dilaksanakan.

Komponen indikator kinerja tersebut mencakup :

a. Input (indikator kinerja masukan)

Segala sesuatu yang dibutuhkan dan tersedia agar pelaksanaan

kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran (output). Indikator

ini pada Subdit Pemulihan dan Peningkatan sosial, material/bahan,

waktu,informasi, Kebijakan, peraturan dan perundang-undangan.

b. Output (indikator kinerja keluaran/hasil)

Segala sesuatu yang merupakan keluaran/hasil langsung dari kegiatan

yang dilakukan dengan dana yang tersedia pada tahun yang

bersangkutan.

Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan fungsi

Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial dianalisa kondisi

lingkungan strategik internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan

sedangkan faktor ekternal yang meliputi peluang dan

tantangan/ancaman merupakan titik tolak dalam menentukan faktor-

faktor kunci keberhasilan. Dari analisa tersebut dapat diidentifikasi

faktor-faktor kunci keberhasilan Subdirektorat Pemulihan dan

Peningkatan Sosial adalah sebagai berikut :

a. Tersedianya dana yang memadai

23
b. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten

c. Tersedianya data informasi tentang kerusakan bidang sosial

d. Tersedianya Pedoman Pemulihan dan Peningkatan Sosial

F. Kebijakan Operasional, Program dan jenis kegiatan

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional

Penanggulangan Bencana pasal 203 dan 204, ditetapkan tugas pokok dan

fungsi Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan, seperti yang tercantum pada

Bab I.

Kebijakan operasional yang ditetapkan dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial khususnya untuk

mencapai tujuan dan sasaran salah satu diantaranya adalah Pelaksanaan

pemulihan dan Peningkatan Sosial Pascabencana di wilayah Erupsi Gunung

Merapi, Wasior dan Mentawai sehingga daerah pascabencana tersenut dapat

melaksanakan kegiatan pemulihan dan Peningkatan sosial melalui penyusunan

pedoman (Standart Operasional Prosedur/SOP) sebagai bahan pedoman bagi

petugas daerah dalam melaksanakan pemulihan dan peningkatan sosial

pascabencana.

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial pascabencana melaksanakan

program utama yaitu :” Program Pendampingan Pemulihan dan Peningkatan

sosial pascabencana” dengan berbagai jenis kegiatan, salah satunya adalah

24
kegiatan penyusunan pedoman (SOP) Pemulihan dan Peningkatan Sosial

Pascabencana baik yang menyangkut bidang Pendidikan, Kesehatan, agama,

Budaya dan Lembaga sosial.

Adapun program Pemulihan dan Peningkatan sosial Pascabencana :

a. Pendampingan Pendidikan dan Pemulihan sosial pascabencana

b. Pendampingan Kesehatan pascabencana

c. Penyusunan Pedoman Pemulihan dan Peningkatan Sosial

Pascabencana.

G. Pengukuran Kinerja dan Pencapaian Kinerja

Sesuai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun

2011, kinerja Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi dinilai

“baik”. Karena dinilai dari realisasi pelaksanaan kegiatan yang selesai 100%

dan realisasi penyerapan dana sebesar 93,8%. Ini dinilai baik karena dengan

melaksanakan kegiatan dengan output selesai sesuai target namun masih

mengefisiensikan dana yang tersedia. Dan konsekwensinya Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi tahun 2012 mendapat dana

tambahan sebesar 70% dari jumlah DIPA sebelumnya.

Kinerja Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi

khususnya pada Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan sosial saat ini dapat

dilihat pada Tabel berikut :

25
Tabel 2.2. indikator Kinerja saat ini

Indikator Kinerja Saat Ini

Tujuan Sasaran Indikator Satuan Kinerja

Meningkatkan Meningkatnya Input :


Penyusunan Penyusunan
Tenaga Penyusun orang 3
pedoman Pedoman
pedoman yang
Pemulihan dan Pemulihan dan
berkualitas
Peningkatan Peningkatan
sosial Sosial Pasca Output :
Pascabencana bencana Set 1
Pedoman Pemulihan
dan peningkatan Sosial
pascabencana
Outcome : Paket 1
Evaluasi sesuai
kebutuhan
Perencanaan

BAB III
GAMBARAN KEADAAN YANG DIINGINKAN

A. Tujuan dan Sasaran

26
1. Tujuan

Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan sosial Direktorat Pemulihan

dan Peningkatan sosial ekonomi mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyiapan bahan koordinasi penyusunan Kebijakan umum, Hubungan Kerja,

rencana, Pelaksanaan serta pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan di

bidang Pemulihan dan Peningkatan Sosial. Berbagai kegiatan yang harus

dilaksanakan terkait dengan pemulihan dan peningkatan sosial sangat

menentukan guna meningkatkan kinerja Subdit ini. Seluruh kegiatan yang

sudah diprogramkan juga harus dirancang kapan jadwal pelaksanaannya.

Disatu sisi kita juga harus memperhitungkan kemampuan Subdirektorat

Pemulihan dan Peningkatan sosial dalam pelaksanaa program nantinya.

Mempertimbangkan kondisi ini, peningkatan kinerja akan saling

ketergantungan, namun upaya maksimal sangat dibutuhkan agar tujuan

” Meningkatkan Penyusunan pedoman Pemulihan dan Peningkatan sosial

Pascabencana” dapat tercapai.

2. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai oleh Subdirektorat Pemulihan dan

Peningkatan sosial dalam kurung waktu tertentu/tahunan secara

berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana

stratejik yaitu ”Meningkatnya penyusunan pedoman pemulihan dan

peningkatan sosial pascabencana ”.

B. Kebijakan Operasional dan Program yang ingin ditingkatkan

27
1. Kebijakan Operasional

Kebijakan Operasional Direktorat Pemulihan dan Peningkatan sosial

ekonomi, khususnya Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan sosial,

diarahkan untuk mampu ”merencanakan sekaligus menyusun berbagai

kegiatan pemulihan dan peningkatan sosial yang diperlukan dalam upaya

peningkatan pelaksanaan pemulihan dan peningkatan sosial pascabencana”

2. Program yang ingin ditingkatkan

Untuk mendukung terlaksananya kebijakan operasional, diperlukan

program yang secara langsung akan berdampak pada tercapainya tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan. Untuk Direktorat Pemulihan dan Peningkatan

sosial ekonomi khususnya Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan sosial,

maka yang perlu ditingkatkan adalah kegiatan yang berkaitan dengan

”penyusunan pedoman pemulihan dan peningkatan sosial dan pendampingan

pendidikan dan pemulihan sosial serta pendampingan kesehatan.”

C. Tingkat Kinerja yang Diinginkan

Berdasarkan gambaran kondisi saat ini dan gambaran tentang kondisi

yang diinginkan pada tahun mendatang, dan dengan mempertimbangkan

potensi dan faktor kunci keberhasilan yang ada, maka tingkat kinerja yang

diinginkan Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan sosial Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan sosial ekonomi dalam upaya mencapai sasaran

sebagaimana tertera pada tabel berikut.

28
Tabel 3.1. Tingkat Kinerja Yang diinginkan
Tingkat Kinerja Yang Diinginkan

Satu
Tingkat Kinerja
Tujuan Sasaran Indikator an Seka Yang diinginkan
rang 3bln 6bln 9bln 12bln

Meningkatkan Meningkatnya Input :


Penyusunan Penyusunan
- Dana Juta 400 400 400 450 450
pedoman Pedoman
- SDM yang
Pemulihan dan Pemulihan dan Org 3 3 6 6 12
Kompeten
Peningkatan Peningkatan
sosial Pasca Sosial Pasca Output :
bencana bencana
Pedoman
Pemulihan & Unit 1 1 1 1 1
peningkatan
sosial
Outcome :
Meningkatnya
pengetahuan Kab. 3 3 6 6 12
petugas
BPBD

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan pedoman

pemulihan dan peningkatan sosial di daerah sangat diperlukan untuk acuan

dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, hal ini dapat

dilihat bahwa kebutuhan pedoman pemulihan dan peningkatan sosial

dibutuhkan di Kabupaten semakin meningkat per tiga bulannya, maka akan

berdampak terhadap peningkatan kinerja Subdirektorat Pemulihan dan

Peningkatan Sosial Direktorat Pemulihan Dan Peningkatan sosial ekonomi.

BAB IV

ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN RENCANA KERJA

A. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

29
Untuk meningkatkan kinerja penyusunan pedoman penyusunan dan

Peningkatan sosial pascabencana, maka Subdirektorat Pemulihan dan

Peningkatan Sosial harus mengidentifikasi, menganalisa dan mencari sebab

dari kelemahan dan juga kekuatan yang ada dan dimilikinya. Kelemahan

tersebut harus dicari penyebabnya dan diupayakan alternatif pemecahan

masalahnya.

Salah satu cara untuk mengidentifikasikan alternatif tersebut adalah

dengan mengetahui faktor-faktor yang mendukung keberhasilan upaya yang

akan dilakukan maupun faktor-faktor yang menghambat keberhasilan tersebut.

Faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan cara mengiventarisasi kondisi

internal maupun eksternal organisasi sehingga dapat diketahui kekuatan,

kelemahan, peluang maupun acnamannya. Analisis kondisi-kondisi tersebut

dilakukan dengan menggunakan metode analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, dan Threate).

Berdasarkan hasil analisis kekuatan penghambat dan kekuatan

pendukung utama, maka permasalahan yang kemungkinan besar akan timbul

dan menghambat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, dapat ditampilkan

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal


NO FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN

30
( Strengths ) ( Weaknesses ) ( Opportunities ) ( Threats )
1
Tersedianya Dukungan pihak Belum adanya
Rencana Kompetensi SDM swasta dan rencana
Strategi Pelaksana Pemulihan NGO cukup kontijensi
Rehab dan peningkatan sosial tinggi (kesiapsiagaan
Rekons Pascabencana menghadapi
pascabencana Belum memadai bencana yang
komprehensif

2
Ketersediaan
Motivasi SDM Perubahan
Perka Rehab
daerah dalam sistem
Rekons dan Kurang seimbangnya
penanggulangan anggaran dan
fasilitas struktur organisasi
bencana cukup penggantian
penunjang dengan beban kerja
tinggi pejabat
tupoksi yang
memadai

3
Komitmen dan Banyaknya
Daerah
motivasi kerja Belum terisinya jabatan bencana yang
membutuhkan
pegawai yg perencana Penyusun berdampak
sosialisasi rehab
cukup Pemulihan&Peningkatan pada kerusakan
rekons pasca
kuat/tinggi Sosial Pascabencana dan kerugian
bencana bidang
bidang sosial
sosial

4
Tersedianya Badan daerah Daerah belum
LAKIP dan Belum adanya kantor sudah dibentuk mampu
laporan permanen dan satu atap hampir 70% menghitung
tahunan seluruh dampak
Indonesia kerusakan dan
kerugian bidang
sosial

Setelah melakukan identifikasi faktor keberhasilan internal dan eksternal,

maka perlu dilakukan penilaian faktor-faktor keberhasilan tersebut agar dapat

diketahui faktor kunci keberhasilan atau faktor strategis.

Suatu faktor dapat dikatakan strategi apabila memiliki nilai lebih dari

faktor yang lain dalam pencapaian misi peningkatan kinerja.

B. Faktor Kunci Keberhasilan

31
Aspek yang dinilai dalam setiap faktor Nilai Urgensi (NU), Nilai Bobot

Faktor (BF), Bilai Bobot Dukungan (NBD), Nilai Keterkaitan (NK), Nilai Bobot

Keterkaitan (NBK), dan Total Nilai Bobot (TNB), nilai-nilai tersebut menjadi

dasar bagi penilaian dan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK).

Rumus yang digunakan untuk menentukan Faktor Kunci Keberhasilan

(FKK) adalah sebagai berikut :

a. NU = Nilai Urgensi, dihitung dengan menggunakan tabel tingkat urgensi

b. BF = Bobot Faktor, dihitung dengan rumus NU/NU x 100 %

c. ND = Nilai Dukungan, dihitung dengan skala nilai

d. NBD = Nilai Bobot Dukungan, merupakan hasil ND x BF

e. NK = Nilai Keterkaitan, menggunakan skala nilai

f. TNK = Total Nilai Keterkaitan Faktor, N = jumlah faktor internal yang dinilai

g. NRK = Nilai rata-rata keterkaitan, dihitung dengan menggunakan rumus

TNK/N-1

1. Penentuan Nilai Urgensi (NU)

Nilai urgensi adalah nilai kepentingan setiap faktor internal dan eksternal

yang ada terhadap misi yang dijalankan organisasi. Untuk menentukan nilai,

digunakan matriks tingkat urgensi sebagaimana dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.2 Matrik urgensi faktor Internal

No Faktor yang lebih


BOBOT
Faktor Internal urgen TOTAL
a b c d E f (%)
1
STRENGTHS / KEKUATAN                
Tersedianya Rencana Strategi rehab rekons
a X a a a A a 5 33.33%
pascabencana

32
Ketersediaan Perka rehab rekons dan fasilitas
b a X b b E f 2 13.33%
penunjang tupoksi yang memadai

Komitmen dan motivasi kerja pegawai yg cukup


c a b X d E c 1 6.67%
kuat/tinggi

2
WEAKNESSES / KELEMAHAN                
Kompetensi SDM pelaksana pemulihan dan
d a b d X E d 2 13.33%
peningkatan sosial Pascabencana belum memadai

Kurang seimbangnya struktur organisasi dengan


e a e e e X e 4 26.67%
beban kerja

Belum terisinya jabatan perencana pemulihan dan


f a f c d E X 1 6.67%
peningkata sosial pascabencana

 
JUMLAH 5 2 1 2 4 1 15 100.00%

Tabel 4.3 Matrik urgensi faktor Eksternal


N Faktor yang lebih
TOTAL BOBOT
o Faktor Eksternal urgen
g h i j K l (%)
3 OPPORTUNITIES / PELUANG                
Motivasi SDM daerah dalam penanggulangan
g bencana cukup tinggi X h g g G g 4 26.67%

h Dukungan pihak swasta dan NGO cukup tinggi h X h h H h 5 33.33%

Daerah membutuhkan sosialisasi rehab rekons


i g h X j I i 2 13.33%
pascabencana bidang sosial
4            
THREATS / ANCAMAN    

Belum adanya rencana kontijensi (kesiapsiagaan


j g h j X K l 1 6.67%
menghadapi bencana yang komprehensif
Perubahan sistem anggaran dan penggantian
k g h i k X l 1 6.67%
pejabat
Banyaknya bencana yang berdampak pada
l g h I l I X 2 13.33%
kerusakan dan kerugian bidang sosial
 
JUMLAH 4 5 2 2 1 1 15 100.00%

Cara menentukan nilai NU adalah dengan membandingkan tingkat

urgensi atau tingkat kepentingan antar masing-masing faktor dengan

menggunakan metode komparasi faktor. Setelah NU diperoleh, maka dapat

ditentukan nilai Bobot faktornya (BF). Nilai NU BF yang memperoleh melalui

33
pendekatan matriks tingkat urgensi tersebut kemudian dijadikan dasar bagi

penilaian faktor keberhasilan kinerja (FKK) selanjutnya.

2. Penentuan Nilai Dukungan

Nilai dukungan adalah nilai yang diberikan kepada suatu faktor dilihat

dari tingkat dukungan faktor tersebut terhadap pelaksanaan misi saat ini. untuk

menentukan nilai dukungan digunakan metode komparasi.

Nilai dukungan kita tentukan dengn batasan nilai 5 untuk dukungan

paling maksimal dan nilai 1 untuk dukungan paling minimal.

3. Penentuan Nilai Keterkaitan

Nilai keterkaitan adalah nilai yang diberikan kepada suatu faktor dilihat

dari keterkaitan faktor dengan faktor lainnya dalam mendukung misi organisasi.

Nilai keterkaitan juga kita tentukan dengn batasan nilai 5 untuk

keterkaitan paling maksimal dan nilai 1 untuk keterkaitan paling minimal

Hal ini dapat di lihat dalam tabel berikut :

34
TABEL 4.4 Matriks Evaluasi Keterkaitan Faktor Internal Dan Eksternal

Nilai Nilai Bobot Total


Nilai Rata2
N Bobot Nilai Bobot NILAI KETERKAITAN Keterkaita Nilai
FAKTOR INTERNAL Keterkaitan
O Faktor Dukungan Dukunga n Bobot
n a b c d e f g H i j k l

 
1 STRENGTHS / KEKUATAN                                 4.19
Tersedianya Rencana Strategi 1.
a 33.33% 5 X 5 4 3 4 3 4 5 4 3 1 3 3.55 1.18 2.85
rehab rekons pascabencana 67
Ketersediaan Perka rehab rekons
0.
b dan fasilitas penunjang tupoksi 13.33% 4 5 X 4 2 2 1 4 5 4 1 1 1 2.73 0.36 0.90
53
yang cukup memadai

Komitmen dan motivasi kerja 0.


c 6.67% 4 4 4 X 3 3 1 4 4 3 1 1 1 2.64 0.18 0.44
pegawai yg cukup kuat/tinggi 27

                                 
2 WEAKNESSES / KELEMAHAN 2.43
Kompetensi SDM pelaksana
0.
d pemulihan dan Peningkatan sosial 13.33% 2 3 2 3 X 1 1 4 4 3 1 1 1 2.18 0.29 0.56
27
PB Belum memadai
Kurang seimbangnya struktur 0.
e 26.67% 3 4 2 3 1 X 4 3 2 1 4 4 4 2.91 0.78 1.58
organisasi dengan beban kerja 80

Belum terisinya jabatan perencana


0.
f penyusun pemulihan dan 6.67% 2 3 1 1 1 4 X 2 2 1 4 4 4 2.45 0.16 0.30
13
peningkatan sosial pascabencana

35
Nilai Nilai Bobot Total
Nilai Rata2
N Bobot Nilai Bobot NILAI KETERKAITAN Keterkaita Nilai
FAKTOR EXTERNAL Keterkaitan
O Faktor Dukungan Dukunga n Bobot
n a b c d e f g H i j k l e f
                                 
3 OPPORTUNITIES / PELUANG 5.89
Dukungan pihak swasta dan NGO 1.
g 26.67% 5 4 4 4 4 3 2 X 5 4 3 4 4 3.73 1.24 2.58
cukup tinggi 33

Motivasi SDM daerah dalam


1.
h penanggulangan bencana cukup 33.33% 4 5 5 4 4 2 2 5 X 4 4 1 1 3.36 1.12 2.45
33
tinggi
Daerah membutuhkan sosialisasi
0.
i rehab rekons pascabencana 13.33% 4 4 4 3 3 1 1 4 4 X 1 1 1 2.45 0.33 0.86
53
bidang sosial
                                 
4 THREATS / ANCAMAN 1.22
Belum adanya rencana kontijensi
0.
j (kesiapsiagaan menghadapi 6.67% 3 3 1 1 1 4 4 3 4 1 X 4 4 2.73 0.18 0.38
20
bencana yang komprehensif

Perubahan sistem anggaran dan 0.


k 6.67% 2 1 1 1 1 4 4 4 1 1 4 X 1 2.09 0.14 0.27
penggantian pejabat 13
Banyak bencana yang berdampak
0.
l pada kerusakan dan kerugian 13.33% 2 3 1 1 1 4 4 4 1 1 4 1 X 2.27 0.30 0.57
27
bidang sosial
                                       

36
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa :

Faktor internal yang merupakan kelemahan (Weaknesses) bagi

pelaksanaan Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan sosial Ekonomi adalah ” Kurang seimbangnya

struktur organisasi dengan beban kerja” dengan total nilai bobot yang diperoleh

sebesar 1,58. Memang kondisi BNPB sebagai lembaga yang baru memasuki

tahun ke 4 berdirinya dan didukung personil yang masih kurang memadai, akan

sangat terasa ketidakseimbangan struktur organisasi dengan beban kerja yang

ada. Ditinjau dari kekuatan (Strengths) yang ada “Tersedianya Rencana

Strategi rehab rekons pascabencana” dengan total nilai bobot yang diperoleh

sebesar 2,85 sangat menunjang dalam memandu dan mencapai tujuan

organisasi, namun sampai saat ini potensi tersebut belum diberdayakan secara

optimal.

Faktor eksternal yang merupakan peluang (Opportunity) bagi

keberhasilan pelaksanaan Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial

Direktorat Pemulihan dan Peningkatan sosial Ekonomi adalah “Dukungan pihak

swasta dan NGO cukup tinggi” dengan total nilai bobot yang diperoleh sebesar

2,58. Sejalan dengan semakin tingginya perhatian masyarakat internasioal

terhadap penanggulangan bencana di Indonesia terutama dalam meningkatkan

kemampuan SDM dalam menghadapi bencana. Sementara ancaman (Threat)

37
yang menjadi dilemma adalah “Banyaknya bencana yang berdampak pada

kerusakan dan kerugian bidang sosial”. Kondisi ini sangat dominan dalam

mempengaruhi kinerja Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial

Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi, karena bencana yang

terjadi di beberapa daerah dengan kerusakan dan kerugian yang berdampak

pada bidang sosial adalah merupakan kerusakan yang harus mendapatkan

penanganan demi kembalinya fungsi pelayanan publik.

Keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dapat merupakan kunci

keberhasilan pelaksanaan program dengan mengsinergikan unsur-unsur terkait

dari kedua faktor tersebut. Dari hasil evaluasi keterkaitan faktor internal dan

eksternal, diperoleh selisih nilai kekuatan (Strengths) dengan kelemahan

(Weaknesses) nilainya masih berada pada kwadran I yang artinya Nilai

“kekuatan” dan “peluang” masih dominan.

38
Gambar 3.1 Peta kekuatan Organisasi

Peta Kekuatan Organisasi

Opportunity
1 Strength
Threat
Weakness
Kekuatan organisasi
0
-2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

-1

-2

-3

C. Strategi dan Rencana Kegiatan.

1. Strategi

Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh

tersebut di atas, dirumuskan strategi pemecahan masalah sebagai berikut :

39
Tabel 4.5 Formulasi strategi SWOT

Formulasi Strategi S W O T
Faktor Internal STRENGTHS WEAKNESSES
(Kekuatan) (Kelemahan)

Tersedianya Rencana Strategi Belum tersedianya


rehab rekons pascabencana pedoman pemulihan dan
Faktor Eksternal
peningkatan sosial
pascabencana
OPPORTUNITIES STRATEGI STRATEGI
(Peluang) S-O W-O
Dukungan pihak Memanfaatkan ketersediaan Tingkatkan penyiapan
swasta dan NGO rencana dan strategi rehab bahan penyusunan
cukup tinggi rekons pascabencana guna pedoman pemulihan dan
menjalin kerjasama dengan peningkatan sosial
pihak swasta dan NGO pascabencana dengan
dukungan pihak swasta dan
NGO
THREATS STRATEGI STRATEGI
(Ancaman) S-T W-T
Banyaknya bencana Memanfaatkan ketersediaan Tingkatkan penyiapan
yang berdampak rencana dan strategi untuk bahan penyusunan
pada kerusakan dan melaksanakan rehab rekons pedoman pemulihan dan
kerugian bidang dampak kerusakan dan peningkatan sosial guna
sosial kerugian bidang sosial menghadapi banyaknya
pascabencana bencana yang berdampak
pada kerusakan dan
kerugian bidang sosial

Dari matrik analisis SWOT tersebut di atas diperoleh rumusan formula

strategi pemecahan masalah yang dihadapi organisasi dalam rangka

peningkatan kinerja sebagai berikut :

 Strategi S-O :

Memanfaatkan ketersediaan rencana dan strategi rehabilitasi dan

rekonstruksi pascabencana guna menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan

NGO

40
 Strategi W-O

Tingkatkan penyiapan bahan penyusunan pedoman pemulihan dan

peningkatan sosial pascabencana dengan dukungan pihak swasta dan NGO.

 Strategi S-T

Memanfaatkan ketersediaan rencana dan strategi untuk melaksanakan

rehabilitasi dan rekonstruksi dampak kerusakan dan kerugian bidang sosial

pascabencana

 Strategi W-T

Tingkatkan penyiapan bahan penyusunan pedoman pemulihan dan

peningkatan sosial guna menghadapi banyaknya bencana yang berdampak

pada kerusakan dan kerugian bidang sosial pascabencana.

Dari formulasi strategi SWOT dirumuskan empat strategi untuk

mempercepat peningkatan kinerja Bidang Subdirektorat Pemulihan dan

Peningkatan Sosial Direktorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi.

Keempat strategi diatas akan dituangkan menjadi rencana kegiatan di Direktorat

Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi.

2. Rencana Kegiatan

Untuk mengoperasionalkan strategi dalam upaya mencapai sasaran

kinerja maka perlu disusun suatu kebijakan operasional sebagai pedoman dalam

menjabarkan strategi kedalam program dalam bentuk rencana kegiatan,

sekaligus disusun program kegiatan sebagai implementasi dari suatu kebijakan.

41
Adapun Strategi, kebijakan operasional dan program yang disusun

sesuai table berikut :

Tabel 4.6. Strategi, Kebijakan operasional dan Program

Strategi, Kebijakan Operasional Dan Program.

Strategi Kebijakan Operasional Program

Memanfaatkan Menyederhanakan Penyusunan


ketersediaan rencana dan prosedur pelaksanaan prosedur penilaian
strategi rehab rekons Pemulihan dan kerusakan dan
pascabencana guna peningkatan sosial dengan kerugian bidang
menjalin kerjasama dengan kerjasama pihak swasta sosial
pihak swasta dan NGO dan NGO pascabencana.
(SO)

Tingkatkan penyiapan Melakukan kerjasama Penyusunan


bahan penyusunan pelaksanaan kegiatan pelaksanaan
pedoman pemulihan dan penilaian kerusakan dan Workshop
peningkatan sosial kerugian bidang sosial Penilaian dan
pascabencana dengan pascabencana dengan kerusakan bidang
dukungan pihak swasta dan Dana / Instruktur dari NGO sosial
NGO. (WO) pascabencana.

Memanfaatkan Memberikan pemahaman / Sosialisasi


ketersediaan rencana dan sosialisasi pemulihan dan program
strategi untuk peningkatan sosial pemulihan dan
melaksanakan rehab rekons pascabencana ke daerah peningkatan sosial
dampak kerusakan dan bahwa kerusakan dan Pasacbencana
kerugian bidang sosial kerugian bidang sosial
pascabencana (ST) harus ditangani profesional
dibidangnya.

Tingkatkan penyiapan Menyusun Pedoman Pembuatan


bahan penyusunan pemulihan&peningkatan Pedoman
pedoman pemulihan dan sosial pasca bencana Pemulihan dan
peningkatan sosial guna peningkatan sosial
menghadapi banyaknya Pascabencana
bencana yang berdampak
pada kerusakan dan
kerugian bidang sosial

42
Berdasarkan hasil yang diperoleh sebagaimana tertera pada Tabel

diatas, disusun rencana kegiatan secara terkoordinasi dengan langkah kegiatan

sebagai berikut :

a. Persiapan, terdiri dari kegiatan-kegiatan :

a). Rapat penyusunan rencana kegiatan Pemulihan dan Peningkatan sosial;

b). Rapat dengan pihak NGO/swasta guna menginventarisir dukungan

mereka; c). Mengolah data rentra dan kerjasama dengan NGO untuk tahun

berjalan maupun usulan DIPA tahun depan.

b. Pelaksanaan, terdiri dari kegiatan-kegiatan : a). Rapat dengan pihak NGO /

Swasta guna menginventarisir dukungan mereka; b). Mengolah data

renstra dan kerjasama dgn NGO untuk tahun berjalan maupun usulan DIPA

tahun depan; c). Rapat koordinasi dengan BPBD Prop. tentang kebutuhan

Pemulihan sosial di daerah (2 x setahun), d). Merencanakan kegiatan

pemulihan sosial sesuai dengan kebutuhan daerah, e). Mengumpulkan

bahan penyusunan pemulihan sosial ysng didukung dana dari swasta/NGO,

f). Meminta dukungan NGO dalam penyediaan Pedoman pemulihan dan

peningkatan sosial, g). Menginventarisir masalah masalah kerusakan bidang

sosial di lapangan; h)Mensosalisasikan dampak kerusakan bidang sosial;i).

Menyusun pedoman pemulihan dan peningkatan sosial dengan bahan dari

bencana yang memiliki dampak kerusakan sosial besar.

c. Pengakhiran, terdiri dari kegiatan monitoring dan evaluasi.

43
Untuk dapat memastikan bahwa kegiatan yang telah direncanakan dapat

dilaksanakan dengan baik tanpa hambatan-hambatan baik internal maupun

eksternal, perlu dibentuk suatu team kerja. Tugas utama dari team kerja ini

antara lain :

1). melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan serta

pelaporan ;

2). perkiraan kesulitan yang mungkin akan dihadapinya serta cara mengatasinya

3). penjadwalan kegiatan

3. Susunan Team Kerja.

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan dan mengatur kelancaran

pelaksanaan kegiatan seperti yang telah dirumuskan, dibentuk team kerja

sebagai berikut :

Pembina : Direktur PP Sosek

Penanggung Jawab Progam : Kasubdit PP sosial

Pelaksana :

 Ketua : Staf Subdit PP-Sosial

 Sekretaris : Staf Subdit PP-Sosial

 Anggota : Staf Subdit PP-Sosial

 Pelaksana Kegiatan : Staf Subdit PP-Sosial

TABEL 4.7
Langkah- Langkah Kegiatan Terkoordinasi
NO STRATEGI LANGKAH KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

  SO :      

44
1 Memanfaatkan 1 Rapat penyusunan rencana kegiatan PP-sosial Kasubdit PP-sosial
ketersediaan rencana
dan strategi guna 2 Rapat dengan pihak NGO / Swasta guna Kasubbid perencana
menjalin kerjasama menginventarisir dukungan mereka
dengan pihak swasta
  dan NGO
3 Mengolah data renstra dan kerjasama dgn NGO untuk Kasubbid perencana
tahun berjalan maupun usulan DIPA tahun depan
 
   
  ST:  
2 Memanfaatkan 4 Rapat updating data kerusakan sosial di daerah (4 hari) Kasubbid perencana
ketersediaan rencana
dan strategi guna 5 Rapat koordinasi dengan BPBD Prop. tentang Kasubbid evaluasi
memperkuat SDM kebutuhan pemulihan sosial daerah (2 x setahun)
 
Penanggulangan 6 Kasubbid perencana
Bencana Daerah yang Merencanakan kegiatan pemulihan sosial sesuai
  tidak dimutasi dengan kebutuhan daerah
   
  WO :  
Memanfaatkan 7 Mengumpulkan bahan penyusunan pemulihan sosial Kasubbid perencana
3 dukungan pihak swasta didukung dana NGO / Swasta
dan NGO dalam 8 Mendampingi NGO dalam pelaksanaan penyusunan Kasubbid evaluasi
  pedoman pemulihan dan peningkatan sosial
9 Meminta dukungan NGO dalam penyediaan Personil Kasubbid evaluasi
yang fokus dalam penyusunan bahan ajar Dilat
 
WT :    
   
Membuat list personil 10 Menginventarisir masalah-masalah di lapang Kasubbid evaluasi
4 daerah yang sudah
11 Mensosalisasikan dampak kerusakan bidang sosial Kasubbid evaluasi
  diberikan Diklat PB serta
mengusulkan agar tidak 12 Menyusuna pedoman pemulihan dan peningkatan Kasubbid perencana
dimutasi sosial dengan bahan dari bencana yang memiliki
  dampak kerusakan sosial besar

45
4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh team kerja

sejalan dengan dilakukannya kegiatan. Kegiatan ini dimaksudkan

sebagai masukan dalam upaya memperbaiki sistem kerja dalam

pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat. Hasil monitoring

yang diperoleh di lapangan selanjutnya dipersiapkan sebagai bahan

bahasan dalam rapat kerja dengan team pelaksana kegiatan yang

dilakukan selambat-lambatnya 1 minggu setelah monitoring.

Pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan dapat dilihat

pada Tabel Jadwal pelaksanaan kegiatan.

5. Perkiraan Kesulitan dan Cara Mengatasinya.

Dalam pelaksanaan program yang telah disusun diatas, perlu

diperhitungkan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi sehingga dapat

menghambat jalannya kegiatan atau sampai meniadakan suatu kegiatan

yang cukup penting atau sekurang-kurangnya akan mempersulit jalannya

kegiatan. Untuk permasalahan yang mungkin terjadi tersebut, perlu

dipersiapkan langkah-langkah antisipasi agar tidak menimbulkan

permasalahan yang berarti. Perkiraan kesulitan yang mungkin terjadi dan

cara mengatasinya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Perkiraan Kesulitan yang mungkin terjadi

46
Perkiraan Kesulitan Yang Mugkin Terjadi
No. Kegiatan Perkiraan Kesulitan Rencana Antisipasi
1. Persiapan dan Pencairan/ketersedia- - perencanaan
pelaksanaan an dana terlambat yang mengakomodir
kegiatan semua kegiatan
secara ter-struktur
- mengupayakan
pen-cairan dana lebih
awal
2. Mengadakan Adanya aktivitas lain Koordinasi dalam pen-
pertemuan yang mendesak se- jadwalan.
koordinasi/evaluasi hingga mengundurkan
waktu yang telah
direncanakan
3. Agenda pertemuan Waktu pelaksanaan Melakukan penjadwalan
dengan NGO / tidak sesuai dengan ulang sesuai dengan
Swasta perencanaan perubahan kondisi di
lapangan
4. Pertemuan Adanya kegiatan lain Membuat rencana
/musyawarah dari aparat yang dituju / pertemuan yang ketat
dengan aparat diundang atau ada pejabat
teknis BPBD pengganti yang dapat
NO LANGKAH KEGIATAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN memberikan
JUL AUG keputusan.
SEPT OKT NOV DES
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Rapat penyusunan rencana kegiatan

Rapat dengan pihak NGO / Swasta


2 6. Jadwal Kegiatan.
guna menginventarisir dukungan
mereka

Mengolah data renstra dan kerjasama


3 dgn NGO untuk tahun berjalan Untuk kelancaran dalam pelaksanaan program / kegiatan, perlu di
maupun usulan DIPA tahun depan

4 buat penjadwalan sebagai pedoman untuk mengendalikan jalannya


Rapat updating data SDM daerah (4
hari)
Rapat koordinasi dengan BPBD Prop.
5 kegiatan secara terpadu
tentang kebutuhan Diklat daerah (2 x ` sebagaimana table berikut :
setahun)

Merencanakan Diklat sesuai dengan


6
TABEL 4.9 Jadwal Kegiatan Terkoordinasi
kebutuhan dan jumlah personil daerah

Merencanakan Diklat yang didukung


7
dana NGO / Swasta JADWAL KEGIATAN TERKOORDINASI
Mendampingi NGO dalam
8
pelaksanaan Diklat
Meminta dukungan NGO dalam
9 penyediaan Personil yang fokus dalam
penyusunan bahan ajar Dilat
Menginventarisir masalah-masalah di
10
lapang
Mensosalisasikan pemantapan SDM
11
kebencanaan
Memprioritaskan diklat berkelanjutan
12 terhadap SDM daerah yang masih
eksis dan berkompeten

13 Pemantauan
14 Penilaian
15 Pelaporan

47
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian mulai dari bab I sampai dengan bab IV, maka dapat

disimpulkan:

1. Posisi organisasi berada pada kuadran I yang berarti memiliki kekuatan yang

cukup memadai dengan peluang yang cukup besar. Kekuatan dan peluang

ini harus dioptimalkan agar dapat lebih berperan dalam Penyusunan

Program dan anggaran kegiatan Pusdiklat PB. Dengan demikian dipahami

bahwa peningkatan kinerja penyusunan program dan anggaran yang telah

disusun berdasarkan hasil analisis SWOT sangat penting untuk mendukung

pelaksanaan kebijakan bidang Program Pusdiklat PB.

2. Dari hasil analisa faktor-faktor intenal dan eksternal didapatkan faktor-faktor

kunci yang menentukan keberhasilan Peningkatan kinerja penyusunan

program dan anggaran pada Bidang Program, yaitu: Faktor internal berupa

kekuatan kunci dukungan adalah “Tersedianya Rencana Strategi”, dan

kelemahan kunci adalah “Kurang seimbangnya struktur organisasi dengan

beban kerja” dalam hal ini adalah Kepala Bidang Program Pusdiklat PB

sehingga mempengaruhi kualitas penyusunan program. Faktor eksternal

terdapat peluang kunci yang mendukung tugas organisasi yaitu adanya

“Dukungan pihak swasta dan NGO cukup tinggi”. Namun didapatkan

ancaman kunci yakni “Mutasi personil di daerah tinggi”.

3. Strategi untuk peningkatan kinerja kinerja penyusunan program dan

48
anggaran pada Bidang Program akan lebih berhasil apabila faktor-faktor

kelemahan dan ancaman juga dapat diantisipasi melalui kebijakan-kebijakan

ataupun program yang terpadu dan strategis. Dan sekaligus faktor kekuatan

dapat dioptimalkan untuk meraih peluang yang ada.

4. Agar dalam pelaksanaan penyusunan program dan anggaran tidak sampai

menimbulkan kesulitan seperti pencairan dana yang terlambat, adanya

aktivitas lain yang mendesak dari team kerja, waktu kegiatan yang tidak

sesuai dengan perencanaan, maka perlu difikirkan langkah antisipasi jauh

sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut.

Penulis menyusun Kertas Kerja Perseorangan ini dengan mengemukakan

pemikiran-pemikiran teori yang di dapat selama Diklat Pim III. Hasil karya ini

mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi peningkatan kinerja Pusdiklat PB,

Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

49
DAFTAR PUSTAKA

............2008 Kepemimpinan Dalam Organisasi, Lembaga Administrasi Negara


Rl, Jakarta

............2008 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Lembaga Administrasi


Negara Rl, Jakarta

............2008 Sistim Pengelolaan Pembangunan, Lembaga Administrasi Negara


Rl, Jakarta

............2008 Negosiasi Kolaborasi dan Jejaring Kerja, Lembaga Administrasi


Negara Rl, Jakarta

............2008 Teori dan Indiktor Pembangunan, Lembaga Administrasi Negara


Rl, Jakarta

............2008 Teknik-Teknik Analisis Manajemen, Lembaga Administrasi


Negara Rl, Jakarta

............2008 Isu Aktual Sesuai Tema, Lembaga Administrasi Negara Rl, Jakarta

............2008 Teknologi Informasi Dalam Pemerintahan, Lembaga Administrasi


Negara Rl, Jakarta

............2008 Pengembangan Potensi Diri, Lembaga Administrasi Negara Rl,


Jakarta

Safuan Tingal at.al 2008 Kertas Kerja Perseorangan, Lembaga Administrasi


Negara Rl, Jakarta

...........2008 Telaahan Staf Paripurna, Lembaga Administrasi Negara Rl, Jakarta

............2008 Himpunan Peraturan Perundangan tentang Penanggulangan


Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta

............2008 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.1


Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, Jakarta

............2008 Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014, Badan


Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta

...........2008 Pembelajaran Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan


Rekonstruksi, Jakarta

50
...........2011 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
No.15 Tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana, Jakarta

Burhanudin, .2011 Analisis Faktor-Faktor Ekonomi dan Non Ekonomi yang


Mempengaruhi Pemulihan Ekonomi dan Implikasinya Terhadap
Peningkatan Keadaan Ekonomi korban Bencana Di daerah
Pascabencana, Jakarta

51

Anda mungkin juga menyukai