Anda di halaman 1dari 59

Tugas makalah

Dosen MK : Irmadi Achmad, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mata kulia : keperawatan medical bedah

Di susu oleh:
 Alwi saimima
 Neni vani orobayam
 Vika wulandari
 Putrid indha sari djalil
 Safitri
 Carolin lakotany
 Faris wailisa
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan kasih sayang–Nya kepada kami karena hanya
dengan izin–Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I, khususnya dapat
menambah wawasan, menyimpulkan gagasan dan menympaikan dari setiap
buku.
Shalawat dan salam semoga tetap tecurahlimpahkan kepada nabi kita
Nabi Muhammad SAW. Dan juga tercurah pula kepada keluarganya,
sahabatnya dan kepada kita sebagai umatnya.
Alhamdulillah, makalah ini bisa selesai sesuai dengan kemampauan
kami. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna sebagai
pembenahan dalam penyusunan makalah yang lebih baik.Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
.

Masohi,07 November 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2
D. Sistematika Penulisan.....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Penunjang Barium Enema .......................................3
B. Pemeriksaan Penunjang Endoskopi ..............................................9
C. PemeriksaanPenunjang USG Abdomen........................................15
D. Konsep dasar Ulkus Peptikum .......................................................27
E. Konsep Dasar Gastroenteriti........................................................40

BAB III PENUTUP


A. Simpulan.........................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai jenis pemeriksaan x-ray digunakan untuk memeriksa
bagian yang berbeda dari saluran pencernaan.barium enema disebut
sebagai pemeriksaan saluran cerna bawah, agen kontras barium
diberikan sebagai enema melalui tabung kecil yang dimasukan ke dalam
rectum (dwirosid, 2014). Barium enema sendiri adalah untuk
mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu
menegakkan diagnose suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon
(dwirosid,2014). Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat
yang menyerupai endoskopi untuk pertama kali dilakukan pada abad ke-
18. Pada saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintp melalui
suatu tabung yang dimasukan ke dalam rectum penderita dengan
penerangan lilin untuk dapat melihat keaadan di dalam rekrum.
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari
gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan
kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound
didalam jaringan.Ultrasonografi dapat digunakan untuk endeteksi
berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih,
jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis.Selain itu USG juga dpaat
digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.
Endoskopi adalah suatu tehnik dalam bidang ilmu gastro-
enterologi. Hepatologi untuk melihat secara lansung keaadan didalam
saluran cerna bagian atas. Pada tahun 2008 jumlah pasien yang
dilakukan kolonsopi di rspad gatot soebroto jakarta sebanyak 182 paien
dengan klasifikasi kasus yaitu. Haemorroid sebanyak 33 pasien, colitis

5
infektif 59 pasien, pasien dengan normal kolon sebanyak 27, pasien
dengan tumor kolon sebanyak 41 pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Pemeriksaan Barium Enema ?
2. Bagaiman Cara Pemeriksaan Endoskopi ?
3. Bagaiman Cara Pemeriksaan Usgabdomen ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas makalah yang diberikan dan
untuk melaksanakan pemeriksaan penunjang sistem
pencernaan,barium enema,usg abdomen dan endoskopi secara
optimal pada pasien.
2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis diharapkan mampu
:
1. Mampu melaksanakan cara pemeriksaanpenunjang barium enema
2. Mampu melaksanakan cara pemeriksaanpenunjang endoskopi
3. Mampu meaksanakan cara pemeriksaanpenunjang usg abdomen

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG BARIUM ENEMA


1. Pengertian Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik untuk saluran
pencernaan di definisikan sebagai pemeriksaan yang dilakukan untuk
sistem pencernaan terdiri dari:
a) Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat
struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
b) Rontgen
c) Ultrasonografi (usg)
d) Perunut radioaktif
e) Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam
menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang
mengobati penyakit pada sistem pencernaan.Pada beberapa
pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu;
ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya
melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan
persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan
sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.tetapi
gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga
dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa
mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
2. Pengertian Pemeriksaan Barium Enema
Barium enema adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar.
Barium sulfat ( zat kontras tunggal ) atau barium sulfat dan udara
( kontras ganda atau kontras udara ) diberikan secara perlahan melalui

7
selang rektal. Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan
kemudian dilakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan
tinja sehingga barium memperlihatkan gambaran usus besar untuk
dideteksi adanya berbagai gangguan.Teknik kontras ganda (barium
dan udara) sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi polip.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak
putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan,
menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan
usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan
adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.Foto rontgen
bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium.Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk
mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses
ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di
sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
1. Fungsi kerongkongan dan lambung
2. Kontraksi kerongkongan dan lambung
3. Penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk
melapisi usus besar bagian bawah.Kemudian dilakukan foto rontgen
untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur
lainnya.Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan
rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai
enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja
tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus
segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti.Obat
pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3. Tujuan Pemeriksaan Barium Enema
Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan
polip, tumor, atau lesi lain dari usus besar dan menunjukkan adanya

8
kelainan anatomi atau gangguan fungsi usus. (brunner& suddarth’s,
2010)

4. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Barium Enema


a. Kontra indikasi diantaranya :
1) Perforasi
2) Obstruksi akut atau penyumbatan
3) Diare berat
b. Indikasi diantaranya :
1) Colitis : penyakit2 inflamasi pada colon
2) Carsinoma
3) Diverticulum : merupakan kantong yg menonjol pada dinding
kolon, terdiri lapisan mukosa dan muskularis mukosa
4) Polyps : penonjolan pada selaput lendir
5) Volvulus : penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke
bagian yang lain
6) Invagination : melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu
sendiri
7) Intussusception
8) Atresi ani : tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya
ada
9) Stenosis : penyempitan saluran usus besar
10)Mega colon : suatu kelainan kongenital yang terjadi karena
tidak adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa
pada segmen colon distal menyebabkan feses sulit melewati
segmen ganglionik.
5. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium
Enema.
a. Persiapan alat untuk pemeriksaan barium enema

9
1) Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature
37 derajat celsius, sebanyak 2 liter
2) Rectal kateter
3) Irigator set . Dewasa ini sering digunakan disposible barium
enema kits yang terdiri dari:
a) Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan
kapasitas 3 liter.
b) Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk
menambah larutan barium.
c) Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk
mengatur laju bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan
dalam berbagai posisi.
d) Rectal kateter.
4) Glycerin
5) Kayu pengaduk barium ( bila menggunakan irrigator set)
6) Receiver (ember)
7) Kain laken ( penutup meja pemeriksaan )
b. Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium Enema (Brunner &
Suddarth’s, 2010)
1) Persiapan pasien
a) Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum
pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat,
dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak,
kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid
dan obat-obat kontrasepsi.
c) Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu
puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.boleh
minum samapai jam 11. 00 malam
d) Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.

10
e) Premedikasi biasanya diberikan glucagon atau buscopan,
untuk memperlemah gerak peristaltik.
f) Untuk pasien dirawat biasanya dilakukan klisma.
2) Pra – persiapan
a) Informed consent, serta beri penjelasan tentang procedure
tindakan, indikasi, dan kemungkinan yang terjadi agar
menghilangkan rasa cemas.
b) Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan.
c) Anjuran klien untuk diet cair bening malam sebelum
pemeriksaan.
d) Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat )
yang sebaiknya dilakukan sehari sebelum pemeriksaan
pada sore hari atau menejlang malam ( 16.00 – 18.00 )
e) Enema atau laksatif supositoria mis . Bisakodil (dulcolax)
dapat diberikan pada malam sebelum pemeriksaan
3) Pasca – pemeriksaan
a) Menginformasikan tentang meningkatkan asupan fluida
b) Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium
c) Mencatat peningkatan buang air berar karena barium,
osmolaritas tinggi, dapat menarik cairan kedalam usus
sehingga meningkatan isi intraluminal dan menghasilkan
outpus yang lebih besar.
6. Sop barium enema
A. Pengertian
Pemeriksaan radiologi terhadap daerah usu besar dengan
memasukan kontras media negative, positif atau keduanya.
B. Tujuan
Untuk melihat kelainan daerah kolon
C. Persiapan alat dan bahan
1) Barium powder

11
2) Air
3) Folley chateter no 24 atau 18
4) Gunting klem
5) Spuit 50 cc
6) Jelly
7) Handscone
D. Tehnik pemeriksaan
1) Pertama lakukan foto polos abdomen,hal ini bertujuan untuk
melihat persiapan pasien dan untuk mendapatkan faktor
ekposi yang tepat
2) Siapkan barium yang sudah dicampur air
3) Masukan fellow cateter no 24 yang sudah diberi jelly ke
dalam anus pasien dan buat balon pada kateter agar cateter
tidak lepas.
4) Setelah itu masukan barium sebanyak 100cc
5) Agar barium tidak keluar lagi dari cateter, maka ujung luar
cateter di kelm.
6) Buat foto lateral dan abdomen prone
7) Masukan barium semuanya secara perlahan-lahan dan
diberi juga kontras udara, kemudian pasien diguling-
gulingkan sebanyak 5x.
8) Buat foto abdomen prone,supine, dengan tampak seluruh
kolon.
9) Persilahkan pasien ke toilet untuk mengeluarkan bahan
kontras.
10)Bereskan alat
11)Pemeriksaan colon in loop selesai.
E. Dokumentasi
Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri nama,
tanggal, waktu dan tanda tangan perawat.

12
Gambar Barium Enema :

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN


1. Pengertian Usg Abdomen
Ultrasonography adalah teknik diagnostic invasive dimana
gelombang suara frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh
internal dan gema ultrasonic dicatat pada osiloskop karena mereka
menyerang jaringan kepadatan yang berbeda. (brunner& suddarth’s,
2010 hal 987). Usg merupakan suatu prosedur diagnosis yang
dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk
menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. (uliyah,2008)
Hal ini sangat berguna dalam mendeteksi sebuah kantong
empedu yang membesar atau pankreas, adanya batu empedu,

13
ovarium membesar,kehamilan ektopik, atau usus buntu. Baru-baru ini
teknik ini telah terbukti bermanfaat dalam mendiagnosis diverticulitis
kolon akut. Usg menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik pada transduser gelombang
tersebut berjalan melewati tubuh dan dipantulkan kembali secara
bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena
gelombang.Alat ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
membantu menegakkan diagnosis penyakit dalam, terutama
pemeriksaan organ2 tubuh bagian dalam.

2. Tujuan Pemeriksaan Usg Abdomen


Mendeteksi kelainan pada empedu, kandung kemih, dan
pankreas yang memungkinkan adanya pembesaran ovarium
kehamilan, atau usus buntu. (brunner& suddarth’s, 2010)
3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Usg Abdomen
a. Kontra indikasi diantaranya :
Tidak terdapat kontraindikasi pada pemeriksaan usg, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak memperburuk penyakit klien.
Usg akan berdampak negatif jika dilakukan lebih dari 400 kali,
dampaknya hanya panas yang tak berbahaya, usg mempunyai
peranan penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh.
Dalam pengunaan usg untuk menegakkan diagnose medis tidak
memiliki kontraindikasi atau efek samping terhadap pasien.
b. Indikasi diantaranya :
1. Nyeri abdomen/colic.
2. Inflamed apnedikx/pembengkakan apendik.
3. Pembesaran organ pada abdomen.
4. Tersangka batu empedu atau batu ginjal.
5. Aneurysma pada aorta.
6. Peradangan pada organ rongga abdomen.

14
7. Otot-otot pada rongga abdomen.
8. Abses ataupun koleksi cairan ( ascites ).
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Usg
Abdomen
a. Persiapan alat
1) Hidupkan peralatan usg sesuai dengan tatacara yang
dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut.
2) Panduan pengoperasian peralatan usg sebaiknya diletakkan di
dekat mesin usg, hal ini sangat penting untuk mencegah
kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator usg.
3) Perhatikan tegangan listrik pada kamar usg, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik
mudah rusak.
4) Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan ups.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan usg.
5) Bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada
transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser
dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti
kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat
diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin usg).
6) Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan
dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau
terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin usg dengan plastik
penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin usg dari
siraman air atau zat kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah
rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab
pemeliharaan alat tersebut.
b. Persiapan pasien
1) Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laktasif di malam
sebelumnya.

15
2) Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas,
sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa agar tidak
menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan
gambar organ yang diperiksa.
3) Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa
sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar
diperoleh dilatasi pasif yang maksimal.
4) Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli
harus dalam keadaan penuh.
c. Persiapan dan pelaksanaan (Uliyah,2008) :
1) Lakukan informed consent.
2) Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan usg aorta abdomen, kandung empedu, hepar,
limpa, pancreas.
3) Oleskan jelly koduktif pada permukaan kulit yang akan
dilakukan usg.
4) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan
dan belakang diatas permukaan kulit.
5) Lakukan antara 10-30 menit.
6) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam
keadaan gelisa.
7) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk
mencegah masuknya udara.
8) Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan ke dua),
pelvis dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan
tidak boleh berkemih. Sementara untuk trimester ke tiga,
pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih
kosong.
9) Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua
perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.

16
10)Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk
bernapas secara perlahan-lahan dan menahannya setelah
inspirasi dalam.
5. Sop Ultrasonografi (usg) 
A. Pengertian
Ultrasonografi (usg) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non
invasif dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam
abdomen.Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari
permukaan struktur organ sehingga komputer dapat
menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan gelombang-
gelombang tersebut.
B. Tujuan 
1. Mendeteksi adanya massa diabdomen.
2. Membedakan antara kista yang berisi air atau massa padat.
3. Mengevaluasi dan memetakan organ di abdomen sebelum
dilakukan biopsi.
4. Mengevaluasi kelainan-kelainan lain yang terdapat dalam
rongga abdomen.
C. Tindakan
1. Pengkajian
Mengkaji Program/Instruksi Medik Untuk Prosedur Pemeriksaan
Usg Abdomen.Mengkaji Tingkat Pengetahuan Klien Tentang
Prosedur Yang Akan Dliakukan.
2. Intervensi
Persiapan Alat :
a. Status atau rekam medik klien.
b. Hasil pemeriksaan diagnostik sebelumnya.
c. Formulir pesanan pemeriksaan usg. 
Persiapan Klien :

17
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur yang akan dilakukan.
3. Implementasi
a. Melaporkan / membuat perjanjian dengan petugas usg.
b. Mencuci tangan.
c. Membawa klien ketempat pemeriksaan dengan
menggunakan kursi roda atau meja dorong (sesuai kondisi
klien) bersama rekam medik dan formulir usg klien.
d. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilalkukan.
e. Menjamin kebutuhan privacy klien.
f. Mengatur posisi klien (berbaring pada tempat pemeriksaan
dan mengolesi jelly / lubricant pada area permukaan kulit
yang akandiperiksa).
g. Untuk usg kandung kemih : 2 jam sebelum pemeriksaan
klien diberi banyak minum dan diminta menahan buang air
kecil sampai pemeriksaan selesai.
h. Merapihkan klien dan membawa klien kembali keruang
perawatan.
i. Mencuci tangan.
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon klien selama dan sesudah prosedur.
5. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pemeriksaan, mencatat respon
klien selama, dan sesudah prosedur.Catat semua tindakan
yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda
tangan perawat.
6. Sikap
a) Sistematis.
b) Hati-hati.
c) Berkomunikasi.

18
d) Mandiri.
e) Teliti.
f) Tanggap terhadap respon klien.
g) Rapih.
h) Menjaga privacy.
i) Sopan.
Gambar Pemeriksaan Usg Abdomen

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG ENDOSKOPI


1. Pengertian Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan
menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk
memeriksa:
a. Kerongkongan (esofagoskopi)
b. Lambung (gastroskopi)
c. Usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).

Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk


memeriksa:

19
a. Rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
b. Keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan


panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-
optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan
fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.banyak
endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk
menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop dokter
dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami
iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang
abnormal.biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan
pemeriksaan lainnya.endoskop juga bisa digunakan untuk
pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui
sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah
dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu
pertumbuhan yang kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk
menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan
perdarahannya.Tindakan endoskopi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Gastroskopi : untuk melihat dan mengetahui keadaan bagian


dalam saluran cerna bagian atas dan melakukan tindakan terapi
atau pengobatan dalam rongga saluran cerna bagian atas mulai
dari tenggorokan (esofagus), lambung (maag), sampai ke usus 12
jari.
2. Kolonoskopi : untuk melihat dan mengetahui keadaan bagian
dalam saluran cerna bagian bawah dan melakukan tindakan terapi
atau pengobatan dalam rongga saluran cerna bagian bawah (usus
besar).

20
2. Tujuan Pemeriksaan Endoskopi (Agus Priyanto Dkk,2009)
a. Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada
pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau
kurang jelas.
b. Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering mengeluh
nyeri epigastrum, muntah-muntah, sulit atau nyeri telan.
Sedangkan radiologi menunjukkan hasil yang normal.
c. Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran
pencernaan yang diduga keganasan.
d. Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat.
e. Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien pasca-
bedah.
f. Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.
3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Endoskopi
a. Kontra indikasi diantaranya :
Kontraindikasi absolut
1) Pasien tidak cooperactive / menolak prosedur
2) Renjatan berat karena pendarahan
3) Oklusi koroner akut
4) Gagal jantung berat
5) Koma
6) Emfisema dan penyakit paru obstruksi berat
7) Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus
ditunda dulu sampai keadaan penyakitnya membaik.

Kontraindikasi Relatif
1) Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aorta, aritmia
jantung berat.
2) Kifoskoliosis berat, divertikulum zenker, osteofit bear pada
tulang servikal, struma besar.

21
3) Pasien gagal jantung.
4) Penyakit infeksi akut (pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
5) Anemia berat seperti pendarahan, harus diberikan transfusi
darah terlebih dahulu sampai hb sedikitnya 10 g %
6) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai hipertensi atau
kejang-kejang
7) Pasien pasca bedah abdomen yang baru
8) Gangguan kesadaran
9) Tumor mediastinum
10)Pasien dalam keadaan demam
b. Indikasi diantaranya :
1) Menerangkan perubahan radiologist yang meragukan atau tidak
jelas.
2) Pasien dengan gejala menetap disfagia, nyeri epigastrium,
muntah yang pada pemeriksaan radiologist tidak didapatkan
kelainan.
3) Pada pemeriksaan radiologist dicurigai adanya kelainan
4) Pendarahan saluran cerna bagian atas / melena
5) Endoskopi ulang untuk memantau penyembuhan tukak jinak
dan tukak yang dicurigai ganas
6) Observasi pasien pasca gastrectomi
7) Kasus syndrome dispepsia dengan usia lebih atau di bawah 45
tahun dengan tanda bahaya, pemakaian anti inflamasi non-
steroid (oains) dan riwayat kanker pada keluarga. Tanda-tanda:
muntah-muntah hebat, demam, hematemesis, anemia, ikterus,
dan penurunan berat badan.
8) Prosedur terapetik: polipektomi, pemasangan selang makanan,
dilatasi esophagus, dll.
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Endoskopi
a. Persiapan alat

22
1) Peralatan kardio pulmuner untuk resusitasi (blue code) & monitor
kardio pulmuner
2) Oxygen saturation
3) Blood pressure
4) Pulse rade
5) Suction, air, wate
6) Light source
7) Biopsi forsep baik dan lengkap
8) Cairan formalin tersedia dalam botol kecil
9) Scope endoskopi harus berfungsi dengan baik
10)Alat foto / printer
11)Obat-obat premedikasi (sebelum dan selama pemeriksaan
endoskopi)minor tranquilizer (untuk anxietas, kenyamanan),
diazepam 5 - 10 mg iv atau midazolam 2,5 - 5 mg iv atau pethidine
25 - 50 mg atau propofol (anesthesis). Sulfas atropin masih
kontroversi ada yang menganjurkan ada yang tidak untuk
mencegah vagal reflex. Buscopan diberikan 5 - 10 menit sebelum
prosedur untuk mengurangi gerakan lambung yang berlebihan.
Untuk mengurangi gerakan busa-busa yang menghalangi
gambaran endoskopi dapat diberikan, oksigen selama prosedur,
obat anestesi lokal spray xylocain jelly mouth piece.
b. Persiapan pasien
1) Mental dan psikologis pasien dalam keperawatan endoskopi.
2) Fisik pasien
3) Pastikan pasien berpuasa 6 - 8 jam sebelum tindakan.
4) Observasi tanda-tanda vital.
5) Pastikan pasien sudah terpasang infus (darurat), kolaborasi
dengan dokter.
6) Check lab. Hb, ctbt, trombosit, anti hcv, anti hiv, hbsag
7) Ekg terbaru

23
5. Sop endoskopi
A. Pengertian
Gastroscopy adalah suatu tindakan pemeriksaan terhadap
esophagus, lambung, dan duodenum dengan menggunakan alat
endoscope fiberoptic yang fleksibel. Melaului endoskop dapat juga
dimasukkan forcep biopsy atau brush cytology untuk pemeriksaan
jaringan. Pemeriksaan gastroscopy memmerlukan anesthesi local
dan dilakukan diruangan endoskopi.
B. Tujuan pemeriksaan
Untuk melihat adanya sumber perdarahan, lesi pada
permukaan atau proses penyembuhan pada jaringan. Menilai
adanya perdarahan akut atau kronik, anameia perniciosa, injury
esophagus, massa, striktura, dyspaghia, nyeri substernal, nyeri
epigastrik, atau inflamasi pada penyakit usus. Dan mengambil
jaringan sebagai bahan pemeriksaan cytology atau biopsy.
C. Tindakan
1. Pengkajian
a) Mengkajiprogram/instruksi medik tentang
rencana gastroscopy dan persiapannya.
b) Mengkaji tanda-tanda vital.
c) Mengkaji adanya riwayat penyakit kardiovaskuler berat.
d) Mengkaji keadaan rongga mulut dan catat jumlah gigi yang
hilang atau adanya lesi pada mulut.
e) Mengkaji kemampuan klien untuk menelan.
2. Intervensi
Persiapan alat :
1. Surat ijin tindakan (informed concent).
2. Pemeriksaan diagnostik sebelumnya, satus atau kartu
opname klien.
3. Alat pemeriksaan tanda-tanda vital.

24
Persiapan klien :
1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan jenis anesthesi yang akan dilakukan.
3. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan (informed
concent).
3. Implementasi
Menginstruksikan kepada klien untuk puasa 8 – 12 jam
sebelum pemeriksaan, melepaskan perhiasan dan gigi palsu
klien, menjelaskan kepada klien bahwa ruangan pemeriksaan
mungkin akan dingin dan gelap, serta klien tidak dapat
berbicara selama pemeriksaan gastroscopy.Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan selama pemeriksaan :
a. Selama pemeriksaan klien dalam keadaan sadar.
b. Pemberian anesthesi local spray pada pharing posterior.
c. Pemberian sedatif, opiat, untuk penenang.
d. Posisi klien selama prosedur adalah lateral recumbent ke
kiri.
e. Endoskopi akan masuk melalui mulut, esofagus samapi ke
duodenum.
f. Selama pemeriksaan, tanda-tanda vital klien ; tekanan
darah, denyut nadi, pernafasan dan pulse oximetry akan
dimonitor.
g. Jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
h. Mengantarkan klien ke ruang endoscopy.
i. Menganjurkan kepada klien untuk menarik nafas dalam saat
pemeriksaan atau bila merasa mual.
j. Setelah klien kembali dari ruang endoscopy , monitor tanda-
tanda vital, dan adanya tanda-tanda perdarahan, serta
perforasi.

25
k. Menganjurkan klien untuk tidur dengan posisi sims samapi
sedasi lokal anesthesi berkurang
l. Menganjurkan kepada klien untuk puasa 1 – 2 jam setelah
pemeriksaan atau sampai gag refleks kembali normal.
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum,
selama,  dan sesudah prosedur, mengevaluasi apakah gag
refleks sudah kembali dengan menilai refleks menelan,
mengkaji adanya operdarahan selama dan sesudah
pemeriksaan gfastroscopy dan mengobservasi tanda-tanda vital
pasca prosedur secara periodik.
5. Dokumentasi
Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama, 
dan sesudah prosedur, acat adanya tanda-perdarahan,
hematoma pada klien dan mencatat hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital.Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri
nama, tanggal, waktu dan tanda tangan perawat.
6. Sikap
a) Sistematis.
b) Hati-hati.
c) Berkomunikasi.
d) Mandiri.
e) Teliti.
f) Tanggap terhadap respon klien.
g) Rapih.
h) Menjaga privacy.

Gambar Pemeriksaan Endoskopi :

26
Konsep dasar Ulkus Peptikum

27
A. Definisi

Ulkus peptikum adalah suatu peronggaan yang dibentuk dalam

dinding mukosa lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus.(Brunner

dan Suddarth, 2000).Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana

kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai ke bawah epitel

(Price, Sylvia Anderson, 1995)

B. Etiologi

Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta

perubahan mukosa. (Charlene dkk, 2001)Faktor lain yang menyebabkan

Ulkus Pepetikum: Genetik, merokok, alkohol, kafeine, obat-obatan

(NSAID), kuman Helicobacter Pylori.

FDFDF

C. Patofisiologi

Penyebab umum dari userasi peptikum adalah ketidakseimbangan

antara kecepatan sekresi dan lambung dan derajat perlindungan yang

diberikan oleh sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi asam

lambung oleh cairan duodenum. Semua daerah yang secara normal

terpapar oleh cairan lambung dipasok dengan baik oleh kelenjar mukus,

antara lain kelenjar ulkus campuran pada esophagus bawah dan meliputi

sel mukus penutup pada mukosa lambung: sel mukus pada leher kelenjar

lambung; kelenjar pilorik profunda (menyekresi sebagian besar mukus):

28
dan akhirnya kelenjar Brunner pada duodenum bagian atas yang

menyekresi mukus yang sangat alkali (Guyton, 1996).

Sebagian tambahan terhadap perlindungan mukus dari mukosa,

duodenum dilindungi oleh sifat alkali dari sekresi usus halus, terutama

adalah sekresi pancreas yang mengandung sebagian besar natrium

bikarbonat, berfungsi menetralisir asam klorida cairan lambung sehingga

menginaktifkan pepsin untuk mencegah pencernaan mukosa. Sebagai

tambahan, ion-ion bikarbonat disediakan dalam jumlah besar oleh sekresi

kelenjar Brunner yang terletak pada beberapa inci pertama dinding

duodenum dan didalam empedu yang berasal dari hati (Lewis,2000).

Akhirnya, dua mekanisme kontrol umpan balik memastikan bahwa

netralisasi cairan lambung ini sudah sempurna, meliputi hal-hal sebagai

berikut :

1. Jika asam yang berlebihan memasuki duodenum, secara refleks

mekanisme ini menghambat sekresi dan peristaltic lambung baik

secara persarafan maupun secara hormonal sehingga menurunkan

kecepatan pengosongan lambung.

2. Adanya asam pada usus halus memicu pelepasan sekretin pada

mukosa usus, kemudian melalui darah menuju pancreas untuk

menimbulkan sekresi yang cepat dari cairan pancreas- yang

mengandung natrium bikarbonat berkonsentrasi tinggi - sehingga

tersedia natrium bikarbonat untuk menetralisir asam.

29
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ulkus peptikum dapat

disebabkan oleh salah-satu dari dua judul (10 sekresi asam dan

pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung, atau (2) berkurangnya

kemampuan sawar mukosa gastroduodenalisn untuk berlindung dari

sifat pencernaan dari kompleks asam –pepsin.

D. Tanda dan gejala

1. Nyeri

 Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau

dipunggung

 Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung

telah kosong dan alkali menghilang nyeri  kembali timbul

 Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi

tekanan kuat pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah

tubuh

2. Pirosis,(nyeri ulu hati)

Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena adanya

asam.

3. Muntah

 Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi

30
 Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya

mengikuti serangan nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan

asam lambung

4. Konstipasi dan perdarahan

 Sebagai akibat diet dan obat

 Beberapa pasien yang mengalami perdarahan akibat ulkus akut

tidak mempunyai keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi

mengalami gejala

E. Diagnosa Banding

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan

epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada.

Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat

menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic

pilihan. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan

inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara

langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat

mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X

karena ukuran atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai

laporan laboratorium adalah negatif terhadap darah samar. Pemeriksaan

sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam

mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah

31
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan

makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga

mengidentifikasikan adanya ulkus.

Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology

melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada

juga tes pernafasan yang mendeteksi H. Pylori, serta tes serologis

terhadap antibody pada antigen H. Pylori.

F. Komplikasi

Komplikasi ulkus peptikum adalah ulkus yang “membandel”

(intraktibilitas), perdarahan, perforasi, dan obstruksi pylorus. Setiap

komplikasi ini merupakan indikasi pembedahan (Price, 1996).

1. Intraktibilitas

Komplikasi ulkus peptikum yang paling sering adalah

“intraktibilitas”, yang berarti bahwa terapi medis telah gagal mengatasi

gejala-gejala secaa adekuat. Pasien dapat tergangu tidurnya oleh

nyeri, kehilangan waktu untuk bekerja, memerlukan perawatan di

rumahsakit, atau hanya tidak mampu mengikuti program terapi,

intraktibilitas merupakan alasan tersering untuk anjuran pembedahan.

Perubahan menjadi ganas tidak perlu terlalu dipertimbangkan baik

untuk ulkus lambung maupun untuk ulkus duodenum.

2. Perdarahan

32
Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat

sering terjadi, sedikitnya ditemukan pada 25% kasus selama

perjalanan penyakit (Guyton, 1996). Walaupun ulkus pada setiap

tempat dapat mengalami perdarahan, namun yang tersering adalah di

dinding posterior bulbus duodenum, karena pada tempat ini dapat

terjadi erosi arteria pankretiduodenalis atau arteria gastroduodenalis.

Gejala-gejala yang dihubungkan dengan perdarhan ulkus tergantung

pada kecepatan kehilangan darah.

3. Perporasi

Kira-kira 5% dari semua ulkus akan mengalaminperporasi, dan

komplikasi ini bertanggung jawab atas sekitar 65% kematian akibat

ulkus peptikum (Price, 1995). Ulkus biasanya terjadi pada dinding

anterior duodenum atau lambung karena daerah ini hanya diliputi oleh

peritoneum. Pada kondisi klinik, pasien dengan komplikasi perporasi

datang dengan keluhan nyerimendadak yang parah pada abdomen

bagian atas. Dalam beberapa menit, timbul peritonitis kimia akibat

keluarnya asam lambung, pepsin, dan makanan yang menyebabkan

nyeri hebat. Kondisi nyeri tersebut yang menyebabkan pasien takut

bergerak atau bernafas. Auskultasi abdomen menjadi senyap dan

pada saat palpasi, abdomen mengeras seperti papan.

4. Obstruksi

Obstruksi pintu keluar lambng akibat peradangan dan edema,

pilospasme, atau jaringan parut terjadi pada sekitar 5% pasien ulkus

33
peptikum. Obstruksi timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum,

tetapi kadang terjadi pada ulkus lambung terletak dekat dengan

sfingter pylorus. Anoreksia mual dan kembung setelah makan

merupakan gejala-gejala yang sering timbul kehilangan berat badan

juga sering terjadi. Bila obstruksi bertambah berat, dapat timbul nyeri

dan muntah (Mineta,1983)

34
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Keadaan Umum

2. Tanda –Tanda Vital: Tensi; Suhu; Nadi; Respirasi.

3. Riwayat pola makan pasien: pola makan tidak teratur, mengkonsumsi

makanan yang merangsang sekresi asam lambung seperti makanan

pedas dan masam. 

4. Riwayat merokok; bila ya seberapa banyak konsumsi dalam sehari.

5. Riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama.

6. Riwayat minuman; kafein, alkohol berapa banyak dalam sehari.

7. Riwayat  muntah; warna merah terang atau seperti kopi, jumlah.

8. Riwayat psikologis ; stress terhadap pekerjaan, keluarga, penyakit .

9. Riwayat keluarga terhadap penyakit ulkus peptikum.

10. Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali.

11. Pemeriksaan fisik terfokus pada ulkus peptikum:

 Mata: konjungtiva merah muda,

 Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan

didapatkan nyeri tekan kuadran atas tengah.

35
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan

asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam nyeri pasien dapat

berkurang.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat menggunakan obat-obatan sesuai resep yang telah

dianjurkan.

Klien menyatakan  penurunan nyeri.

Intervensi:

a. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorida dan awitan

nyeri

b. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat dan bloker H2  sesuai

tujuan

c. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan

istirahat dan relaksasi

d. Bantu klien untuk mengidentifikasi substansi pengiritasi, misalnya

merokok, kopi

e. Nasihatkan klien untuk makan dengan teratur

f. Dorong klien untuk menghindari merokok dan penggunaan alcohol

g. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang

mengandung kafein

h. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisilat

36
i. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan bahkan

saat tidak nyeri sekalipun.

2. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut, perdarahan,

penatalaksanaan jangka panjang.

Tujuan: Setelah dilakukan 1x24 jam perawatan terjadi penurunan

kecemasan pada klien.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah

Klien dapat memahami rasional untuk berbagai pengobatan dan

pembatasan

Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Klien dapat menggunakan strategi penatalaksanaan stress dengan

tepat

Intervensi:

a. Kaji apa yang ingin pasien ketahui tentang penyakit dan evaluasi

tingkat ansietas; berikan dorongan untuk

mengekspresikanperasaan secara terbuka

b. Jelaskan pemeriksaan diagnostik; berikan obat tepat jadwal

c. Pastikan pasien bahwa perawat selalu tersedia untuk membantu

masalah

37
d. Berinteraksi dengan cara yang santai, Bantu dalam

mengidentifikasi stressor, dan jelaskan teknik koping efektif dan

metode relaksasi

e. Berikan  dorongan keikutsertaan keluarga dalam perawatan dan

berikan dukungan emosional.

f. Jelaskan mekanisme terjadinya perdarahan dan dalam

perawatannya

1. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

nyeri yang berkaitan dengan makan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 2x24 jam  kebutuhan

nutrisi pasien terpenuhi.mendapatkan tingkat nutrisi optimal.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat menghindari makanan yang mengiritasi

Klien dapat makan makanan pada interval yang dijadwalkan secara

teratur

Klien dapat terpenuhi atau memilih lingkungan yang tenang untuk

makan.

Intervensi:

a. Anjurkan makan makanan dan minuman yang tidak mengiritasi,

seperti makanan yang tidak beralkohol, pedas, kecut.

b. Anjurkan makan sesuai jadwal.

c. Anjurkan makan pada suasana yang tenang.

38
d. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan

penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan minimnya informasi

yang pernah didapat.

Tujuan: Setelah dilakukan 2x24 jam penyuluhan tentang

pencegahan dan penatalaksanaan penyakit ulkus peptikum

pengetahuan klien bertambah.

2. Diet

a. Ajarkan pasien untuk mewaspadai makanan tertentu yang dapat

mengganggu pencernaan

b. Ajarkan untuk menghindari kopi, alcohol, yang mempunyai

kekuatan pembentuk asam

c. Berikan dorongan makan teratur dalam suasana rileks dan untuk

menghindari terlalu banyak makan

3. Merokok

a. Ajarkan pasien bahwa merokok dapat mengganggu penyembuhan

ulkus

b. Buat pasien sadar terhadap program untuk membantu penghentian

merokok

4. Istirahat dan reduksi stress

a. Bantu pasien untuk waspada terhadap sumber-sumber stress

dalam keluarga dan lingkungan kerja

b. Bantu untuk mengidentifikasi periode istirahat selama siang hari

c. Evaluasi kebutuhan akan konseling psikologis lebih lanjut

39
5. Kesadaran akan Komplikasi: ingatkan pasien terhadap tanda-tanda

dan gejala-gejala komplikasi yang harus dilaporkan

a. Hemoragi: kulit dingin, kusut pikir, frekuensi jantung meningkat, 

darah dalam feses

b. Perforasi: nyeri abdomen hebat, abdomen kaku dan keras, muntah

kenaikan suhu, frekuensi jantung meningkat

c. Obstruksi pilorik: mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen

6. Perawatan Pasca pengobatan

a. Ajarkan pasien bahwa supervisi tindak lanjut diperlukan selama

sekitar 1 tahun

b. Ajarkan bahwa ulkus dapat terjadi kembali dan untuk mencari

bantuan obat jika terjadi gejala

c. Informasikan pasien dan keluarga bahwa tindakan bedah tidak

menjamin kesembuhan.

40
Konsep Dasar Gastroenteriti

A.    Definisi Gastroenteritis ( GE )


Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah
dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan
( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus
besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung
bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih
banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan
muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
parasit yang patogen.
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di
seluruh permukaan bumi.
B.     Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1.         Faktor Infeksi
  Infeksi Virus

41
Retavirus

         Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai
dengan muntah.
         Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
         Dapat ditemukan demam atau muntah.
         Di dapatkan penurunan HCC.
Enterovirus

         Biasanya timbul pada musim panas.


Adenovirus

         Timbul sepanjang tahun.


         Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
Norwalk

         Epidemik
         Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).

  Bakteri

Stigella

         Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September


         Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
         Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
         Muntah yang tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Sel batang dalam darah
Salmonella

         Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.


         Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
         Mungkin ada peningkatan temperatur
         Muntah tidak menonjol
         Sel polos dalam feses
         Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.

42
         Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
Escherichia coli
         Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan
entenoksin.
         Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
Campylobacter

         Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi
dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
         Kram abdomen yang hebat.
         Muntah / dehidrasi jarang terjadi
Yersinia Enterecolitica
         Feses mukosa
         Sering didapatkan sel polos pada feses.
         Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
         Diare selama 1-2 minggu.
         Sering menyerupai apendicitis.

2.         Faktor Non Infeksiosus


  Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,maltosa, dan


sukrosa ), non sakarida ( intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa ). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
         Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
         Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
  Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
  Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.

43
C.     Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus,


Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit ( Biardia Lambia,
Cryptosporidium ).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-
sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik
dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena
gerakan-gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi
infeksi oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur
usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut
sehingga penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.

44
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar
disertai elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio
Disentri dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak
toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan
dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
D.    Tanda dan Gejala
1.      Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-
kadang mengandung lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung
selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri dan perut kembung.
2.      Kuman Escherichia Coli
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.

3.      Kuman Vibrio


Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi,
akan berubah menjadi cairan putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila
diare akan berubah menjadi campuran-campuran putih, mual dan kejang
pada otot kaki.
4.      Kuman Disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan,
suhu badan bervariasi, nadi cepat.
5.      Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung
selama 2-3 hari.
6.      Gastroenteritis Choleform
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak
mual, bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan
dehidrasi.

45
7.      Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir
yang disebut sindroma desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda
yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia,
mual dan muntah.
E.     Manifestasi Klinis

 Nyeri perut ( abdominal discomfort )


 Rasa perih di ulu hati
 Mual, kadang-kadang sampai muntah
 Nafsu makan berkurang
 Rasa lekas kenyang
 Perut kembung
 Rasa panas di dada dan perut
 Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
 Diare.
 Demam.
 Membran mukosa mulut dan bibir kering
 Lemah
 Diare.
 Fontanel CekunG

F.      Komplikasi.
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder  akibat kerusakan mukosa usus.

46
G.    Tingkat Derajat Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a.    Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok,
ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b.    Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung,
kencing sedikit dan minum normal.
c.    Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi
lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam,
turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau
minum.
            Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
            1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
            2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata
75ml/kgBB.
            3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata
125ml/kgBB.

            Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:


1.      Pada bayi dan anak-anak.

47
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari
BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali
perhari BAB.
2.      Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2
jam BAB.
 
            Jenis-jenis diare:
1.      Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir kurang
dari 14 hari.
2.      Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces sedikit-
sedikit.
3.      Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau
disentri.
H.    Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1.      Pemeriksaan Tinja
      Makroskopis dan mikroskopis.
      pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
      Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2.      Pemeriksaan Darah
      pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
      Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3.      Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )

48
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
I.       Penatalaksanaan Medis.
a.    Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
b.    Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
1.     Memberikan asi.
2.     Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
        vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.
c.    Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d.   Obat-obatan.
Berikan antibiotik.
e.    Koreksi asidosis metabolik.

49
Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
A.    Identitas klien.

B.     Riwayat keperawatan.

a.         Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,

anoreksia kemudian timbul diare.

b.         Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun

besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir

kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

C.     Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
D.    Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
E.     Kebutuhan dasar.

a.         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b.         Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.

50
c.          Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d.         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e.          Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.

F.      Pemerikasaan fisik.

a.         Pemeriksaan psikologis :


Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu
tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b.         Pemeriksaan sistematik :
   Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
   Perkusi : adanya distensi abdomen.
   Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
   Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c.          Pemeriksaantingkat tumbuh kembang.


Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun.

d.         Pemeriksaan penunjang.


Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2.      Diagnosa Keperawatan.


1.      Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.

51
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.

3.      Intervensi

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

       Tujuan             :  Devisit cairan dan elektrolit teratasi


             Kriteria hasil   : 
  Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
  Mukosa mulut.
  Bibir  lembab.
  Cairan seimbang.

                 Intervensi        : 
   Observasi tanda-tanda vital.
   Observasi tanda-tanda dehidrasi.
   Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
   Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per hari.
   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab
elektrolit.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual dan muntah.

52
Tujuan             :  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil   :
  Intake nutrisi klien meningkat
  Diet habis 1 porsi yang  disediakan
  Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi        :
   Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
   Timbang berat badan klien.
   Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
   Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
   Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.

Tujuan             :  Gangguan integritas kulit teratasi


Kriteria hasil   :
  Integritas kulit kembali normal
  Iritasi tidak ada
  Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi        :
  Ganti popok anak jika basah.
  Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
  Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
  Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

53
Tujuan             :  Nyeri dapat teratasi.
       Kriteria hasil   : 
  Nyeri dapat berkurang / hilang.
  Ekspresi wajah tenang.
Intervensi        :
  Observasi tanda-tanda vital.
  Kaji tingkat rasa nyeri.
  Atur posisi yang nyaman bagi klien.
  Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit, prognosis dan pengobatan.

       Tujuan             :  Pengetahuan keluarga meningkat


       Kriteria hasil   :    
  Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
  Ekspresi wajah tenang
  Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
                   Intervensi        :
  Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
  Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
  Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
  Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
  Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

4.      Implementasi

54
1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
                  
a.         Mengobservasi tanda-tanda vital.
b.        Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c.         Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d.        Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak
kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
e.         Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan
lab elektrolit.
f.         Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual dan muntah.

a.       Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.


b.      Menimbang berat badan klien.
c.       Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d.      Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
e.       Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
f.       Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.

a.    Mengganti popok anak jika basah.


b.    Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c.    Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d.   Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai
indikasi.

55
4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

a.  Mengobservasi tanda-tanda vital.


       b.  Mengkaji tingkat rasa nyeri.
       c.  Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
       d.  Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
       e.  Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai
indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penyakit, prognosis dan pengobatan.

a.    Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.


b.    Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c.    Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d.   Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
e.    Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
5.      Evaluasi
1)      Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3)      Integritas kulit kembali normal.
4)      Rasa nyaman terpenuhi.
5)      Pengetahuan kelurga meningkat.
6)      Cemas pada klien teratasi.

56
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan
setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan
lainnya tidak memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam
mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik.tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali
bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi)
juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-
gejalanya.proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan kemudian
dilakukan foto ronsen.Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga
barium memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya
berbagai gangguan.
Endoskopi yang digunakan dalam penilaian saluran pencernaan
termasuk fibroscopy/esophagogastroduodenoscopy (egd), enteroscopy
usus kecil, kolonoskopi, sigmoidoskopi, proctoskopi, anoskopi, dan
endoskopi melalui ostomy.esophagogastroduodenoscopy fibroscopy dari
saluran pencernaan bagian atas memungkinkan visualisasi langsung dari
esofagus, lambung, dan mukosa duodenum melalui endoskopi menyala
(gastroscope). Egd penting ketika esofagus, lambung, duodenum atau
gangguan atau inflamasi, neoplastik, atau proses infeksi yang dicurigai.
Prosedur ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi esophageal dan
motilitas lambung dan mengumpulkan sekresi dan spesimen jaringan
untuk analisa lebih lanjut.
B. Saran
Dari pembahasan yang kita buat himbauan kepada seluruh
mahasiswa umumnya masyarakat banyak, jangan merasa cepat puas

57
terhadap materi yang kami sajikan karena di takutkan banyak kekurangan
dari materi tentang pemeriksaan penunjang sistem pencernaan,barium
enema,barium meal,usg abdomen dan endoskopi.

58
DAFTAR PUSTAKA

 Batiansyah, E.2008.Panduan Lengkap: Membaca Hasil Kesehatan.


Jakarta: EGC
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2000. Pedoman Perawat
Endoskopi. Jakarta. Depkes Ri
 Priyanto, A. 2009.Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika

59

Anda mungkin juga menyukai