Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PEBDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu
konstruksi bangunan gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang
lainnya. Dalam pengertian teknik, tanah adalah akumulasi partikel mineral
yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang terbentuk karena
 pelapukan dari batuan.

Sifat-sifat tanah yang kurang baik, tidak menguntungkan bagi


 berdirinya suatu struktur. Sifat-sifat
Sifat -sifat tersebut antara lain plastisitas
plasti sitas yang tinggi,
kekuatan geser yang rendah, kemampuan atau perubahan volume yang besar
 potensi kembang susut yang besar, yang terdapat pada tanah berbutir halus
seperti lempung.

Mengingat sifat tanah lempung sangat dipengaruhi lingkungan, untuk


dapat berfungsi sebagai perletakan bangunan yang aman, juga jalan maka
secara keseluruhan perlu dilakukan stabilisasi tanahnya.

1.2 Tujuan Umum


Adapun tujuan yang harus dilakukan dalam pengujian tanah lapangan adalah :
1. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan metode Sand Cone
2. Melakukan pengujian dengan alat DCP
3. Melakukan pengujian dengan alat sondir
4. Melakukan pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan alat Hand
Bor
1.3 Waktu dan Tempat
Tempat yang digunakan untuk praktikum pengujian tanah lapangan
 berlokasi di Politeknik Negeri Pontianak dengan waktu dari jam 07.00-12.00
WIB selama 3 hari.

1  Pengujian Tanah Lapangan


Lapangan
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Tanah

2.1.1 Pembentukan Tanah

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan organisme, membentuk


tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
“ pedegenesis “. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap
horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan
 biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja
di Amerika Serikat menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk
yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim,
organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring
dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut
terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

2.1.2 Karakteristik

Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral.


Tanah nonorganik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia
mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol).

Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentukan utama


lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung
memiliki kesamaan tinggi karena mengandung beberapa asam organik
(substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok
tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau
hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami

2  Pengujian Tanah Lapangan


Lapangan
karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan
cukuc air namun karena memiliki keasamam

cukup air namun kerena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman
 pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.

Tanah nonorganik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk


 partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi
tiga partikel pembentuk tanah : pasir, lanau dan lempung. Tanah pasiran
didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah
dengan komposisi pasir, lanau dan lempung yang seimbang dikenal sebagai
geluh (loam).

Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang.
Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata,
 jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan
dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia
(pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap
seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena
 pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap
 juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang dan nitrogen. Warna
tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi
teroksidasi yang tinggi: warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi
 proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan
warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana
anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna
yang terkonsentrasi.

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari


komposisi antaran agregat (butir) tanah dan ruang antar agregat. Tanah
tersusun dari tiga fase: fasa padatan, fasa cair dan fasa gas. Fasa cair dan gas
mengisi ruang antar agregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga
faktor penyusun ini. Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori).

3  Pengujian Tanah Lapangan


Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori)
terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang
gembur(sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan
mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan
lempung sehingga kekurangan makropori.

4  Pengujian Tanah Lapangan


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN KERUCUT


PASIR (SAND CONE)

 Tujuan
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan metoda Sand Cone
dengan baik dan benar

2. Menentukan nilai kepadatan lapisan tanah atau perkerasan yang telah


dipadatkan.

 Dasar Teori
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kepadatan
tanah di lapangan dari lapisan yang telah dipadatkan dengan mengetahui
 berat volume kering secara langsung dari lapisan tanah yang diuji.
Sementara nilai derajat kepadatan lapangan adalah dengan membuat
 perbandingan berat volume kering di lapangan terhadap berat volume
kering maksimum hasil pengujian pemadatan di laboratorium.

 Peralatan dan Bahan


 Botol pasir kapasitas + 4,5 kg

 Corong pasir dengan diameter 16,5 cm

 Plat dasar untuk corong pasir dengan ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan
lubang di tengah berdiameter 16,5 cm

 Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1,0 gram

5  Pengujian Tanah Lapangan


 Timbangan kapasitas 500 gram ketelitian 0,1 gram

 Mistar perata (Straight Edge)

 Alat bantu lain seperti ; centong, talam/kaleng, paku, cawan buat


 pemeriksaan kadar air, kantong plastik, pahat, dan lain-lain.

 Pasir ottawa/kwarsa yang bersih dan kering lolos saringan no.10


(2mm) dan tertahan saringan no. 200 (0,075 mm).

Keterangan :
1. Botol Pasir 6. Plat Berlubang
2. Pasir Ottawa/Kwarsa 7. Pahat
3. Keran Corong 8. Sendok
4. Kaleng/Talam Kosong 9. Palu Karet
5. Corong Sand Cone 10. Cawan

 Langkah Kerja
Pemeriksaan Berat Isi Pasir (ɣ p)

6  Pengujian Tanah Lapangan



13. Hitung Berat Isi Tanah Kering Tanah ( d) ; d =


 
14. Hitung Derajat Kepadatan (D) ; D =  x 100
 

 Keselamatan Kerja
 Hindarkan getaran ketika mengadakan pengujian ini, terutama
ketika pasir mengalir memenuhi lubang dan corong

 Perawatan
 Lumasi keran corong secara berkala dengan minyak untuk
mencegah karat dan macet saat pengoperasian.

 Jemur pasir bila sudah lembab, dan bersihkan dari unsur-unsur lain
seperti tanah, kerikil dll.

9  Pengujian Tanah Lapangan


3.2 PENGUJIAN NILAI CBR LAPANGAN DENGAN DCP (DYNAMIC
CONE PENETROMETER)

 Tujuan
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan pengujian dengan alat DCP secara baik dan benar

2. Menentukan nilai CBR lapangan dari hasil pengujian DCP

 Dasar Teori
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRLL (Transport
and Road Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai
diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini
dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio)
tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini
akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman + 70 cm di
 bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar.
Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang
tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari
 palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.

 Peralatan dan Bahan


 Satu set alat DCP

 Palu/hammer geser dengan berat 10 kg dan tinggi jatuh 46 cm

 Batang baja berdiameter 16 mm primer dan sekunder

 Konus bersudut 60 0 atau 300 dengan diameter tengah sebesar 2cm

 Batang baja berskala 1 –  100 cm

10  Pengujian Tanah Lapangan


Keterangan :
1. Pemegang 5. Stang Penetrasi
2. Penumbuk 6. Konus
3. Stang Penghantar 7. Mistar Skala Penetrasi
4. Kepala Penumbuk 8. Mur Pengatur Skala Mistar

 Langkah Kerja

1. Pilih titik pengujian yang akan dilakukan pengujian. Biasanya


dilakukan secara zig zag pada arah dan jarak tertentu.

2. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertikal tegak lurus
terhadap permukaan tanah. Bila terjadi penyimpangan sedikit saja
akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang relatif besar.

3. Atur batang berskala sehingga menunjukkan angka 0 dan catat


dalam centi meter.

4.  Naikkan palu geser sampai menyentuh bagian bawah pegangan,


lalu lepaskan sehingga palu jatuh secara bebas menumbuk anvil
atau landasan penumbuk sambil menjaga agar posisi alat tidak
menjadi miring. Tumbukan ini akan menyebabkan konus
menembus lapisan yang akan diuji.

5. Catat jumlah pukulan dan kedalaman penetrasinya ke dalam


formulir/blanko percobaan.

6. Hentikan pengujian jika jumlah pukulan telah mencapai 40 kali


atau kedalaman penetrasi antara 70 s/d 90 cm.

7. Cabut batang dan konus yang telah masuk ke dalam tanah dengan
cara menumbukkan palu geser ke atas hingga menyentuh plat alas
 pemegang alat.

11  Pengujian Tanah Lapangan


 Data Percobaan dan Perhitungan
 Catat jumlah tumbukan pada kolom n (tumbukan ke  –   n), dan
 bacaan penetrasi pada kolom D (dalam mm). Plotkan bacaan
tersebut pada grafik Kedalaman (D) terhadap Jumlah Tumbukan
Kumulatif (n)

 Hitung D, yaitu selisih pembacaan penetrasi dalam mm, dan SPP


yaitu Skala Penetrasi dalam cm/tumbukan

 Tarik garis antara titik-titik pada grafik, dan dengan bantuan


 penggaris segitiga, sejajarkan garis yang didapat dengan garis-garis
nilai CBR pada pojok kanan bawah form pengisian

 Keselamatan Kerja
 Jaga posisi alat saat melakukan tumbukan agar selalu tetap pada
 posisi vertikal tegak lurus terhadap permukaan tanah.

 Pastikan posisi tangan tidak berada di dekat anvil/landasan


 penumbuk

 Perawatan
 Bersihkan peralatan (terutama pada batang baja dan konus) setiap
kali selesai digunakan.

 Masukkan kembali peralatan ke dalam kantongnya setelah selesai


digunakan agar terhindar dari air dan cuaca yang dapat
menyebabkan karat.

12  Pengujian Tanah Lapangan


BAB .4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktek ini kami mahasisawa/i teknik sipil D3 dapat mengetahui


 bagaimana cara melakukan pengujian kepadatan lapangan dengan alat Sand
Cone, pengujian daya dukung lapisan tanah dengan alat DCP, pengujian
Sondir dan pengujian dengan alat Hand Bor. Kami juga mengetahui
 bagaimana cara mengolah data-data dari hasil pengujian tersebut.

Pengujian tanah lapangan ini merupakan hal pertama yang dilakukan


untuk membuat perencanaan sebuah konstruksi bangunan, konstruksi jalan,
dan lainnya.

27  Pengujian Tanah Lapangan


28  Pengujian Tanah Lapangan

Anda mungkin juga menyukai