Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari

biasanya, merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang

tidak menguntungkan.

Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian depan, tepatnya

pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh darah

yang disebut pleksus Kiesselbach. Pada rongga bagian belakang jugak terdapat banyak cabang-

cabang dari pembuluh darah yang cukup besar antara lain dari arteri sphenopalatina.

ISI

Epistaksis adalah pendarahan yang berasal dari hidung dan dapat timbul spontan tanpa

data ditelusuri sebabnya. Epistaksis bukanlah suatu penyakit melainkan suatu tanda atau gejala1,4.

Walau secara umumnya epistaksis dapat diatasi, namun pendarahan hidung merupakan masalah

yang lazim, sehingga tiap dokter harus siap untuk menangani sekiranya ada kasus sedemikian.

90 % mimisan berasal dari bagian depan hidung (anterior), berasal dari  sekat/dinding

rongga hidung. Bagian ini lebih mudah berdarah karena bagian dalam hidung dilapisi oleh

mukosa yang tipis dan mengandung banyak pembuluh darah (al Kiesselbach plexus) yang

fungsinya menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup. Pembuluh-pembuluh ini amat

peka terhadap pengaruh pengaruh dari luar, selain karena letaknya di permukaan juga karena

hidung merupakan bagian wajah yang paling menonjol. Sehingga perubahan cuaca (panas,

kering), tekanan udara (di daerah tinggi), teriritasi gas/zat kimia yang merangsang, pemakaian

1
obat untuk mencegah pembekuan darah  atau hanya sekedar terbentur (pukulan), gesekan,

garukan, iritasi hidung karena pilek/allergi atau kemasukan benda asing dapat menimbulkan

mimisan. Jenis mimisan yang anterior biasanya lebih mudah diatasi dengan pertolongan pertama

di rumah.

Epistaksis yang posterior, sumber perdarahannya berasal dari rongga hidung bagian

belakang atau nasopharing. Mimisan biasanya lebih berat dan biasanya merupakan indikasi

adanya suatu penyakit serius seperti demam berdarah, tekanan darah tinggi, tumor ganas

(kanker) pada rongga hidung atau nasopharing, kanker darah (leukemia), penyakit

kardiovaskuler, hemofilia (kelainan darah) dll.

Gambar 1: Pleksus Kiesselbach

ANAMNESIS

Suatu anamnesis yang

teliti dapat

memperkirakan

diagnosis sesuatu

penyakit yang mana

selanjutnya dapat di

konfirmasi dengan

2
pemeriksaan fisik dan penunjang. Dokter akan mengambil segala informasi yang akan

membantunya dalam menegakkan diagnosis. Antaranya:

 Identitas: nama, umur, jenis kelamin dan lain- lain

 Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang

dihadapinya.Menurut kasus kelompok A, pasien yang berusia 24 tahun yang datang

dengan keluhan keluar darah dari hidung setelah terkena bola 15 menit yang lalu.

 Riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit terdahulu.Dokter akan menanyakan

riwayat penyakit yang pernah dihadapi pasien.6 Antaranya:

 Lokasi pendarahan pasien. Pada bagian hidung yang mana, kanan atau kiri?

 Apakah darah mengalir ke posterior atau keluar dari hidung bila pasien duduk

tegak?

 Lama perdarahan dan frekuensinya

 Adakah mempunyai riwayat penyakit lain seperti DM, Hipertensi, penyakit

kardoivaskular, dll.

 Pernahkah mempunyai riwayat pendarahan sebelumnya?

 Riwayat gangguan pendarahan dalam keluarga?

 Adakah sedang menggunakan obat antikoagulan atau obat lain seperti aspirin atau

fenilbutazon?

PEMERIKSAAN FISIK

3
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan hidung dan laboratorium.

1. Pemeriksaan keadaan umum.

Tanda vital harus dimonitor. Segeralah pasang infus jika ada penurunan tanda vital,

adanya riwayat perdarahan profus, baru mengalami sakit berat misalnya serangan

jantung, stroke atau pada orang tua.

2. Pemeriksaan Fisik hidung.2

Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu kepala, speculum hidung dan

alat penghisap (bila ada) dan pinset bayonet, kapas, kain kassa.

Pemeriksaan hidung

- Inspeksi : Bentuk luar diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.

Adakah pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.

- Palpasi : krepitasi tulang hidung pada fraktur os nasal atau rasa nyeri tekan pada

peradangan hidung atau sinus paranasal.

- Udara melalui kedua lubang hidung lebih kurang sama dan untuk mengujinya dapat

dengan cara meletakkan spatula lidah dari metal di depan kedua lubang hidung dan

membandingkan luas pengembunan udara pada spatula kiri dan kanan.

3. Pemeriksaan sinus paranasal2

- Kelainan sinus sulit ditegakkan dengan inspeksi dan palpasi hidung serta pemeriksaan

rinoskopi anterior dan posterior sahaja. Pemeriksaan transluminasi mempunyai

manfaat yang sangat terbatas dan tidak dapat menggantikan peranan pemeriksaan

radiologik.

4
- Pada pemeriksaan transluminasi sinus maxilla dan sinus frontal, dipakai lampu

khusus dan dilakukan dalam ruangan gelap.

- Transluminasi sinus maxilla dilakukan dengan memasukkan sumber cahaya ke

rongga mulut dan bibir dikatupkan sehingga tidak kelihatan sumber cahaya lagi.

Setelah beberapa menit, tampak daerah infraorbita terang seperti bulan sabit.

- Untuk pemeriksaan sinus frontal tampak cahaya terang.

Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan dalam posisi dan ketinggian yang

memudahkan pemeriksa bekerja. Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi

sisi dalam hidung. Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap dibersihkan semua

kotoran dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku, sesudah

dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat dan faktor-faktor

penyebab perdarahan.

Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah dari hidung yang bersifat

kronik memerlukan fokus diagnostik yang berbeda dengan pasien dengan perdarahan hidung

aktif yang prioritas utamanya adalah menghentikan perdarahan. Pemeriksaan yang diperlukan

berupa:

a) Rinoskopi anterior2,4,5,7

Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior.Vestibulum,

mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkaf inferior harus

diperiksa dengan cermat.

b) Rinoskopi posterior2,4,5,7

5
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan

epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma.

c) Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi

dapat menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi

1. Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI5

Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting mengenali dan mengenalpasti sekiranya

terdapat fraktur dalam, neoplasma atau infeksi. Pemeriksaan radiologi hidung dan sinus

paranasal serta nasofaring dapat dilakukan setelah keadaan akut diatasi. Jika perlu pasien

dapat dikonsul ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mencari dan mengobati

penyebab sistemik.

2. Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya.

3. Pemeriksaan radiologic untuk menilai sinus maksila dengan posisi water, sinus frontalis

dan sinus ethmoid dengan posisi postero anterior dan sinus sphenoid posisi lateral.

4. Untuk menilai kompleks osteomeatal dilakukan CT scan.

Pemeriksaan laboratorium.5

Skrining terhadap koagulopati. Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu

tromboplastin parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.

6
 Pemeriksaan darah tepi diperlukan untuk mengetahui adanya anemia. Masa perdarahan,

hitung trombosit dilakukan jika diduga ada kelainan perdarahan.

 Pada anak dengan epistaksis berulang tanpa riwayat trauma atau operasi, perlu

pemeriksaan adanya penurunan faktor VIII seperti pada von Willebrant’s disease.

 Pada pasien yang dipasang tampon posterior, mungkin perlu diperiksa gas darah tepi

(Astrup).

 Pada keadaan tertentu mungkin perlu pemeriksaan fungsi hati dan ginjal.

DIAGNOSIS KERJA

EPISTAKSIS ANTERIOR

Epistaksis anterior. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. 

Gejala klinik Epistaksis:

 Darah menetes atau mengalir dari lubang hidung depan atau belakang.

 Muntah darah bila banyak darah tertelan.

 Bisa spontan.

 Bisa akibat trauma.

 Bila perdarahan berlanjut penderita menjadi lemah, pucat, anemis.

 Penderita jatuh syok, nadi cepat, lemah, tekanan darah turun.

Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis epistaksis: 

 Pemeriksaan darah tepi lengkap 

7
 Fungsi hemostatis 

 Tes fungsi hati dan ginjal 

 Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring.

Epistaksis dibagi menjadi 2 kelompok:

Epistaksis anterior

Perdarahan berasal dari septum (pemisah lubang hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari

pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan

bila pasien duduk, darah akan keluar dari salah satu lubang hidung. Seringkali dapat berhenti

spontan dan mudah diatasi. 1,5

Epistaksis posterior 1,3-5

Perdarahan berasal dari bagian hidung yang paling dalam, yaitu dari arteri sfenopalatina dan

arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada usia lanjut, penderita

hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat dan jarang

berhenti spontan. Darah mengalir ke belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokan.

Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa pendarahan dari lubang

hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual,

muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan pembuluh darah

besar sehingga perdarahan lebih hebat.

DIAGNOSIS BANDING

8
Melihat asal pendarahan, bagi pelaksanaan epistaksis penting dicari sumber perdarahan dan

dibedakan dengan manifestasi perdarahan hidung yang lain. Sumber perdarahan harus dicari

walaupun kadangkala sulit.

1. Epistaksis Posterior1,3,5

- Epistaksis posterior berasal dari arteri ethmoidalis posterior atau arteri sfenopalatina.

Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri. Sering ditemukan

pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit

cardiovascular akibat pecahnya arteri sfenopalatina.

2. Termasuk perdarahan yang bukan berasal dari hidung tetapi darah mengalir keluar dari

hidung seperti hemoptisis, varises oesofagus yang berdarah, perdarahan di basis crania

yang kemudian darah mengalir melalui sinus sphenoid ataupun tuba eustachius.

ETIOLOGI1,3,5,7

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. 80%

perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area Little). Pleksus Kiesselbach

terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat

pembuluh darah yang kaya anastomosis. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal

dan umum atau kelainan sistemik.

Lokal

a) Trauma

- Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan sekret

dengan kuat, bersin, mengorek hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan sebagainya.

9
Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada pembedahan dapat juga

menyebabkan epistaksis.

b) Infeksi

- Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik, seperti

lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.

c) Neoplasma

- Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,

kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah, Hemongioma,

karsinoma, serta angio-fibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.

d) Kelainan kongenital

- Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan

telangiektasis heriditer (hereditary hemorr-hagic telangiectasia/Osler's disease).

Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau bahkan di traktus

gastro-intestinal dan/atau pembuluh darah paru.

e) Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan perforasi septum.

- Perforasi septum nasi atau abnormalitas septum dapat menjadi predisposisi

perdarahan hidung. Bagian anterior septum nasi, bila mengalami deviasi atau

perforasi, akan terpapar aliran udara pernafasan yang cenderung mengeringkan

sekresi hidung. Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan jari

menimbulkan trauma digital. Pengeluaran krusta berulang menyebabkan erosi

membrana mukosa septum dan kemudian perdarahan

f) Pengaruh lingkungan.

10
- Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan

udaranya sangat kering.

Sistemik

a) Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia, ITP, diskrasia darah,

obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan fenilbutazon dapat pula

mempredisposisi epistaksis berulang.

b) Penyakit kardiovaskuler

c) Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis kronik,

sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis akibat

hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik.

d) Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid.

e) Gangguan endokrin

- Pada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis, kadang-kadang

beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai fase

menstruasi.

PATOFISIOLOGI

Hidung kaya dengan system vaskularisasi yang didapatkan dari arteri karotis internal dan

eksternal. Arteri karotis eksterna memberi pendarahan ke hidung melalui arteri maksilaris

internal dan arteri fasialis. Arteri labialis superior merupakan salah satu cabang terminal dari

arteri fasialis. Arteri ini memperdarahi dasar nasal anterior dan septum anterior sampai ke

percabangan septum. Arteri maksilaris interna melewati fossa pterygomaksilaris dan bercabang

menjadi: arteri alveolaris posterior superior, arteri palatine desenden, arteri infraorbital, arteri

11
spenopalatina, arteri pterygoid nasal dan arteri pharyngeal. Arteri palatine desenden melalui

kanalis palatines mayor dan memberi vaskularisasi ke dinding lateral hidung. Kemudian kembali

ke hidung melalui percabangan di dalam foramen incisivus untuk suplai darah septum anterior. 5

Hidung mendapat vaskularisasi dari arteri oftalmikus yang merupakan percabangan dari

arteri karotis interna. Ianya masok ke tulang orbita melalui fissure orbital superior dan membuat

percabangan. Arteri etmoidalis anterior keluar dari orbita lewat foramen etmoidalis anterior.

Arteri etmoidalis posterior keluar dari rongga orbita, masuk ke foramen etmoidalis posterior,

yang terletak kira- kira 2-9 mm anterior dari kanalis optikus. Kedua arteri ini menyilang pada os

ethmoid dan masuk ke fossa kranial anterior, kemudian menuruni cavum nasi melalui lamina

cribriformis, lalu membuat percabangan dan memperdarahi bagian dinding nasal lateral dan

septum. 5,6

Pleksus Kiesselbach atau “little area” terletak pada diseptum kartilagenous anterior dan

merupakan lokasi yang paling sering terjadi epistaksis anterior karena sebagian besar arteri yang

memperdarahi septum beranastomosis di area ini.

Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-kadang sukar

ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan

posterior.

a) Epistaksis anterior perdarahan berasal dari Pleksus Kiesselbach (yang paling sering terjadi

dan biasanya pada anak-anak) yang merupakan anastomosis cabang arteri ethmoidalis

anterior, arteri sfeno-palatina, arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior.1,5,7

12
Gambar 2: Epitaksis Anterior.

b) Epistaksis posterior,

perdarahan berasal dari

arteri sfenopalatina dan

arteri ethmoidalis

posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita

hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan

jarang berhenti spontan.1,5,7

Gambar 3: Epitaksis Posterior

EPIDEMIOLOGI

13
Epistaksis atau pendarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Puncak

kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia <10 tahun dan

> 50 tahun.6

MANIFESTASI KLINIK

Gejala klinik Epistaksis

 Darah menetes atau mengalir dari lubang hidung depan atau belakang.

 Muntah darah bila banyak darah tertelan.

 Bisa spontan.

 Bisa akibat trauma.

 Bila perdarahan berlanjut penderita menjadi lemah, pucat, anemis.

 Penderita jatuh syok, nadi cepat, lemah, tekanan darah turun.

KOMPLIKASI

Pemasangan tampon dapat menyebabkan sinusitis, otitis media dan bahkan septikemia.

Oleh karena itu antibiotik haruslah selalu diberikan pada setiap pemasangan tampon hidung, dan

setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Jika masih ada perdarahan dapat dipasang tampon baru.

Selain itu juga dapat terjadi hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui tuba

Eustachius, dan airmata berdarah (bloody tears), akibatnya mengalirnya darah secara retrograde

melalui duktus nasolakrimalis.1,6

Pemasangan tampon posterior (tampon Belloq) dapat menyebabkan laserasi palatum

mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat dilekatkan pada pipi.

14
Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena dapat menyebabkan

nekrosis mukosa hidung atau septum. 1,6

Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia. Tekanan darah yang

turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark miokard dan

akhirnya kematian. Harus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi darah.1

PENATALAKSANAAN

MEDIKA MENTOSA4,5

1. Vasokonstriktor topical

- Disapukan langsung pada membrane mukos hidung di mana ia akan menstimulasi

reseptor adrenargik alfa yang memberi efek vasokonstriksi. Dekongesti berlaku tanpa

menyebabkan perubahan pada tekanan darah, redistribusi vaskularisasi atau stimulasi

pada jantung.

- Contoh: Oxymetazoline 0.05% (Afrin). Dikombinasikan dengan lidokain 4% untuk

anestesi nasal dan vasokontriksi yang lebih efektif.

2. Anestesi

- Digunakan bersama dengan vasokonsriktor. Supaya efek lebih lama dan rasa sakit

dapat berkurang.

- Contoh: Lidokain 4% (Xylokain). Dikombinasikan dengan Oxymetazoline.

3. Antibiotic

- Untuk prevensi dari infeksi local sebagai contoh dari tampon dan memberi

kelembapan.

- Inhibisi pertumbuhan bacteria dengan menghambat RNA dan sintesi protein.

15
- Contoh: Mupirocin 2% (Bactroban nasal)

4. Kauterisasi pembuluh darah

- Setelah pendarahan berhenti, dilakukan penyumbatan pada sumber pendarahan.

- Contoh: Perak Nitrat: mengkoagulasi protein seluler dan membuang tisu granulasi

serta mempunyai efek antibacterial.

NON MEDIKA MENTOSA

Hal- hal yang penting harus dicari tahu yang mana didapatkan dari anamnesis awal pasien. Tiga

prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah komplikasi.

3. Mencegah berulangnya epistaksis.

Yang penting sebelum memulai pengobatan pasien, dilihat dahulu ABC nya.6

A: airway: pastikan jalan napas pasien tidak tersumbat/ bebas, posisikan duduk menunduk untuk

mencegah darah menumpuk di faring posterior sehingga menyumbat jalan napas.

B: breathing: pastikan proses bernapas pasien dapat berlangsung, batukkan ayau keluarkan darah

yang mengalir ke belakang tenggorokan.

C : circulation : pastikan proses pendarahan tidak menganggu sirkulasi darah tubuh, pastikan

pasang jalur infuse intravena apabila terdapat gangguan.

Kalau ada syok, perbaiki dulu kedaan umum pasien. Tindakan lain yang dapat dilakukan

antaranya:

16
1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila

penderita sangat lemah atau keadaaan syok.

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan

cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum

selama beberapa menit (metode Trotter). 1,3,4,7

Gambar 5: Metode Trotter.

3. Setelah hidung dibersihkan,dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi

lokal yaitu larutan pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin

1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi

pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti untuk sementara. Sesudah 10 sampai

15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.1

4. Tentukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang telah dibasahi

dengan adrenalin dan pantokain/ lidokain, serta bantuan alat penghisap untuk

membersihkan bekuan darah.6

17
5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan

kaustik dengan larutan perak nitrat 20%-30%, asam trikloroasetat 10% atau dengan

elektrokauter. Sebelum kaustik diberikan analgesia topikal terlebih dahulu.

6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan pemasangan

tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi vaselin yang dicampur betadin

atau zat antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga

menyerupai pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar

sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal

perdarahan dan dapat dipertahankan selama 1-2 hari. 1,7

Gambar 6: Tampon anterior


7. Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan
dan tampon tampon posterior atau tampon Bellocq,
rol anterior.

dibuat dari kasa dengan ukuran lebih kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2

buah pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang lainnya. Tampon harus menutup koana

(nares posterior). 1,7

Teknik Pemasangan 1

18
Gambar 7: Tampon Bellocq.
Untuk memasang tampon Bellocq, dimasukkan kateter karet melalui nares anterior sampai

tampak di orofaring dan kemudian ditarik ke luar melalui mulut. Ujung kateter kemudian diikat

pada dua buah benang yang terdapat

pada satu sisi tampon Bellocq dan

kemudian kateter ditarik keluar

hidung. Benang yang telah keluar

melalui hidung kemudian ditarik,

sedang jari telunjuk tangan yang lain

membantu mendorong tampon ini ke

arah nasofaring. Jika masih terjadi

perdarahan dapat dibantu dengan pemasangan tampon anterior, kemudian diikat pada sebuah

kain kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga tampon posterior terfiksasi. Sehelai

benang lagi pada sisi lain tampon Bellocq dikeluarkan melalui mulut (tidak boleh terlalu kencang

ditarik) dan diletakkan pada pipi. Benang ini berguna untuk menarik tampon keluar melalui

mulut setelah 2-3 hari. Setiap pasien dengan tampon Bellocq harus dirawat.

8. Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat dipakai kateter Foley dengan balon. Balon

diletakkan di nasofaring dan dikembangkan dengan air.

19
Gambar 8: Tampon posterior
dengan kateter Foley.

9. Di samping pemasangan tampon, dapat juga diberi obat-obat hemostatik. Akan tetapi ada

yang berpendapat obat-obat ini sedikit sekali manfaatnya.

10. Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat diatasi dengan

pemasangan tampon posterior. Untuk itu pasien harus dirujuk ke rumah sakit.

PENCEGAHAN

 Kebanyakan mimisan terjadi selama musim dingin di dingin, iklim kering. Jika seseorang

rentan terhadap mimisan, gunakan humidifier di rumah. Petroleum jelly (Vaseline), salep

antibiotik, atau saline nasal spray juga dapat digunakan untuk menjaga kelembaban

bagian hidung. 5

 Cobalah untuk tidak memilih atau meniup hidung terlalu keras.

 Jika mimisan tersebut terkait dengan kondisi medis yang mendasari (misalnya, penyakit

hati atau kondisi sinus kronis), mengikuti petunjuk praktisi kesehatan untuk menjaga

masalah medis di bawah kontrol.

20
Berikut beberapa perkara yang harus diperhatikan untuk mencegah supaya mimisan tidak

berulang lagi.

 Pergi rumah dan beristirahat dengan kepala ketinggian di 30 sampai 45 derajat.

 Jangan meniup hidung atau memasukkan apa pun ke dalamnya. Jika Anda harus bersin,

buka mulut Anda sehingga udara akan melarikan diri dari mulut dan tidak melalui

hidung.

 Jangan mengedan dengan kuat saat buang air besar . Gunakan pelunak kotoran (misalnya,

Colace).

 Jangan mengedan atau membungkuk untuk mengangkat sesuatu yang berat.

 Cobalah untuk menjaga kepala supaya lebih tinggi dari tingkat jantung.

 Jangan merokok .

 Kurangkan makanan yang pedas dan panas.5

 Jangan mengambil obat yang tipis akan darah ( aspirin , ibuprofen , clopidogrel bisulfat

[Plavix] atau warfarin [Coumadin]). Jika ini telah diresepkan oleh dokter Anda, Anda

perlu menghubungi mereka mengenai menghentikan obat-obat ini.

 Dokter mungkin merekomendasikan beberapa bentuk salep pelumas untuk bagian dalam

hidung.

 Jika ulang perdarahan terjadi, cobalah untuk membersihkan hidung dari bekuan dengan

mengendus di paksa. Anda sementara dapat menggunakan obat seperti dekongestan

21
semprot hidung, seperti Afrin atau Neo-Synephrine. Jenis semprotan menyempitkan

pembuluh darah. Obat ini menyebabkan kecanduan dan kontraindikasi bagi pasien

hipertensi.

 Ulangi langkah di atas tentang bagaimana untuk menghentikan umum hidung berdarah.

Jika perdarahan berlanjut, hubungi dokter dan / atau kunjungan ke ruang darurat.

PROGNOSIS

Prognosis bagi epitaksis adalah baik tapi bergantung pada kondisi dan cara perawatan

pasien. Sekiranya pasien melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan baik, pasien tidak

akan mengalami pendarahan berulang. Menurut para ahli 90% mimisan akan berhenti sendiri

dengan segera, sedangkan yang 10% memerlukan tindakan khusus.Pada pasien hipertensi

dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya

buruk. Asal tidak terlambat mendapatkan penanganan maka komplikasi yang berat tidak terjadi

22
DAFTAR PUSAKA

1. Ending Mangunkusumo, Retro S. Wardani. Pendarahan hidung dan gangguan penghidu.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Fak.

Kedokteran Uni. Indonesia. Edisi 6; 2009; 155-9.

2. Efiaty Arsyad Soepardi. Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Fak. Kedokteran

Uni. Indonesia. Edisi 6; 2009; 1-9.

3. Hilger, Peter A. Epistaksis : Penyakit Hidung. Dalam Boies : Buku Ajar Penyakit THT

(BOIES Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. Editor : Harjanto Effendi dan RA

Kuswidayati S. Jakarta, EGC: 224-33.

4. R.S. Dhillon, C.A. East. Nose and Paranasal sinuses, Epistaxis. Ear, Nose and Throat and

Neck Surgery. Edisi 2; 48-9.

5. Epistaxis. Diunduh dari, http://emedicine.medscape.com/article/863220-diagnosis, 18

Maret 2011.

6. Nasal pack, Epstaxis Anaterior. Diunduh dari,

http://emedicine.medscape.com/article/80526-overview, 20 Maret 2011.

23
7. Pendarahan hidung (Epistaksis, Mimisan). Diunduh dari,

http://medicastore.com/penyakit/838/Perdarahan_Hidung_Epistaksis_Mimisan.html, 18

Maret 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai