Disusun Oleh:
Putri Handayani
II B /D3 KEBIDANAN
PRODI D3 KEBIDANAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Asuhan kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan kritik atau masukan dalam penyusunan
makalah ini, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bunda Elvi Destariyani, SST, M. Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Di dalam penyusunan makalah ini penulis masih merasakan adanya
kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan dan sumber yang dimiliki oleh penulis.
Atas dasar itulah maka saran dan kritik yang sifatnya memberikan dorongan dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya, harapan penulis
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Muntah.................................................................................................3
2. Pelayanan Gumoh..................................................................................................7
A. Simpulan..................................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3. Apa tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi ?
C. Tujuan
4
2. Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari muntah dan gumoh pada bayi.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum:1991 dalam Asuhan pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Integument, 2005). Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah makanan agak lama masuk kedalam lambung (Depkes
RI). Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat
terjadi berbagai gangguan.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
6
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
1. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah
pemberian makanan pertama kali.
2. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak,
tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya
terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
3. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan
tanda adanya stenosis pylorus.
4. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
5. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian
makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
E. Komplikasi
7
F. Sifat Muntah
G. Diagnosa
H. Pencegahan
1. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan
frekuensi agak sering.
2. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI,
sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
3. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
4. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
5. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
I. Penatalaksanaan
8
menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut
J. Asuhan Bidan
9
kesehatan untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu,
pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.
A. Definisi
B. Etiologi
10
6. Posisi Menyusui
Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si
bayi tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke
saluran pencerna, tapi kesaluran nafas, bayipun gumoh.
7. Pemakaian bentuk dot Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia
akan malas menghisap karena lama. Akibatnya , susu tetap keluar dari
dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk.
Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
8. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna Dari mulut, susu
akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke lambung,
diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada
bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
9. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada
dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran
pencernaan ke usus, masih belum sempurna
10. Terlalu aktif Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi
terus menerus menangis hal ini akan membuat tekanan didalam
perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah/ gumoh.
C. Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas
dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot
katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya
mendorong isi lambung ke bawah.
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya
bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya
kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100
cc, tapi ada juga yang 120 cc.
11
D. Tanda dan Gejala
E. Komplikasi
F. Diagnosa
G. Pencegahan
12
5. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
6. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
7. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
8. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa
ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini
mungkin.
9. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol
susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh
permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut
bayi.
10. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum
jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih
dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
11. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar
dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan
sampai terdengar suara bersendawa.
12. Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung
bayi sampai terdengar suara bersendawa.
H. Penatalaksanaan
1. Bersikaplah tenang.
2. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru
(jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan
masuk ke paru-paru).
3. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga
bersih, pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman
dan jamur.
4. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud,
jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan
menularkan virus.
5. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.
i. Asuhan Bidan
6. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat
perawatan yang baik.
7. Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat
menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
8. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat
memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah
minum ASI.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya sebagain besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi isi lambung dan
14
abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami
muntah lendir bahkan kadang disertai dengan darah.
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil
kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah
lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi
lambung. Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1
kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia
hingga 8-10 % pada umur 9-12 bulan dan 5 % pada umur 18 bulan. Meskipun
normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan
mengganggu pertumbuhan bayi.
B. Saran
1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap
dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
15
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta
16