RESPIRASI (HEMOPNEUMOTHORAX)
Ditunjukan untuk memenuhi salah satu tugas KMB I
Hemothorax adalah kondisi adanya darah pada cavum pleura. Hemothorax sering
dikaitkan dengan trauma tembus thoraks atau trauma tumpul yang disertai cedera skeletal.
Penyebab lain yang lebih jarang misalnya penyakit pada pleura, induksi iatrogenik, atau
hemothorax spontan. [1-3]Diagnosis dari hemothorax harus dicurigai pada seluruh pasien
yang datang ke IGD dengan trauma torakoabdominal tajam dan tumpul. Jika ada
kemungkinan hemothorax yang tinggi atau mengancam nyawa, dokter boleh melakukan
intervensi terlebih dulu sebelum melakukan pemeriksaan penunjang. Untuk evaluasi
awal, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto polos thorax. [2]Semua
hemothoraks, tanpa mempertimbangkan ukurannya, harus didrainase. Percobaan drainase
inisial pada hemothoraks sebaiknya dilakukan menggunakan kateter interkostal. Apabila
hemothorax tetap persisten, maka dilakukan video-assisted thoracoscopic surgery
(VATS). [4]Komplikasi yang sering terjadi pada pasien hemothorax adalah retained
hemothorax, empiema, dan fibrothorax yang dapat menyebabkan lung entrapment hingga
gagal napas.
2. ETIOLIGI
Faktor Risiko
nyeri dada mendadak yang memburuk setelah batuk atau menarik napas dalam-dalam
sesak napas
sesak dada
Rasa sakit hanya dapat terjadi di kedua sisi atau hanya di sisi di mana trauma atau cedera
telah terjadi.
4. KLASIFIKASI
Hematotoraks kecil: yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto
rontgen, perkusi pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.
Hematotoraks sedang: 1535 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak
sampai iga VI. jumlah darah sampai 800 ml.
Hematotoraks besar: lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai cranial, iga
IV. Jumlah darah sampai lebih dari 800 1500 ml.
5. PATOFISIOLOGI
Hal ini bisa terjadi apabila trauma tumpul dapat menimbulkan fraktur tulang iga,
sehingga terjadi robekan pembuluh darah interkostalis dan juga menimbulkan robekan
pada jaringan paru.
Pathway
6. KOMPLIKASI
A. Kehilangan darah.
B. Kegagalan pernapasan
7. PENATALAKSANAAN
Prosedur PENATALAKSANAAN
Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang
dan terjadinya kegagalan pernapasan.Kegagalan pernapasan disebabkan adanya sejumlah
besar darah dalam rongga pleura menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru
yang melakukan ventilasi.
Maka pengobatan hemothorax sebagai berikut : Pengosongan rongga pleura dari darah.
1. Menghentikan perdarahan.
2. keadaan umum.
1. Dipasang Chest tube dan dihubungkan dengan system WSD, hal ini dapat
mempercepat paru mengembang.
2. Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka dipertimbangkan
untuk thorakotomi.
Sebagai patokan dapat dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap 250 cc darah (dari
penderita dengan Hb 15 g %) dapat menaikkan ¾ g % Hb. Diberikan dengan tetesan
normal kira-kira 20 30 tetes / menit dan dijaga jangan sampai terjadi gangguan pada
fungsi jantung atau menimbulkan gangguan pada jantung.
- Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit gawat, maka
penderita dapat diberi broad spectrum antibiotic , misalnya Ampisillin dengan dosis 250
mg 4 x sehari.
A.Rontgen Thorax Pemeriksaan rontgen thorax dalam posisi erect adalah pemeriksaan
penunjang inisial pilihan untuk evaluasi hemothorax. Namun, apabila pasien tidak bisa
diperiksa dengan posisi tegak, maka posisi supinasi boleh digunakan. Pada pasien
dengan hemothorax akan didapatkan gambaran lusensi yang membuat gambaran tumpul
pada sudut kostofrenikus. Darah dalam jumlah yang sedikit, sulit diidentifikasi
menggunakan rontgen thorax karena terhalang oleh diafragma atau viscera abdomen.
Selain itu, rontgen posisi supinasi juga akan menyulitkan diagnosis karena darah akan
menyebar pada lapisan cavum pleura dan mungkin hanya muncul sebagai kabut kecil
yang samar. [2]
B. CT Scan
CT scan digunakan pada perdarahan yang sangat sedikit sehingga gambaran rontgen
thorax meragukan, atau pada keadaan dimana gambaran rontgen thorax menunjukkan
hemothorax persisten. Adanya hasil CT scan yang menunjukkan cairan pada cavum
pleura harus dianggap sebagai darah, sampai terbukti bukan. [2,4,6]
C. USG
Dalam dekade terakhir, ultrasonografi (USG) umum digunakan pada situasi gawat darurat
sebagai alat diagnostik pertama di unit trauma. Kelebihan dari ultrasonografi adalah dapat
mendeteksi hemothorax lebih cepat dibandingkan rontgen thorax maupun CT scan.
Dilaporkan bahwa USG memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 100% dalam
mendeteksi hemothorax. [2] Kekurangan dari USG adalah alat ini tidak dapat mendeteksi
cedera yang terkait dengan hemothorax yang dapat diidentifikasi melalui rontgen dan CT
scan, seperti adanya fraktur, pembesaran mediastinum, serta pneumothorax
9. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan
pernafasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang
sakit), iga melebar, rongga dada asimehbmjtris (lebih cembung disisi yang sakit).
Pengkajian batuk yang produktif denga sputum yang yang purulent. Trakea dan jantung
tergolong ke sisi yang sehat
Palpasi
Taktil fremitus menurun di sisi yang sakit, Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang
antar iga bisa saja normal atau melebar.
Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Bbatas jantung terdorong
kea rah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
Aukultasi
Suara napas menurun sampai ke sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang
meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi. Tekanan darah dan pengisian kapiler CRT.
c. B3 ( Brain)
Pada inspeksi, tingkat kjesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan
GCS, apakah compos mentis, samnolen atau komo
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oluguri yang merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 ( Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Pada trauma dirusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak
dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering di jumpai mengalami gangguan
dalam pe menuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan
keletihan fisik secara umum.
Oper pneumothoraks
Close
peneumothoraks
Tension
peneumothorks
Tek. Pleura
meningkat terus
Sukar bernafas atau
bernafas berat
WSD/Bullow
Drainage
2. DS : Terjadi robekan Nyeri
- Penolong mengatakan ada pembuluh darah
bengkak dan jejas pada pasien intercostal. Pembuluh
Do : darah jaringan paru-
- Tampak ada bengkak dan jejas paru
pada dada pasien
- Pengkajian PQRST
Wilayah: Tanpak ada bengkak dan Pendarahan jaringan
jejas di dada pasien intersititium
perarahan
intraalveolar diikuti
kolaps kapiler kecil-
kecil dan atelektasi
Tahanan perifer
pembuluh paru naik
(aliran darah turun)
- Ringan kurang
300cc . . . di punksi
- Sedang 300-800cc .
. . di pasang drain
- Berat lebih 800cc . .
. torak otomi
Mendesak paru-paru
(kompresi dan
dekompresi)
pertukuran gas
berkurang
Diagnosis hemothorax ditegakkan jika ditemukan darah pada cavum pleura. para cavum
pleura seperti efusi fleura dan ampiema. Pada anamnesis dapat ditanyakan mekanisme
trauma, dan apabila bukan disebabkan oleh trauma maka gali faktor risiko pasien.
Rontgen thorax dalam posisi erect adalah pemeriksaan penunjang pilihan dalam kasus
cedera thorax.
A. Anamnesis
Pada pasien dengan suspek hemothorax, riwayat yang perlu dibedakan adalah apakah
penyebab hemothorax traumatik atau nontraumatik. Apabila pasien datang dengan
trauma, maka tanyakan mekanisme trauma, serta riwayat pembedahan pada regio thorax
sebelumnya. Apabila penyebab hemothorax dicurigai nontraumatik maka tanyakan faktor
risiko pasijien. Nyeri dada dan sesak merupakan gejala paling sering dikeluhkan pada
pasien hemothorax. Namun, bila darah yang terakumulasi di rongga pleura sangat
banyak, akan didapatkan gejala syok. [1,6]
B. Pemeriksaan Fisik
Apabila terjadi syok, akan didapatkan hipotensi, takikardi, dan tanda gangguan perfusi
lainnya. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan multitrauma atau cedera thorax, perlu
ditentukan apakah terdapat jejas atau diskontinuitas tulang yang merupakan faktor risiko
hemothorax.
C. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang berlebih dan terdapat pada rongga pleura
yang diakibatkan oleh produksi yang berlebih serta rendahnya absorpsi cairan pada paru-
paru. Untuk membedakan efusi pleura dan hemothorax dapat dilakukan analisis cairan
pleura, bila terdapat >50% hematokrit, maka dapat digolongkan sebagai hemothorax. [10-
11].
D. Empiema
Empiema adalah kondisi di mana terdapat cairan purulent pada rongga pleura. Hal ini
umumnya dikaitkan dengan pneumonia, namun dapat juga berupa komplikasi lanjutan
dari tindakan bedah thorax atau trauma pada thorax. Untuk membedakan empiema dan
hemothorax dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis empiema dapat
ditegakkan apabila terdapat:
Drainase purulent
Leukosit >50.000/mmc
pH < 7.2
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Observasi
-identifikasi masalah
pendarahan 1. rongga pleura
- periksa adanya darah adalah rongga tipis
pada muntah, sputum, yang berisi cairan
Mengelola dan feses, urine, di antara dua pleura
2. Mengidentifikasi dan menghentikan kehilangan pengeluaran NGT, dan (viseral dan
mengelola kehilangan darah baik internal drainase luka parietal) dari paru-
darah pada saat terjadi (terjadi didalam tubuh) -perikda ukiran dan paru kiri maupun
pendarahan dicavum maupun eksternal (diluar karakteristik hematoma kanan. Pleura
pleura tubuh) -monitor terjadinya adalah sebuah
pendarahan (sifat dan membran serosa
jumlah) yang terlipat dan
-monitor nilai membentuk dua
hemoglobin dan lapis membran.
hematokrit sebelum dan Pleura bagian luar
setelah kehilangan (parietal) menempel
darah pada dinding
- monitor tekanan darah rongga dada, tetapi
dan parameter terpisah oleh fasia
hrmodinamik (tekanan endotoraks.
vena sentral dan
tekanan baju kapiler 2. Efusi pleura
atau arteri pulmonal) adalah penumpukan
jika ada cairan di rongga
-monitor intake dan pleura, yaitu rongga
output cairan di antara lapisan
-Monitor koagulasi pleura yang
darah (prothrombin membungkus paru-
time (PT) partially paru dengan lapisan
tromboplastin time pleura yang
(PTT), fibrinogen, menempel pada
degradasi fibrin, dan dinding dalam
jumlah trombosit) jika rongga dada
ada
- monitor delivery
oksigen jaringan (mis
PaO2, SaO2,
hemoglobin, dan curah
jantung)
- monitor tanda dan
gejala pendarahan masif
Terapeutik
-istirahatkan area yang
mengalami pendarahan
- lakukan penekanan
atau balut tekan jika
perlu
-tinggikan ekstremitas
yang mengalami
pendarahan
-pertahankan akses Iv
Edukasi
- jelaskan tanda tanda
pendarahan
- anjurkan melapor jika
menemukan tanda-
tanda pendarahan
-anjurkan membatasi
aktivitas
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
cairan jika perlu
- kolaborasi pemberian
transfusi darah jika
perlu
Edukasi
- jelaskan jenis obat,
alasan pemberian,
tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian
- jelaskan faktor dapat
meningkatkan dan
menurunkan efektifitas
obat