Lastanto¹, Happy Indri H, S. Kep., Ns, M. Kep ², Anissa Cindy N. A, S. Kep., Ns, M. Kep³
¹) , ²) , ³) Program S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: lastboy0007@gmail.com
ABSTRAK
Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana
manifestasi terburuk dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian ini untuk untuk
menganalisis hubungan antara faktor resiko terhadap kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja
Puskesmas Cebongan.
Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain Cross Sectional
Study. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30
balita gizi kurang dan 30 balita gizi baik. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis chi square.
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square untuk tingkat pengetahuan hasil ρ-
value (0,021) < 0,05. Tingkat pendidikan ibu dengan hasil ρ-value (1,000) > 0,05. Tingkat
pendapatan keluarga dengan hasil ρ-value (0,010) < 0,05. Pemberian ASI dengan hasil ρ-value
(0,038) < 0,05. Kelengkapan imunisasi dengan hasil ρ-value (-). BBLR dengan hasil ρ-value
(0,002) < 0,05.
Kesimpulan penelitian ini adalah Faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi kurang
di wilayah kerja Puskesmas Cebongan adalah tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendapatan
keluarga, pemberian ASI, dan BBLR. Sedangkan tingkat pendidikan ibu dan kelengkapan
imunisasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kejadian balita gizi kurang di wilayah
kerja Puskesmas Cebongan.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih efektif melakukan penyuluhan pendidikan
kesehatan di posyandu-posyandu kepada ibu hamil dan ibu yang mempunyai anak balita tentang
pemberian asupan gizi.
Kata Kunci : Balita gizi kurang, tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat
pendapatan keluarga, pemberian ASI, kelengkapan imunisasi, BBLR.
1
Analysis of Factors Affecting the Malnutrition Incidence in the Toddlers at the Working Region of
Community Health Center of Cebongan
Lastanto¹, Happy Indri H, S. Kep., Ns, M. Kep ², Anissa Cindy N. A, S. Kep., Ns, M. Kep³
(¹), (²), (³) Program S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Email: lastboy0007@gmail.com
ABSTRACT
Malnutrition may induce unavoidable bad consequences and even cause death. The
objective of this research is to analyze the correlation between the risk factors and the
malnutrition incidence at the working region of Community Health Center of Cebongan.
This research used the analytical observational method with the cross-sectional design.
The samples of research consisted of 60 toddlers with malnutrition and 30 toddlers with a good
nutritional status. The data of research were collected through questionnaire and analyzed by
using the Chi-square Test. The result of the statistical test with the Chi-square test shows that the
p-value of the mothers’ knowledge level was 0.029 which was less than 0.05; the p-value of the
mothers’ education level was 1.000 which was greater than 0.05; the p-value of the family
income was 0.010 which was less than 0.05; the p-value of the breast milk administration was
0.038 which was less than 0.05; and the p-value of immunization completeness was absent (-);
and the p-value of the newborn low birth weight was 0.002 which was smaller than 0.05.
The factors which affected the malnutrition incidence in the working region of
Community Health Center of Cebongan were mothers’ knowledge level, households’ income
level, breast milk administration, and infants’ low birth. Meanwhile, the mothers’ education level
and the immunization completeness did not have a significant effect on the malnutrition
incidence at the working region of Community Health Center of Cebongan.
Thus, health workers are expected to more effectively conduct health education
extensions of nutritional intakes at Integrated Health Posts to gestational mothers and those with
toddlers.
Keywords: toddlers with malnutrition, mothers’ education level, family’s income level, breast
milk administration, immunization completeness, and newborn low birth weight
2
PENDAHULUAN yaitu dari 5,4 % pada tahun 2007, 4,9 % pada
Balita merupakan kelompok umur yang tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013. Hal
paling sering menderita kekurangan gizi dan ini menunjukan bahwa adanya peningkatan
gizi buruk (Notoatmodjo, 2010). Kekurangan jumlah gizi kurang dan gizi buruk setiap
gizi dapat memberikan konsekuensi buruk tahunnya dari tahun 2010 hingga 2013
yang tak terelakkan, dimana manifestasi (Litbang Depkes, 2013). Enam belas provinsi
terburuk dapat menyebabkan kematian. di Indonesia menunjukkan prevalensi berat
Menurut UNICEF (2013) tercatat ratusan juta badan kurang. Di Jawa Tengah prevalansi gizi
anak di dunia menderita kekurangan gizi yang kurang dan gizi buruk di meningkat dari 15 %
artinya permasalahan ini terjadi dalam pada tahun 2010 menjadi 17,5 % pada 2013
populasi yang jumlahnya sangat besar. (UNICEF Indonesia, 2013). Untuk mencapai
Rencana pembangunan jangka menengah target sasaran MDGs pada 2015 harus
nasional (RJMN) tahun 2010-2014 diturunkan menjadi 15,5 persen. Tingkat status
menyebutkan bahwa perbaikan status gizi gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan
masyarakat merupakan salah satu prioritas zat gizi optimal terpenuhi. Namun demikian,
dengan menurunkan prevalensi gizi kurang perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang
menjadi 15% dan prevalensi balita pendek dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh
menjadi 32% pada tahun 2014. Permasalahan konsumsi zat gizi pada saat itu saja, tetapi
gizi juga dimasukan kedalam Millennium lebih banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi
Development Goals (MDGs) dengan tujuan pada masa yang telah lampau, bahkan jauh
pertama yaitu mengatasi masalah kekurangan sebelum masa itu. Ini berarti bahwa konsumsi
gizi, meningkatkan kesehatan anak dan zat gizi masa kanak-kanak memberi andil
menekan angka kematian anak dimana salah terhadap status gizi setelah dewasa (DINKES
satu faktornya disebabkan oleh gizi buruk. Prov Jateng, 2013).
Masalah gizi buruk dan gizi kurang
Banyak faktor yang menjadi penyebab
nampaknya belum bisa teratasi dengan baik
terjadinya angka gizi buruk dan gizi kurang,
dalam skala internasional maupun nasional,
antara lain faktor kemiskinan, pendidikan dan
tercatat 101 juta anak di dunia dibawah lima
pengetahuan orang tua, pola asuh orang tua,
tahun menderita kekurangan gizi (Unicef,
makanan pendamping, infeksi dan penyakit
2013). Riset Kesehatan Dasar (2013)
penyerta seperti HIV/aids, kondisi psikologi
menunjukan prevalensi berat badan kurang
anak, keamanan negara, terbatasnya fasilitas
pada tahun 2013 di Indonesia adalah 19,6 %,
kesehatan, tidak diberikannya ASI ekslusif,
terdiri dari 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), nutrisi pada
kurang. Angka prevalensi secara nasional jika
masa kehamilan ( Jamra & Bankar, 2013; Pei,
dibandingkan pada tahun 2007 (18,4 %) dan
Ren & Yan, 2013; Ghazi, Musta, Isa &
tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat.
Mohhamed, 2011; McDonald, Kupka, Manji,
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk
3
Okuma, Bosch, Aboud, 2012; Kumar & Singh, Puskesmas Cebongan. Populasi pada
2013). penelitian ini adalah 70 balita. Sampel yang
Dampak kekurangan gizi sangat digunakan dalam penelitian ini adalah 60
kompleks, anak dapat mengalami gangguan balita.. Tehnik sampling yang digunakan
pada perkembangan mental, sosial, kognitif adalah purposive sampling, dari populasi 70
dan pertumbuhan yaitu berupa balita didapatkan jumlah sampel sebanyak 60
keidakmatangan fungsi organ, dimana balita yang terdiri dari 30 balita gizi kurang
manifestasinya dapat berupa kekebalan tubuh dan 30 balita gizi baik di Wilayah Kerja
yang rendah yang menyebabkan kerentanan Puskesmas Cebongan. Instrumen penelitian ini
terhadap penyakit penyakit seperti infeksi menggunakan kuesioner. Analisa data
saluran pernafasan, diare, demam. dilakukan dengan analisa univariat dan analisa
(Supartini.Y, 2004; Feinstorm, Uauy & bivariat dengan uji korelasi chi square.
Arroyo, 2005; World Food Progam, 2007).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di Wilayah Puskesmas Cebongan dari
1. Karakteristik Responden
bulan Januari – Juni tahun 2014 masih terdapat
a. Status Pekerjaan Ibu Balita
anak yang mengalami kekurangan gizi
sejumlah 50 anak yang tersebar di tiga desa Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden
wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
Berdasarkan Status Pekerjaan
Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik (n = 30)
untuk meneliti melihat hal-hal tersebut peneliti Status Pekerjaan Balita Gizi Balita Gizi
Ibu Baik Kurang
tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang f % f %
berhubungan terhadap kejadian balita gizi
Buruh 19 63,3 23 76,6
kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan. Pedagang 1 3,4 3 10,0
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk PNS 0 0 2 6,7
Swasta 10 33,3 2 6,7
menganalisis hubungan antara faktor resiko Jumlah 30 100 30 100
dengan kejadian balita gizi kurang di wilayah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
kerja Puskesmas Cebongan.
sebagian besar pekerjaan orang tua responden
sebagai buruh, dimana pada balita gizi baik
METODE
sebanyak 19 orang (63,3%) sementara pada
Jenis penelitian ini adalah analitik
balita gizi kurang sebanyak 23 orang (76,6%).
observasional dengan desain penelitian studi
Penduduk di sekitar wilayah kerja Puskesmas
potong lintang (cross sectional study) yang
Cebongan banyak yang bekerja sebagai buruh.
menekankan waktu pengukuran/observasi data
Hal ini disebabkan di Kota Salatiga terdapat
variabel independen dan variabel dependen
beberapa pabrik yang berdiri seperti pabrik
hanya sekali, pada saat pengukuran (Nursalam,
tekstil, pabrik garmen, pabrik rokok yang lebih
2003). Responden dalam penelitian ini adalah
banyak menggunakan tenaga kerja perempuan.
balita di Pustu Noborejo Wilayah Kerja
4
Mubarak (2007) menyatakan lingkungan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
pekerjaan dapat menjadikan seseorang sebagian besar umur balita antara 37-50
memperoleh pengalaman dan pengetahuan bulan. pada balita gizi baik sebanyak 12 balita
baik secara langsung maupun secara tidak (40%) dan balita gizi kurang sebanyak 14
langsung termasuk masalah gizi balita. balita (46,7%).
6
juga semakin tinggi. Ulfah dan Fransiska 3) Hubungan antara Tingkat Pendapatan
(2014) berpendapat bahwa tingkat pendidikan Keluarga dengan Kejadian Balita Gizi
Kurang
turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami Tabel 3
pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hubungan antara Tingkat Pendapatan
Keluarga dengan Kejadian Balita Gizi Kurang
Nilakesuma (2015) dalam penelitiannya juga
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang Pendapatan Balita Gizi Balita Gizi Jumlah
Keluarga Baik Kurang f % P OR
bermakna secara statistik antara tingkat f % f %
pendidikan ibu dengan status gizi. Seseorang
≥ UMR 26 61,9 16 38,1 42 100
yang hanya tamat sekolah dasar akan berbeda 0,010 5,688
pengetahuan gizinya dibanding dengan yang < UMR 4 22,2 14 77,8 18 100
8
Roesli (2005) menyatakan anak yang 5) Hubungan antara Kelengkapan Imunisasi
baru lahir secara alamiah mendapat dengan Kejadian Balita Gizi Kurang
Tabel 5
immunoglobulin dari ibunya melalui ari-ari. Hubungan antara Kelengkapan Imunisasi
Namun, kadar zat ini akan cepat sekali dengan Kejadian Balita Gizi Kurang
Kelengkapan Balita Gizi Balita Gizi Jumlah
menurun segera setelah anak lahir. Badan anak
Imunisasi Baik Kurang f % P OR
sendiri baru membuat zat kekebalan cukup f % f %
11
normal. Pengetahuan dapat anak sedang tidur sehingga
diperoleh dengan tetap aktif responden dapat lebih fokus
mengikuti kegiatan posyandu mengisi kuesioner secara lebih
balita sehingga informasi real dan jujur, dengan cara
tentang gizi balita mudah peneliti mengunjungi rumah
diperoleh dari kader poyandu responden satu per satu.
dan petugas kesehatan dari
puskesmas. DAFTAR PUSTAKA
2. Bagi Masyarakat
Departemen Kesehatan RI. (2013). Laporan
Masyakarat diharapkan Nasional: Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
lebih peduli dan kooperatif serta
Penelitian Dan Pengembangan
memberikan dukungan secara Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
penuh terhadap pemberian ASI
DINKES Prov Jateng. (2013). Data informasi
eksklusif kepada bayi usia 0-6
kesehatan jawa tengah 2013.
bulan agar bayi dapat tumbuh
dan berkembang secara normal Fatimah, Sari. 2008. Faktor-Faktor Yang
Berkontribusi Terhadap Status Gizi
dan terjaga status gizinya secara Pada Balita Di Kecamatan Ciawi
baik. Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal
Kesehatan Vol 10 No. XVIII Maret
3. Bagi Puskesmas 2008 – September 2008 Hal 37-51.
Diharapkan pihak Puskesmas
Feinstorm.J.D.,Uauy.R. &Arroyo.P.(2005).
dapat lebih efektif melakukan Nutrition and Brain. Center for
penyuluhan dan pemberian international child health: institute of
child health/University of London UK.
pendidikan kesehatan di posyandu-
posyandu kepada ibu hamil dan Ghazi, H., Mustafa, J., Isa, J. &Abdalqader, A.
(2013). Malnutrition Among 3 to 5
ibu yang mempunyai anak balita Years old in Baghdad City, Iraq: A
tentang pemberian asupan gizi dan Cross Sectionl Study. International
Center for Diarhoeal Disease
pentingnya memberikan ASI Recsearch. 31(3): 350-355.
secara eksklusif terutama selama 6
Gibney MJ, Barrie MM, John MK, and
bulan pertama dalam kehidupan Leonore A. 2005. Public Health
bayi setelah lahir, sehingga jumlah Nutrition. Oxford: Blackwell
Publishing Ltd.
balita dengan gizi kurang dapat
berkurang. http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/ke
menterian/kementerian-negara-
4. Bagi Peneliti lain pemberdayaan-perempuan-dan-
Diharapkan peneliti perlindungan-anak/1596-
kesehatan/2319-86-bayi-di-indonesia-
selanjutnya dapat kontrak waktu tidak-diberi-asi-eksklusif. Diakses 27
yang tepat saat ibu memiliki Nopember 2014. Pukul:22.00 WIB.
12
Jamra, V. &Bankwar, V. (2013). Effect of Pormes, Wellem Elseus. (2014). Hubungan
Short Term Comunnity Based Pengetahuan Orang Tua Tentang Gizi
Intervention to Reduce The Prevalence Dengan Stunting Pada Anak Usia 4-5
of Under Nutrition In Under Five Tahun di TK Malaekat Pelindung
Childern. Niatjl Community Med, 4(3): Manado. Jurnal Keperawatan vol 2 no
413-417. 2 2014.
14