Tugas Kelompok Perpajakan
Tugas Kelompok Perpajakan
Disusun oleh
1. Gues
2. Kristina A.L
3. Maria Dwi Tibarsoni
4. Sisca
5. Sonia
6. Tyasnuari Lidya Ellyantara
7. Wahyudi Suprapto
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS OTTOW GEISSLER PAPUA
JAYAPURA
2018
PPN dan PPnBM
Pada dasarnya Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dipungut atas nilai tambah (tax on
added value) yang memiliki beberapa legal karakter. Undang-undang PPN mengatur :
1. Ketentuan Umum
2. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
3. Obyek Pajak dan Kewajiban Pencatatan
4. Tarif Pajak dan Cara Menghitung Pajak
5. Saat dan Tempat Terutang dan Laporan Penghitungan Pajak
6. Ketentuan Lain-lain
7. Ketentuan Peralihan
8. Ketentuan Penutup.
1. Karakteristik PPN
2. Beberapa legal karakter PPN antara lain sebagai berikut :
3. PPN adalah Pajak Tidak Langsung
4. PPN adalah Pajak Objektif
5. PPN menerapkan tarif tunggal
6. Metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction method)
7. Dikenakan pada setiap jenjang penyerahan (multi stage level)
8. PPN tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda
PPN adalah pajak atas konsumsi dalam negeri. Karakteristik ini mengandung dua makna,
yaitu sebagai berikut :
1. Karakteristik PPn. BM
1) PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN. Oleh karena itu tidak
mungkin ada PPn BM tanpa PPN.
2
2. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai
Mekanisme PPN secara umum (diatur dalam pasal 9 & pasal 13 UU PPN)
Mekanisme PPN yang bersifat khusus yang diatur dalam Pasal 16 A
Objek PPN diatur dalam pasal 4, Pasal 16C dan 16D 1984. Berdasarkan pasal-
pasal dalam UU PPN 1984 tersebut diatur bahwa PPN dikenakan atas :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
2. impor Barang Kena Pajak (BKP)
3. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
4. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
5. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean;
6. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
8. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan
uang, emas batangan, dan surat berharga.
1. Subyek Pajak PPN adalah Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
kena Pajak.
2. Pengusaha ( perusahaan) yang bukan Pengusaha kecil yang menyerahkan BKP/JKP.
3. Pengusaha (perusahaan ) kecil yang menyerahkan BKP/JKP , dan memilih menjadi
Pengusaha kena Pajak.
Kewajiban PKP:
PKP diwajibkan :
4
Terutang diwujudkan dalam bentuk kewajiban membuat faktur pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 13 ayat( 1 )UU PPN yang menentukan bahwa PKP wajib membuat
Faktur Pajak untuk setiap melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP,
PKP diberikan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NP PKP)
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Daerah Pabean UUP PPN adalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,dan ruang udara, serta tempat tertentu
yang di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landasan Kontinen yang didalamnya berlaku UU
yang mengatur mengenai Kepabeanan
5
(1). Terutangnya pajak terjadi pada saat :
Penyerahan BKP;
Impor BKP
Penyerahan JKP
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;
Ekspor BKP Berwujud;
Ekspor BKP Tidak Berwujud; atau
Ekspor Jasa Kena Pajak.
(2). Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau JKP atau dalam
hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya Pajak adalah pada
saat pembayaran.
(3). Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat terutangnya pajak
dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetaokan atau terjadi perubahan
ketentuan yang dapat menimbulkan ketidakadilan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 23 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP.
6
a) Saat penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP;
b) Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan dan atau penyerahan JKP;
c) Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan; atau
d) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
1. Nama alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak dan atau Jasa Kena pajak
2. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak dan atau
penerima Jasa Kena Pajak;
3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan Potongan
harga;
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5. Pajak Penjualan Barang Mewah yang dipungut;
6. kode, nomor, seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak ; dan
7. nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak
Nota Retur suatu nota yang harus dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal
terjadi pengembalian Barang Kena Pajak oleh pembeli. Nota Retur ini akan
dipergunakan oleh PKP Penjual maupun Pembeli untuk mengkoreksi Pajak Keluaran
maupun Pajak Masukan
Nilai berupa uang yang dijadikan dasar menghitung pajak yang terutang dengan
mengalikan DPP tersebut dengan Tarif pajak.
Jenis DPP :
7
Tarif PPN adalah 10%
Atas ekspor Barang dikenakan tarif pajak dengan 0%
Dengan Peraturan Pemerintah , tarif pajak dapat diubah menjadi serendah-
rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%
Tarif PPn BM adalah 10% dan 20%
Atas ekspor Barang Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%
Dengan Peraturan Pemerintah tarif pajak diubah menjadi setinggi-tingginya
35%.
Berdasarkan Pasal 3 Ayat (1) dan Pasal 4 ayat( 1) UU KUP, setiap Wajib Pajak
wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). SPT wajib di isi
dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, Angka Arab, dan Satuan Mata Rupiah, PKP wajib menyampaikan Wajib Masa
SPT, Masa PPN.
Penyetoran PPN oleh PKP harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. SPT Masa
PPN itu disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak
8
Berdasarkan Pasal 1 angka 24, Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya
dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/ atau Perolehan JKP dan/ atau
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean, dan/ atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau Import BKP.
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam
Masa Pajak yang sama .
Apabila tidak dapat dikreditkan dalam masa pajak yang sama, pajak masukan
masih bisa dikreditkan pada masa pajak berikutnya, selambat-lambatnya 3 bulan
setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang :
Belum dibebankan sebagai biaya
Belum dilakukan pemeriksaan oleh fiskus , kecuali dalam pemerilsaan tersebut
diketahui bahwa perolehan BKP/JKP yang bersangkutan telah dibukukan.
Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang
terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan impor barang modal dapat
dikreditkan.
Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Ayat (5) dan ayat (9).
Apabila dalam suatu Masa Pajak , Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak
Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor
oleh Pengusaha Kena Pajak.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dikreditkan lebih besar dari
pada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompesasikan ke Masa Pajak berikutnya.
Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
diajukan permohonanan pengembalian pada akhir tahun buku
Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak
Perolrhan Barang Kena Pajak atau Jasa kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha
Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, statiom wagen, van dan
kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
Pemanfaatan Barang Kena pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagap Pengusaha Kena
pajak.
Perolehan Barang kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannya berupa
Faktur Pajak Sederhana;
Perolehan Barang Kena pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan;
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa kena Pajak dari luar daerah
pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan;
9
Perolehan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak;
Perolehan Barang kena Pajakl dan Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang
diketemukan pada waktu dilaksanakan pemeriksaan.
Pencatatan Transaksi PPN dan PPnBM secara terus menerus dan dimuat dalam
SPT Masa PPN bentuk formulir 1107 yang terdiri dari:
a) konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan
sejenis, dan/atau baja:
b) diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha: dan
c) luas keseluruhan paling sedikit 300m2 (tiga ratus meter persegi).
10
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak.
Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN dengan tarif 10% (sepuluh
persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak atas
kegiatan membangun sendiri adalah 40% (empat puluh persen) dari jumlah biaya
yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun sendiri, tidak
termasuk harga perolehan tanah.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang setiap bulan dihitung dengan cara:
4) PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva
yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (8) dan huruf c UU PPN . (Pasal 16D UU PPN).
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar pabean dengan nilai impor Rp.
15.000.000
PPN = 10% x Rp. 15.000.000
= Rp. 1.500.000
PPN Rp. 1.500.000 dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
4. Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan nilai ekspor Rp.
10.000.000
PPN = 0% x Rp. 15.000.000
= Rp. 0
PPN Rp. 0 adalah pajak keluaran
5. Pengusaha Kena Pajak “A” mengimpor Barang Kena Pajak dengan nilai impor Rp.
5.000.000 Barang Kena Pajak tersebut, selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,
misalnya juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20% dengan
11
demikian, perhituangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang terutang atas impor Barang Kena Pajak tersebut adalah:
Dasar Pengenaan Pajak =Rp. 5.000.000
Pajak Pertambahan Nilai
10% x Rp. 5.000.000 =Rp. 500.000
PPnBM =Rp. 5.000.000
20% x Rp.5.000.000 = Rp.1.000.000
6. Pengusaha Kena Pajak “D” menyerahkan Barang Kena Pajak secara Cuma-Cuma untuk
membantu korban bencana merapi Yogyakarta senilai Rp. 330.000.000 termasuk laba
10%. Berapa PPN yang terutang atas penyerahan BKP tersebut:
= Rp. 300.000.000
PPN = 10% x Rp. 300.000.000
= Rp. 30.000.000
7. PT. sentosa adalah PKP dengan bidang usaha pemborong bangunan telah selesai
pembangunan sendiri satu unit gedung seluas 400 M2 untuk rumah direksi, dengan
biaya Rp. 183.000.000 termasuk PPN atas pembelian bahan bangunan Rp. 13.000.000
hitung PPN yang terutang atas kegiatan ini?
Jawab.
DPP = Penggantian
PPN = 10% X ( Rp. 183.000.000 – Rp. 13.000.000)
= 10% X Rp. 170.000.000
= Rp. 17.000.000
12