Penanggung Jawab
Nadya Paramita Rahayu (17010138)
Anggota
1. M.Samfiya Kurniawan (170101232)
2. Maureen Alfareza (17010124)
3. Rina Karina (17010158)
4. Siti Thia Fitriany (17010166)
5. Chyntia Retno Ningsih (15010014)
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-
Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri
kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah
ini.Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang
membutuhkannya.
Penulis
1
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ....................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................ 2
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................ 3
B. Tujuan ............................................................................ 4
Bab 2 Landasan Teori.........................................................................5
Bab 3 Alat Dan Bahan
Alat.........................................................................................13
Bahan......................................................................................12
Bab 4 Metode Kerja............................................................................14
Bab 5 Hasil Dan Pembahasan
Hasil Pengamatan....................................................................16
Pembahasan ............................................................................21
Bab 3 Penutup
Kesimpulan ................................................................................ 27
Daftar Pustaka .................................................................................. 28
Lampiran.............................................................................................29
2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi identifikasi yaitu suatu reaksi kimia yang untuk mengetahui zat atau ion
dalam suatu sampel baik itu anion maupun kation. Identifikasi kation dan anion
dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis-jenis kation dan anion yang menyusun suatu
larutan serta mengamati apakah terjadi endapan atau tidak.
Penggolongan dan pemisahan kation/anion didasarkan pada kemampuan
kation/anion membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp). Tahapannya yaitu
uji pendahuluan dan uji spesifik.
Tahap pertama yang dilakukan adalah uji pendahuluan yang meliputi pemeriksaan
fisik/bentuk (organoleptis), bau, rasa dan uji kelarutan. Apabila sampel dalam bentuk
padatan, maka untuk memudahkan pemisahan dilakukan pelarutan sampel terlebih
dahulu. Tahap kedua adalah uji spesifik dimana sampel mulai dicampurkan dengan
pereaksi baik itu anion maupun kation untuk menentukan golongan pada setiap
anion/kation.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation/anion yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat.
klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation/anion bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi, klasifikasi kation/anion yang
paling umum di dasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari
kation tersebut.
Pada percobaan ini, sampel yang tidak diketahui golongan dan ion sampelnya
kemudian akan di identifikasikan analisi kation/anion hingga golongan dan ion sampel
tersebut diketahui, yaitu dengan cara sampel dilarutkan dengan pereaksi-pereaksi yang
telah disiapkan baik itu kation maupun anion.
Analisis kuantitatif adalah suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya unusr
kation atau anion dalam suatu larutan. Contoh kation yaitu ion Al3+, H+, K+, sedangkan
contoh anion yaitu SO42- , NH4-, CL- .
3
Identifikasi kation dan anion dilakukan agar kita dapat mengetahui jenis-jenis kation dan
anion yang menyusun suatu serta mengamati apakah terjadi endapan atau tidak.
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami analisis kation dan anion serta karakteristik satu sampel
2. Tujuan Percobaan
Menentukan sifat dan karakteristik dari satu sampel
Menentukan golongan dan spesifik kation dari sampel
Menentukan golongan dan spesifik anion dari sampel
Mengetahui suatu reaksi yang spesifik untuk suatu jenis kation/anion
4
BAB 2 DASAR TEORI
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam
larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan
kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah
pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji
yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan
terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas
reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G. Svehla : 1985).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau
contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood,1986).
Kation adalah ion yang bermuatan positif, anion adalah ion yang bermuatan
negative. Analisa kimia dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Analisa kulitatif adalah salah satu analisa yang bertujuan mencari dan menyelidiki
adanya unsure didalam sampel.
2. Analisa kuantitatif salah satu yang bertujuan mencari atau menyelidiki banyaknya
suatu unsur dalam sampel.
a. Organo leptis (menggunakan panca indra) yang dianalisa bentuk, warna dan bau
b. Pemanasan dengan tabung pijar
5
c. Reaksi nyala (Homelask) di lakukan dengan menggunakan Pt atau Nicr.
Warna-warna yang terjadi pada reaksi nyala adalah
- Li+ merah
- Ba2+ kuning hijau
- K+ Ungu
- Na+ kuning
- Sr2+ merah bata
- Cu2+ hijau biru
- Cu3+ merah kuning
A. Uji nyala
Nyala api pembakar Bunsen menghasilkan Cukup panas sehingga dapat
menguapkan beberapa zat yang akan berpijar dalam nyala api tak bercahaya . Tiap Tiap
uap senyawa logam elektronnya tereksitasi dan memnacrakan warna pada nyala yang
khas Nyala Bunsenyya terbagi menjadi dua kerucut ,kerucut luar dn kerucut dalam
kerucut dalam akan nampak jelas jika pembakaran sempurna .pembakaran sempurna
akan dicapai dengan mengatur besarnya logam pemasukan udara. Setiap unsur
mempunyai ciri serta karakteristik yang berberbeda, seperti logam-logam kelompok
alkali dan alkali tanah yang memberi beberapa warna yang khas jika dibakar. Salah satu
alasan warna yang khas ini muncul ialah karena konfigurasi atom-atom itu karena tiap-
tiap atom mempunyai konfigurasi yang berlainan dan karakteristik atau sifat-sifat khas
dari kelompok itu. Warna nyala dihasilkan dari reaksi kimia pergerakan elektron dalam
ion-ion logam yang ada dalam senyawa.
Setiap atom, jika diberi energi akan mengalami perubahan kedudukan elektron (akan
mengalami eksitasi) dan memancarkan energi radiasi elektromagnetik untuk kembali ke
6
tingkat dasar (keadaan stabil). Menurut Niels Bohr, besarnya energi yang dipancarkan
oleh setiap atom jumlahnya tertentu (terkuantisasi) dalam bentuk spektrum emisi.
Sebagian anggota spektrum terletak di daerah sinar tampak sehingga akan memberikan
warna-warna yang jelas dan khas untuk setiap atom. Litium menghasilkan warna merah,
Natrium warna kuning, Kalium warna ungu, Rubidium warna merah, dan Cesium warna
biru.
Alkali tanah merupakan unsur-unsur golongan IIA dalam sistem periodik unsur.
Disebut golongan alkali tanah karena unsur-unsur dalam golongan ini bisa membentuk
basa kuat dan umumnya ditemukan dalam tanah berupa senyawa tak larut. Unsur alkali
tanah meliputi Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium
(Ba), dan Radium (Ra).Unsur-unsur golongan ini bersifat reaktif dengan bilangan
oksidasi +2. Jika dibandingkan dengan unsur alkali, unsur alkali tanah memiliki sifat
yang lebih keras.
Seperti unsur logam alkali, unsur golongan alkali tanah juga memberikan warna-warna
khas jika garam dari unsur-unsur logam tersebut dibakar. Pembakaran unsur Kalsium
menghasilkan warna merah, Stronsium warna merah bata, dan Barium warna hijau
Kation adalah ion yang bermuatan positif. Ada juga pengertian lain yaitu atom yang
bermutan positif jika kekurangan elektron.Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik
kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu
terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan
secara spesifik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat
juga memisahkan golongan-golongan ini dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain
merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan ini juga
memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan
atau tidak. Jadi boleh kita katakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum,
7
didasarkan atas perbedaan kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat dari kation
tersebut(Vogel,1985:203).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur
kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu
larutan.Untuk zat padat kita harus memilih pelarut yang cocok. Ion-ion pada golongan-
golongan diendapkan satu per satu, endapan dipisahkan dari larutan dengan cara disaring
atau diputar dengan centrifuga. Endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok
atau filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin akan dipisahkan
(Cokrosarjiwanto,1977:14).
• Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II), Arsenik (V),
Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV). Keempat ion
yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan
2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam amonium
polisulfida. Sulfida da (II).
• Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation
golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium, Zink, dan
Mangan (II).
8
• Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium
klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kationkation golongan ini adalah
Kalsium, Strontium, dan Barium.
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sesistematik seperti metode untuk
kation.Sampai kini, belum pernah dikemukakan suatu skema yang benar-benar
memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum kedalam glongan-
golongan utama, dan pemisahan berikutnya yang tanda dapat diragu-ragukan lagi dari
masing-masing golongan menjadi anggota-anggota golongan tersebut yang berdiri
sendiri. Namun, harus kita sebutkan di sini, bahwa kita memang bisa memisahkan anion-
anion kedalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya,
garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya; Namun, ini hanya boleh dianggap
berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode ini, dan untuk
memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih sederhana
(Vogel, A. I., 1957).
9
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation.
Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan
ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(l) dengan
memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan
tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Masterton, 1991). ri kation dalam
golongan 2B justru dapat larut.
Serangkaian reaksi dilakukan untuk dapat memisahkan satu kation dalam satu
golongan ( kelompok ) dari kation lainnya. Reaksi yang dipilih harus dilkukan secara
hati-hati untuk mendapatkan keuntungan tentang kemiripan dan perbedaan sifat-sifat
kimia suatu golongan.
Skema klarifikasi yang berikut ternyata telah berjalan dengan baik dalam praktek.Skema
ini bukanlah skema yang kaku, karena beberapa anion termasuk dalam lebih dari satu sub
golongan, lagi pula, tak mempunyai dasar teoritis. Pada hakekatnya, proses-proses yang
10
dipakai dapat dibagi ke dalam (A) proses yang melibatkan identifikasi produk-produk
yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam, dan (B)
proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan. Kelas (A) dibagi lagi kedalam
sub-kelas (i) gas-gas yang dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer,
dan (ii) gas atau uap dilepaskan dengan asam sulfat pekat.Kelas (B) dibagi lagi kedalam
sub-kelas (i) reaksi pengendapan, dan (ii) oksidasi dan reduksi dalam larutan (Vogel, A.
I., 1957).
Kelas A, (i) Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer:
Karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit,
sianida, dan sianat. (ii) Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini
meliputi zat-zat dari (i) plus zat yang berikut: fluorida, heksafluorsilikat, klorida,
bromida, iodida, nitrat, klorat (Bahaya), perklorat, permanganat (Bahaya), bromat,
borat, heksasianoferat(II), heksasianoferat(III), tiosianat, format, asetat, oksalat,
tartrat, dan sitrat (Vogel, A. I., 1957).
11
Hidrogen karbonat dari logam-logam alkali larut dalam air, tetapi kurang larut
dibanding karbonat normal padanannya. Untuk mempelajari reaksi ini dapat dipakai
larutan natrium karbonat, Na2CO3.10H2O, 0,5M (Vogel, A. I., 1957).
Klorida, Cl-. Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2,
perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air
dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida, CuCl, bismut
oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium(II) oksiklorida,
Hg2OCl2, tak larut dalam air. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan
natrium klorida, NaCl, 0,1M (Vogel, A. I., 1957).
Bromida, Br-. Perak, merkurium(I), dan tembaga(I) tak larut dalam air. Timbel
bromida sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih.
Semua bromida lainya larut. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan
kalium bromida, Kbr, 0,1M (Vogel, A. I., 1957).
• Iodida, I-. Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak,
merkurium(I), merkurium(II), tembaga(I), dan timbel iodida adalah garam-garamnya
yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium
iodida, KI, 0,1M. (Vogel, A. I., 1957)
12
BAB 3 ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Kawat Platina
2. Kaca Arloji
3. Pembakar bunsen
4. Tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Penangas air
8. Plat tetes
B. Bahan
13
BAB 4 Metode Kerja
A.Uji nyala
1. Dibasahi Contoh uji dengan larutan HCl pekat hingga terbentuk garam klorida
2. Celupkan Kawat ose kedalam larutan HCl pekat dalam kaca arloji hingga tak
menampilkan warna jika dibaawa ke nyala bunsen
3. Celupkan kawat ose yang sudah bersih kedalam contoh uji dan pijarkan dalam api
yang tidak bercahaya (Daerah nyala oksidasi bawah)
4. Amati warna khas kation yang diuji dan catat.Lakukan uji nyala terhadap minimal 10
macam Kation
1. 0,5 ml sampel Ditambahkan asam sulfat pekat (jika perlu dipanaskan) amati
gas yang terjadi .Kenakan gas pada batang gelas yang dibasahi ammonia .kabut
putih adalah NH4Cl
2. 0.5 ml sampel ditambahkan AgNO3 setetes demi setetes dan amati
5. 0,5 ml sampel ditambahkan larutan Pb asetat setetes demi setetes dan panaskan
1. Serbuk NaF dalam tabung reaksi ditambhkan asam sulfat pekat,tutup dengan
kaca arloji yang dibasahi air atau kertas hitam yang dibasahi air ,Amati noda
yang terbentuk
2. 0.5 ml sampel ditambahkan larutan barium asetat ,endapan larut dalam asam
mineral
5. 0,5 ml sampel ditambahkan larutan kalsium klorida ,endapan sukar larut
15
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Uji Nyala
A. Reaksi
1. 2 Ca + O2 2 CaO
2. 4 Na + O2 2 Na2O
3. 2 Mg + O2 2 MgO
4. 2 Ba + O2 2 BaO
5. 2 Fe + O2 2 FeO
6. 4 Fe + 3 O2 2 Fe2O3
7. 2 Cu + O2 2 CuO
8. 4 Li + O2 2 Li2O
16
B. Reaksi Kation
Pengamatan Reaksi
1. 0,5 ml sampel Endapan berwarna hijau Fe2+ + 2NaOH → Fe(OH)2 ↓
Ditambahkan NaOH 2M lebih bening
hijau kotor + 2Na+
Tambah NaOH berlebih dan Endapan berwarna hijau
amati kekuningan
2.0.5 ml sampel ditambahkan Kuning tua dengan endapan Fe2+ + 2NH4OH → Fe(OH)2
NH3 2M ,amati coklat
↓ hijau kotor + 2NH4+
3. 0,5 ml sampel Endapan hijau
ditambahkan KCN 2 M ,
Fe2+ + KSCN → Fe(SCN)2 +
Endapan larut jika KCN Endapan larut
berlebih 2K+
K4 {Fe(CN)6}+ NaOH→
Na4{Fe(CN)6 + KOH
17
5. 0,5 ml sampel Coklat tanpa endapan Fe3+ + 3K4Fe(CN)6}2 →
ditambahkan K3Fe(CN)6 0.5
K4{Fe(CN)6}2 ↓ biru +3k+
M,
C. Reaksi Anion
18
2. Ion nitrat NO3- (gunakan KNO3 0.1M)
19
7. ion bromida Br- (gunakan larutan KBr 0.1 M)
20
B. PEMBAHASAN
Pada percobaan alkali dan alkali tanah dilakukan dua uji yaitu uji nyala dan uji kelarutan.
Uji nyala adalah uji warna nyala untuk golongan alkali, alkali tanah dan transisi dalam
sistem periodik unsur. Jika suatu atom diberi energi (panas, radiasi, listrik) maka elektron
yang terletak pada kulit terluar akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Untuk
kembali ke tingkat dasar, atom tersebut akan melepaskan energi dengan cara
memancarkan emisi yang khas untuk atom tertentu. Energi yang dilepaskan dapat
dideteksi dengan mata atau menggunakan alat spektrofotometer yang terlihat sebagai
warna nyala, yang mana setiap atom akan menghasilkan warna nyala tertentu.
Pada percobaan ini dilakukan uji nyala dengan cara memasukkan sampel ke dalam plat
tetes dan menambahkannya beberapa tetes HCl . Kemudian dibakar diatas nyala api
spirtus Ujung kawat nikrom dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam HCl pekat.
HCl akan melarutkan pengotor/zat pengganggu yang mungkin menempel, sehingga
pengotor tersebut akan mudah menguap dari kawat. Ujung kawat nikrom dibakar. Kawat
dikatakan sudah bersih, jika warna api sebelum dan saat kawat dibakar sama, dalam hal
ini warna jingga. Ujung kawat dicelupkan kembali ke dalam HCl, lalu ke dalam kristal
senyawa yang akan diuji. Kristal yang menempel pada ujung kawat nikrom dimasukkan
ke dalam nyala api untuk melihat warna nyalanya. Dalam uji nyala juga digunakan kawat
nikron yang bersifat inear atau tidak mudah bereaksi, dalam artian kawat nikron tersebut
tidak teroksidasi. Penggunaaan sampel berupa garam-garam klorida karena klorida
termasuk senyawa yang sangat mudah menguap dan pada saat dibakar tidak
menunjukkan warna nyala sehingga pada saat pembakaran hanya terlihat warna nyala
unsur logam penyusun sampel tersebut.
Ujung kawat nikrom yang telah berisi sampel dibakar pada daerah oksidasi bawah.
Pembakaran sampel dilakukan pada daerah oksidasi bawah karena pada daerah tersebut
sampel dioksidasi sehingga unsur logam penyusun sampel menguap dan dihasilkan
warna nyala sesuai dengan warna nyala unsur logam penyusun sampel tersebut.
Pembakaran pada daerah oksidasi bawah hanya digunakan untuk sampel yang
mengandung unsur logam alkali. Sedangkan untuk sampel yang mengandung unsur
logam alkali tanah dipanaskan pada daerah peleburan agar lebih cepat menguap
21
Warna nyala yang dihasilkan Senyawa NaCl berwarna Kuning, Senyawa BaSO4
berwarna Hijau pucat kekuningan, Senyawa KCl berwarna Ungu, Senyawa CuCl2
berwarna hijau , Senyawa FeSO4 berwarna hijau MgCl2 berwarna putih dan LiCl
berwarna magenta
Pada dasarnya, apabila senyawa kimia dipanaskan, maka akan terurai menjadi unsur-
unsur penyusunnya dalam bentuk gas. Atom-atom dari unsur tersebut mampu menyerap
sejumlah energi tinggi (mengalami eksitasi). Atom logam tersebut menjadi tidak stabil,
sehingga bisa kembali ke tingkat dasar (keadaan stabil) dengan memancarkan energi
dalam bentuk cahaya. Besarnya energi yang dipancarkan oleh setiap atom jumlahnya
tertentu (terkuantisasi) dalam bentuk spektrum emisi. Sebagian anggota spektrum
terletak di daerah sinar tampak, sehingga akan memberikan warna-warna yang jelas dan
khas untuk setiap atom.
Hasil yang kami dapatkan ini berbeda dengan warna nyala yang telah dibahas dalam
Dasar Teori, tepatnya pada warna nyala Fe2+. Fe2+ Seharusnya menghasilkan warna emas
dan yang didapatkan berwarna hijau dan pada nyala MgCl2 berdasarkan literatur warna
yang dihasilkan berwarna putih sedangkat warna nyala yang didapat warna oranye
Perbedaan ini terjadi karena kami kurang jeli dalam mengamati warna nyala yang
dihasilkan, apalagi warna api lampu spiritus memang mengganggu pengamatan. Jika
digunakan warna api biru atau tidak berwarna, maka warna yang dihasilkan oleh unsur
logam akan terlihat lebih jelas.dan juga kemungkinan masih ada sisa sampel pada
sebelumnya pada ose dan terjadi kontaminasi sehingga warna yang dihasilkan tidak tepat
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau
contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood,1986).
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan
dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema
yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu
diantaranya:
1. Golongan I: Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2. Golongan II: Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini
adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini
membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal.
Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4. Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini
membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida,
dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-
regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation
golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang
digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku
karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
23
Sedangkan untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya:
a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halide, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung
anion berbasa banyak seperti oksalad
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk
memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini
meliputi asetat, format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam
larutan. Kebanyakan reaksi kering yang di uraikan digunakan untuk analisis semimikro
dengan hanya modifikasi kecil.
Menemukan adanya kation dan anion dalam suatu analit, baik yang terdiri dari
zat tunggal atau zat majemuk lebih dari satu kation dan anion, memerlukan sistematika
tertentu. Apabila analit berupa larutan dapat langsung dianalisis, tetapi apabila berupa zat
padat atau campuran padat dan cair, perlu dicari pelarut yang sesuai. Analisis kation
dalam tiap – tiap golongan dilakukan sesuai langkah – langkah tertentu, sehingga masing
– masing kation akhirnya dapat identifikasi. Uji kelarutan berbagai macam garam dalam
air, dapat diperkirakan jenis anion yang mungkin terdapat dalam sampel.
24
• Akan terbentuk endapan biru tua, besi(III) heksasianoferat (biru prusia). Endapan tak
larut dalam asam encer, tetapi tertai dalam asam klorida pekat. Reagnesia yang
sangat berlebihan melarutkannya sebagian atau seluruhnya, maka akan diperoleh
larutan yang berwarna biru tua. Natrium hidroksida mengubah endapan menjadi
merah, karena terbentuk besi (III) oksida dan ion heksasuanoferat.
• Dengan Kalium Sianida
• Bila ditambhakna secara perlahan akan terbentuk endapan merah kecoklatan besi(III)
sianida.
Sulfat
Dengan barium klorida terbentuk endapan putih barium sulfat, tidak larut dalam
asam klorida encer panas dan asam nitrat encer, tetapi larut sedang-sedang saj dalam
25
asam klorida pekat yang mendidih. Uji ini biasa dilakukan dengan menambahkan
reagnesia kepada larutan yang diasamkan dengan asam klorida encer, karbonit, sulfit,
dan fosfat tidak diendapakan pada kondisi-kondisi ini. Asam klorida pekat atau asam
nitrat tidak boleh dipakai karena dapat membentuk endapan barium klorida atau
endapan barium nitrat, namun endapan-endapan ini melarut setelah diencerkan
dengan air.
Karbonat
Ditambahkan asam sulfat atau HCl 2M ,Di dekatkan dengan batang gelas yang telah
dibasahi Ba(OH)2 pada gas yang timbul,endapan yang terjadi adalah BaCO3 dan
menghasilkan endapan putih jika direaksikan dengan BaCl2
Klorida
Dengan perak nitrat terbentuk endapan perak klorida seperti dadih dan berwarna
putih. Tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut dalam
larutan ammonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat dan
juga pada ion-ion kompleks.
Iodida
Dengan perak nitrat terbentuk endapan seperti dadih yang kuning, yaitu perak
iodide, yang mudah larut dalam kelarutan kalium sianida dan dalam larutan
natrium tiosulfat, sangat sedikit larut dalam larutan ammonia pekat dan tak larut
dalam asam nitrat encer.
Nitrat
Uji cincin coklat dengan penambahan asam sulfat dan serbuk besi, cincin coklat
terbentuk disebabakan pembentukan [Fe(NO)]2+ . Setelah larutan campuran dikocok
dan dipanasakan warna coklat itu hilang, nitrogen(II)oksida dilepaskan dan tinggallah
larutan ion besi (III) yang kuning.
Bromida
Dengan perak nitrat terbentuk endapan perak klorida seperti dadih dan berwarna putih
jika ditambhkan asam sulfat dan mangan oksida akan mengubah lakmus biru menjadi
merah
Sulfida
Dengan asam sulfat maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa diidentifikasi dari
baunya yang khas, dan hasilnya dapat diketahui dengan menghitamnya pada
kertas saring yang telah dibasahi larutan timbel asetat
26
BAB 6 PENUTUP
Kesimpulan
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Lampiran
NaCl
KCl
CuCl2
29
FeSO4
FeCl3
BaSO4
30
MgCl2
LiCl
31
2. ion Fe3+ (warna kuning)
32
2. Ion nitrat NO3- (gunakan KNO3 0.1M)
33