1. Aspirin
Mekanisme kerja /
Indikasi
Dosis
Dewasa:1 tablet,3 tablet per hari,anak>5th,1/2 sampai 1 tablet,maksimum 1 ½-3 tablet per hari.
Efek samping
Kontra indikasi
FARMAKODINAMIK
Merupakan obat yang banyak digunakan sebagai analgesik, anti piretik dan anti inflamasi. Untuk
mencapai efek inflamasi yang baikkadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 ug/mL.
FARMAKOKINETIK
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung. Kadar
tertinggi dicapai kira-kira 2 jam. Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil melalui keringat dan
empedu.
2. . ASETAMINOFEN (PARACETAMOL)
FARMAKODINAMIK
Efek analgetik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat. Efek anti inflamasinya sangat lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan
lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga pada gangguan keseimbangan asam basa
dan gangguan pernafasan.
FARMAKOKINETIK
Paracetamol di absorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi didalam
plasma dicapai dalam waktu 1/2 jam dan masa paruh plasma 1-3 jam. Obat ini dimetabolisme dihati
dan diekskresi di ginjal.
EFEK SAMPING
dosis
Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120
mg/ 5 mL. Dosis paracetamol untuk dewasa 300 mg-1 g per kali dengan maksimum 4 g per hari.
Untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/ kali, dengan maksimum 1,2 g/ hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60-
120 mg/ kali dan bayi dibawah 1 tahun: 60 mg/ kali,pada keduanya maksimum diberikan 6 kali sehari.
Derivat para amino fenol yaitu fenasetin dan asetaminofen. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen.
1) Farmakodinamik
Efek obat ini adalah menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah.
2) Farmakokinetik
Diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-33 jam. Dimetabolisme oleh enzim mikrosom
hati. Metabolit hasil hidroksil dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.
Diekskresi melalui ginjal.
Fanasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik. Anemia hemolitik
dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang
abnormal.
Dosis
- Untuk nyeri dosis awal 500 mg, dilanjutkan dengan dosis 250 mg, setiap 6 jam jika
di perlukan, penggunaan sebaiknya tidak lebih dari 1 minggu.
- Untuk dismenore penggunaan saat terjadi haid, pnggunaan tidak lebih dari 2 -3 hari.
5. Propoksifen
Farmakodinamik
Propoksifen terutama bekerja terikat pada reseptor µmeskipunkurang selektif disbandingkan dengan
morfin. Propoksifen 65-100 mg memberikan efek yang sama kuat denga 65 mg kodein. Propoksifen
menimbulka perasaan yang panas dan iritasi ditempat suntikan. Kombinasi propoksifen dengan
asetosal berefek analgesic jauh lebih baik jika masing-masing obat diberikan secara sendiri-sendiri.
Farmakokinetik
Propoksifen diabsorbsi setelah pemberian oral maupun parenteral. Seperti kodein, efektivitas jauh
berkurang jika propoksifen diberikan secara oral. Biotransformasi propoksifen dengan cara
enbemetilasi yang terjadi dalam hati.
Indikasi
Hanya digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai nyeri sedang, yang tidak cukup baik
diredakan oleh asetosal. Kombinasi propoksifen dengan asetosal sama kuat seperti kombinasi kodein
dengan asetosal.
Efek samping
Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut dan kantuk, kurang lebih sama
dengan kodein
Sediaan dan dosis
Propoksifen : 65 mg 4x sehari ( dalam bentuk tablet dan vial)
6. Antagonis Opioid
Obat-obat yang tergolong antagonis opioid umumnya tidak menimbulkan banyak efek kecuali bila
sebelumnya telah ada efek agonis opioid aatau bila opioid endogen edang aktif misalnya pada
keadaan stress atau syok. Nalokson merupakan prototif antagonis opioid yang relative murni,
demikian pula naltrekson yang dapat diberikan secara oral dan memperlihatkan masa kerjalebih yang
lama dari pada nalokson.
Nalorfin, levalorfan, siklazosin dan sejenisnya disamping memperlihatkan efek antagonis,
menimbulkan efek otonomik, endokrin, analgetik dan depresi nafas mirip efek yang ditimbulkan oleh
morfin. Obat-obat ini merupakan antagonis kompetitif reseptor µ, tetapi juga memperlihatkan efek
agonis pada reseptor-reseptor lain.
Farmakodinamik
Efek tanpa pengaruh opioid pada berbagai eksperimen bahwa nalokson memperlihatkan :
a. Menurunkan ambang nyeri pada mereka yang biasanya ambang nyerinya tinggi
b. Mengantagonis efek analgetik placebo
c. Mengantagonis analgesia yang terjadi akibat perangsangan leawat jarum akupuntur, semua efek ini
diduga berdasarkan antagonisme nalokson terhadap opioid endogen yang dalam keadaan lebih aktif
Nalorfin dan levalorfan juga menimbulkan depresi nafas yang diduga karena kerjanya pada reseptor
K. berbeda dengan morfin, depresi nafas ini tidak bertambah dengan bertambahnya dosis, kedua obat
ini bekerja memperberat depresi nafas oleh morfin dosis kecil, tetapi mengantagonis depresi nafas
akibat morfin dosis besar.
Efek dengan pengaruh opioid frekuensi nafas meningkat dalam 1-2 menit setelah pemberian IV, IM
nalokson pada pasien dengan depresi nafas akibat agonis opioid, efek sedatef dan efek terhadap
tekanan darah juga segera dihilangkan. Antagonis nalokson terhadap efek agonis opioid sering disertai
dengan terjadinya fenomena overshoot misalnya berupa penigkatan frekuensi nafas melebihi
frekuensi sebelum dihambat oleh opioid. Fenomena ini diduga berhubungan dengan terungkapnya
(unmasking) ketergantungan fisik akut yang timbul 24 jam setelah morfin dosis besar.
Indikasi
Antagonis opioid ini diindikasikan untuk mengatasi depresi nafas akibat takar kajak opioid, pada bayi
yang dilairkan oleh ibu yang mendapat opioid sewaktu perdalinan atau akibat tentamen suicide
dengan suatu opioid. Dalam hal ini alokson merupakan obat pilihan untuk kasus ini.
Sediaan dan Dosis
Nalorfin HCL : 0,2 mg /ml unutuk anak, 5 mg/ml untuk dewasa
Levalorvan : 1 mg/ml
Nalokson : 0,4 mg/ml
6. Agonis Parsial
a. Pentazosin
Farmakodinamik
Obat ini merupakan antagonis lemah pada reseptor µ tetapi merupakan agonis yang kuat pada reseptor
K dan δ sehingga tidak mengantagonis depresi nafas oleh morfin. Efeknya terhadap SSP mirip dengan
efek opioid yaitu nyebabkan analgesi, sedasi dan depresi nafas. Analgesi yang timbul agaknya karna
efek pada reseptor K, karena sifatnya berbeda dengan analgesi akibat morfin. Analgesi timbul lebih
dini dan hilang lebih cepat daripada morfin, setelah pemberian secara IM analgesi mencapai maksimal
dalam 30 – 60 menit dan berakhir setelah 2-3 jam. Setelah pemberian oral efek maksimal dalam 1 – 3
jam dan lama kerja agak panjang darimpada setelah pemberian IM. Depresi nafas yang
ditiimbulkannya tidak sejalan dengan dosis, pada dosis 60-90 mg obat ini menyebabkan disporia dan
efek psikotomimetik mirip dengan morfin yang hanya dapat di antagomnis oleh aloksan. Diduga
timbulnya disporia dan efek psikotomimetik karena kerjanya pada reseptor δ.
Farmakokinetik
Pentazosin diserap baik melalui pemberian apa saja, tetapi karena mengalami metabolism lintas
pertama, bioavailabilytas per oral cukup berpariasi. Obat ini dimetabolisme secara intensif di hati
untuk kemmudian di ekskresi sebagai metabolit melalui urin. Pada penderita sirosis hepatis
bersihannya sangat kuat.
Indikasi
Pentazosin diindikasikan untuk mengatasi nyeri sedang tetapi kurang efektif dibandingkan morfin
untuk nyeri berat. Obat ini juga digunakan untuk medikasi pre anastetik.
Efek samping
Bila digunnakan untukk analgesi opstertik pentazosin dapat mengakibatkan depresi nafas yang
sebanding meferidin.
Farmakodinamik
Efek farmakodinamik butorfenol sama seperti pentazosin.
Efek Samping
Butorfanol menyebabkan ngantuk, mual, berkeringat kadang-kadang terjadi gangguan kardiocaskular
yaitu kalpitasi dan gangguan kulit rash.
INDIKASI butarfanol efektif mengatasi nyeri akut pasca operasi sebanding dengan morfin eferidin
atau pentazosin. Demikian pula butorfanol sama efektif dengan mefiridin untuk medikasi preanastetik
akantetapi efek sedasinya lebih kuat.
Sediaan dan dosis
Butorfanol : dewasa 1-4 mg IM atau 0,5 – 2 mg IV dan dapapt diulang sampai dengan 2-4 jam
Sanmol Syrup
Indikasi:
SANMOL diindikasikan untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan demam yang menyertai influenza dan demam setelah imunisasi.
Kontra Indikasi:
- Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
- Hipersensitif terhadap paracetamol
Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung Paracetamol 120mg.
Farmakologi:
SANMOL mengandung Paracetamol yang bekerja sebagai nalgesik, bekerja dengan meningkatkan
ambang rangsang rasa sakit dan sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat penghantar
panas di hipotalamus.
Efek Samping:
- Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
- Reaksi hipersensitivitas.
Dosis:
1 – 2 tahun: 5 ml, 3 – 4 kali sehari.
2 – 6 tahun: 5 – 10 ml, 3 – 4 kali sehari.
6 – 9 tahun: 10 – 15 ml, 3 – 4 kali sehari.
9 – 12 tahun: 15 – 20 ml, 3 – 4 kali sehari.
Atau menurut petunuk dokter.
Obat Analgetik.Narkotik
1) Morfin
Farmakodinamik
Morfin bekerja pada sistim saraf pusat sebagai depresan,kantuk,depresi pernapasan dan depresi reflek
batuk dan sebagai stimulan SSP,berakibat muntah,miosis,konvulsi,nakrosis,analgesia.morfin
meransang otot polos,berakibat sasme otot gastrointestinal,saluran biliaris,dan saluran
kemih,mengurangi motilitas usus dan mengakibatkan konstipasi.
Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh,tetapi dapat di absorpsi melelui kulit luka.mofin juga dapat
menembus mukosa.morfin dapat diabsorpsi usus tetapi efek analgetik setelah pemberian oral jauh
lebih rendah dari pada efek analgetik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang
sama
Mula kerja semua alkaloid opioid setelah suntiksn IV sangat cepat,sedangkan setelah suntikan
subkutan,absorpsi berbagai alkaloid opioid berbeda-beda.setelah pemberian dosis tunggal sebagian
morfin mengalami konyugasi dengan asam glukoronat di hepar sebagian dkeluarkan dalam bentuk
bebas dan 10% tidak diketahui nasipnya.ekrisi morfin terutama melalui ginjal sebagian kecil morfin
bebas ditemukan dalam ginjal dan keringat.morfin yang terkoyugasi ditemukan dalam empedu
sebagian yang sangat kecil dikeluarkan bersama cairan lambug.
Indikasi
o Terhadap nyeri
Untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesic non-
opioid.morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ;infark miokard,neoplasma,kolik renal
atau kolik empedu,oklusio akut pembuluh darah perifer,pulmonal atau koroner,perikarditis
akut,pleuritis,dan nyeri akibat troma
o Terhadap batuk
Morfin intra vena dapat dengan jelas mengurang atau menghilangkan sesak nafasakibat edema
pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri.
Berguna untuk menghentikan diare,pada pengobatan diare yang disebabkan oleh intoksikasi makanan
atau intoksikasi akut obat
Pasien tidak pernah pakai opioid:awal 10-15mg.efek obat selama 12jam,nyeri yang tidak dapat
dikontrol dengan opioid:20-30mg tiap 12jam.telan utuh,jangan dibagi/dikunyah/dihancurkan.
Efek samping
Hipoventilasi,mual,muntah,konstipasi,somnolen,konvusi,halusinasi,euphoria,tekanan darah
menurun,pembentukan urin berkurang karena terjadi pelepasan ADH,suhu badan rendah.pada bayi
mungkin timbul konvulsi.
Kontra indikasi
Farmakodinamik
Sistim kardiovaskuler : pemberian dosis terapi meperidin pada pasien yang berbaring tidak
mempengaruhi sistim kardiovaskuler,tidak menghambat kontraksi miokard dan tidak mengubah
gambaran EKG.
Ureter
Setelah pemberian meperidin dosis terapi,peristaltic ureter berkurang.hal ini disebabkan berkurangnya
produksi urin akibat dilepaskanya ADH dan berkurangnya laju filtrasi glomerulus
Uterus
Meperidin sedikit meransang uterus dewasa yang tidak hamil,menambah frekuensi dan intensitas
kontraksi uterus,tidak mengganggu kontraksi /involusi uterus pasca persalinan dan tidak menambah
frekuensi perdarahan pasca persalinan.
Farmakokinetik
Indikasi
dosis
Efeksamping
Kontraindikasi
Farmakodinamik
Ssp efek analgetik 7,5 – 10 mg metadon sama kuat dengan efek 10 mg morfin dosis ekuianlgetik
menimbulkan defresi nafas yang sama kuatseperti morfin dan dapat bertahan lebih 24 jam setelah
dosis tunggal .
Farmakokinetik
Metadon di absorbsi secara baik oleh usus dan dapat di temukan dalam plasma setelah 30 menit
pemberian oral,kadar puncak di capai setelah 4 jam.metadon cepat keluar dari darah dan menumpuk
dalam paru,hati ,ginjal dan limpa .metadon mengalami pengikatan erat pada protein
jaringan.biotranformasi metadon terutama berlangsung di hati sebagian besar di temukan dalam urin
dan tinja.
Indikasi
Analgesia : efek analgetik mulai timbul 10 – 20 menit setelah pemberian parenteral atau 30 – 60
menit, setelah pemberian oral metadon . masa kerja metadon dosis tunggal kira –kira sama dengan
masa kerja morfin.
Kontra indikasi
Antitusif : metadon merupakan anti tusif yang baik.efek anti tusif 1,5 -2 mgper oral sesuai dengan 15
-20 mg kodein.
Dosis
Metadon dapat di berikan secara oral maupun suntikan,tetapi suntikan subkutan menimbulkan iritasi
lokal .metadon tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg serta sedia suntikan dalam ampul atu fial
dengan kadar 10 mg \ml.dosis analgetik metadon oral untuk dewasa 2,5 – 15 mg ,tergantung dari
hebatnya nyeri dan respon pasien sedangkan dosis parenteral ialah 2,5 -10 mg .
Efeksamping
Kontra indikasi
Obat –obat yang tergolong antagonis opioid umumnya tidak menimbulkan banyak efek kecuali bila
sebelumnya telah ada efek agonis opioid endogen sedang aktif misalnya dalam keadaan stres atau
syok.contohnya nalakson,naltrekson,nalorfin,levalorfan,siklazosin dan sejenisnya memperlihatkan
efek antagonis,efek otonomik,endokrin,analgetik dan depresi nafas mirip efek yang ditimbulkan oleh
morfin.