Huldani - Neck Pain PDF
Huldani - Neck Pain PDF
Oleh:
Dr. Huldani
PEBRUARI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR GAMBAR
BAB II Gambar 1. Etiologi dari Servikal Radikulopati 7
Gambar 2. Dermatom saraf servikal 8
Gambar 3. Foto servikal pada penderita RA 15
Gambar 4. Letak tender points di tubuh 28
Gambar 5. Proses perjalanan sel kanker 21
Gambar 6. Gambaran massa tulang pada X-ray 34
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR TABEL
BAB II Tabel 1. Dosis rekomendasi OAT pada anak (dibawah 12 tahun)
dan dewasa 24
Tabel 2. Klasifikasi Gulhane Askeri Tip Akademisi (GATA)
untuk spondilitis TB 25
BAB IV TABEL KOMPARASI 42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang belakang.
Ini merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain dari leher terluka, tegang,
atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Nyeri leher adalah masalah yang
umum ditemukan. Dua dari tiga orang akan mengalaminya selama hidup (1,2).
Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap
iritasi. Bahkan, 10% dari semua orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan.
Potensi pembangkit nyeri termasuk tulang, otot, ligament, sendi, dan diskus
intervertebralis. Hampir setiap cedera atau proses penyakit pada struktur leher
atau yang berdekatan akan menghasilkan spasme otot dan hilangnya gerak (3).
Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal pada leher di
masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada
wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskelatal di daerah leher pada
pekerja besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata juga lebih tinggi
dibandingkan pria. Di Kanada, sebanyak 54% dari total penduduk pernah
mengalami nyeri di daerah leher dalam 6 bulan yang lalu. Pada perawat,
prevalensi nyeri di daerah leher selama 1 tahun besarnya 45,8% (4).
Diagnosis diferensial dari nyeri leher sangat luas. Sebagian besar gejala
bersumber dari biomekanik, seperti nyeri leher aksial, whiplash-associated
disorder (WAD), dan radikulopati. Suatu akar saraf mungkin diiritasi atau
dikompresi oleh : 1. Penonjolan tulang atau osteofit yang tumbuh keluar melalui
jalur saraf, 2. Penonjolan bagian dari diskus yang terletak di depan saraf, 3.
Herniasi nukleus pulposus melalui bagian luar annulus, 4. Fraktur atau cedera
yang menyebabkan fragmen tulang yang yang mempersempit atau menekan
saluran saraf (3,5).
Dari banyaknya penyebab nyeri leher ini maka diperlukan diagnosis
dan tatalaksana yang tepat untuk mencegah progresifitas maupun komplikasi dari
penyakit tersebut. Inilah uraian singkat dari penyaji yang lebih lengkapnya dapat
dibaca di uraian selanjutnya.
1.2.Rumusan masalah
Tingginya insidensi jenis penyakit ini di belahan dunia mengharuskan
perlunya pemahaman yang tinggi bagi tenaga medis sehingga diperlukan
pembelajaran agar kasus seperti ini dapat ditangani dengan tepat sebagaimana
penanganan penyakit lainnya yang sering ditemui. Dengan demikian, rumusan
masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:
1. Apa saja penyebab nyeri leher tersering?
2. Bagaimana algoritma diagnosis dan penatalaksanaan pada kasus nyeri
leher?
1.3.Tujuan
Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan definisi, klasifikasi,
etiologi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dari nyeri leher.
1.4.Manfaat
Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
peserta kepaniteraan klinik RSUD Ulin Banjarmasin agar dapat menegakkan
diagnosis secara dini dan memberikan penanganan yang tepat sehingga dapat
mencegah progresivitas dan komplikasi pada kasus nyeri leher (neck pain).
BAB II
ISI
yang sangat rinci dan menunjukkan bagian kanalis spinalis yang menjepit saraf.
CT-scan dapat memberikan informasi jelas tentang invasi tulang dari kanalis dan
(NCV) dapat membantu dalam masalah saraf perifer seperti terjepitnya saraf di
diatasi dengan terapi non-operatif. Namun, pada kasus dengan kelemahan, nyeri
(11).
peregangan untuk mengembalikan fleksibilitas otot leher, tubuh, lengan atau kaki.
yang lainnya. Efek samping NSAID seperti gangguan perut dan perdarahan harus
dimonitor. Kortikosteroid sebagai antiinflamasi yang kuat baik oral atau suntikan
dalam ruang epidural. Tujuan dari injeksi ini adalah untuk mengurangi inflamasi.
Antidepresan juga mungkin diberikan apabila obat-obat analgesik kurang
memberi efek. Injeksi trigger point dengan anastesi lokal atau bias
dikombinasikan dengan steroid dapat diberikan langsung pada jaringan lunak atau
otot yang nyeri. Suntikan pada sendi facet juga mungkin diberikan (11).
adalah lokasi kompresi, kualitas tulang, jumlah tingkat diskus yang terlibat dan
A. Definisi WAD
WAD adalah kasus nyeri leher yang khusus terjadi akut atau subakut
diakibatkan oleh akselerasi dan deselerasi energi pada leher. Biasanya melibatkan
beberapa pembangkit nyeri seperti miofasial, ligamen, diskogenik, dan facet (3).
B. Epidemiologi WAD
bulan setelah 3 bulan akan memiliki gejala setelah 2 tahun, sedangkan 85% yang
bergejala setelah 3 bulan kecelakaan akan tetap bertahan setelah 2 tahun (3).
C. Etiologi WAD
Paling umum disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor dapat
Kelas I terdiri dari keluan leher tidak spesifik seperti nyeri, kaku
muskuloskeletal.
E. Diagnosis WAD
Anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang setidaknya meliputi
Inspeksi
otot (12).
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan pada pasien dengan WAD kelas III atau
F. Penatalaksanaan WAD
belakang.
stabilisasi skapula.
Penting pada tahap awal memberitahu pasien agar beraktivitas
seperti biasa.
Mungkin diberikan pada WAD kelas III akut yang berat. Pada
Tabel 1. Dosis rekomendasi OAT pada anak (dibawah 12 tahun) dan dewasa
(19)
Pemdedahan
Dengan berkembangnya penggunaan OAT yang efektif, terapi
pembedahan relative ditinggalkan sebagai penatalaksanaan utama pada spondilitis
TB. Pilihan teknik bedah tulang belakang pada spondilitis sangat bervariasi, tapi
pendekatan tindakan bedah yang baku dan empiris masih belum ada. Setiap kasus
harus dinilai keadaanya secara individual. Pada pasien yang direncanakan
dioperasi, kemoterapi tetap harus diberikan, minimal 10 hari sebelum operasi
OAT harus sudah diberikan. Kategori regimen OAT yang diberikan disesuaikan
jenis kasus yang ada dan dilanjutkan sesuai kategori masing-masing (19).
Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada spondilitis TB meliputi
drainase abses, debridemen radikal, penyisipan tandur tulang, artrodesis/fusi,
penyisipan tandur tulang, dengan atau tanpa instrumentasi/fiksasi, baik secara
anterior maupun posterior; dan osteotomi. Indikasi pembedahan pada spondilitis
TB secara umum sebagai berikut: 1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau
paraplegia. 2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai nyeri,
dalam hal ini kifosis progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak-anak). 3) tidak
responsif kemoterapi selama 4 minggu. 4) abses luas. 5) biopsi perkutan gagal
untuk memberikan diagnosis. 6) nyeri berat karena kompresi abses (19).
Jika lesi di servikal, intervensi bedah dilakukan lebih awal mengingat
potensi kecacatan yang akan terjadi. Jika mengikuti klasifi kasi GATA , maka
intervensi bedah dilakukan pada pasien dengan GATA IB hingga GATA III.
Sementara itu, satu-satunya kontraindikasi pembedahan pada pasien spondilitis
TB adalah kegagalan jantung dan paru. Pada keadaan ini kegagalan jantung dan
paru harus ditangani terlebih dahulu untuk menyelamatkan jiwa pasien (19).
D. Patogenesis Fibromialgia
Meskipun penyebab pasti fibromialgia masih menjadi misteri, secara
umum para ahli sepakat mengenai adanya mekanisme pengolahan input yang
tidak normal, khususnya input nyeri (nosiseptif), pada sistem saraf pusat. Pada
studi dolorimetri dan pemberian stimuli seperti panas, dingin dan elektrik,
ditemukan ambang rangsang yang rendah pada pasien fibromialgia. Pasien
fibromialgia mempersepsikan stimuli non-nosiseptif sebagai stimuli nosiseptif
serta kurang mampu mentoleransi nyeri yang seharusnya dapat ditoleransi oleh
orang normal. Beberapa kelainan fisiologik dan biokimia telah ditemukan pada
susunan saraf pusat pasien fibromialgia sehingga fibromialgia tidak lagi dapat
disebut sebagai keluhan subjektif. Kelainan tersebut adalah kadar serotonin yang
rendah, disfungsi poros hipotalamus hipofisis, kadar hormon pertumbuhan yang
rendah, kadar substansi P yang meningkat dan faktor pertumbuhan saraf yang
meningkat (20).
E. Manifestasi Klinis Fibromialgia
Gejala yang biasa ditemukan pada pasien fibromialgia antara lain nyeri
muskuloskeletal yang menyebar, kekakuan, dan kelelahan. Gejala lain juga dapat
muncul, di antaranya parestesi, gangguan tidur, titik nyeri, dan lain-lain. Pada
fibromialgia, nyeri bersifat menyebar dan di-rasakan selama minimal 3 bulan, di
atas dan bawah pinggang pada kedua sisi tubuh, bersamaan dengan nyeri aksial.
Nyeri punggung bawah (berasal dari bawah pinggang) dapat menyebar hingga ke
bokong dan tungkai. Nyeri lain dapat meliputi nyeri leher, bahu atas-belakang,
dan nyeri sendi. Nyeri tersebut timbul setelah olahraga ringan, dan dirasakan
seperti nyeri terbakar yang persisten dan mengganggu, atau nyeri tumpul yang
konstan (20).
Pada 75-90% penderita fibromialgia, ditemukan kekakuan yang biasanya
terjadi di pagi hari kemudian membaik di siang hari atau bertahan sepanjang hari.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah kelelahan, mati rasa pada kaki dan
tangan, sering terbangun di malam hari dan sulit tidur kembali, bangun pagi
dengan rasa letih, merasa lebih kedinginan daripada orang-orang di sekitarnya,
fenomena Raynaud atau gejala mirip fenomena Raynaud, gangguan kognitif
dengan kesulitan berpikir dan kehilangan ingatan jangka pendek (loss of short-
term memory), sakit kepala tipe migrain, pusing, cemas, dan depresi. Gejala
tersebut diperparah oleh stress atau cemas, kedinginan, cuaca lembab, dan kerja
terlalu keras. Sebaliknya, pasien merasa lebih baik saat cuaca hangat dan liburan
(20).
Gambaran khas pemeriksaan fisik pasien fibromyalgia ialah ditemukannya
titik-titik yang dirasakan lebih nyeri oleh pasien dibandingkan orang lain. Titik-
titik itu disebut tender points. Berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR) 1990, terdapat 18 tender points pada pasien fibomialgia.
Titik-titik itu ditemukan dengan melakukan palpasi dengan jari, dan memberikan
tekanan kira-kira seberat 4 kg, yaitu setara dengan gaya yang dibutuhkan untuk
membuat jari pemeriksa menjadi pucat. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan
dolorimeter. Di wilayah yang nyeri, juga dapat ditemukan nodul subkutan yang
bila ditemukan pada orang normal tidak menimbulkan nyeri (20).
Gejala fibromialgia dapat hilang dan timbul pada beberapa pasien,
sedangkan pasien lain mengalami gejala persisten meskipun telah diterapi. Studi
di pusat kesehatan memperlihatkan prognosis buruk untuk sebagian besar pasien,
tapi membaik pada community treated patients. Studi lain memperlihatkan,
setelah 2 tahun perawatan, 24% pasien masuk ke dalam kriteria remisi dan 47%
tidak lagi termasuk dalam kriteria ACR untuk fibromyalgia (20).
Riwayat penyakit
& pemeriksaan
fisik
WAD Radikulopati
Gr. III atau Gr. I atau II
Suspek Gr. IV (-) Labora
X-ray(-) Asetaminofen atau NSAID atau neck
Axial COX-2pain+ Suspek
Inisial evaluasi 1-2 mg 4-6 mg
TABEL KOMPARASI
BAB V
RESUME DAN KESIMPULAN
5.2. Kesimpulan
Nyeri leher adalah nyeri yang dihasilkan dari interaksi yang kompleks antara
otot dan ligamen serta faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan
tidur, posisi kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri
primer lain (bahu, sendi temporo mandibular, kranioservikal), atau perubahan
degeneratif dari diskus servikalis dan sendinya.
Nyeri muskuloskeletal pada leher di masyarakat selama 1 tahun besarnya 40%
dan prevalensi ini lebih tinggi pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri
muskuloskelatal di daerah leher pada pekerja besarnya berkisar antara 6-76%
dan wanita ternyata juga lebih tinggi dibandingkan pria.
Nyeri leher dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan seperti
spondilosis servikalis, infeksi, neoplasma, rheumatoid arthritis, tortikolis
spasmodik, trauma (WAD), dan fibromialgia.
Nyeri leher dapat diatasi dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang baik. Tatalaksana nyeri leher meliputi terapi
non-farmakologis, farmakologis, serta pembedahan.
5.2. Saran
Nyeri leher merupakan masalah di bidang neurologi yang memiliki angka
kejadian yang cukup sering. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih
mendalam dari praktisi kesehatan terutama yang berada di lini terdepan untuk
mengenali dan menyaring kasus yang ditemukan di masyarakat agar penanganan
tepat dan cepat dapat segera dilaksanakan. Masih diperlukan pembahasan lebih
lanjut dan mendalam mengenai berbagai kasus neurologi lainnya.
BAB VI
PENUTUP