Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia karena

berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Khususnya pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dituntut mempunyai

kemampuan dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindaklanjuti

informasi untuk dimanfaatkan dalam kehidupan yang dinamis, penuh tantangan,

dan kompetitif.

Sains adalah ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

pengetahuan lain dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang sangat pesat saat ini, telah mempermudah kehidupan manusia. Hampir

semua teknologi saat ini memanfaatkan konsep sains seperti telepon, internet,

Rice Cooker, pemanas ruangan hingga ke panel surya.

Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mencakup atas

fakta, prinsip, hukum, postulat, teori, dan metodologi keilmuan. Fisika merupakan

mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari, Siregar (dalam Febrianti, dkk, 2019). Mengingat begitu pentingnya

peranan ilmu fisika dalam kehidupan manusia, sudah semestinya ilmu fisika

dipahami dengan benar dan terus dikembangkan, terutama oleh generasi muda

baik siswa maupun mahasiswa. Namun, hasil belajar fisika siswa di Indonesia

1
2

kurang memuaskan. Walaupun pada ajang kompetisi fisika tingkat dunia,

misalnya olimpiade fisika, siswa Indonesia sering menyabet gelar juara dan

meraih medali, baik medali perunggu, medali perak, bahkan medali emas.

(Manalu, dkk, 2019).

Dalam belajar fisika, tidak hanya mempelajari ilmu matematisnya saja namun

juga mempelajari seluruh hakikat ilmu fisika. Kurangnya penguasaan konsep

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika

siswa di sekolah Pujianto, dkk (dalam Febrianti, dkk, 2019). Hal ini menunjukkan

bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut

pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.

Siswa sebelum menerima suatu pelajaran fisika dari gurunya biasanya telah

mengembangkan tafsiran-tafsiran atau dugaan-dugaan konsep yang akan

diterimanya. Pinker (dalam Maharta, tanpa tahun) mengemukakan bahwa siswa

hadir di kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah

membawa sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide-ide yang dibentuk

sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Gagasan-gagasan

atau ide-ide yang dimiliki oleh siswa sebelum menerima suatu pembelajaran ini

disebut dengan prakonsepsi.

Siswa sering kali mengalami konflik dalam dirinya ketika berhadapan dengan

informasi baru dengan ide-ide yang dibawa sebelumnya. Informasi baru ini bisa

sejalan atau bertentangan dengan prakonsepsi siswa. Kebanyakan yang terjadi

adalah informasi baru tersebut bertentangan dengan prakonsepsi siswa seperti


3

yang dikemukakan oleh Redhana dan Kirna (dalam Maharta, tanpa tahun) bahwa

prakonsepsi ini sering merupakan miskonsepsi. Sebagai contoh, konsepsi yang

sering keliru yang dibawa siswa dari hasil pengalamannya adalah waktu gerak

jatuh bebas. Ketika dua benda yang massanya berbeda jatuh dari ketinggian yang

sama (faktor gesekan diabaikan), siswa akan cenderung membuat kesimpulan

bahwa waktu sampai kedua benda akan berbeda. Ketika ditanya mengapa

berbeda, alasannya karena massa kedua benda akan mempengaruhi lama tidaknya

waktu menyentuh lantai. Kasus seperti ini akan tersimpan dalam long term

memori siswa, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi proses asimilasi

konsep dalam proses pembelajaran. Inilah salah satu miskonsepsi pada seseorang

yang tentunya akan memberikan hambatan dalam proses pemahaman konsep yang

akan dipelajari.

Untuk mengukur tingkat keyakinan miskonsepsi siswa terhadap materi yang

telah diajarkan oleh guru dapat menggunakan Metode Certainty of Response

Index (CRI). Metode ini dikembangkan oleh Saleem Hasan pada Tahun 1999.

Saheb, Supriadi, dan Prihandono (2018) pada penelitian serupa di SMA di

Bondowoso menyimpulkan bahwa tingkat keyakinan siswa SMA di Bondowoso

dalam mengerjakan soal tes dengan materi usaha dan energi memiliki tingkat

keyakinan sebesar 26%-50% terhadap jawabannya dalam mengerjakan soal dan

Besar persentase miskonsepsi secara keseluruhan pada siswa SMA di Bondowoso

untuk materi usaha dan energi yakni sebesar 21,59% dan dapat digolongkan ke

dalam miskonsepsi kategori rendah karena berada di bawah 30%.


4

Banyak topik dalam fisika dipahami secara keliru oleh siswa, termasuk topik

fluida statis. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud

menganalisis miskonsepsi siswa pada materi Fluida Statis dengan menggunakan

metode Certainty of Response Index (CRI) dengan judul penelitian “ Analisis

miskonsepsi siswa dengan menggunakan metode Certainty of Response Index

(CRI) pada materi Fluida Statis”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar fisika siswa di sekolah rendah dan kurang memuaskan

2. Terjadinya miskonsepsi terhadap konsep - konsep fisika yang menggangu

pemahaman siswa terhadap konsep tersebut

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, perlu adanya

pembatasan masalah penelitian agar lebih fokus dan spesifikasi maka peneliti

membatasi masalah

1. Metode yang digunakan untuk melihat tingkat miskonsepsi siswa adalah

metode Certainty of Response Index (CRI).


5

2. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fluida statis

(Tekanan Hidrostatis dan Hukum Archimedes)

3. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar-belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Seberapa besar tingkat miskonsepsi yang dialami siswa dalam materi Fluida

statis yang diukur menggunakan metode Certainty of Response Index (CRI)? ”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dinyatakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat miskonsepsi yang dialami siswa

dalam materi fluida statis yang diukur menggunakan metode Certainty of

Response Index (CRI).

2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi siswa

pada konsep fluida statis


6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar berguna bagi pendidikan maka manfaat

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan agar siswa tidak mengalami miskonsepsi dalam belajar

sehingga prestasi belajar dapat ditingkatkan

2. Memberikan masukan bagi guru dan calon guru sehingga dapat mengantisipasi

berbagai peluang terjadinya miskonsepsi fisika dalam melaksanakan

pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai