Anda di halaman 1dari 16

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.87465/PP/M.

XVB/13/2017

Jenis Pajak : PPh Pasal 26

Tahun Pajak : 2006

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi positif
Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 sebesar Rp120.852.576.813,00 yang

K
tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding berpendapat bahwa koreksi positif atas pos Penyesuaian

JA
Fiskal atas Head Office Allocation Expenses (HO. A.E) di PPh Badan Tahun
Pajak 2005 sebesar Rp172.646.537.764.00 sebagaimana tertuang dalam
Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP198/WPJ.19/2013 tanggal 20
Februari 2013 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

PA
Pajak Penghasilan Nomor 00001/206/06/091/12 tanggal
22 Februari 2012 telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku khususnya Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia-Amerika;

bahwa berikut Terbanding sampaikan alasan dilakukannya koreksi positif atas pos Penyesuaian
Fiskal atas Head Office Allocation Expenses (HO. A.E) di PPh Badan Tahun Pajak 2005 sebesar

N
Rp172.646.537.764.00:

ILA
bahwa Terbanding melakukan koreksi positif atas pos Penyesuaian Fiskal atas Head Office
Allocation Expenses (HO. A.E) sebesar Rp172.646.537.764.00 dengan rincian sebagai berikut:
a. Head Office Allocation (Echo/Non Echo) Rp128.768.757.696,00
b. Intercompany Service Charge Rp180.114.416.868,00
c. Jumlah Rp308.883.174.564,00
d. Administration Expenses dari HO dan Asia
AD
Pacific Regional Office Lainnya ( sesuai
Sertifikasi KAP) Rp136.236.636.800,00
e. Koreksi Fiskal Positif Rp172.646.537.764,00
NG

bahwa koreksi dilakukan Terbanding dengan mendasarkan pada Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia —
Amerika Serikat;

bahwa Terbanding berpendapat bahwa pada prinsipnya sesuai ketentuan tersebut tidak
diperkenankan untuk dikurangkan biaya-biaya yang dibayarkan (selain reimbursement pengantian
dari biaya yang benar-benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-
PE

kantor lain milik kantor pusatnya dalam bentuk royalti, ongkos dan pembayaran serupa lainnya
sehubungan dengan penggunaan paten dan hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa
tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada
bentuk usaha tetap tersebut;
AT

bahwa oleh karena baik pada proses pemeriksaan maupun keberatan, terdapat fakta-fakta di bawah
ini :

bahwa pada dasarnya bentuk usaha tetap merupakan satu kesatuan dengan kantor pusatnya,
sehingga pembayaran oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusat maka pembayaran berupa
RI

royalti atas penggunaan harta kantor pusat, imbalan jasa ataupun pembayaran bunga, merupakan
perputaran dana dalam satu perusahaan;
TA

bahwa Pemohon Banding membebankan biaya alokasi kantor pusat dan intercompany service
charge sebesar Rp308.883.174.564,00;

bahwa atas biaya tersebut didukung dengan adanya Laporan Audit (Report of Factual Findings Asia
Pacific Corporate & customer Regional Office Shering of Product-Related Support Cost For Period
RE

From 1 January 2006 to 31 Desember 2006) Nomor GFS/6049071 tanggal 31


Oktober 2008 dari Ernst & Young (Lampiran 1) serta Report tanpa nomor tanggal 1 Maret 2007 dari
KPMG (Lampiran 2) yang disusun berdasarkan prinsip kewajaran (arm's length) sesuai dengan
ketentuan dalam OECD dan ditunjukan untuk otoritas perpajakan, bahwa biaya alokasi kantor pusat
yang dapat dibebankan sebagai biaya oleh Pemohon Banding (Citibank N.A. Indonesia Branch)
K

adalah USD15.103.840.00 (kurs Rp9.020,00 ekuivalent dengan nilai Rp136.236.636.800,00);


SE

bahwa sedangkan sisanya sebesar Rp172.646.537.764,00 menurut Pemohon Banding adalah


penggantian/reimbursement, namun Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti-bukti bawa
atas biaya tersebut benar merupakan reimbursement, diantaranya melalui adanya invoice dari pihak
ketiga, bukti pelaksanaan jasa dari pihak ketiga, bukti pembayaran, perjanjian / kontrak dengan pihak
ketiga yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan oleh cabang Citibank lainnya adalah sebesar
actual cost;
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas Terbanding berpendapat bahwa dari biaya alokasi kantor
pusat yang dilaporkan Pemohon Banding sebesar Rp308.883.174.564,00 yang dapat dibebankan
oleh Pemohon Banding adalah Rp136.236.636.800,00, sementara itu sisanya sebesar
Rp172.646.537.764,00 tidak dapat dibebankan sebagai biaya;

bahwa Pemohon Banding pada Surat Bandingnya maupun pada persidangan berpendapat bahwa
sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika, biaya yang dibayarkan kepada kantor
pusat dan cabang lainnya sebesar Rp308.883.174.564,00 (termasuk di dalamnya biaya
intercompany Direct Charges sebesar Rp172.646.537.764,00) dapat dibebankan untuk menghitung
PPh Badan terutang karena merupakan penggantian biaya yang benar-benar terjadi (reimbursement

K
of actual expenses);

JA
bahwa menurut Pemohon Banding biaya "reimbursement" tidak semata-mata hanya mencakup biaya
"talangan" tetapi termasuk juga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat yang berkenaan
dengan Citibank Indonesia, misalnya biaya pemeliharaan server yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat

PA
(termasuk biaya personal yang menangani server tersebut) dan cabang luar negeri Iainnya dimana
server tersebut dipergunakan untuk kepentingan Citibank Indonesia;

bahwa dengan demikian terdapat interpretasi/penafsiran yang berbeda terkait ketentuan pada Pasal
8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika yang menjadi sengketa pokok banding;

N
bahwa atas pendapat Pemohon Banding di atas, Terbanding berpendapat:

ILA
bahwa pemahaman Pemohon Banding yang menyatakan bahwa pengertian penggantian biaya yang
benar-benar terjadi (reimbursement actual expense) hanya semata-mata tagihan tanpa margin
adalah pemahaman yang keliru;

bahwa pengertian biaya-biaya yang benar terjadi haruslah diartikan bahwa kantor pusat atau cabang
Iainnya telah mengeluarkan biaya sejumlah tertentu untuk diminta penggantian kepada cabang yang
AD
mendapatkan manfaat atas biaya tersebut;

bahwa menurut Terbanding pengeluaran biaya yang dikeluarkan kantor pusat atau cabang Iainnya
tersebut dilakukan kepada pihak ketiga;
NG

bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (2) P3B Indonesia — Amerika Serikat, istilah-istilah lain yang tidak
didefinisikan namun digunakan dalam perjanjian ini, kecuali jika dari hubungan kalimatnya harus
diartikan lain, mempunyai arti yang sesuai dengan perundang-undangan Negara Pihak pada
Perjanjian yang akan menetapkan pajak;
PE

bahwa mendasarkan pada ketentuan tersebut di atas, berdasarkan pada ketentuan perpajakan
Indonesia jelas diketahui bahwa definisi reimbursement / pengantian adalah:

(1) Angka 2 huruf d Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-53/PJ/2009 tentang Jumlah bruto
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) Huruf C angka 2 UU Nomor 7 tahun 1983
AT

tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU
Nomor 36 tahun 2008 : "pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian
pembayaran sebesar jumiah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada
pihak ketiga";
RI

(2) Angka 3 huruf b Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor S-831/PJ.53/2005 tentang
Perlakuan PPN atas Tagihan Listrik dan Air Sebagai Komponen Service Charge Dalam
Persewaan Ruangan : "Atas tagihan reimbursement, yaltu penggantian untuk biaya yang telah
TA

dibayarkan terlebih dahulu oleh pemberi jasa atas nama penerima jasa, berupa biaya listrik
dan air oleh PKP persewaan ruangan kepada para penyewa ruangan, baik nilai tagihannya
sama dengan nilai tagihan dari PLN dan PDAM kepada PKP persewaan ruangan maupun
berbeda (misalnya dengan alasan adanya biaya penyediaan kabel sebagaimana contoh dalam
surat Saudara), terutang PPN karena tagihan listrik dan air oleh PKP persewaan ruangan
RE

kepada para penyewa tersebut merupakan bagian dari kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak
berupa persewaan ruangan yang dilakukan oleh PKP persewaan ruangan";

(3) Angka 1 huruf b butir 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE - 79/PJ.53/2004 tentang
K

Perlakuan SE-05/PJ.53/2003 dan Kep-170/PJ/2002 : "PT PPE membayar gaji karyawan yang
ditempatkan di perusahaan pengguna jasa terlebih dahulu, baru kernudian menagih kepada
pengguna jasa tenaga kerja (reimbursement)";
SE
(4) Angka 5 huruf b Surat Dirjen Pajak Nomor : S - 975/PJ.53/2003 tentang Dasar Pengenaan PPN
Dalam Industri Freight Forwarder: "Namun demikian, apabila dalam invoice terdapat biaya
reimbursement yaitu penggantian untuk biaya yang telah dibayarkan dahulu oleh pemberi jasa
atas nama penerima jasa yang di dalamnya terdapat biaya yang sudah dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai atau tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai antara lain biaya freight,
biaya warehouse, bea masuk, dan biaya bill of lading, maka atas bagian yang direimburs itu
tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai. Selanjutnya apabila terdapat perbedaan antara nilai
biaya freight, biaya warehouse, dan biaya lain-lain yang dibayarkan oleh PT. ABC kepada
perusahaan pelayaran atau pihak lain dengan yang dimintakan oleh PT. ABC kepada

K
pelanggan, maka selisihnya merupakan bagian dari Dasar Pengenaan Pajak";

bahwa sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim yang mulia berikut Terbanding sampaikan

JA
Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT.44724/PP/M.XII/15/2013 dengan Nomor Sengketa
15-053727-2003 (Lampiran 3), PUT.41723/PP/M.XII/13/2013 dengan Nomor Sengketa
13053726-2003 (Lampiran 4) dan pada pertimbangan hukumnya Majelis Hakim XII Pengadilan
Pajak menyatakan bahwa:

PA
“bahwa Majelis berpendapat, kata reimbursement sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) P3B a quo merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu entitas dengan menalangi terlebih
dahulu biaya dimaksud untuk memperoleh barang dan atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh entitas
lain untuk selanjutnya diganti dengan biaya yang sama besarnya (at cost) bahwa dengan
demikian biaya yang benar-benar dikeluarkan Pemohon Banding kepada XXX Bank cabang London

N
untuk biaya IT tidaklah sama dengan kata reimbursement sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) P3B a quo”

ILA
“bahwa Majelis berpendapat, Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Indonesia dengan Negara
Amerika Serikat secara tegas mengatur biaya-biaya yang tidak diperkenankan dikurangkan oleh
Pemohon Banding sebagai Bentuk Usaha tetap yang dibayar kepada kantor pusatnya atau kantor-
kantor lain milik kantor pusatnya karena pada dasarnya Teknologi Informasi yang dibayar oleh
AD
Pemohon Banding kepada XXX Bank cabang London merupakan milik XXX Bank sebagai satu
kesatuan entitas yang terintegrasi secara lnternasional”

bahwa berdasarkan uraian di atas maka tidak berlebihan kiranya dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalil Terbanding yang menyatakan bahwa
NG

reimbursement sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) P3B a quo merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh suatu entitas dengan menalangi terlebih dahulu biaya dimaksud untuk memperoleh
barang dan atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh entitas lain untuk selanjutnya diganti dengan
biaya yang sama besarnya (at cost);

bahwa dengan demikian, permintaan Terbanding bahwa atas biaya alokasi kantor pusat yang diklaim
PE

Pemohon Banding sebagai reimbursement harus dibuktikan dengan adanya invoice dari pihak
ketiga, bukti pelaksanaan jasa, bukti pembayaran, perjanjian / kontrak, PO/DO, bukti penyelesaian
jasa, bukti penerimaan barang yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan oleh cabang
Citibank Iainnya adalah sebesar actual cost, telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
AT

bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa pada dasarnya pembayaran yang dilakukan kepada
Citibank N.A Singapore merupakan pembayaran atas "Direct Charges" atau "Intercompany Direct
Charges" namun yang dibayarkan Pemohon Banding adalah sejumlah biaya berdasarkan at cost
RI

yang dikeluarkan oleh Citibank N.A Singapore tanpa unsur margin sehingga menurut Pemohon
Banding meskipun pembayaran tersebut atas jasa namun karena at cost maka transaksi tersebut
merupakan pembayaran penggantian biaya (reimbursement expenses) sesuai dengan Pasal 8 ayat
(3) P38 Indonesia-Amerika Serikat dan dijelaskan dalam UN Model Commentary paragraf 17 dan 19
TA

maupun OECD Commentary On Model Tax Convention On Income and on Capital" tahun 2005
paragraf 17) dengan kutipan sebagai berikut:
RE

“19...Subject to this,. it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred
for the purposes of the permanent establishment should be the actual amount so incurred...

...expenses incurred for the purposes of permanent establishments should be the actual costs of
K

those expenses, normally without adding any profit element”


SE

bahwa atas dalil Pemohon Banding di atas, Terbanding berpendapat sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding mengakui bahwa biaya yang ditagihkan oleh Kantor Pusat atau pun
Cabang Citibank di luar negeri yang dicatat dalam biaya Intercompany Service Charge adalah
berkaitan dengan jasa yang diserahkan Kantor Pusat atau pun Cabang Citibank di luar negeri untuk
Citibank Indonesia, misalnya biaya pemeliharaan server yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat
(termasuk biaya personal yang menangani server tersebut) dan cabang luar negeri Iainnya dimana
server tersebut dipergunakan untuk kepentingan Citibank Indonesia;

bahwa bukti yang disampaikan Pemohon Banding berupa:

(1) Kontrak perjanjian yang mendasari transaksi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat bukti
perjanjian jasa (service Agreement) antara Pemohon Banding (BUT Citibank N.A Indonesia) dan
Citibank N.A Singapore, yang mana Citibank N.A Singapore menyediakan jasa-jasa kepada
Pemohon Banding berupa:
· Administrasi Password ,yaitu jasa Pengelolaan Password dan Indentitas Pengguna (User ID)
sistem/aplikasi yang dikelola oleh Citibank NA cabang Singapore yang digunakan oleh

K
Citibank NA Indonesia;
· Pemrosesan Transfer Uang, yaitu jasa Pengelolaan pemrosesan transfer uang dan ditunjuk

JA
sebagai unit pengolahan terpusat untuk memproses transaksi berdasarkan permintaan
nasabah dan bertugas untuk melakukan investigasi atas transaksi tersebut;
· Risiko Pasar, yaitu jasa penyediaan laporan risiko pasar dan juga data-data yang
berhubungan dengan risiko pasar kepada Citibank Indonesia setiap hari;
· Information Technology, yaitu jasa pengembangan aplikasi-aplikasi operasional serta

PA
menyediakan support terkait Teknologi, pemeliharaan serta perbaikan terhadap aplikasi-
aplikasi operasional tersebut dan pemeliharaan, pengelolaan atas database dan perbaikan
terkait dengan Infrastruktur terkait dengan IT kepada Citibank Indonesia;
· Kustodi, yaitu jasa yang mencakup pemrosesan instruksi sekuritas, pembaharuan infromasi
sekuritas, pembaharuan kode pengamanan sekuritas, pembaharuan informasi Corporate

N
Action dan menyiapkan tagihan ke Nasabah serta menyediakan laporan Nilai Aktiva Bersih
dan bertindak sebagai administrasi dari Reksadana yang diperlukan oleh Citibank Indonesia;

ILA
(2) Surat permintaaan service dari Pemohon Banding kepada Citibank N.A Singapore untuk jasa-
jasa yang akan digunakan Pemohon Banding;

(3) Invoice penagihan atas pelaksanaan jasa tersebut yang ditagih langsung oleh Citibank N.A
Singapore kepada Pemohon Banding;
AD
bahwa berdasarkan bukti tersebut maka terbukti bahwa pada dasarnya pembayaran dari Pemohon
Banding kepada Citibank N.A Singapore adalah pembayaran atas imbalan sehubungan dengan jasa
yang didasarkan pada kontrak perjanjian jasa (service agreement) dan bukan pembayaran atas
penggantian biaya (reimbursement) sebagaimana dalil Pemohon Banding;
NG

bahwa sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) Indonesia - Amerika Serikat, imbalan sehubungan dengan
jasa yang dibayarkan oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik
kantor pusatnya tidak diperkenankan untuk dikurangkan dalam menentukan besarnya laba usaha
suatu bentuk usaha tetap;
PE

bahwa pada persidangan Pemohon Banding menyatakan bahwa Laporan Audit (sertifikat) dari
KPMG dan Earns & Young ruang lingkup audit hanya meliputi Head Office Allocation (Echo/Non
Echo) sebesar Rp85.995.531.507,00 sangat tidak berdasar;
AT

bahwa atas dalil Pemohon Banding di atas, Terbanding berpendapat sebagai berikut:

a. Penyajian dalam Laporan Keuangan, Citibank N.A. - Cabang Indonesia tahun yang berakhir 31
Desember 2005 bahwa pada Halaman 27 menyatakan bahwa beban alokasi Kantor Pusat
Rp308.883.174.564,00 atau dengan kata lain penyajian atas Head Office Allocation (Echo/Non
RI

Echo) dan Intercompany Direct Charges adalah Beban Alokasi Kantor Pusat;

b. Laporan Audit (sertifikat) tersebut sama sekali tidak menyatakan ruang lingkup audit hanya
TA

meliputi Head Office Allocation (Echo/Non Echo) sebesar Rp128.768.757.696,00. Laporan Audit
menyebutkan bahwa audit dilakukan terhadap biaya yang terjadi dari dan antar Citibank Grup
(Asia Pasific Regional) dengan meneliti pada dokumen sumber berupa invoice/approved
memos/payroll advise dari vendor;
RE

c. Menjadi semakin tidak berdasar dalil Pemohon Banding di atas jika audit KAP KPMG dan Earns &
Young hanya untuk biaya Head Office Allocation (Echo/Non Echo) sebesar
Rp128.768.757.696,00, mengingat hasil audit KAP tersebut justru menyatakan biaya yang dapat
dibebankan oleh Pemohon Banding adalah Rp136.236.636.800,00 atau lebih besar dari yang
diakui Pemohon Banding sebagai biaya Head Office Allocation (Echo/Non Echo);
K

d. Pada kedua laporan tersebut menyatakan bahwa biaya yang terjadi adalah meliputi biaya yang
SE

terjadi antara grup Citibank dengan memperhatikan prinsip-prinsip kewajaran (arm's length)
sebagaiamana diadopsi oleh The OECD Guidelines for Multinational Enterprises and Tax
Administration. Tujuan pembuatan Laporan Audit tersebut salah satunya juga ditujukan bagi tax
autority (DJP);

e. Dengan demikian, Terbanding berpendapat bahwa Laporan Audit (Sertifikat) yang diterbitkan oleh
KAP KPMG dan Earns & Young meliputi seluruh biaya Alokasi Kantor Pusat yang telah
dibebankan Pemohon Banding sebesar Rp308.883.174.564,00, yaitu menurut KAP KPMG dan
Earns & Young biaya yang dapat dibebankan oleh Pemohon Banding adalah sebesar
USD15,103,840.00 (kurs Rp9.020,00, ekuivalen dengan nilai Rp136.236.636.800,00);

bahwa berdasarkan uraian di atas, Terbanding berkesimpulan sebagai berikut:

bahwa dalil Pemohon Banding yang menyatakan bahwa pengertian reimbursement tidak semata-
mata hanya mencakup biaya "talangan" tetapi termasuk juga biaya-biaya yang dikeluarkan berkaitan
dengan pemberian jasa yang dilakukan oleh Kantor Pusat atau cabang Citibank di Luar negeri

K
(contoh Citibank N.A. Singapura Branch) kepada dengan Citibank Indonesia, jelas telah
bertentangan dengan pengertian reimbursement sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di atas maupun yurisprudensi sesuai PUT.44724/PP/M.XII/15/2013 dan

JA
PUT.44723/PP/ M.XII/13/2013;

bahwa atas permintaan Majelis Hakim kepada Pemohon Banding untuk membuktikan bahwa
transaksi ini merupakan transaksi reimburse, pada persidangan Pemohon Banding mengakui bahwa:

PA
bahwa tidak dapat memberikan invoice dari pihak ketiga, bukti pelaksanaan jasa, bukti pembayaran,
perjanjian/kontrak yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan oleh cabang Citibank lainnya
adalah sebesar actual cost;

bahwa actual cost atau jumlah yang ditagihkan cabang Citibank lainnya (luar negeri) pada dasarnya

N
dihitung berdasarkan alokasi;

ILA
bahwa sehingga tidak terbukti biaya tersebut merupakan penggantian biaya (reimbursement);

bahwa dalil Pemohon Banding pada persidangan banding yang menyatakan bahwa biaya yang
AD
dikoreksi Terbanding adalah pembayaran atas jasa-jasa yang dilakukan kantor pusat maupun
cabang dalam Citibank Grup (contoh Citibank N.A. Singapura Branch) karena teknologi tertentu
terpusat pada salah satu cabang;

bahwa hal tersebut jelas membuktikan bahwa biaya yang dikoreksi Terbanding tersebut adalah biaya
NG

yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya oleh bentuk usaha tetap (Pemohon Banding)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) .P3B Indonesia — Ameriksa Serikat;

bahwa Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah Indonesia dengan Negara Amerika Serikat secara
tegas mengatur biaya-biaya yang tidak diperkenankan dikurangkan oleh Pemohon Banding sebagai
PE

Bentuk Usaha tetap yang dibayar kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor
pusatnya karena pada dasarnya Teknologi Informasi maupun pemanfaatan teknologi lainnya yang
dibayar oleh Pemohon Banding kepada cabang-cabang Citibank Grup dalam Asia Pasific Regional
(contoh Citibank N.A. Singapura Branch) merupakan milik Citibank sebagai satu kesatuan entitas
yang terintegrasi secara Internasional;
AT

bahwa dengan demikian, koreksi Terbanding atas Biaya Usaha yang dibayarkan kepada kantor
pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00 yang
didasari oleh adanya Sertifikat dari KAP KPMG dan Earns & Young telah sesuai dengan fakta-fakta
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya Pasal 8 ayat (3) P3B
RI

Indonesia — Amerika Serikat;

bahwa berdasarkan uraian di atas, Terbanding memohon kepada Majelis Hakim yang mulia untuk
TA

tetap mempertahankan koreksi Terbanding tersebut di atas sebagaimana tertuang dalam Surat
Keputusan Terbanding Nomor Nomor KEP-200/WPJ.19/2013 tanggal 20 Februari
2013 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor
00001/204/06/091/12 tanggal 23 Februari 2012 Tahun Pajak 2006;
RE

Menurut Pemohon : bahwa sesuai Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan bahwa yang menjadi
dasar koreksi Terbanding disebutkan:

"Sebagaimana diketahui bahwa dengan dasar juridis Pasal 7 ayat 3, P3B antara Pem. Republik
Indonesia dan Pem. USA disebutkan bahwa ... Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari
K

BUT (Termasuk Biaya Pimpinan dan Biaya Administrasi & Umum) baik yang dikeluarkan di Negara
dimana BUT itu berada maupun berada di tempat lain”
SE

Ketentuan Yuridis

bahwa sesuai ketentuan P3B antara Rep. Indonesia dan USA, disebutkan bahwa semua biaya yang
dikeluarkan untuk kepentingan usaha BUT di Indonesia, yang meliputi:

a. Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan
memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT (dapat dibuktikan dengan
dokumen pengeluaran — invoice, Bank Voucher dsb. dari vendor kepada BUT di Indonesia);

b. Biaya Umum & Administrasi dan Pimpinan (G&A, Executive Expenses) yang terjadi di Head
Office (yang merupakan biaya 3-M HO dan BUT di Indomsia serta BUT-BUT lain di seluruh
Indonesia); secara jurisdiksi (dasar P3B tersebut) dapat dibebankan sebagai Pengurang
Penghasilan Bruto, namun cara pembebanannya (tidak diatur dalam P3B); sehingga harus

K
tunduk kepada ketentuan Undang-Undang domestik (yaitu : Pasal 5 ayat 3
Undang-Undang No.7/1983 stdtd. Undang-Undang Nomor Undang-Undang No. 17/2000 serta
KEP-62/1995 sebagaimana diuraikan di atas;

JA
Alokasi Biaya

bahwa berdasarkan penelusuran juridis formal dan material, pengalokasian biaya umum dan

PA
Administrasi Kantor Pusat di atas tidak sesuai Keputusan Dirjen Pajak Nomor:
KEP-62/PJ/1995 dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Pasal 2 mensyaratkan biaya administrasi Kantor Pusat yang diperbolehkan sebagai pengurang
Penghasilan bruto BUT adalah setinggi-tingginya sebanding besarnya Peredaran usaha BUT
Indonesia Terhadap seluruh Peredaran Usaha di seluruh dunia;

N
b. Atas dasar ketentuan yuridis fiskal tersebut, Pemohon Banding tidak memberikan data
Peredaran Usaha di seluruh dunia, sehingga batasan (maksimal) alokasi biaya dan umum

ILA
Kantor Pusat tersebut tidak dapat dihitung;
c. Secara formal Pemohon Banding juga tidak memenuhi syarat Pasal 3 dan 4 yaitu : Laporan
Konsolidasi dari HO yang mengungkap perincian Peredaran Usaha dan sebagai Lampiran SPT
Tahunan PPh Pemohon Banding;

bahwa kemudian pada halaman 21 dan halaman 22 Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) (Lampiran 2)
AD
disebutkan pada bagian Hasil Pembahasan Akhir yang merupakan bagian proses pemeriksaan
setelah mempelajari tanggapan SPHP dan data yang disampaikan Pemohon Banding, diuraikan
bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya Head Office Allocation Expense (HOAE) dan
Intercompany Direct Charges dengan mengambil seluruh akun yang berisi transaksi antar afilisi
dengan jumlah seluruhnya sebesar Rp265.560.841.060,00 yang kemudian dikurangkan bagian
NG

HOAE yang didukung dengan sertifikasi KAP, sehingga koreksi pada yang menjadi sengketa pajak
dapat dirinci sebagai berikut :

Biaya Head Office Allocation Expense (HOAE) Rp265.560.841.060


dan Intercompany Direct Charges
PE

Dikurangi HOAE berdasarkan sertifikat audit Rp106.240.084.200


(USD 10.807.740 x Rp 9.830)

Selisih sebagai koreksi menurut Terbanding Rp159.320.756.860


AT

bahwa adapun dasar koreksi tersebut tertera pada bagian kesimpulan yang dikutip pada halaman 22
dari LPP dan Risalah Pembahasan (Lampiran 3) yang menyebutkan, "...pemeriksa berkesimpulan
bahwa beban tersebut terdiri dari General Admnistration Expense dari Head Office dan
Reimbursement Cost atas jasa oleh vendor dari HO dan cabang lain (BUT/Rep Office diseluruh
RI

dunia).......pemeriksa berkesimpulan:

Administration Expense dari Head Office dan Asia Pacific sertifikasi KAP
TA

bahwa sesuai data dari KPMG LLP New York dan diketahui bahwa terdapat Biaya Administrasi
Kantor Pusat yan BUT Indonesia yang memenuhi Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia sebesar
USD10,870,740.00 (ekuivalen Rp106.240.084.200,00);
RE

Biaya usaha yang dibayarkan kepada Head Office dan Asia Pacific Regional Office Lainnya

bahwa terdapat biaya usaha yang dibayarkan kepada kantor pusat dan cabang lainnya (Singapore,
Philipina, India, Australia, China, dll.);
K

bahwa biaya ini tidak memenuhi ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika Serikat =
Rp159.320.756.860,00;
SE

bahwa dengan dasar hukum tersebut di atas, pemeriksa melakukan koreksi atas jumlah
Rp159.320.756.860,00;

Penjelasan Sengketa Pajak

bahwa dari uraian tentang penjelasan dan dasar koreksi yang menjadi sengketa pajak dapat
disimpulkan bahwa:
bahwa pada bagian Ketentuan Yuridis dari SPHP sesuai kutipan di atas, telah diakui oleh Terbanding
bahwa terdapat 2 (dua) bagian biaya yang dapat dibebankan sebagai biaya terkait dengan ketentuan
P3B (transaksi dengan mitra P3B) yaitu :

1. Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan
memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT yaitu dalam aplikasinya pada
Pemohon Banding dikenal sebagai "Direct Charges";

2. Biaya Umum & Administrasi dan Pimpinan (G & A, Executive Expenses) yaitu dalam aplikasinya

K
pada Wajib Pajak dikenal sebagai “Head Office Allocation Expenses" (HOAE);

bahwa kemudian dari dua kelompok biaya tersebut merupakan salah satu obyek yang dijadikan

JA
fokus temuan pemeriksaan;

bahwa selanjutnya setelah meneliti data dan mempelajari tanggapan SPHP dari Pemohon Banding,
Terbanding mengambil kesimpulan sebagaimana yang tertuang dalam Risalah Pembahasan yang

PA
juga dikutip pada LPP, bahwa:

- Terbanding mengakui adanya biaya HOAE (Head Office Allocation Expenses) sebagaimana
telah diatur dalam P3B, sehingga biaya sebesar USD10.870.740 atau ekuivalen sebesar
Rp106.240.084.200,00 tidak dilakukan koreksi dan bukan menjadi sengketa banding;

N
- Biaya "Direct Charges" sebesar Rp159.320.756.860,00 tetap dikoreksi. Adapun alasan dilakukan
koreksi adalah biaya tersebut tidak memenuhi ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia Amerika

ILA
Serikat, dan jika diteliti lebih lanjut sebagaimana alasan tersebut tertera pada Ketentuan Yuridis
pada SPHP adalah "Biaya yang terjadi di Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan
untuk kepentingan memperoleh, menagih dan memelihara Penghasilan (3M) BUT (dapat
dibuktikan dengan dokumen pengeluaran - invoice, Bank Voucher dan sebagainya dari vendor
kepada BUT di Indonesia), sehingga secara eksplisit terbanding mengakui bahwa biaya yang
bersifat "Direct Charges" dapat dibiayakan dengan syarat dibuktikan dokumen dari vendor (pihak
AD
ketiga) kepada BUT di Indonesia;

bahwa berdasarkan SPHP, Risalah Pembahasan dan LPP maka yang menjadi sengketa adalah
"Direct Charges" yang menurut Terbanding harus dibuktikan dengan dokumen pengeluaran berupa
invoice, bank voucher dan sebagainya dari pihak ketiga (vendor) kepada BUT Citibank di Indonesia
NG

sebagaimana diatur pada ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika Serikat;

Pengertian Pasal 8 ayat (3) P3B

bahwa perlu Pemohon Banding pertegas bahwa biaya "Direct Charges" berbeda sifatnya dari biaya
PE

HOAE yaitu biaya HOAE merupakan biaya administrasi umum yang dikeluarkan oleh kantor pusat
yang memberikan kontribusi kepada perusahaan secara keseluruhan dan oleh karena dibebankan
kepada BUT-BUT melalui metode alokasi, sedangkan biaya "Direct Charges" terjadi karena ada
proses regionalisasi dari aktifitas-aktifitas tertentu, dalam kasus ini terutama berkaitan dengan IT dan
data processing yang di regionalisasi di tempat-tempat tertentu untuk menyokong fungsi business
AT

dari BUT-BUT di region tersebut untuk meningkatkan effisiensi, standarisasi, skala ekonomi,
konsistensi, dan sebagainya (lihat penjelasan dalam poin III untuk lebih detail) dimana
pembebanannya dilakukan hanya apabila suatu BUT memakai dan oleh karenanya mendapatkan
manfaat atas fungsi-fungsi tersebut;
RI

bahwa Pasal 8 ayat (3) P3B Indonesia — Amerika, menyatakan sebagai berikut :

"In the determination of the business profits of a permanent establishment, there shall be allowed as
TA

deductions expenses which are reasonably connected with such profits. including executive and
general administrative expenses, whether incurred in the Contracting States in which permanent
establishment is situated or elsewhere. However, no such deduction shall be allowed in respect of
amounts, if any, paid (otherwise than towards reimbursement of actual expenses) by the permanent
establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties, fees
RE

or other similar payments in return for the use of patents or other rights or by way of commission for
specific services performed or for management, or by way of interest on moneys lent to the
permanent establishment. Likewise, no account shall be taken, in the determination of the profits of a
permanent establishment for amounts charged (otherwise than towards reimbursement of actual
expenses), by the permanent establishment to the head office of the enterprise or any of its other
K

offices, by way of royalties. fees or other similar payments in return for the use of patents or other
rights or by way of commission for specific services performed or for management or by way of
SE

interest on moneys lent to the head office of the enterprise or any of its other offices."

bahwa terkait dengan sengketa banding maka ketentuan Pasal 8 ayat (3) P3B tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

bahwa pemahaman Terbanding sebagaimana tertera dalam SPHP bahwa, "Biaya yang terjadi di
Indonesia maupun di tempat lain (World-Area) asalkan untuk kepentingan memperoleh, menagih dan
memelihara Penghasilan (3M) BUT" telah benar dan sesuai dengan kalimat pada P3B yang
berbunyi: "In the determination of the business profits of a permanent establishment, there shall be
allowed as deductions expense: which are reasonably connected with such profits";

bahwa dengan demikian, atas atas pengeluaran yang dilakukan oleh BUT di Indonesia yang dapat
dibuktikan berhubungan dengan operasional perusahaan dalam memperoleh laba maka biaya
tersebut dapat dibebankan;

bahwa interprestasi tersebut tidak terdapat perbedaan antara Pemohon Banding dan Terbanding
sebagaimana tertuang dalam SPHP, namun terdapat perbedaan adalah Terbanding dalam

K
memahami hal tersebut mensyaratkan pembuktian dokumen pihak ketiga;

bahwa pemahaman Terbanding tidak tepat dalam menginterprestasikan kalimat "otherwise than

JA
towards reimbursement of actual expenses" sebagai "dapat dibuktikan dengan dokumen
pengeluaran — invoice, Bank Voucher dsb dari vendor kepada BUT di Indonesia".

bahwa menurut Pemohon Banding kata "reimbursement" haruslah diartikan lebih luas tidak terikat

PA
hanya pada dokumen dan pihak ketiga;

bahwa kemudian dalam P3B tersebut terdapat pembatasan atas beberapa transaksi yang tidak
diperkenankan sebagai beban yaitu royalty, fee, komisi dan bunga;

bahwa pengertian atas royalty, fee, komisi dan bunga adalah berbeda dengan "reimbursement"

N
sebagaimana tertera pada pasal tersebut;

ILA
bahwa adapun pengertian dan definisi masing-masing dapat ditemukan sebagai berikut:

- Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan apa
pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas penggunaan atau hak
menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau
model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan
AD
intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah; pemberian pengetahuan atau informasi
di bidang ilmiah, teknikal, industrial, anti komersial; pemberian bantuan tambahan atau pelengkap
sehubungan dengan penggunaan atau hak......(sumber Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2008);
NG

- Fee atau imbalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah (1) upah sebagai
pembalas jasa; honorarium (sumber KBBI : http ://` );

- Komisi adalah sejumlah uang imbalan atau jasa perantara dalam suatu transaksi (sumber Bank
PE

Indonesia : http://www.bi.go.idlid/Kamus.aspx?id=K). Menurut KBBI, komisi adalah (2) imbalan


(uang) atau presentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan di jualbeli dsb
(sumber KBBI : http://kbbi.web.id/komisi).;

- bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada
AT

pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dan uang pinjaman tersebut apabila
diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut "pokok utang" (principal). Persentase dan pokok
utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu
disebut "suku bunga" (sumber Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga). Menurut Bank
Indonesia, bunga adalah imbalan yang dibayarkan oleh peminjam atas dana yang diterima, bunga
RI

dinyatakan dalam persen (sumber Bank Indonesia : http://www.bi.go.id/id/Kamus.aspx?id=B);

bahwa dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa royalti, fee, komisi maupun bunga merupakan
TA

suatu hasil/pendapatan dan suatu usaha atau aset/harta sedangkan "reimbursement" bukan
merupakan pendapatan namun merupakan sebuah penggantian yang telah dikeluarkan satu pihak
oleh pihak lain;

bahwa menurut Pemohon Banding, pengertian reimbursement dalam ketentuan Pasal 8 ayat
RE

(3) P3B Indonesia — Amerika adalah bahwa pembebanan dapat dilakukan (sehingga menjadi biaya
pengurang di Citibank N.A. Indonesia) sepanjang biaya tersebut adalah biaya yang sebenarnya telah
dikeluarkan oleh kantor pusat Citibank dan cabang luar negeri yang berkenaan dengan kegiatan
usaha atau untuk kepentingan BUT Citibank N.A. Indonesia, sehingga pendapat Terbanding bahwa
pengertian reimbursement adalah sesuai dengan angka 2 huruf d Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor :
K

SE-53/P1/2009, angka 3 huruf b Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : S-831/PJ.53/2005,
angka 1 huruf b butir 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-79/PJ.53/2004 dan angka 5 huruf b
SE

Surat Dirjen Pajak Nomor: S-975/PJ.53/2003 tidaklah tepat;

bahwa sesuai P3B maka pengertian reimbursement harus dikaitkan dengan operasional BUT di
berhubungan dengan mendapat, memelihara dan menagih tersebut dapat dibebankan selain atas
royalti, fee, komisi dan surat-surat yang dirujuk Terbanding berkaitan dengan pemotongan pajak dan
PPN sehingga sangat tidak tepat untuk dipakai sebagai acuan dalam yang berkenaan dengan
"deductibility";
bahwa kesimpulan di atas konsistensi dengan pengertian yang diberikan dalam UN Model
Commentary (2001);

bahwa sebagai catatan, Pasal 8 ayat (3) P3B antara Indonesia dan Amerika mengadopsi UN Model
2001 dan oleh karenanya UN Model Commentary menjadi relevan;

bahwa UN Model itu sendiri didasarkan oleh OECD Model dan oleh karenanya dalam UN Model
Commentary terdapat rujukan kepada OECD Model Commentary;

K
bahwa uraian dengan merujuk pada OECD Commentary Pemohon Banding buat secara terpisah
dalam point IV dibawah;

JA
bahwa dalam UN Model Commentary terlihat dengan bahwa pada intinya adalah pembayaran
kepada BUT lainnya dan/atau kantor pusat dapat dikurangkan sebagai biaya sepanjang jumlah yang
dibebankan merupakan beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atau BUT lainnya tanpa mark-up
profit;

PA
bahwa Pemohon Banding kutip beberapa bagian dalam UN Model Commentary dibawah ini :

Paragraf 17:

"..... In the course of the discussion it was pointed out that the addition to the OECD text would

N
ensure that the permanent establishment would be able to deduct interest, royalties and other
expenses incurred by the head office on behalf of the establishment....." (Pemohon Banding —

ILA
addition yang dimaksud ini adalah:

"However, no such deduction shall be allowed in respect amounts, if any, paid (otherwise than
towards reimbursement of actual expenses) by the permanent establishment to the head office of the
enterprise or any of its other offices, by way of royalties, fees or other similar payments in return for
the use of patents or other right or by way of commission for specific services performed or for
AD
management, or by way of interest on moneys lent to the permanent establishment. Likewise no
account shall be taken, in the determination of the profits of a permanent establishment for amounts
charged (otherwise than towards reimbursement of actual expenses) by the permanent
establishment to the head office of the enterprise or any of its other offices, by way of royalties. fees
or other similar payments in return for the use of patents by way of commission for specific services
NG

performed or for management or by way of interest on moneys lent to the head office of the
enterprise or any of its other office;

Paragraf 19:
PE

"....Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred
for the purposes of the permanent establishment should be the actual amount so incurred...."

Paragraph 19:
AT

"..., whilst the wording of paragraph 3 suggested that the deduction for expenses incurred for the
purposes of permanent establishments should be the actual costs of those expenses, normally
without adding any profit element..."

bahwa khusus mengenai jasa, Paragraf 19 juga menyatakan:


RI

"... The area of services is the one in which dculties may arise in determining whether in
a particular case a service should be charged between the various parts of a single enterprise at its
TA

actual costs or at that costs plus a mark up to represent a profit to the part of the enterprise providing
the service. "Dalam hal ini, paragraf 19 memberikan petunjuk sebagai berikut: "... On the other hand,
the answer will be in negative (Pemohon Banding — artinya tanpa mark up profit) if, on the basis of
the facts and circumstances of the specific case, it appears that the expense is initially incurred in
performing a Anction the essential purposes of which is to rationalize the overall costs of the
RE

enterprise or to increase in a general way its sales "

bahwa dalam hal ini, seperti yang Pemohon Banding uraikan dalam bagian III, biaya "Intercompany
Direct Charges" berasal dari regionalisasi sistem dan fungsi support misalnya IT yang bertugas
menyokong BUT-BUT nya;
K

bahwa oleh karenanya, beban-beban tersebut dapat dibebankan di Indonesia karena menyokong
SE

BUT di Indonesia dalam operasi usaha untuk mendapatkan penghasilan;

Transaksi Direct Charges

bahwa sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian 1.B. Penjelasan Sengketa Pajak, bahwa yang
menjadi sengketa pajak adalah koreksi positif biaya dari cabang kantor pusat yang lain yang bersifat
"Direct Charges " atau "Intercompany Direct Charges ";
bahwa Intercompany Direct Charges dilakukan dengan sistem regionalisasi, hal tersebut dilakukan
sebagai bagian pemenuhan standar yang telah tetapkan oleh Citibank yang beroperasi di banyak
negara yang mempunyai geografis dan demografis namun memiliki cukup banyak proses-proses
bagian bisnis yang mirip, sehingga Manajemen Citicorp membentuk regionalisasi untuk
mendapatkan keuntungan diantaranya sebagai berikut:

- Konsistensi dalam pemberian jasa ke customer;

K
- Tercapainya skala ekonomis;
- Standarisasi/parktek bisnis terbaik;
- Peningkatan efisiensi;

JA
- Memastikan konsistensi atas implementasi prosedur pengendalian Peningkatan kepuasan
pelangggan;
- Mengeliminasi tingkat kesalahan;

PA
bahwa kemudian, secara ringkas jenis aktifitas yang dilakukan pihak cabang kantor pusat yang lain
kepada Pemohon Banding dan manfaat yang Pemohon Banding peroleh terdiri dari :

Administrasi Password

bahwa Regional Password Administration Center (RPAC) merupakan unit usaha dan Citibank NA

N
cabang Singapore yang bertugas mengelola Password dan Indentitas Pengguna (User ID)
sistem/aplikasi yang dikelola oleh Citibank NA cabang Singapore yang digunakan oleh Citibank NA

ILA
Indonesia dalam menjalankan operasional perbankan di Indonesia;

bahwa fungsi administrasi tersebut mencakup:

a. Pembuatan Indentitas Pengguna (User ID);


b. Memodifikasi Indentitas Pengguna (User ID);
AD
c. Penghapusan Indentitas Pengguna (User ID);
d. Pemblokiran Indentitas Pengguna (User ID);
e. Pengaktifan kembali Indentitas Pengguna (User ID)
NG

bahwa adapun manfaat yang Pemohon Banding peroleh adalah :

bahwa tingkat keamanan atas sistem/aplikasi sebagaimana disebutkan di dalam perjanjian yang
telah Pemohon Banding serahkan pada persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima
terlampir (Lampiran 4), sehingga keamanan dapat ditingkatkan secara maksimal baik atas aplikasi
yang dapat digunakan oleh para nasabah Pemohon Banding maupun atas aplikasi yang
PE

dipergunakan secara internal sehingga dapat mencegah terjadinya pelanggaran keaman atas
sistem/aplikasi tersebut yang mana setiap pelanggaran keamanan sistem/aplikasi dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar;

Pemrosesan Transfer Uang


AT

bahwa Regional Cash Process Management Unit (RCPMU) merupakan unit kerja dan Citibank NA
Singapore yang memberikan mengelola pemrosesan transfer uang dan ditunjuk sebagai unit
pengolahan terpusat untuk memproses transaksi berdasarkan permintaan nasabah dan bertugas
untuk melakukan investigasi atas transaksi tersebut;
RI

bahwa sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada
persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), Pemohon
TA

Bandingpun telah menerima banyak manfaat terkait hal ini;

bahwa pemrosesan transfer uang tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1. Transaksi pengiriman uang (Outgoing telex) dalam mata uang asing, baik yang diterima melalui
RE

formulir pengiriman uang ataupun secara elektronik;


2. Transaksi penerimaan uang (Incoming telex) utk nasabah dalam mata uang asing;
3. Transaksi pindah buku antar nasabah Citibank berdasarka instruksi yang diterima secara
elektronik;
K

4. Melakukan investigasi atas point 1-3 apabila ada pertanyaan (inquiry) dari nasabah terhadap
transaksi-transaksi tersebut;
SE

5. Operasional atas trasansaksi transfer uang yang diproses melalui Citiconnect. Citiconnect
merupakan suatu platform yang terkoneksi dengan internet yang dapat memudahkan para
nasabah untuk bertransaksi perbankan;

bahwa manfaat yang Pemohon Banding peroleh adalah pemrosesan transaksi transfer uang
Internasional dipusatkan di Citibank NA Singapore akan menghasilkan proses operasional yang lebih
efektif dan efisien;
Risiko Pasar

bahwa Risk Reporting Unit adalah unit usaha dari Citibank NA cabang Singapore yang berfungsi
untuk menyediakan laporan risiko pasar dan juga data-data yang berhubungan dengan risiko pasar
kepada Citibank Indonesia setiap hari;

bahwa manfaat yang Pemohon Banding peroleh adalah:

bahwa sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada

AK
persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), Pemohon
Bandingpun telah menerima banyak manfaat terkait hal ini;

bahwa laporan dan data-data risiko pasar ini sangat diperlukan oleh Citibank NA Indonesia untuk
memantau dan mengelola resiko pasar yang ditimbulkan dari kegiatan Citibank NA Indonesia;

J
bahwa di samping itu, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank di Indonesia untuk memiliki proses

PA
Pemantauan dan pengelolaan risiko pasar yang baik, oleh sebab itu fungsi Risk Reporting Unit
Citibank NA cabang Singapore sangat penting bagi kegiatan perbankan Citibank Indonesia;

bahwa selain itu, Risk Reporting Unit Citibank Singapore juga ikut serta dalam berbagai project yang
ada di Citibank NA Indonesia yang berhubungan dengan fungsi pelaporan risiko pasar;

N
bahwa contoh project tersebut adalah implementasi sistem aplikasi baru yang akan dipakai oleh
Citibank Indonesia;

LA
Information Technology

bahwa Citibank NA cabang Singapore mengelola IT yang mencakup Institutional Client Group dan
DI
Consumer Banking terkait dengan pengembangan aplikasi-aplikasi operasional serta menyediakan
support terkait Teknologi, pemeliharaan serta perbaikan terhadap aplikasiaplikasi operasional
tersebut dan pemeliharaan, pengelolaan atas database dan perbaikan terkait dengan Infrastruktur
terkait dengan IT;
GA

bahwa sebagaimana tertuang dalam perjanjian yang telah Pemohon Banding serahkan pada
persidangan tanggal 27 Januari 2014 dengan tanda terima terlampir (Lampiran 4), Pemohon
Bandingpun telah menerima banyak manfaat terkait hal ini;
EN

bahwa IT yang terkait dengan Consumer Banking mencakup usaha bisnis Kartu Kredit dan
bertanggung jawab atas proses-proses sebagai berikut:

Pelayanan Konsultasi
P

- Mengembangkan aplikasi komputer untuk strategi pemasaran kartu kredit kepada para calon
pengguna kartu kredit serta kepada para merchant;
- Mendesain dan mengimplementasikan sebuah sistem database guna memonitor perilaku
AT

ekonomi serta data statistik yang berhubungan dengan para pengguna kartu dan para merchant;

- Memberikan masukan dan mengembangkan apliksi komputer di bidang tehnik-tehnik dan


metode pemasaran, termasuk di antaranya korespondensi langsung, pengiklanan dan promosi;
- Melakukan koordinasi secara tennis untuk menunjang para pemegang kartu dalam
I

menggunakan kartu kredit Citibank NA di seluruh dunia;


AR

Pelayanan dan Proses Data Kartu Kredit

- Menyediakan, mengembangkan dan memperbaharui penyimpanan dan proses data transaksi-


ET

transaksi pemegang kartu kredit dan para merchant, termasuk master file (data induk) dan
proses referensi kreditnya;
- Menyediakan dan memperbaharui penyimpanan dan pemrosesan data atas pembayaran yang
dilakukan oleh pemegang kartu kredit serta pembayaran kepada para merchant;
- Memberikan dukungan atas sistem aplikasi komputer untuk kartu kredit yang relevan lainnya
KR

seperti otorisasi on line dan sistem aplikasi komputer yang baru;

Proses Otorisasi

- Memproses otorisasi kartu kredit Citibank dan kartu kredit lainnya yang diminta oleh para
SE

merchant sehubungan dengan para pemegang kartu kredit Citibank atau kartu kredit lainnya;
- Menyediakan links VISA, MASTERCARD dan database kartu kredit lainnya untuk otorisasi atas
transaksi yang menggunakan VISA, MASTERCARD dan kartu kredit lainnya yang dikeluarkan
oleh institusi lain;

Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal
26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2006 sebesar
Rp120.852.576.813,00 berupa koreksi pada Penghasilan Kena Pajak
setelah pajak yang merupakan objek PPh Pasal 26 bagi suatu bentuk usaha
tetap sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000;

bahwa menurut Terbanding, koreksi tersebut disebabkan karena adanya koreksi Terbanding atas
perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2006 sebesar Rp175.333.911.252,00 yang
terdiri atas koreksi biaya usaha yang dibayarkan kepada kantor pusat dan Asia Pasific regional
lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00 dan koreksi fiskal atas akun GX.00

K
Employ Act Other sebesar Rp2.673.477.155,00;

bahwa menurut Terbanding, berdasarkan Surat Banding Pemohon Banding atas Pengajuan Banding

JA
terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP-198/WPJ.19/2013 tanggal 20
Februari 2013 tentang Keberatan Wajib Pajak atas SKPKB Pajak Penghasilan Nomor:
00001/206/06/091/12 tanggal 22 Februari 2012 Tahun Pajak 2006 diketahui bahwa atas koreksi
Terbanding pada perhitungan PPh Badan sebesar Rp175.333.911.252,00 Pemohon Banding hanya

PA
mengajukan banding atas sengketa koreksi biaya usaha yang dibayarkan kepada kantor pusat dan
Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00;

bahwa menurut Terbanding, dengan demikian perhitungan koreksi PPh Pasal 26 yang diajukan
banding oleh Pemohon Banding dan menjadi sengketa adalah sebesar Rp120.852.576.813,00;

N
bahwa menurut Terbanding, Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

ILA
menyebutkan bahwa Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia dikenakan pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Keuangan;

bahwa menurut Terbanding, Pasal 11 ayat (4) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
AD
Amerika Serikat menyebutkan bahwa apabila suatu perusahaan yang merupakan penduduk suatu
Negara Pihak pada Perjanjian memiliki suatu bentuk usaha tetap di Negara Pihak Lainnya tersebut
dapat mengenakan pajak tambahan sesuai dengan perundang-undangannya atas laba bentuk usaha
tetap tersebut (setelah dikurangi dengan Pajak Perseroan dan pajak-pajak penghasilan lainnya yang
dikenakan oleh Negara Pihak lainnya tersebut) dan atas pembayaran bunga oleh bentuk usaha tetap
NG

tersebut, tetapi besarnya pajak tambahan tersebut tidak akan melebihi 10 (sepuluh) persen;

bahwa menurut Terbanding, Pemohon Banding merupakan bentuk usaha tetap dari Citibank N.A
yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat, hal tersebut dapat dilihat dari Surat Keterangan
Domisili dikeluarkan otoritas perpajakan Amerika Serikat;
PE

bahwa menurut Terbanding, dengan demikian sesuai dengan Pasal 11 ayat (4) P3B antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat pajak, tambahan yang dapat dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan adalah 10 (sepuluh) persen;
AT

bahwa menurut Pemohon Banding, biaya-biaya aktual yang terdapat di kantor pusat dan cabang
lainnya dapat dibebankan sebagai biaya selama biaya-biaya tersebut memiliki hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pemohon Banding yang timbul dalam upaya mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan Pemohon Banding;
RI

bahwa menurut Pemohon Banding, pengertian “reimbursement” dalam ketentuan Pasal 8 ayat
(3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat adalah bahwa pembebanan
dapat dilakukan (sehingga menjadi biaya atau pengurang di Pemohon Bandung) sepanjang biaya
TA

tersebut adalah biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh kantor pusat Pemohon Banding dan cabang
lainnya di luar negeri yang berkenaan dengan kegiatan usaha atau kepentingan Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dapat dikurangkan
biaya-biaya yang dibayarkan kepada kantor pusat atau kantor cabang lainnya, selama biaya tersebut
RE

benar-benar terjadi dan berkenaan dengan kegiatan usaha dari Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding yang dimaksud dengan “reimbursement” adalah penggantian atas
biaya-biaya yang benar-benar terjadi di kantor pusat dan kantor cabang lainnya di luar negeri dan
tidak semata-mata terbatas atas biaya “talangan”;
K

bahwa menurut Pemohon Banding, penafsiran di atas tidak mengharuskan adanya penggantian atas
SE

biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh kantor pusat atau kantor cabang lainnya di luar
negeri kepada pihak ketiga pemberi jasa seperti yang ditafsirkan oleh Terbanding;

bahwa menurut Pemohon Banding, penafsiran/commentary a quo merupakan penafsiran yang diakui
secara internasional dan tertuang dalam Report on the Attribution of Profits to Permanent
Establishment yang diterbitkan oleh OECD untuk memberikan latar belakang interpretasi yang ada
dalam OECD Commentary;
bahwa Majelis melakukan pemeriksaan dan penilaian atas dokumen dan bukti-bukti dalam
persidangan sebagaimana di atur dalam Pasal 76 dan 78 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak sebagai berikut:

Pasal 76

“Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian
dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1)”

K
Pasal 78

JA
“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan
Hakim”

PA
bahwa menurut pendapat Majelis, sengketa Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 Masa Pajak
Januari sampai dengan Desember 2006 sebesar Rp120.852.576.813,00 terkait dengan hasil
pemeriksaan Majelis atas sengketa PPh Badan Tahun Pajak 2006 berupa koreksi biaya usaha yang
dibayarkan kepada Kantor Pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar
Rp172.646.537.764,00;
bahwa menurut pendapat Majelis, perhitungan sengketa ini adalah sebagai berikut:

N
Uraian Menurut Pemohon Menurut Terbanding Koreksi/sengketa

ILA
Banding (Rp) (Rp) (Rp)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 1.790.562.120.449,00 1.963.208.658.213,0 172.646.537.764,0
0 0
PPh Badan terutang 537.151.136.000,00 588.945.097.400,00 51.793.961.400,00
PKP setelah pajak sebelum 1.253.410.984.449,00 1.374.263.560.813,0 120.852.576.364,0
penyesuaian 0 0
AD
Pembulatan/penyesuaian 449,00
PKP setelah pajak 120.852.576.813,0
0

bahwa hasil pemeriksaan, pertimbangan-pertimbangan dan kesimpulan Majelis atas sengketa PPh
NG

Badan Tahun Pajak 2006 berupa koreksi biaya usaha yang dibayarkan kepada Kantor Pusat dan
Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00 adalah sebagai
berikut:

“bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sidang banding adalah koreksi Terbanding atas
PE

biaya usaha yang dibayarkan kepada Kantor Pusat dan Asia Pasific regional lainnya
(Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon
Banding;

bahwa rincian koreksi positif Terbanding atas pos Penyesuaian Fiskal atas Head Office
AT

Allocation Expenses (HO. A.E) sebesar Rp172.646.537.764,00 adalah sebagai berikut :

- Head Office Allocation (Echo/Non Echo) Rp128.768.757.696,00


- Intercompany Service Charge Rp180.114.416.868,00
RI

- Jumlah Rp308.883.174.564,00
- Administration Expenses dari HO dan Asia Pasific
Regional Office Lainnya (sesuai sertifikasi KAP) Rp136.236.636.800,00
- Koreksi fiskal positif Rp172.646.537.764,00
TA

bahwa Terbanding berpendapat bahwa sesuai Pasal 8 ayat (3) P3B antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan Amerika Serikat pada dasarnya tidak diperkenankan untuk biaya-
biaya yang dibayarkan (selain reimbursement pengantian dari biaya yang benar-benar
RE

terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor
pusatnya dalam bentuk royalti, ongkos dan pembayaran serupa lainnya sehubungan dengan
penggunaan paten dan hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau
untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada bentuk
usaha tetap tersebut;
K

bahwa menurut Terbanding, sesuai Pasal 5 ayat (3) huruf b dan c Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
SE

Nomor 17 Tahun 2000, mengatur tentang penentuan besarnya laba suatu Bentuk Usaha
Tetap (BUT) sebagai berikut:

b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya
adalah :
1) royalti atau imbalan lainnya sehubungan penggunaan harta, paten, atau hak-hak
lainnya;
2) imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya;
3) bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
c. pembayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima atau diperoleh dari kantor
pusat tidak dianggap sebagai Obyek Pajak, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha
perbankan;

bahwa menurut Terbanding, pada dasarnya bentuk usaha tetap merupakan satu kesatuan
dengan kantor pusatnya, sehingga pembayaran oleh bentuk usaha tetap kepada kantor
pusatnya, seperti royalti atas penggunaan harta kantor pusat, merupakan perputaran dana

K
dalam satu perusahaan, sehingga pembayaran bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya
berupa royalti, imbalan jasa, dan bunga tidak boleh dikurangkan dari penghasilan Bentuk
Usaha Tetap, kecuali jika kantor pusat dan bentuk usaha tetapnya bergerak dalam bidang

JA
usaha perbankan, maka pembayaran berupa bunga pinjaman dapat dibebankan sebagai
biaya;

bahwa menurut Terbanding, pembayaran-pembayaran sejenis yang diterima oleh bentuk

PA
usaha tetap dari kantor pusatnya tidak dianggap sebagai obyek pajak, kecuali bunga yang
diterima oleh bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya berkenaan dengan usaha perbankan;

bahwa menurut Pemohon Banding, biaya-biaya aktual yang terdapat di kantor pusat dan
cabang lainnya dapat dibebankan sebagai biaya selama biaya-biaya tersebut memiliki

N
hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding yang timbul dalam upaya
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan Pemohon Banding;

ILA
bahwa menurut Pemohon Banding, pengertian “reimbursement” dalam ketentuan Pasal 8
ayat (3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat adalah bahwa
pembebanan dapat dilakukan (sehingga menjadi biaya atau pengurang di Pemohon
Bandung) sepanjang biaya tersebut adalah biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh kantor
pusat Pemohon Banding dan cabang lainnya di luar negeri yang berkenaan dengan kegiatan
AD
usaha atau kepentingan Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dapat
dikurangkan biaya-biaya yang dibayarkan kepada kantor pusat atau kantor cabang lainnya,
selama biaya tersebut benar-benar terjadi dan berkenaan dengan kegiatan usaha dari
NG

Pemohon Banding;

bahwa menurut Pemohon Banding yang dimaksud dengan “reimbursement” adalah


penggantian atas biaya-biaya yang benar-benar terjadi di kantor pusat dan kantor cabang
lainnya di luar negeri dan tidak semata-mata terbatas atas biaya “talangan”;
PE

bahwa menurut Pemohon Banding, penafsiran di atas tidak mengharuskan adanya


penggantian atas biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh kantor pusat atau kantor
cabang lainnya di luar negeri kepada pihak ketiga pemberi jasa seperti yang ditafsirkan oleh
Terbanding;
AT

bahwa menurut Pemohon Banding, penafsiran/commentary a quo merupakan penafsiran


yang diakui secara internasional dan tertuang dalam Report on the Attribution of Profits to
Permanent Establishment yang diterbitkan oleh OECD untuk memberikan latar belakang
interpretasi yang ada dalam OECD Commentary;
RI

bahwa Majelis melakukan pemeriksaan dan penilaian atas dokumen dan bukti-bukti dalam
persidangan sebagaimana di atur dalam Pasal 76 dan 78 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2002 tentang Pengadilan Pajak sebagai berikut:
TA

Pasal 76

“Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian
pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti
RE

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)”

Pasal 78
K

“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan


berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta
berdasarkan keyakinan Hakim”
SE

bahwa menurut pendapat Majelis, dari fakta-fakta hukum yang diperoleh dalam persidangan,
diketahui bahwa Pemohon Banding merupakan satu kesatuan dengan kantor pusat dan
cabang lainnya di luar negeri, sehingga pembayaran yang dilakukan Pemohon Banding
kepada kantor pusatnya seperti royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan
penggunaan harta, paten atau hak-hak lainnya, jasa manajemen dan jasa lainnya
merupakan perputaran dana dalam satu perusahaan;
bahwa menurut pendapat Majelis, sesuai Pasal 5 ayat (3) huruf b dan c Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, maka pembayaran Pemohon Banding kepada
kantor pusat dan cabang lainnya di luar negeri seperti royalti, imbalan lainnya sehubungan
dengan penggunaan harta, paten atau hak-hak lainnya, jasa manajemen dan jasa lainnya,
serta bunga (kecuali kantor pusat bergerak dalam bidang usaha perbankan) tidak boleh
dikurangkan sebagai biaya oleh Pemohon Banding;

bahwa menurut pendapat Majelis, “reimbursement” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

K
ayat (3) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Amerika Serikat adalah
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu entitas dengan menalangi terlebih dahulu
biaya dimaksud untuk memperoleh barang dan atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh

JA
entitas lain untuk selanjutnya diganti dengan biaya yang sama besarnya (at cost) bahwa
dengan demikian biaya yang benar-benar dikeluarkan Pemohon Banding kepada kantor
pusat dan cabang lainnya di luar negeri tidak sama dengan “reimbursement” sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) a quo;

PA
bahwa menurut pendapat Majelis, Pasal 8 ayat (3) a quo secara tegas mengatur biaya-biaya
yang tidak diperkenankan dikurangkan oleh Pemohon Banding sebagai bentuk usaha tetap
yang dibayar kepada kantor pusat dan cabang lainnya di luar negeri karena pada dasarnya
Pemohon Banding dan kantor pusat serta cabang lainnya di luar negeri sebagai satu
kesatuan entitas yang terintegrasi secara internasional;

N
bahwa menurut pendapat Majelis, sesuai fakta-fakta hukum yang diperoleh dalam

ILA
persidangan, pada dasarnya pembayaran dari Pemohon Banding kepada Citibank S,A.
Singapore adalah pembayaran atas imbalan sehubungan jasa yang didasarkan pada kontrak
perjanjian jasa (Service Agreement) dan bukan pembayaran atas penggantian biaya
(reimbursement);

bahwa menurut pendapat Majelis, sesuai bukti-bukti yang diperoleh dalam persidangan
AD
bahwa Laporan Audit (Sertifikat) yang diterbitkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) KPMG
dan Ernst & Young meliputi seluruh biaya alokasi kantor pusat yang telah dibebankan oleh
Pemohon Banding sebesar Rp308.883.174.564,00;
bahwa menurut Kantor Akuntan Publik (KAP) KPMG dan Ernst & Young, biaya yang dapat
dibabankan oleh Pemohon Banding adalah sebesar USD15,103,840.00 (Kurs Rp9.020,00,
NG

ekuivalen dengan nilai Rp136.236.636.800,00;

bahwa dalam persidangan, Majelis memerintahkan kepada Pemohon Banding untuk


menyampaikan bukti-bukti dan dokumen atas transaksi reimbursement yang berupa invoice
dari pihak ketiga, bukti pelaksanaan kegiatan jasa, bukti pembayaran, perjanjian atau kontrak
PE

yang menunjukkan bahwa biaya yang ditagihkan cabang Citibank lainnya di luar negeri
sebesar actual cost yang dihitung berdasarkan alokasi;

bahwa bukti-bukti dan dokumen sebagaimana tersebut di atas tidak diberikan oleh Pemohon
Banding, sehingga bukti-bukti lainnya tidak dipertimbangkan oleh Majelis;
AT

bahwa sesuai fakta-fakta hukum dan bukti-bukti yang diproses dalam pemeriksaan Majelis di
persidangan, serta berdasarkan keyakinan Majelis, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi
Terbanding atas biaya usaha yang dibayarkan kepada Kantor Pusat dan Asia Pasific
regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00 berdasarkan sertifikat
RI

dari Kantor Akuntan Publik (KAP) KPMG dan Ernst & Young, ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku dan Pasal 8 ayat (3) P3B Pemerintah Republik Indonesia
dengan Amerika Serikat sudah tepat sehingga tetap dipertahankan;
TA

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, pertimbangan-pertimbangan dan kesimpulan Majelis atas


sengketa PPh Badan Tahun Pajak 2006 berupa koreksi biaya usaha yang dibayarkan kepada Kantor
Pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) sebesar Rp172.646.537.764,00
sebagaimana diuraikan di atas, Majelis berkesimpulan bahwa jumlah sebesar Rp172.646.537.764,00
RE

tersebut bukan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding;

bahwa menurut pendapat Majelis, dengan demikian jumlah sebesar Rp172.646.537.764,00 yang
dibayarkan kepada Kantor Pusat dan Asia Pasific regional lainnya (Offshore Charges) merupakan
Penghasilan Kena Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang dikenakan Pajak Penghasilan Badan;
K

bahwa menurut pendapat Majelis, jumlah Penghasilan Kena Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)
SE

setelah dikurangi Pajak Penghasilan Badan terutang yaitu sebesar Rp120.852.576.813,00


merupakan obyek pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 jo. Pasal 11 ayat (4) P3B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
Amerika Serikat;

bahwa sesuai fakta-fakta hukum dan bukti-bukti yang diproses dalam pemeriksaan Majelis di
persidangan, serta berdasarkan keyakinan Majelis, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Dasar
Pengenaan Pajak PPh Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2006 sebesar yang
dilakukan Terbanding sebesar Rp120.852.576.813,00 sudah tepat sehingga tetap dipertahankan;

Menimbang : bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit
pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif
pajak;

K
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi
administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada
penyelesaian sengketa lainnya;

JA
Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, serta berdasarkan
musyawarah Majelis, Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal
80 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang

PA
Pengadilan Pajak untuk menolak Banding Pemohon Banding;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan


ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku
dan yang berkaitan dengan sengketa ini;

N
Memutuskan : Menolak Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding
Nomor: KEP-200/WPJ.19/2013 tanggal 20

ILA
Februari 2013, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak
Januari sampai dengan Desember 2006 Nomor: 00001/204/06/091/12
tanggal 23 Februari 2012, atas nama: XXX;

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah Majelis setelah pemeriksaan dalam


AD
persidangan yang dicukupkan pada hari Rabu tanggal 26 Maret 2014, oleh Hakim Majelis XVB
Pengadilan Pajak yang ditunjuk dengan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor:
Pen.00971/PP/PM/X/2013 tanggal 25 Oktober 2013 jo. Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor:
Pen.0007AS/PP/PM/II/2014 tanggal 10 Februari 2014 dengan susunan Majelis dan Panitera
Pengganti sebagai berikut :
NG

Drs. Tonggo Aritonang, Ak., M.Sc. Sebagai Hakim Ketua,


Drs. Didi Hardiman, Ak. Sebagai Hakim Anggota,
Djangkung Sudjarwadi, S.H., LL.M. Sebagai Hakim Anggota,
Aditya Agung Priyo Nugroho Sebagai Panitera Pengganti,
PE
AT
RI
TA
K RE
SE

Anda mungkin juga menyukai