Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada sebagian besar kasus, lubang kencing
terletak di bagian bawah kepala penis, dan sebagian lain memiliki lubang kencing di bagian bawah
batang penis. Posisi lubang kencing juga bisa berada di area skrotum (buah zakar), tetapi kondisi ini
jarang terjadi.
Akibat letak letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan mengalami gejala
seperti di bawah ini:
2.
Hipospadia terjadi ketika perkembangan saluran lubang kencing (uretra) dan kulup penis terganggu,
waktu di dalam kandungan. Belum diketahui apa penyebab pastinya. Namun, ada sejumlah faktor yang
diduga dapat meningkatkan risiko seseorang anak mengalami hipospadia, misalnya karena sang ibu:
Selain karena faktor di atas, memiliki keluarga yang pernah mengalami hipospadia, dan anak yang
terlahir secara prematur, juga diduga dapat membuat anak mengalami hipospadia.
3.
1. Kelainan bawaan
Hidrosefalus biasanya terjadi karena kelainan bawaan yang disebabkan oleh infeksi toksoplasmosis di
dalam kandungan. Infeksi ini mampu menembus janin, mengakibatkan peradangan otak, serta
menginfeksi jaringan saraf otak.
3. Virus rubella
Adanya infeksi tertentu selama masa kehamilan yang mampu memicu peradangan pada otak janin,
seperti rubella (campak Jerman) atau sifilis.
4. Cacat
Hidrosefalus juga bisa disebabkan karena adanya cacat bawaan di mana tulang belakang bayi tidak
dapat menutup sempurna selama dalam kandungan, sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi cairan
otak yang tidak seimbang.
5. Genetik
Adakalanya kelainan cacat bawaan seperti turunan gen menjadi penyebab hidrosefalus pada bayi dalam
kandungan. Lakukanlah pemeriksaan teratur guna mendeteksi sejak awal, serta mampu mengatasi
dengan cepat.
Kondisi ini termasuk penyebab paling jarang dari kasus hidrosefalus, sehingga tidak banyak terulas.
Keadaan ini disebabkan adanya tumor pleksus koroid, namun ada pula yang terjadi karena
hipervitaminosis vitamin A.
7. Kelainan Saraf
Penyebab lain hidrosefalus dapat berupa aliran cairan serebrospinal yang terhambat pada system saraf.
Hal ini dapat terjadi tanpa sepengetahuan dan tidak disadari oleh sang ibu selama proses kehamilan.
4.