Anda di halaman 1dari 14

[Type here]

Pemberdayaan Program Kesehatan Ibu dan Anak untuk Mengatasi Gangguan


Pertumbuhan pada Anak

___________________________________________________________________________

Abstrak

Kesehatan ibu dan anak merupakan aspek yang penting di dalam kehidupan sesebuah
keluarga dan juga masyarakat. Hal ini karena, kadar morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan
anak dilihat semakin meningkat seiiring dengan perjalanan waktu. Oleh itu, terdapat program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang merangkumi program antenatal care, postnatal care,
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), program imunisasi dan pelbagai program lagi. Program ini
dianjurkan oleh pihak Puskesmas untuk meningkatkan kesehatan golongan yang rentan ini
agar dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak di wilayah tersebut
sekaligus dapat menurunkan angka tersebut di peringkat nasional serta secara global.

Kata kunci: KIA, antenatal care, IMD, program imunisasi

Abstract

Maternal and child health is an important aspect in the life of a family as well as the
community. This is because, morbidity and mortality rates for mothers and children are seen
increasing in tandem with the passage of time. Therefore, there is a Mother and Child Health
program (KIA) that includes antenatal care, postnatal care, Early Breastfeeding Initiation
(IMD), immunization programs and more programs. This program is recommended by the
Puskesmas to improve the health of this vulnerable group in order to reduce morbidity and
mortality rates of mothers and children in the region as well as to reduce the numbers in
national and global rankings.

Keywords: KIA, antenatal care, IMD, immunization program

Pendahuluan

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator dalam menetapkan suatu
wilayah atau negara. Kesehatan ibu dan anak juga merupakan harapan masa depan bagi
semua orang. Dari dahulu hingga sekarang, masalah kesehatan ibu dan anak masih kurang
[Type here]

diperhatikan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, situasi, dan kondisinya. Masalah
kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang perlu perhatian lebih karena masalah itu
merupakan masalah yang mempengaruhi generasi muda yang akan terbentuk.

Di Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307/100,000 kelahiran hidup


(SKRT 2005), adalah yang tertinggi antara negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN). 1 Hal
ini terjadi karena berbagai penyebab bisa penyebab langsung maupun tidak langsung. Antara
penyebab langsung adalah perdarahan pasca persalinan, eklampsia dan infeksi.

Angka Kematian Bayi (IMR) di Indonesia adalah sebesar 37/1000 kelahiran hidup
terutamanya terjadi karena infeksi yaitu infeksi yang menular, tetanus neonatorum, diare,
berat badan lahir rendah (BBLR) dan kongenital.1 Dengan upaya kesehatan anak antara lain
diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang
berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi
terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya
menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (lihat
gambar 1).2

Gambar 1. Tren Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Tahun 1991 - 20152

Kondisi Anak

Berdasarkan skenario yang diberikan, pasien merupakan seorang anak berumur 14


bulan, mengeluh sering sakit batuk pilek dan demam, perut membuncit, sering diare. Riwayat
hamil anak ke 4, ANC tidak teratur, mendapat ASI hanya sampai 3 bulan, seterusnya
[Type here]

makanan padat lainnya. Imunisasi tidak lengkap karena sering sakit sakitan. Hasil
penimbangannya seperti pada lampiran KMS di bawah ini (lihat gambar 1);

Gambar 2. Lampiran Kartu Menuju Sehat pada Kasus

Penjelasan Kasus

Pasien merupakan seorang anak berumur 14 bulan yaitu tergolong sebagai balita,
mengeluh sering sakit batuk pilek dan demam menandakan bahwa pasien balita ini memiliki
tingkat imunitas yang rendah, perut membuncit menandakan pasien balita ini mungkin
menderita masalah gizi, sering diare menandakan bahwa pasien balita ini memiliki resiko
dehidrasi.

Riwayat hamil anak ke 4, ANC tidak teratur menandakan ibu pasien merupakan ibu
yang mungkin berisiko memiliki masalah kesehatan saat hamil, mendapat ASI hanya sampai
3 bulan menandakan pasien balita ini tidak mendapat ASI ekslusif secara lengkap selama 6
bulan, seterusnya makanan padat lainnya menandakan pasien ini mendapat makanan PASI
terlalu dini yaitu saat berusia 4 bulan. Imunisasi tidak lengkap karena sering sakit sakitan
menandakan pasien balita ini tidak mempunyai imunitas terhadap agen tertentu sehingga lebih
rentan untuk terinfeksi.

Penyebab Kondisi Anak pada Kasus


[Type here]

Kondisi pasien anak seperti pada kasus dapat terjadi karena rendahnya tingkat
pendidikan ibu, rendahnya tingkat kebersihan rumah tangga dan lingkungan, rendahnya
tingkat pendapatan, dan sulitnya akses ke pelayanan kesehatan.

Anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan umumnya memiliki angka kematian
yang lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan. Selama kurun
waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan
adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu
yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di
antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.1

Angka kematian anak terkait dengan kemiskinan. Anak-anak dalam rumah tangga
termiskin umumnya memiliki angka kematian balita lebih dari dua kali lipat dari angka
kematian balita di kelompok kuintil paling sejahtera. Hal ini karena rumah tangga yang lebih
kaya memiliki akses yang lebih banyak ke pelayanan kesehatan dan sosial yang berkualitas,
praktek-praktek kesehatan yang lebih baik dan pada umumnya tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.1

Faktor Risiko

Antara faktor risiko yang terkait dengan kondisi pasien balita tersebut adalah
pelayanan kesehatan ibu hamil, gizi ibu selama kehamilan, gizi bayi dan anak balita,
pelayanan imunisasi dasar, penanggulangan diare, dan kesehatan lingkungan.

Gizi bayi dan anak balita mencakup pemberian ASI eksklusif, pemberian kapsul
vitamin A pada balita 6-59 bulan, penimbangan dan status gizi balita.2

Puskesmas

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat


pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program
dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan
kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.3

1. Bagian Program Perbaikan Gizi Masyarakat (Gizi).


2. Bagian Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB).
[Type here]

3. Bagian Program Kesehatan Lingkungan (Kesling).


4. Bagian Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
5. Bagian Program Promosi Kesehatan (Promkes).
6. Bagian Program Pengobatan.

Posyandu

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan wadah titik temu antara pelayanan
profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka
kelahiran. Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya
dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya
berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.

Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam


pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan
diperioritaskan pada lima program yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi, penanggulangan diare.
dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan 4

Penyelenggaraan dilakukan dengan “pola lima meja” sebagaimana diuraikan antara lain:

1. Meja 1: pendaftaran
2. Meja 2: penimbangan bayi dan anak balita
3. Meja 3: pengisian KMS (kartu menuju sehat)
4. Meja 4: peyuluhan perorangan

Mengenai balita berdasarkan penimbangan, berat badan yang naik/tidak naik, diikuti
dengan pemberian makanan tambahan, pralit dan vitamin A dosis tinggi. Terhadap ibu hamil
yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizi. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB
lestari, diikuti dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa.

 Meja 5: Pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan
pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

Program KIA
[Type here]

Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six) Puskesmas yang
bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien. Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, dan bayi serta balita. Keberhasilan program
KIA menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi
salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia.
Definisi Program KIA
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam program pokok
Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu menyusui, dan bayi serta balita.3
Program Pokok pada Pelayanan KIA 2
Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di puskesmas, khususnya KIA
harus meliputi sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu pada KIA
 Pelayanan Antenatal
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama
kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Antenatal, yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI),
mendiagnosa dini adanya kelainan atau penyulit pada kehamilan atau persalinan, menetapkan
faktor resiko ibu hamil dan mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu hamil.
Antara kegiatan untuk ibu hamil adalah terdiri dari timbang berat badan, ukur tekanan
darah, nilai status gizi (LILA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut
jantung janin (DJJ), pemberian imunisasi TT lengkap, Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet
selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus dan Temu wicara
(konseling).

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali
pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga.

 Gizi pada Ibu Hamil


[Type here]

Gizi ibu hamil perlu mendapat perhatian karena sangat berpengaruh pada perkembangan
janin. Sejak janin sampai anak berumur dua tahun atau 1000 hari pertama kehidupan
kecukupan gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan kognitif. Kekurangan
gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa,
yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes.2

Pada masa kehamilan gizi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin karena gizi janin tergantung pada gizi ibu
dan kebutuhan gizi ibu juga harus tetap terpenuhi.2

Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan
Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) juga dapat menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Untuk itu bagi ibu
hamil risiko KEK, yaitu yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5cm, diberikan
makanan tambahan.2

Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran prematur,


kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin atau bayi saat kehamilan maupun
setelahnya. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil diharapkan mendapatkan tablet tambah
darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan.2

2. Pelayanan Kesehatan Anak pada KIA

Pelayanan kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dari neonatus sampai ke umur beberapa tahun. Antara programnya adalah
program tumbuh kembang dimana pelaksanaanya dilakukan di Puskesmas dan Posyandu
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Program gizi balita khususnya dilakukan
melalui kegiatan PMT (Pemberi makanan tambahan), pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi(6-11 bulan )dan pemberian yodium khususnya di daerah endemis. Pemberian imunisasi
dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb, campak) sebelum usia 1 tahun. Penanggulangan
diare khusunya ditujukan untuk mengatasi masalah dehidrasi dengan pemberian oralit dan
pelaksanaanya dilakukan di Puskesmas dan Posyandu. Promosi Kesehatan khususnya
mengenai PHBS (Prilaku Hidup Bersih dan Sehat), antara lain penimbangan balita, ASI
eksklusif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, cuci tangan dengan air bersih,
makanan sehat dengan gizi seimbang dan sebagainya.
[Type here]

 Gizi Balita
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

IMD adalah meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi
melekat pada kulit ibu yang dilakukan sekurang-kurangnya satu jam segera setelah lahir. Jika
kontak tersebut terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari satu jam dianggap belum
sempurna dan dianggap tidak melakukan IMD.2

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,
vitamin, dan mineral).2

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI
eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI
mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum
tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat
makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan
menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan
makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.2

2. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita Usia 6–59 Bulan.

Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati,
dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. 2 Kekurangan
Vitamin A (KVA) dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian. Kekurangan Vitamin A juga merupakan penyebab utama kebutaan
pada anak yang dapat dicegah.2

Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015, dinyatakan


bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita dengan kekurangan
Vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam bentuk
kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia enam sampai dengan sebelas bulan, kapsul
vitamin A merah 200.000 IU untuk anak balita usia dua belas bulan sampai dengan lima
puluh sembilan bulan, dan ibu nifas. Menurut Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A,
[Type here]

pemberian suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh balita umur 6-59 bulan secara
serentak melalui posyandu yaitu; bulan Februari atau Agustus pada bayi umur 6-11 bulan
serta bulan Februari dan Agustus pada anak balita 12-59 bulan.2

3. Penimbangan dan Status Gizi Balita

Penimbangan balita sangat penting untuk deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi
buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara
intensif sehingga bila berat badan anak tidak naik atau jika ditemukan penyakit akan dapat
segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi
buruk. Semakin cepat ditemukan, penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin
baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tatalaksana kasus anak gizi buruk akan
mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Tindak
lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan
pemberian suplemen gizi.2

Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila
terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus.2

Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita adalah kegiatan pemberian
makanan tambahan untuk balita kurus. Pemberian makanan tambahan diberikan pada balita
usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 23 bulan 29 hari dengan status gizi kurus, diukur
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan sebesar minus 3 standar deviasi (-3SD)
sampai dengan kurang dari minus 2 standar deviasi (<-2SD), yang mendapat makanan
tambahan selama 90 hari berturut-turut. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita
kurus dapat diberikan berupa PMT lokal maupun PMT pabrikan seperti biskuit MP-ASI. Bila
berat badan telah mencapai atau sesuai perhitungan berat badan sesuai tinggi badan, maka
pemberian makanan tambahan balita dihentikan. Selanjutnya dapat mengkonsumsi makanan
keluarga gizi seimbang dan dilakukan monitoring berat badan terus menerus agar balita tidak
kembali jatuh dalam status gizi kurus.2

 Pelayanan Imunisasi Dasar


[Type here]

Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.2

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa
penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput
otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai
penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.2

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti paling cost-
effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan, dan
kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya.2

Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus atau bakteri atau protozoa atau jamur,
masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan
dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem
kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen.
Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak
terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-
antigen yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang
masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang
lebih cepat.2

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi
alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin merupakan upaya
menstimulasi sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan
penyakit tertentu dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari
vaksin. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk memberikan perlindungan
kepada penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi
yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia
subur, dan ibu hamil.2
[Type here]

Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas
penyakit-penyakit yang timbul. Di Indonesia, program imunisasi mewajibkan setiap bayi (usia
0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1
dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.2

Pada tahun 2017, Ikatan Dokter Anak Indonesia telah merekomendasi jadwal
imunisasi anak usia 0 – 18 tahun (lihat gambar 2).5

Gambar 3. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Tahun 20175

 Penanggulangan Diare

Berikut adalah perkara yang perlu dilakukan bila balita diare yaitu teruskan pemberian
ASI bila balita masih menyusui, beri air matang atau cairan makanan (air sayur, air tajin atau
oralit), teruskan pemberian makanan, cegah diare dengan cara minum air matang, cuci tangan
pakai sabun sebelum dan sesudah makan dan sesudah buang air besar.6

Balita harus dirujuk ke Puskesmas bila ada tanda-tanda anak tidak membaik dalam 2
hari, buang air besar encer berkali-kali, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, demam,
makan atau minum sedikit, atau ada darah dalam tinja.6
[Type here]

Kesehatan Lingkungan

Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal disamping faktor kualitas pelayanan kesehatan, dan
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk
mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem
kesehatan kewilayahan dalam menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan
pada media lingkungan yang meliputi: air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta
vektor dan binatang pembawa penyakit.2

Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan


kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan
kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat
berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta
berperan (Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat,
dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik. Kementerian Kesehatan sendiri terfokus kepada
hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.2

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan untuk
mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan
saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaan STBM berpedoman pada lima pilar sebagai berikut
yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT), Pengamanan Sampah
Rumah Tangga (PSRT), Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).2

Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat sangat berperan penting dalam meningkatkan kesehatan


masyarakat. Hal ini karena, dengan kesehatan ibu yang baik, dapat mengurangkan resiko
terjadinya masalah pada kesehatan anak sewaktu di dalm kandungan dan setelah dilahirkan.
Kesehatan ibu dan anak ini boleh ditingkatkan dengan program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) seperti pelayanan antenatal dan postnatal bagi ibu hamil dan yang telah melahirkan
[Type here]

serta program untuk meningkatkan kesehatan anak seperti IMD, pemberian kapsul vitamin A
dan program imunisasi. Diharapkan setelah ibu dan anak mengikuti program tersebut,
kesehatan ibu dan anak akan dapat ditingkatkan dan dapat menurunkan angka morbiditas serta
mortalitas ibu dan anak.

Daftar Pustaka
[Type here]

1. Ringkasan kajian kesehatan ibu & anak. 2012. Unicef Indonesia. Diunduh dari,
https://www.unicef.org, 13 Juli 2018.
2. Profil kesehatan Indonesia. 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2017.
Diunduh dari, http://www.depkes.go.id, 13 Juli 2018.
3. Balai Pelatihan Kesehatan. Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. 2000.
4. Nugrahaeni DK. Konsep dasar epidemiologi. Jakarta:EGC;2012.
5. Jadwal imunisasi anak usia 0 – 18 tahun rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) tahun 2017. 2017. Diunduh dari, https://www.google.co.id, 13 Juli 2018.
6. Ayo ke Posyandu setiap bulan. 2012. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Diunduh dari, http://www.depkes.go.id,
13 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai