Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mellinia Febrianti Aditya Rani

NIM : 4311418037

Jurusan/Prodi : Kimia / Kimia

Tanggal :

Judul Prak. : Pembuatan Sabun Batang

A. Tujuan
1. Membuat dan mengetahui reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun
batang

B. Dasar Teori

Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam


alkali.Hasilpenyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan
sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh
alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental, masa tersebut dapat
dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila sabunnya adalah sabun
natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan menambahkan larutan
garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke permukaan larutan
garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan
cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci
dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl
yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun tangan atau
kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl
dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl dapat diperoleh kembali dengan jalan
pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J. Fessenden, 1992).

Sabun adalah garam logam dari asam lemak. Pada prinsipnya sabun dibuat
dengan cara mereaksikan asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi
penyabunan
 Reaksi pertama :
Lemak + NaOH       Gliserol + Asam lemak
 Reaksi kedua :
3RCOOH + NaOH      RCOONa + H2O

Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus


ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut
dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam
air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air
karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun
yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya
menghadap ke air (Austin, 1984).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa
saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan
suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus
mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
            Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil
karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium karboksilat
disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat ganda, gugus alkil R
bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus karboksilat – COO   bersifat
hidrofil (Harold. 1982).
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat
sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
a.  Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan
lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair
pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Ralph J.
Fessenden, 1992).
1. Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat
warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak
sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan
bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam
oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%,
asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
2. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak kelapa  merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh
melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
3. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika,
bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai massa jenis
0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g I2/100 g, bilangan penyabunan 176-
181 mg KOH/g. Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal
sebagai senyawa ester. Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam
riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-
2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown, 1973).
4.  Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan
kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak
zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami
mengandung beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol,
sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang
sebagian besar di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat.
Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen dari total asam
lemak dalam minyak zaitun.
b.  Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol,
monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia
NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam
industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya
yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan
alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Ralph J. Fessenden, 1992)
 Fungsi dari sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat di buang dengan pembilasan, kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun yaitu :
a.Sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK,
RCOONH4
b.Sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak permananen
(RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al (Ralph J. Fessenden, 1992).

C. Alat dan Bahan


Bahan :
Minyak zaitun 350 g
Minyak kelapa 150 g
NaOH 72,5 g
Aquades 145 g
Essential oil
Pewarna mica

Alat :
Wadah tahan panas
Whisker
Gelas ukur
Cetakan
Sendok stainless steel
Spatula

D. Cara Kerja
1. Timbang aquades di wadah tahan panas , dan timbang NaOH .
2. Masukkan NaOH perlahan lahan ke aquades , sambil terus diaduk. Diamkan
hingga mencapai suhu ruangan (25C-30C)
3. Timbang minyak zaitun dan minyak kelapa.
4. jika suhu campuran NaOH sudah sesuai, maka campuran dapat dimasukkan
kedalam campuran minyak dengan perlahan.
5. Aduk menggunakan whisker dari dasar wadah untuk menghindari adanya
gelembung udara sampai campuran dalam kondisi trace (mengental).
6. Masukkan essential oil dan pewarna , lalu aduk menggunakan spatula.
7. Tuang adonan sabun kedalam cetakan . Biarkan disuhu ruangan selama 24-48 jam
sebelum mengeluarkan sabun dari cetakan.
8. Jika sudah, potong sabun sesuai ukuran yang diinginkan lalu biarkan dalam masa
curing selama kurang lebih 4-6 minggu sebelum pemakaian.

E. Data Pengamatan

N Bahan Pengamatan
o
1. NaOH + aquades Menghasilkan uap dan panas , awalnya
berwarna putih susu lalu berubah
menjadi jernih
2. Campuran minyak Berwarna kuning
3. Campuran (1) + campuran (2) Campuran menjadi kental dan berwarna
kuning pudar

F. Pembahasan
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung
dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang
menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Sabun merupakan garam
(natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Gugus induk lemak
disebut Fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-
18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik,
yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang
berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari natrium hidrokarbon asam lemak
yang bersift lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang
disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya yang merupakan ion
karboksilat bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar.
Reaksi saponifikasi :

Pada percobaan ini, 350 gram minyak zaitun dan 150 gram minyak kelapa
dimasukkan kedalam wadah , kemudian ditambahkan campuran basa kuat NaOH
dengan aquades. Lalu tambahkan additive seperti essential oil dan pewarna.
Minyak zaitun dan minyak kelapa berfungsi sebagai bahan baku pembuatan
sabun, NaOH yang berfungsi sebagai pereaksi dan pembuatan sabun berbentuk
padat.
NaOH atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam idustri sabun.
Sabun dengan berat molekul yang lebih rendah akan lebih mudah larut dan
memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi
dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan
larut dalam bentuk ion.

G. Simpulan
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan (saponifikasi) antara basa alkali dengan
minyak . Produk yang dihasilkan paada saponifikasi adalah sabun sebagai hasil
utama dan gliserol sebagai hasil samping

H. Daftar Pustaka

Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra-


Hill Book Co: Singapura

Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.

Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit


Erlangga : Jakarta.

Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Megetahui
Dosen Pengampu
Semarang, .......
Praktikan

Anda mungkin juga menyukai