Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN MEMBUAT ARTIKEL TENTANG

PENINGKATAN ANGKA KEHAMILAN DAN RESIKO HAMIL DI TENGAH


PENDEMI
Dosen Pengampu : Sholihul Hakim, SH, MH

Disusun oleh :
Adinda Putri Dewi (P1337424219042)
Kelas : ROSELLA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MAGELANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
PENINGKATAN ANGKA KEHAMILAN DAN RESIKO HAMIL DI TENGAH
PENDEMI
ABSTRAK
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) memperkirakan
angka kehamilan selama pandemi corona mengalami kenaikkan. Diperkirakan dalam tiga bulan
terakhir ada sekitar 420.000 kehamilan. Bagi para ibu hamil di seluruh dunia, pandemi covid-
19 telah meningkatkan kadar stres dan kecemasan. Imunitas ibu akan menurun dan
membutuhkan kontrol dokter secara langsung. Dengan banyaknya kasus orang tanpa gejala
(OTG) covid-19, ibu hamil masuk kelompok berisiko. beberapa kasus covid-19, dipercaya
bahwa ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi, morbiditas, dan mortalitas
jika dibandingkan dengan pasien umum. BKKBN mengimbau agar lebih baik tidak hamil dulu,
terutama bagi pasangan muda. Bukan tanpa alasan, hamil di tengah pandemi justru
membahayakan.
Kata kunci : BKKBN, kehamilan, covid-19, Pandemi
Pendahuluan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) memperkirakan
angka kehamilan selama pandemi corona mengalami kenaikkan. Diperkirakan dalam tiga bulan
terakhir ada sekitar 420.000 kehamilan.  Selain karena meningkatnya intensitas suami-istri
berada di rumah, juga karena adanya penurunan penggunaan alat kontrasepsi selama
pandemi. BKKBN mendapat laporan, jumlah pengguna alat kontrasepsi menurun sekitar 40
persen. Padahal apabila angka kehamilan mengalami pelonjakkan tentu akan berdampak pada
populasi dan demografi masyarakat. Karena itu BKKBN meminta masyarakat untuk menunda
kehamilan di masa-masa sulit ini.1 Di masa sulit seperti ini BKKBN terus mensosialisasikan
unuk menunda dulu kehamila sampai dengan pandemic ini selesai.
BKKBN Memprediksi Angka Kehamilan Melonjak Selama Pandemi Corona, Ini Alasan
kehamilan sebaiknya ditunda Hasto menjelaskan alasan mengapa sebaiknya masyarakat
menunda kehamilan terutama pada masa-masa pandemi corona saat ini. Di antaranya
pertimbangan mengenai kesehatan perempuan yang hamil dan kondisi fasilitas kesehatan selama
pandemi. Karena orang hamil muda mengalami mual muntah yang terkadang sampe lemas dan
harus dibawa ke rumah sakit ini membuat khawatir dan takut karena mengingat kondisi di rumah
sakit yang kurang kondusif untuk ibu hamil karena adanya pandemic ini. Alasan lain, ibu hamil
muda berisiko mengalami keguguran. Berdasarkan formula yang digunakan BKKBN, setidaknya
5 dari 100 kehamilan yang terjadi dapat mengalami keguguran. Oleh karena itu, kehamilan di
masa sulit ini sebisa mungkin untuk ditunda, karena apabila mengalami keguguran atau
pendarahan, ibu hamil harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat penanganan terbaik.

2
Pembahasan
Bagi para ibu hamil di seluruh dunia, pandemi covid-19 telah meningkatkan kadar stres
dan kecemasan. Dalam penelitian yang dilakukan para ahli sebagaimana disebutkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), belum ada bukti bahwa virus dapat menular ke bayi selama
kehamilan. Meski begitu,2 tindakan pencegahan harus diutamakan. Maka dari itu di himbau
Pasangan suami istri (pasutri) terlebih di usia subur (PUS), usia 15-49 tahun, disarankan untuk
menunda kehamilan saat pandemi covid-19.
Dirinya membeberkan sejumlah alasan yang harus dipertimbangkan pasutri untuk
menunda kehamilan di masa pandemi karena hamil muda di trimester pertama merupakan saat-
saat yang rawan bagi jabang bayi. Organ anak pertama terbentuk pada bulan awal kehamilan.
Adapun pembentukan organ tersebut dapat terganggu apabila ibu mengalami infeksi dan tidak
mendapatkan gizi yang cukup. Pembentukan organ terjadi kurang dari 8 minggu kehamilan dan
bulan selanjutnya pembentukan organ sudah selesai. Jadi, kalau ada infeksi covid-19, ibunya
panas, demam, kita belum tahu pengaruhnya terhadap pembentukan organ. Bisa saja berakibat
anak lahir cacat. Apabila ibu mengalami infeksi saat kehamilan awal, pertumbuhan otak anak
akan terganggu. Akibatnya, anak berpotensi lahir dengan kondisi stunting dan ke depannya
malah menjadi generasi yang tidak berkualitas. Otak itu 70% hingga 80% terbentuk saat ada di
kandungan. Saat lahir enggak banyak berkembang. Dan itu terbentuk selama 3 minggu masa
awal kehamilan.

3
Pada awal kehamilan dan juga menyusui, lanjutnya, imunitas ibu akan menurun dan
membutuhkan kontrol dokter secara langsung. Dengan banyaknya kasus orang tanpa gejala
(OTG) covid-19, ibu hamil masuk kelompok berisiko. Akibat hormone bahwa ibu hamil dan
menyusui rentan dengan berbagai penyakit akibat perubahan hormonal sehingga secara otomatis
daya tahan tubuh mereka lebih rendah. Berdasarkan beberapa contoh kasus pada penanganan
virus korona sebelumnya (SARS-CoV dan MERS-CoV) dan beberapa kasus covid-19, dipercaya
bahwa ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi, morbiditas, dan mortalitas
jika dibandingkan dengan pasien umum.
Seperti diketahui, ibu hamil kerap mengalami kesulitan bernapas karena area paru-paru
tertekan janin. Kondisi ini akan menjadi sangat parah jika ibu hamil tertular covid-19, yang
notabene menyerang saluran pernapasan dan paru-paru. Dengan semua risiko itu, Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, mengimbau masyarakat agar menggunakan
alat kontrasepsi saat berhubungan seksual. Selain itu, program Keluarga Berencana (KB) juga
harus tetap berjalan untuk menunda kehamilan saat pandemi ini.
Berdasarkan data BKKBN, jumlah kedatangan aseptor untuk suntik KB, pasang ayudi
atau minta pil, menurun hampir 50 persen selama periode Februari-Maret.3 data ini selaras
dengan semakin banyak bertambahnya ibu hamil di Indonesia yang sangat meningka drastis
karena work from home.

4
Kehamilan di tengah pandemi Covid-19 tentu berisiko. Bukan hanya untuk si calon bayi,
tapi juga bagi sang ibu. Sebab, tanpa adanya kondisi rentan seperti saat ini, kondisi ibu hamil di
awal kehamilan sudah membutuhkan perhatian khusus.Risiko pertama yang akan dihadapi ibu
hamil adalah turunnya imunitas tubuh. Secara alami, di awal kehamilan, imunitas sang ibu akan
menurun karena bersiap menerima benda asing yakni seorang calon bayi dalam tubuh. Biasanya
dalam 1-2 minggu kondisi imunitas akan turun.
Dengan kondisi demikian, maka hamil di tengah pandemi Covid-19 cukup berisiko.
Sebab, untuk menangkal virus SARS-CoV-2 saja dibutuhkan imunitas tubuh yang kuat. Orang
hamil itu kan sering muntah, nutrisinya kurang, sering dehidrasi. Jika kondisi itu bisa berisiko
tertular (Covid-19).Selain imunitas tubuh si ibu, risiko lainnya yang harus diwaspadai adalah
terjadinya gangguan pada pembentukan organ-organ bayi. Sebab, pembentukan organ seperti
mata, tangan, mulut, pundak, lutut hingga kaki, semuanya terbentuknya di minggu pertama dan
kedua kehamilan .
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat sebanyak 3.219 perempuan daerah
setempat diketahui hamil saat masa pandemi corona sekarang ini.Jumlah ibu hamil
meningkat sebanyak 105% saat pelaksanaan imbauan tetap di rumah saja dibandingkan tahun
sebelumnya di bulan yang sama.Pada tahun ini telah adanya peningkatan jumlah perempuan
positif hamil di bulan Januari hingga Maret mencapai 105% berjumlah total 3.219 orang selama
masa imbauan di rumah saja saat pandemi corona.Tahun sebelumnya di tiga bulan sama
mencapai 1.500 orang.
Banyak perempuan hamil di saat pandemi Covid-19 terjadi pada usia muda dan tua
berkisar antara umur 20 sampai 45 tahun bagi perempuan masa subur. Hasil pencatatan ini
merupakan jumlah akumulatif per bulan yang didapatkan dari Puskesmas, rumah sakit bersalin
dan bidan-bidan praktik di seluruh wilayah Kota Tasikmalaya. Kebanyakan memang kehamilan
terjadi pada perempuan di usia muda. Terutama bagi mereka pasangan yang baru-baru ini
melangsungkan pernikahan.
Peningkatan ibu hamil ini dipastikan akan ada penambahan kenaikan jumlah penduduk di
masa pandemi corona.Apalagi, selain pasangan muda baru nikah, diketahui penyebab
meningkatnya jumlah kehamilan ini akibat alasan para perempuan melepaskan alat kontrasepsi
KB untuk mendapatkan tambahan anak. Para perempuan positif hamil bulan Januari mencapai
1.111 orang, Februari 1.106 orang dan Maret 1.002 orang dengan jumlah paling banyak di
Kecamatan Cibeureum 238 orang, Tamansari 217 orang dan Mangkubumi 244 orang. Ini contoh
data yang diambil dari kota tasikmalaya sebagai contoh meningkatnya perempuan hamil sejak
work from home saat ini .
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengungkapkan bahwa jumlah ibu hamil di
Kota Tasikmalaya tahun ini telah terjadi peningkatan drastis selama masa imbauan di rumah saja
saat pandemi Covid-19.Jumlah tersebut masih bisa kembali bertambah karena masa peperangan
melawan wabah corona ini masih berlangsung sampai beberapa bulan ke depan yang belum

5
diketahui kapan berakhir pastinya. Memang sejauh ini adanya peningkatan ibu hamil di bulan
Januari-Maret mencapai 3.219 orang dan untuk bulan April dipastikan akan meningkat tetapi
sekarang ini masih dihitung setiap Puskesmas. Dinkes juga meminta agar, warga yang terutama
perempuan seharusnya bisa di KB terlebih dahulu.
Work from home (WFH) menjadi masalah baru di tengah pandemi corona.
Dikhawatirkan, penambahan pasien terkonfimasi positif Covid-19 yang berasal dari klaster-
klaster penyebaran corona, diikuti “positif” lainnya yang melonjak. Yaitu jumlah ibu hamil
meningkat. Imbauan pemerintah untuk selalu berada di rumah membuat intensitas
bercengkerama bersama keluarga semakin tinggi.
Kondisi saat ini yang membuat orang-orang banyak di rumah. Bapak-bapak yang banyak
pekerja keras di luar dengan jam yang terpakai lebih banyak ketimbang di rumah sekarang
terbalik semua di rumah. Sisi lain di rumah itu berkumpul dengan keluarga pasti keharmonisan
dengan keluarga makin terjalin, tapi di luar itu waktu semakin banyak bercengkrama dengan
keluarga termasuk  dengan pasangan.
BKKBN mengimbau agar lebih baik tidak hamil dulu, terutama bagi pasangan muda.
Bukan tanpa alasan, hamil di tengah pandemi justru membahayakan. Kalau hamil ada yang rasa
mual, malas makan, akhirnya kan akan berdampak penurunan daya tahan tubuh, itu sangat riskan
dengan kondisi penyebaran virus corona seperti ini.
Anjuran pemerintah jangan hamil dulu di saat sulit seperti ini, karena kita tahu kalau perempuan
hamil itu kasihan. Tunggu supaya ini normal baru hamil .4
Meningkat nya jumlah kehamilan saat ini karena adanya himbauan di rumah aja membuat
perkiraan bahwa akan terjadinya kepadatan penduduk dimasa mendatang karna kehamilan saat
ini tidak terkontrol dan membuat kekhawatiran akan Kesehatan ibu hamil dan anaknya. Sebagai
warga negara Indonesia selayaknya kita harus peduli dengan negra kita, kita tunda dulu program
hamil karna kondisi yang sedang tidak aman selama pandemic.
Penutup
 Wabah virus corona semakin membuat resah masyarakat. Virus ini sudah menyebar ke
hampir seluruh belahan dunia. Beberapa negara bahkan menerapkan kebijakan lockdown agar
Covid-19 ini tak semakin meluas. Tak bisa dipungkiri, semua orang ketar ketir.Terlebih lagi,
virus ini sudah banyak makan korban jiwa. Kecemasan juga dirasakan para ibu hamil. Adanya
virus corona membuat mereka khawatir terpapar. Apalagi ada janin di dalam kandungannya.Oleh
karena itu, para ibu hamil harus mengetahui risiko virus corona dan gejalanya. Berikut
ulasannya:
1. Fakta Virus Corona Pada Ibu Hamil
Hingga saat ini para ahli masih mendalami dampak virus corona terhadap ibu hamil. Tapi
perubahan sistem imun kepada kehamilan bisa membuat ibu hamil rentan terkena berbagai virus,

6
termasuk Covid -19.Di sisi lain, demam tinggi akibat virus corona di trimester pertama
kehamilan dapat berisiko terjadinya cacat lahir pada bayi.
Tak hanya itu, ibu hamil yang terjangkit Covid-19 berisiko mengalami keguguran atau
melahirkan bayi prematur. Kasus ini sudah terjadi saat ibu hamil terjangkit SARS atau MERS
pada laporan beberapa waktu lalu.
Meski begitu laporan kejadian ibu hamil keguguran akibat virus corona masih sangat sedikit.
Belum ada data yang jelas terkait penularan virus Corona dari ibu ke janin selama kehamilan
atau saat melahirkan. Akan tetapi dari kasus yang baru-baru ini terjadi, bayi yang lahir dari ibu
dengan COVID-19 tidak terbukti positif tertular virus ini.

2. Cara Mencegah Virus Corona Terhadap Ibu Hamil


Mewabahnya virus corona yang terjadi saat ini perlu diwaspadai oleh ibu hamil. Sebab sistem
imun yang terjadi saat kehamilan menurun.
Oleh karena itu, cara mencegah virus corona harus diketahui agar tak terpapar Covid-19. Berikut
ulasannya:
- Mencuci Tangan
Untuk mencegah virus corona terhadap ibu hamil harus rajin mencuci tangan. Cuci tangan
dengan menggunakan air bersih dan sabun bisa membunuh virus dan kuman.
Kemudian, keringkan tangan menggunakan tisu atau handuk bersih.
Jika tidak ada air dan sabun, Bumil bisa menggunakan hand sanitizer. Hand sanitizer dengan
kadar alkohol minimal 60% cukup efektif untuk membasmi kuman di tangan.
- Menjaga Daya Tahan Tubuh
Salah satu mencegah virus corona pada ibu hamil dengan menjaga daya tahan tubuh. Menjaga
daya tahan tubuh bisa dilakukan para ibu hamil dengan mengonsumsi makanan sehat.
Seperti sayur, buah, dan makanan tinggi protein.

7
Bumil juga bisa mengonsumsi suplemen atau vitamin prenatal sesuai anjuran dokter untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan. Selain itu, berolahraga secara rutin dan
beristirahat yang cukup juga penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Gunakan Masker
Ibu hamil harus menggunakan masker ketika di dekat orang sakit atau di keramaian. Selain itu,
Bumil juga disarankan untuk menjaga jarak kira-kira 1 meter dari orang-orang yang sedang
batuk dan bersin.
Virus Corona pada ibu hamil bisa menyebabkan gejala dan dampak yang berat, baik untuk ibu
maupun janin. Oleh karena itu, ibu hamil perlu waspada terhadap virus ini.

Pertanyaan dan jawaban terkait COVID-19 untuk masa kehamilan, persalinan, dan
menyusui
1. Apakah ibu hamil lebih berisiko terjangkit COVID-19?

Saat ini masih dilakukan penelitian untuk memahami dampak infeksi COVID-19 pada
ibu hamil. Data yang tersedia masih terbatas, namun saat ini masih belum ada bukti yang
menyatakan bahwa ibu hamil lebih berisiko terkena penyakit parah dibandingkan
populasi umum.
Namun, karena adanya perubahan pada tubuh dan sistem imunitas ibu hamil, mereka
dapat mengalami dampak yang cukup parah karena beberapa penyakit infeksi saluran
pernapasan. Sehingga penting bagi ibu hamil untuk melakukan langkah pencegahan demi
melindungi diri mereka dari COVID-19, dan melaporkan gejala yang mungkin timbul
(termasuk demam, batuk, atau kesulitan bernapas) ke penyedia layanan kesehatan.
WHO akan terus mengkaji dan memperbarui informasi dan saran seiring tersedianya
bukti-bukti.
2. Saya hamil. Bagaimana saya dapat melindungi diri dari COVID-19?

Ibu hamil harus melakukan langkah pencegahan yang sama seperti orang lain untuk

8
menghindari infeksi COVID-19. Anda dapat melindungi diri dengan cara:
• Rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir, atau
cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
• Menjaga jarak dengan orang lain, setidaknya 1 meter, terutama dengan orang yang
sedang batuk atau bersin.
• Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.
• Jaga kebersihan pernapasan. Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan siku
yang terlipat atau tisu. Lalu segera buang tisu bekas tersebut ke dalam tempat sampah
tertutup.
Segera mencari pertolongan medis jika demam, batuk, atau kesulitan bernapas.
Hubungi via telepon sebelum pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan ikuti arahan dari
dinas kesehatan setempat.Ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan – termasuk mereka
yang terjangkit COVID-19 – harus menjalani perawatan kesehatan rutin seperti biasanya.
3. Haruskah ibu hamil menjalani pemeriksaan COVID-19?

Protokol dan kelayakan pemeriksaan dapat berbeda, tergantung dari daerah tempat
tinggal Anda.
Namun, WHO merekomendasikan bahwa ibu hamil dengan gejala COVID-19 harus
diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan. Jika mereka terjangkit COVID-19, mereka
mungkin membutuhkan perawatan khusus.
4. Apakah COVID-19 dapat ditularkan dari ibu ke bayi yang belum lahir atau bayi
yang baru lahir?

Belum diketahui apakah seorang ibu hamil yang terjangkit COVID-19 dapat menularkan
virus tersebut ke janin atau bayi selama kehamilan atau persalinan. Sampai saat ini, virus
ini belum ditemukan di dalam sampel cairan amniotik/ketuban atau ASI.
5. Perawatan apa saja yang harus tersedia selama kehamilan dan persalinan?

Semua ibu hamil, termasuk mereka yang terkonfirmasi terjangkitatau dicurigai terjangkit
COVID-19, mempunyai hak akan perawatan yang berkualitas tinggi sebelum, selama,
dan setelah persalinan. Ini termasuk perawatan kesehatan antenatal, bayi baru lahir, pasca
kelahiran (nifas), dan kesehatan mental.
Yang termasuk ke dalam suatu pengalaman persalinan yang aman dan positif:
• Diperlakukan dengan hormat dan bermartabat;
• Memiliki pendamping pilihan selama persalinan;
• Komunikasi yang jelas oleh staf kebidanan;
• Strategi penghilang nyeri yang tepat;
• Mobilitas dalam persalinan jika memungkinkan, dan posisi lahiran pilihan

Jika terkonfirmasi atau dicurigai terjangkit COVID-19, tenaga kesehatan harus

9
melakukan tindakan pencegahan yang tepat, termasuk penggunaan pakaian pelindung
yang tepat, untuk mengurangi risiko infeksi bagi mereka dan orang lain.
6. Apakah ibu hamil yang terkonfirmasi terjangkit atau dicurigai terjangkit COVID-
19, perlu melahirkan lewat operasi caesar?

Tidak. WHO menyarankan untuk hanya melakukan operasi caesar ketika dibenarkan
secara medis. Cara persalinan seharusnya dilakukan secara per individu dan berdasarkan
keinginan ibu hamil serta indikasi kebidanan.
7. Apakah ibu yang terjangkit COVID-19 dapat menyusui?

Ya. Ibu yang terjangkit COVID-19 dapat menyusui jika mereka ingin melakukannya.
Mereka harus:
• Menerapkan kebersihan pernapasan selama menyusui, mengenakan masker bila ada;
• Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi;
• Rutin mencuci dan membersihkan permukaan-permukaan yang disentuh.
8. Apakah saya dapat menyentuh dan memegang bayi saya jika saya terjangkit
COVID-19?
Ya. Kontak erat dan pemberian ASI eksklusif sejak dini membantu bayi untuk
berkembang. Anda harus didukung untuk:
• Menyusui dengan aman, dengan menerapkan kebersihan pernapasan;
• Memegang bayi baru lahir secara kontak kulit (skin to skin), dan
• Berada dalam satu kamar dengan bayi.

Anda harus mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi Anda, dan memastikan
semua permukaan bersih.
9. Saya terjangkit COVID-19 dan kondisi saya sangat tidak sehat untuk menyusui
secara langsung. Apa yang dapat saya lakukan?

Jika Anda berada dalam kondisi yang sangat tidak sehat untuk menyusui bayi Anda
karena terjangkit COVID-19 atau adanya komplikasi lain, maka Anda harus didukung
untuk memberikan ASI kepada bayi Anda dengan aman melalui suatu cara yang
memungkinkan, yang tersedia, dan yang dapat diterima oleh Anda sendiri. Hal ini
termasuk:
• Memerah ASI;
• Relaktasi/Menyusui kembali;
• Donor ASI.
10. Bisakah seorang ibu dengan COVID-19 menularkan virus kepada bayinya di dalam
rahim?
Data terkait ini berkembang dengan cepat. Dua makalah yang dipulikasikan pada
26 Maret menemukan terdapat antibodi virus corona pada 3 bayi baru lahir dari ibu

10
dengan COVID-19. Ini bisa menunjukkan bahwa mereka terpapar virus di dalam rahim,
meski virus itu sendiri tidak terdeteksi dalam darah tali pusar dan peneliti.
Para peneliti dalam studi sebelumnya tidak menemukan bukti COVID-19 dalam
cairan ketuban atau darah tali pusar pada enam bayi lain yang lahir dari perempuan yang
terinfeksi. Sementara makalah penelitian ini hanya mencakup sejumlah kecil kasus,
kurangnya penularan vertikal –dari ibu ke anak di dalam rahim– sesuai dengan apa yang
sudah terlihat dengan penyakit virus pernapasan lainnya pada kehamilan, termasuk
influenza.
Ada beberapa laporan tentang bayi baru lahir yang hanya berumur beberapa hari
namun sudah terkena infeksi. Kendati demikian, dalam kasus tersebut, ini diyakini bahwa
ibu atau anggota keluarga menularkan infeksi kepada bayi melalui kontak dekat setelah
melahirkan. Virus ini dapat ditularkan melalui batuk atau bersin yang dapat menyebarkan
tetesan (droplet) kepada bayi yang baru lahir.

1
Adinda Putri Dewi “Dianjurkan Menunda Kehamilan Pada saat Pandemi” di akses dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/09/163000265/dianjurkan-menunda-kehamilan-
selama-masa-pandemi-berikut-penjelasannya pada tanggal 9 juni 2020 pukul 10.37
2
Adinda Putri Dewi “Tunda Kehamilan Selama Pandemi” di akses dari
https://mediaindonesia.com/read/detail/310538-tunda-dulu-kehamilan-selama-pandemi pada
tanggal 9 juni 2020 pukul 14.58
3
Adinda Putri Dewi “Waspada Resiko Kehamilan Saat Pandemi” di akses dari
https://www.jawapos.com/kesehatan/07/05/2020/imunitas-tubuh-menurun-waspada-risiko-
hamil-di-masa-pandemi-covid-19/ pada tanggal 10 juni 2020 pukul 09.29
4
Adinda Putri Dewi “Meningkatnya Jumlah Ibu Hamil dan Resiko Kehamilan Saat Pandemi” di
akses dari https://health.grid.id/read/352136711/selama-wfh-jumlah-ibu-hamil-meningkat-ada-
risikonya-kehamilan-di-tengah-pandemi-covid-19?page=all pada tanggal 10 Juni 2020 pukul
12.47

11
12

Anda mungkin juga menyukai