Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA NEONATUS, BAYI, BALITA

DAN ANAK PRA SEKOLAH

(MUNTAH DAN GUMOH)

Dosen Pembimbing: Elvi Destariyani ,SST.M.Keb

Disusun Oleh:

Putri Handayani

II B /D3 KEBIDANAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

PRODI D3 KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Asuhan kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan kritik atau masukan dalam penyusunan
makalah ini, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bunda Elvi Destariyani, SST, M. Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Di dalam penyusunan makalah ini penulis masih merasakan adanya
kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan dan sumber yang dimiliki oleh penulis.
Atas dasar itulah maka saran dan kritik yang sifatnya memberikan dorongan dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya, harapan penulis
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Bengkulu, September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Muntah dan Gumoh .................................................................................................3

1. Pengertian Muntah.................................................................................................3

2. Pelayanan Gumoh..................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................................12

B. Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal


merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada
bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.

Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui


masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi
yang sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah tersebut
tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya.
Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus karena bisa
membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ada masalah
yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa menghilang dengan
sendirinya.Oleh karena dalam makalah ini akan membahas muntah dan gumoh, serta
penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak lainnya. Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada bayi.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi ?

2.     Apa penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi ?

3.      Apa tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi ?

4.      Bagaimana cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi ?

C.     Tujuan

1.   Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh pada bayi.

4
2.   Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.

4. Untuk mengetahui cara menangani, muntah dan gumoh pada bayi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Muntah

A.      Definisi

Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum:1991 dalam Asuhan pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Integument, 2005). Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung (Depkes
RI). Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat
terjadi berbagai gangguan.

B.     Etiologi

Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti kelainan


kongenital dan infeksi. Selain itu muntah juga disebabkan oleh gangguan psikologis
seperti keadaan tertekan atau cemas, terutama pada anak yang lebih besar.

Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu:

1. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,


atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara
memberi makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
2.  Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi
traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
3. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada
anak yang lebih besar. 

C.      Patofisiologi

Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan


yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.

Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :

1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat


rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah.

6
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.

3.  Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan


ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah
turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks.
Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus
berelaksasi dan mulut terbuka

D.      Tanda dan Gejala

Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :

1. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah
pemberian makanan pertama kali.
2. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak,
tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya
terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
3. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan
tanda adanya stenosis pylorus.
4. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.

5. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian
makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

E.       Komplikasi

1. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi


dan alkaliosis.
2. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
3. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan
(shock).
4. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut,
pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi
muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul
pendarahan.

7
F.       Sifat Muntah

1. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.


2. Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke
duodenum).
3. Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul
pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
4. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran
empedu.
5. Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi
atau obstruksi usus.

G.      Diagnosa

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berdasarkan peningkatan


pengeluaran cairan melalui muntah.
2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan intake
akibat anoreksia.
3. Kerusakan pertukaran gas berdasarkan obstruksi jalan nafas.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berdasarkan iritasi pada saluran
pencernaan(faring dan esofagus).

H.      Pencegahan

1. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan
frekuensi agak sering.
2. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI,
sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
3. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
4. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
5. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

I.         Penatalaksanaan

1. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan


atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang
dapat menyumbat dan berakibat fatal.
2. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir.
Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung
masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan

8
menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut

J.        Asuhan Bidan

Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan


penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :

1. Kaji faktor dan sifat muntah.


2. Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka
3. kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
4. Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut
dicuriagai adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
5. Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis
pylorus.
6. Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka
kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intracranial.
7. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari
anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna
mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang
masuk.
8. Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang
merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus
disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan
menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung
unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari
susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang
menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu
diganti dengan bahan makanan lain.
9. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang
tua yang mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang
menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang tidak
menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh
karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan yang
bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
10. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan
fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara
proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan

9
kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu,
pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.

2. Konsep Dasar Gumoh ( Regurgitasi)

A.      Definisi

Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan


melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes 2007).
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa
saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007).

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada


bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan
bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak.
Namun, regurgitasi dianggap abnormal apabila terjadi terlalu sering atau hampir
setiap saat. Juga kalau terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi juga saat
tidur. Selain itu juga pada gumoh yang bercampur darah. Gumoh yang seperti ini
tentu saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis
yang diistilahkan dengan refluks esofagus.

Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan


muntah, gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk
mengeluarkan atau memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar
sendiri). Si bayi ketika gumoh mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau
dalam keadaan berbaring atau bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif.
Muntah merupakan aksi reflek yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi
lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.

B.       Etiologi

Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi :

1. Anak/bayi yang sudah kenyang.


2. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk
kedalam lambung.
3. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap.
4. Kegagalan mengeluarkan udara.
5. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung
yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai keusus, sudah diisi makanan
lagi. Akibatnya bayi muntah lambung bayi punya kapasitas sendiri.

10
6. Posisi Menyusui        
Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si
bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke
saluran pencerna, tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh. 
7. Pemakaian bentuk dot Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia
akan malas menghisap karena lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari
dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk.
Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
8. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna  Dari mulut, susu
akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung,
diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada
bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
9. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada
dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran
pencernaan ke usus, masih belum sempurna
10. Terlalu aktif  Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi
terus menerus menangis hal ini akan membuat tekanan didalam
perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh.

C.      Patofisiologi 

Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena


pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang
setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang
paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.

Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas
dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot
katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya
mendorong isi lambung ke bawah.

Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya
bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya
kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100
cc, tapi ada juga yang 120 cc.

11
D.      Tanda dan Gejala

1. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.


2. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
3. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
4. Bayi tidak menolak minum.

E.       Komplikasi

1. Infeksi pada saluran pernafasan.


2. Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.
3. Nafas terhenti sesaat.
4. Bayi tersedak dan batuk.
5. Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
6. Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.

F.       Diagnosa

Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan


mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan
sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna, dalam batas-
batas tertentu penumpahan kembali merupakan kejadian yang alamiah, terutama
salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai
jumlah yang bisa diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu
atau sesudah makan.

Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan menghindari konflik


emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak
lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks gastroesofageal
lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.

G.      Pencegahan

1. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut


bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
2. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan
tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas
serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan
menelan makanan.
3. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali),
jangan langsung banyak.
4. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.

12
5. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
6. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
7. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
8. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa
ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini
mungkin.
9. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol
susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh
permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut
bayi.
10. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum
jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih
dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
11. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar
dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan
sampai terdengar suara bersendawa.
12. Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung
bayi sampai terdengar suara bersendawa.

H.      Penatalaksanaan

1. Bersikaplah tenang.
2. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru
(jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan
masuk ke paru-paru).
3. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga
bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman
dan jamur.
4. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud,
jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan
menularkan virus.
5. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi. 
i. Asuhan Bidan
6. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat
perawatan yang baik.
7. Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat
menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
8. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat
memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah
minum ASI.

13
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan

14
abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.

Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil
kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.

Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah
lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi
lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1
kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia
hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun
normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan
mengganggu pertumbuhan bayi.

B.     Saran

1.      Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap
dalam posisi tegak    sekitar 30 menit setelah menyusu.

2.      Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan


tekanan pada perut.

3.      Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.

4.      Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu


dengan jumlah sedikit tapi sering.

5.      Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih


membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sudarti, Afroh Fauziah.2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan Anak


Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

15
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta

Nur Muslihatun, Wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai