Gabungan Persiapan Pasien Dengan Barium Enema Usg Dan Endskopi
Gabungan Persiapan Pasien Dengan Barium Enema Usg Dan Endskopi
Di susu oleh:
Alwi saimima
Neni vani orobayam
Vika wulandari
Putrid indha sari djalil
Safitri
Carolin lakotany
Faris wailisa
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan kasih sayang–Nya kepada kami karena hanya
dengan izin–Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I, khususnya dapat
menambah wawasan, menyimpulkan gagasan dan menympaikan dari setiap
buku.
Shalawat dan salam semoga tetap tecurahlimpahkan kepada nabi kita
Nabi Muhammad SAW. Dan juga tercurah pula kepada keluarganya,
sahabatnya dan kepada kita sebagai umatnya.
Alhamdulillah, makalah ini bisa selesai sesuai dengan kemampauan
kami. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna sebagai
pembenahan dalam penyusunan makalah yang lebih baik.Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
.
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2
D. Sistematika Penulisan.....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Penunjang Barium Enema .......................................3
B. Pemeriksaan Penunjang Endoskopi ..............................................9
C. PemeriksaanPenunjang USG Abdomen........................................15
D. Konsep dasar Ulkus Peptikum .......................................................27
E. Konsep Dasar Gastroenteriti........................................................40
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai jenis pemeriksaan x-ray digunakan untuk memeriksa
bagian yang berbeda dari saluran pencernaan.barium enema disebut
sebagai pemeriksaan saluran cerna bawah, agen kontras barium
diberikan sebagai enema melalui tabung kecil yang dimasukan ke dalam
rectum (dwirosid, 2014). Barium enema sendiri adalah untuk
mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu
menegakkan diagnose suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon
(dwirosid,2014). Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat
yang menyerupai endoskopi untuk pertama kali dilakukan pada abad ke-
18. Pada saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintp melalui
suatu tabung yang dimasukan ke dalam rectum penderita dengan
penerangan lilin untuk dapat melihat keaadan di dalam rekrum.
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari
gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan
kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound
didalam jaringan.Ultrasonografi dapat digunakan untuk endeteksi
berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih,
jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis.Selain itu USG juga dpaat
digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.
Endoskopi adalah suatu tehnik dalam bidang ilmu gastro-
enterologi. Hepatologi untuk melihat secara lansung keaadan didalam
saluran cerna bagian atas. Pada tahun 2008 jumlah pasien yang
dilakukan kolonsopi di rspad gatot soebroto jakarta sebanyak 182 paien
dengan klasifikasi kasus yaitu. Haemorroid sebanyak 33 pasien, colitis
5
infektif 59 pasien, pasien dengan normal kolon sebanyak 27, pasien
dengan tumor kolon sebanyak 41 pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Pemeriksaan Barium Enema ?
2. Bagaiman Cara Pemeriksaan Endoskopi ?
3. Bagaiman Cara Pemeriksaan Usgabdomen ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas makalah yang diberikan dan
untuk melaksanakan pemeriksaan penunjang sistem
pencernaan,barium enema,usg abdomen dan endoskopi secara
optimal pada pasien.
2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis diharapkan mampu
:
1. Mampu melaksanakan cara pemeriksaanpenunjang barium enema
2. Mampu melaksanakan cara pemeriksaanpenunjang endoskopi
3. Mampu meaksanakan cara pemeriksaanpenunjang usg abdomen
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
selang rektal. Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan
kemudian dilakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan
tinja sehingga barium memperlihatkan gambaran usus besar untuk
dideteksi adanya berbagai gangguan.Teknik kontras ganda (barium
dan udara) sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi polip.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak
putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan
usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan
adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.Foto rontgen
bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium.Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk
mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses
ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di
sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
1. Fungsi kerongkongan dan lambung
2. Kontraksi kerongkongan dan lambung
3. Penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk
melapisi usus besar bagian bawah.Kemudian dilakukan foto rontgen
untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur
lainnya.Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan
rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai
enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja
tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus
segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti.Obat
pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3. Tujuan Pemeriksaan Barium Enema
Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan
polip, tumor, atau lesi lain dari usus besar dan menunjukkan adanya
8
kelainan anatomi atau gangguan fungsi usus. (brunner& suddarth’s,
2010)
9
1) Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature
37 derajat celsius, sebanyak 2 liter
2) Rectal kateter
3) Irigator set . Dewasa ini sering digunakan disposible barium
enema kits yang terdiri dari:
a) Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan
kapasitas 3 liter.
b) Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk
menambah larutan barium.
c) Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk
mengatur laju bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan
dalam berbagai posisi.
d) Rectal kateter.
4) Glycerin
5) Kayu pengaduk barium ( bila menggunakan irrigator set)
6) Receiver (ember)
7) Kain laken ( penutup meja pemeriksaan )
b. Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium Enema (Brunner &
Suddarth’s, 2010)
1) Persiapan pasien
a) Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum
pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat,
dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak,
kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid
dan obat-obat kontrasepsi.
c) Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu
puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.boleh
minum samapai jam 11. 00 malam
d) Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.
10
e) Premedikasi biasanya diberikan glucagon atau buscopan,
untuk memperlemah gerak peristaltik.
f) Untuk pasien dirawat biasanya dilakukan klisma.
2) Pra – persiapan
a) Informed consent, serta beri penjelasan tentang procedure
tindakan, indikasi, dan kemungkinan yang terjadi agar
menghilangkan rasa cemas.
b) Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan.
c) Anjuran klien untuk diet cair bening malam sebelum
pemeriksaan.
d) Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat )
yang sebaiknya dilakukan sehari sebelum pemeriksaan
pada sore hari atau menejlang malam ( 16.00 – 18.00 )
e) Enema atau laksatif supositoria mis . Bisakodil (dulcolax)
dapat diberikan pada malam sebelum pemeriksaan
3) Pasca – pemeriksaan
a) Menginformasikan tentang meningkatkan asupan fluida
b) Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium
c) Mencatat peningkatan buang air berar karena barium,
osmolaritas tinggi, dapat menarik cairan kedalam usus
sehingga meningkatan isi intraluminal dan menghasilkan
outpus yang lebih besar.
6. Sop barium enema
A. Pengertian
Pemeriksaan radiologi terhadap daerah usu besar dengan
memasukan kontras media negative, positif atau keduanya.
B. Tujuan
Untuk melihat kelainan daerah kolon
C. Persiapan alat dan bahan
1) Barium powder
11
2) Air
3) Folley chateter no 24 atau 18
4) Gunting klem
5) Spuit 50 cc
6) Jelly
7) Handscone
D. Tehnik pemeriksaan
1) Pertama lakukan foto polos abdomen,hal ini bertujuan untuk
melihat persiapan pasien dan untuk mendapatkan faktor
ekposi yang tepat
2) Siapkan barium yang sudah dicampur air
3) Masukan fellow cateter no 24 yang sudah diberi jelly ke
dalam anus pasien dan buat balon pada kateter agar cateter
tidak lepas.
4) Setelah itu masukan barium sebanyak 100cc
5) Agar barium tidak keluar lagi dari cateter, maka ujung luar
cateter di kelm.
6) Buat foto lateral dan abdomen prone
7) Masukan barium semuanya secara perlahan-lahan dan
diberi juga kontras udara, kemudian pasien diguling-
gulingkan sebanyak 5x.
8) Buat foto abdomen prone,supine, dengan tampak seluruh
kolon.
9) Persilahkan pasien ke toilet untuk mengeluarkan bahan
kontras.
10)Bereskan alat
11)Pemeriksaan colon in loop selesai.
E. Dokumentasi
Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri nama,
tanggal, waktu dan tanda tangan perawat.
12
Gambar Barium Enema :
13
ovarium membesar,kehamilan ektopik, atau usus buntu. Baru-baru ini
teknik ini telah terbukti bermanfaat dalam mendiagnosis diverticulitis
kolon akut. Usg menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik pada transduser gelombang
tersebut berjalan melewati tubuh dan dipantulkan kembali secara
bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena
gelombang.Alat ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
membantu menegakkan diagnosis penyakit dalam, terutama
pemeriksaan organ2 tubuh bagian dalam.
14
7. Otot-otot pada rongga abdomen.
8. Abses ataupun koleksi cairan ( ascites ).
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Usg
Abdomen
a. Persiapan alat
1) Hidupkan peralatan usg sesuai dengan tatacara yang
dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut.
2) Panduan pengoperasian peralatan usg sebaiknya diletakkan di
dekat mesin usg, hal ini sangat penting untuk mencegah
kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator usg.
3) Perhatikan tegangan listrik pada kamar usg, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik
mudah rusak.
4) Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan ups.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan usg.
5) Bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada
transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser
dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti
kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat
diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin usg).
6) Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan
dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau
terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin usg dengan plastik
penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin usg dari
siraman air atau zat kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah
rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab
pemeliharaan alat tersebut.
b. Persiapan pasien
1) Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laktasif di malam
sebelumnya.
15
2) Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas,
sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa agar tidak
menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan
gambar organ yang diperiksa.
3) Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa
sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar
diperoleh dilatasi pasif yang maksimal.
4) Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli
harus dalam keadaan penuh.
c. Persiapan dan pelaksanaan (Uliyah,2008) :
1) Lakukan informed consent.
2) Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan usg aorta abdomen, kandung empedu, hepar,
limpa, pancreas.
3) Oleskan jelly koduktif pada permukaan kulit yang akan
dilakukan usg.
4) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan
dan belakang diatas permukaan kulit.
5) Lakukan antara 10-30 menit.
6) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam
keadaan gelisa.
7) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk
mencegah masuknya udara.
8) Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan ke dua),
pelvis dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan
tidak boleh berkemih. Sementara untuk trimester ke tiga,
pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih
kosong.
9) Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua
perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
16
10)Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk
bernapas secara perlahan-lahan dan menahannya setelah
inspirasi dalam.
5. Sop Ultrasonografi (usg)
A. Pengertian
Ultrasonografi (usg) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non
invasif dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam
abdomen.Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari
permukaan struktur organ sehingga komputer dapat
menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan gelombang-
gelombang tersebut.
B. Tujuan
1. Mendeteksi adanya massa diabdomen.
2. Membedakan antara kista yang berisi air atau massa padat.
3. Mengevaluasi dan memetakan organ di abdomen sebelum
dilakukan biopsi.
4. Mengevaluasi kelainan-kelainan lain yang terdapat dalam
rongga abdomen.
C. Tindakan
1. Pengkajian
Mengkaji Program/Instruksi Medik Untuk Prosedur Pemeriksaan
Usg Abdomen.Mengkaji Tingkat Pengetahuan Klien Tentang
Prosedur Yang Akan Dliakukan.
2. Intervensi
Persiapan Alat :
a. Status atau rekam medik klien.
b. Hasil pemeriksaan diagnostik sebelumnya.
c. Formulir pesanan pemeriksaan usg.
Persiapan Klien :
17
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur yang akan dilakukan.
3. Implementasi
a. Melaporkan / membuat perjanjian dengan petugas usg.
b. Mencuci tangan.
c. Membawa klien ketempat pemeriksaan dengan
menggunakan kursi roda atau meja dorong (sesuai kondisi
klien) bersama rekam medik dan formulir usg klien.
d. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilalkukan.
e. Menjamin kebutuhan privacy klien.
f. Mengatur posisi klien (berbaring pada tempat pemeriksaan
dan mengolesi jelly / lubricant pada area permukaan kulit
yang akandiperiksa).
g. Untuk usg kandung kemih : 2 jam sebelum pemeriksaan
klien diberi banyak minum dan diminta menahan buang air
kecil sampai pemeriksaan selesai.
h. Merapihkan klien dan membawa klien kembali keruang
perawatan.
i. Mencuci tangan.
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon klien selama dan sesudah prosedur.
5. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pemeriksaan, mencatat respon
klien selama, dan sesudah prosedur.Catat semua tindakan
yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda
tangan perawat.
6. Sikap
a) Sistematis.
b) Hati-hati.
c) Berkomunikasi.
18
d) Mandiri.
e) Teliti.
f) Tanggap terhadap respon klien.
g) Rapih.
h) Menjaga privacy.
i) Sopan.
Gambar Pemeriksaan Usg Abdomen
19
a. Rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
b. Keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
20
2. Tujuan Pemeriksaan Endoskopi (Agus Priyanto Dkk,2009)
a. Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada
pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau
kurang jelas.
b. Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering mengeluh
nyeri epigastrum, muntah-muntah, sulit atau nyeri telan.
Sedangkan radiologi menunjukkan hasil yang normal.
c. Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran
pencernaan yang diduga keganasan.
d. Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat.
e. Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien pasca-
bedah.
f. Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.
3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Endoskopi
a. Kontra indikasi diantaranya :
Kontraindikasi absolut
1) Pasien tidak cooperactive / menolak prosedur
2) Renjatan berat karena pendarahan
3) Oklusi koroner akut
4) Gagal jantung berat
5) Koma
6) Emfisema dan penyakit paru obstruksi berat
7) Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus
ditunda dulu sampai keadaan penyakitnya membaik.
Kontraindikasi Relatif
1) Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aorta, aritmia
jantung berat.
2) Kifoskoliosis berat, divertikulum zenker, osteofit bear pada
tulang servikal, struma besar.
21
3) Pasien gagal jantung.
4) Penyakit infeksi akut (pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
5) Anemia berat seperti pendarahan, harus diberikan transfusi
darah terlebih dahulu sampai hb sedikitnya 10 g %
6) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai hipertensi atau
kejang-kejang
7) Pasien pasca bedah abdomen yang baru
8) Gangguan kesadaran
9) Tumor mediastinum
10)Pasien dalam keadaan demam
b. Indikasi diantaranya :
1) Menerangkan perubahan radiologist yang meragukan atau tidak
jelas.
2) Pasien dengan gejala menetap disfagia, nyeri epigastrium,
muntah yang pada pemeriksaan radiologist tidak didapatkan
kelainan.
3) Pada pemeriksaan radiologist dicurigai adanya kelainan
4) Pendarahan saluran cerna bagian atas / melena
5) Endoskopi ulang untuk memantau penyembuhan tukak jinak
dan tukak yang dicurigai ganas
6) Observasi pasien pasca gastrectomi
7) Kasus syndrome dispepsia dengan usia lebih atau di bawah 45
tahun dengan tanda bahaya, pemakaian anti inflamasi non-
steroid (oains) dan riwayat kanker pada keluarga. Tanda-tanda:
muntah-muntah hebat, demam, hematemesis, anemia, ikterus,
dan penurunan berat badan.
8) Prosedur terapetik: polipektomi, pemasangan selang makanan,
dilatasi esophagus, dll.
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Endoskopi
a. Persiapan alat
22
1) Peralatan kardio pulmuner untuk resusitasi (blue code) & monitor
kardio pulmuner
2) Oxygen saturation
3) Blood pressure
4) Pulse rade
5) Suction, air, wate
6) Light source
7) Biopsi forsep baik dan lengkap
8) Cairan formalin tersedia dalam botol kecil
9) Scope endoskopi harus berfungsi dengan baik
10)Alat foto / printer
11)Obat-obat premedikasi (sebelum dan selama pemeriksaan
endoskopi)minor tranquilizer (untuk anxietas, kenyamanan),
diazepam 5 - 10 mg iv atau midazolam 2,5 - 5 mg iv atau pethidine
25 - 50 mg atau propofol (anesthesis). Sulfas atropin masih
kontroversi ada yang menganjurkan ada yang tidak untuk
mencegah vagal reflex. Buscopan diberikan 5 - 10 menit sebelum
prosedur untuk mengurangi gerakan lambung yang berlebihan.
Untuk mengurangi gerakan busa-busa yang menghalangi
gambaran endoskopi dapat diberikan, oksigen selama prosedur,
obat anestesi lokal spray xylocain jelly mouth piece.
b. Persiapan pasien
1) Mental dan psikologis pasien dalam keperawatan endoskopi.
2) Fisik pasien
3) Pastikan pasien berpuasa 6 - 8 jam sebelum tindakan.
4) Observasi tanda-tanda vital.
5) Pastikan pasien sudah terpasang infus (darurat), kolaborasi
dengan dokter.
6) Check lab. Hb, ctbt, trombosit, anti hcv, anti hiv, hbsag
7) Ekg terbaru
23
5. Sop endoskopi
A. Pengertian
Gastroscopy adalah suatu tindakan pemeriksaan terhadap
esophagus, lambung, dan duodenum dengan menggunakan alat
endoscope fiberoptic yang fleksibel. Melaului endoskop dapat juga
dimasukkan forcep biopsy atau brush cytology untuk pemeriksaan
jaringan. Pemeriksaan gastroscopy memmerlukan anesthesi local
dan dilakukan diruangan endoskopi.
B. Tujuan pemeriksaan
Untuk melihat adanya sumber perdarahan, lesi pada
permukaan atau proses penyembuhan pada jaringan. Menilai
adanya perdarahan akut atau kronik, anameia perniciosa, injury
esophagus, massa, striktura, dyspaghia, nyeri substernal, nyeri
epigastrik, atau inflamasi pada penyakit usus. Dan mengambil
jaringan sebagai bahan pemeriksaan cytology atau biopsy.
C. Tindakan
1. Pengkajian
a) Mengkajiprogram/instruksi medik tentang
rencana gastroscopy dan persiapannya.
b) Mengkaji tanda-tanda vital.
c) Mengkaji adanya riwayat penyakit kardiovaskuler berat.
d) Mengkaji keadaan rongga mulut dan catat jumlah gigi yang
hilang atau adanya lesi pada mulut.
e) Mengkaji kemampuan klien untuk menelan.
2. Intervensi
Persiapan alat :
1. Surat ijin tindakan (informed concent).
2. Pemeriksaan diagnostik sebelumnya, satus atau kartu
opname klien.
3. Alat pemeriksaan tanda-tanda vital.
24
Persiapan klien :
1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan jenis anesthesi yang akan dilakukan.
3. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan (informed
concent).
3. Implementasi
Menginstruksikan kepada klien untuk puasa 8 – 12 jam
sebelum pemeriksaan, melepaskan perhiasan dan gigi palsu
klien, menjelaskan kepada klien bahwa ruangan pemeriksaan
mungkin akan dingin dan gelap, serta klien tidak dapat
berbicara selama pemeriksaan gastroscopy.Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan selama pemeriksaan :
a. Selama pemeriksaan klien dalam keadaan sadar.
b. Pemberian anesthesi local spray pada pharing posterior.
c. Pemberian sedatif, opiat, untuk penenang.
d. Posisi klien selama prosedur adalah lateral recumbent ke
kiri.
e. Endoskopi akan masuk melalui mulut, esofagus samapi ke
duodenum.
f. Selama pemeriksaan, tanda-tanda vital klien ; tekanan
darah, denyut nadi, pernafasan dan pulse oximetry akan
dimonitor.
g. Jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
h. Mengantarkan klien ke ruang endoscopy.
i. Menganjurkan kepada klien untuk menarik nafas dalam saat
pemeriksaan atau bila merasa mual.
j. Setelah klien kembali dari ruang endoscopy , monitor tanda-
tanda vital, dan adanya tanda-tanda perdarahan, serta
perforasi.
25
k. Menganjurkan klien untuk tidur dengan posisi sims samapi
sedasi lokal anesthesi berkurang
l. Menganjurkan kepada klien untuk puasa 1 – 2 jam setelah
pemeriksaan atau sampai gag refleks kembali normal.
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum,
selama, dan sesudah prosedur, mengevaluasi apakah gag
refleks sudah kembali dengan menilai refleks menelan,
mengkaji adanya operdarahan selama dan sesudah
pemeriksaan gfastroscopy dan mengobservasi tanda-tanda vital
pasca prosedur secara periodik.
5. Dokumentasi
Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama,
dan sesudah prosedur, acat adanya tanda-perdarahan,
hematoma pada klien dan mencatat hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital.Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri
nama, tanggal, waktu dan tanda tangan perawat.
6. Sikap
a) Sistematis.
b) Hati-hati.
c) Berkomunikasi.
d) Mandiri.
e) Teliti.
f) Tanggap terhadap respon klien.
g) Rapih.
h) Menjaga privacy.
26
Konsep dasar Ulkus Peptikum
27
A. Definisi
B. Etiologi
FDFDF
C. Patofisiologi
terpapar oleh cairan lambung dipasok dengan baik oleh kelenjar mukus,
antara lain kelenjar ulkus campuran pada esophagus bawah dan meliputi
sel mukus penutup pada mukosa lambung: sel mukus pada leher kelenjar
28
dan akhirnya kelenjar Brunner pada duodenum bagian atas yang
duodenum dilindungi oleh sifat alkali dari sekresi usus halus, terutama
berikut :
29
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ulkus peptikum dapat
disebabkan oleh salah-satu dari dua judul (10 sekresi asam dan
1. Nyeri
dipunggung
tubuh
asam.
3. Muntah
30
Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya
asam lambung
mengalami gejala
E. Diagnosa Banding
karena ukuran atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai
31
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada
F. Komplikasi
1. Intraktibilitas
2. Perdarahan
32
Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat
3. Perporasi
anterior duodenum atau lambung karena daerah ini hanya diliputi oleh
4. Obstruksi
33
peptikum. Obstruksi timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum,
juga sering terjadi. Bila obstruksi bertambah berat, dapat timbul nyeri
34
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keadaan Umum
10. Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali.
35
B. Diagnosa Keperawatan
berkurang.
Kriteria evaluasi:
dianjurkan.
Intervensi:
nyeri
tujuan
merokok, kopi
mengandung kafein
36
i. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan
Kriteria evaluasi:
pembatasan
tepat
Intervensi:
a. Kaji apa yang ingin pasien ketahui tentang penyakit dan evaluasi
masalah
37
d. Berinteraksi dengan cara yang santai, Bantu dalam
metode relaksasi
perawatannya
Kriteria evaluasi:
teratur
makan.
Intervensi:
38
d. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan
2. Diet
mengganggu pencernaan
3. Merokok
ulkus
merokok
39
5. Kesadaran akan Komplikasi: ingatkan pasien terhadap tanda-tanda
sekitar 1 tahun
menjamin kesembuhan.
40
Konsep Dasar Gastroenteriti
41
Retavirus
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai
dengan muntah.
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah.
Di dapatkan penurunan HCC.
Enterovirus
Epidemik
Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).
Bakteri
Stigella
42
Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan
entenoksin.
Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
Campylobacter
Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi
dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
Kram abdomen yang hebat.
Muntah / dehidrasi jarang terjadi
Yersinia Enterecolitica
Feses mukosa
Sering didapatkan sel polos pada feses.
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
Diare selama 1-2 minggu.
Sering menyerupai apendicitis.
43
C. Patofisiologi
44
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar
disertai elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio
Disentri dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak
toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan
dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
D. Tanda dan Gejala
1. Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-
kadang mengandung lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung
selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri dan perut kembung.
2. Kuman Escherichia Coli
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.
45
7. Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir
yang disebut sindroma desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda
yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia,
mual dan muntah.
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi.
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
46
G. Tingkat Derajat Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok,
ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung,
kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi
lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam,
turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau
minum.
Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata
75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata
125ml/kgBB.
47
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari
BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali
perhari BAB.
2. Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2
jam BAB.
Jenis-jenis diare:
1. Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir kurang
dari 14 hari.
2. Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces sedikit-
sedikit.
3. Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau
disentri.
H. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1. Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
48
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
I. Penatalaksanaan Medis.
a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.
c. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d. Obat-obatan.
Berikan antibiotik.
e. Koreksi asidosis metabolik.
49
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
A. Identitas klien.
a. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
b. Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
50
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
51
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.
3. Intervensi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital.
Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per hari.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab
elektrolit.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
52
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat
Diet habis 1 porsi yang disediakan
Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
Timbang berat badan klien.
Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
53
Tujuan : Nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang.
Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital.
Kaji tingkat rasa nyeri.
Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
4. Implementasi
54
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d. Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
e. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan
lab elektrolit.
f. Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
55
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
56
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan
setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan
lainnya tidak memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam
mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik.tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali
bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi)
juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-
gejalanya.proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan kemudian
dilakukan foto ronsen.Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga
barium memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya
berbagai gangguan.
Endoskopi yang digunakan dalam penilaian saluran pencernaan
termasuk fibroscopy/esophagogastroduodenoscopy (egd), enteroscopy
usus kecil, kolonoskopi, sigmoidoskopi, proctoskopi, anoskopi, dan
endoskopi melalui ostomy.esophagogastroduodenoscopy fibroscopy dari
saluran pencernaan bagian atas memungkinkan visualisasi langsung dari
esofagus, lambung, dan mukosa duodenum melalui endoskopi menyala
(gastroscope). Egd penting ketika esofagus, lambung, duodenum atau
gangguan atau inflamasi, neoplastik, atau proses infeksi yang dicurigai.
Prosedur ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi esophageal dan
motilitas lambung dan mengumpulkan sekresi dan spesimen jaringan
untuk analisa lebih lanjut.
B. Saran
Dari pembahasan yang kita buat himbauan kepada seluruh
mahasiswa umumnya masyarakat banyak, jangan merasa cepat puas
57
terhadap materi yang kami sajikan karena di takutkan banyak kekurangan
dari materi tentang pemeriksaan penunjang sistem pencernaan,barium
enema,barium meal,usg abdomen dan endoskopi.
58
DAFTAR PUSTAKA
59