HIPERTENSI
Oleh :
HAIFAH MAULIDA
NIM : 1932000007
PAITON – PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Haifah Maulida
NIM : 1932000007006
Pembimbing Akademis
A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistol sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015).
Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistole lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastole 80 (Ardiansyah,
2012).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Irianto, 2014).
B. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah The Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure VII / JNC-VII
Faktor predisposisi: usia,jenis kelamin, merokok, stress, kurang oah raga, geneic, alcohol,
Aliran konsentrasi
darah
Beban makin
kerja garam,
cepat keseluruh
jantung obesitas tubuh sedangkan nutrisi dalam
Metode koping
Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasiona
tidak efektif
Resistensi pembuluh
Vasokontriksi Nyeri kepala
darah otak
Resiko
Gangguan sirkulasi Suplai O2 ke ketidakefektifan
Otak
otak perfusi jaringan otak
Blood flow
darah
Penurunan curah Afterload Nyeri
jantung
Respon RAA
Fatigue
Merangsang
Intoleransi aktivitas
aldosteron
Kelebihan volume
Retensi Na Edema
cairan
Sumber: Nanda NIC-NOC, 2015
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin / hematokrit : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
5. Foto thorak: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung (Nurarif & Kusuma, 2015).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dibagi dua, yaitu farmakologi dan non-
farmakologi
1. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat
berikut: (Ardiansyah, 2012).
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal
pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila
disertai hemokonsentrasi/udem paru).
b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal
c. Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20
mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma)
d. Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari
(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita
asma)
e. Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua
kali sehari.
Obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau di
campur dengan obat lain, yaitu: (Ardiansyah, 2012).
a. Diuretik : Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering
dieresepkan untuk mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid dapat
diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau klien yang
baru. Banyak obat antihipertensi menyebabkan retensi cairan; karena
itu, sering kali diuretik diberi bersama antihipertensi
b. Simpatolik : penghambat (adrenergik bekerja disentral simpatolitik),
penghambat adrenergik alfa, dan penghambat neuron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik.
Penghambat adrenergik beta, dibahas sebelumnya, juga di anggap
sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta
c. Penghambat Adrenergik-Alfa : golongan obat ini memblok reseptor
adrenergik alfa 1, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan
darah. Penghambat beta juga menurunkan lipoprotein berdensitas
sangat rendah (very low-density lipoprotein-VLDL) dan lipoprotein
berdensitas rendah very low-density lipoprotein-LDL) yang
bertanggung jawab dalam penimbunan lemak diarteri (arteriosklerosis)
d. Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolik yang Bekerja Perifer) :
penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang
kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis,
sehingga pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini
menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan vaskular perifer
menurun. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai
untuk mengendalikan hipertensi berat.
e. Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung : adalah obat tahap III
yang bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah,
terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya
vasodilatasi, tekana darah akan turun dan natrium serta air tertahan,
sehinga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama
dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema.
Refleks takikardi disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya
tekanan darah.
f. Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor) : obat dalam golongan ini
menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang nantinya akan
menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan
menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi
natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium
dieksresikan bersama-sama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan
lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin. Obat-obat ini dipakai
pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi.
Sekarang banyak jenis obat antihipertensi yang membantu penderita
hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya dalam keadaan normal.
Ada beberapa jenis obat antihipertensi yang beredar di pasaran dengan
mekanismme yang berlainan dalam menurunkan tekanan darah yaitu:
(Yunita Indah, 2014).
a. Diuretik : obat antihipertensi jenis ini menurunkan tekanan darah
dengan mengeluarkan kelebihan air dan garam dari dalam tubuh
melalui ginjal
b. Beta Blockers : obat ini membantu organ jantung memperlambat
detaknya sehingga darah yang dipompa jantung lebih sedikit
dibandingkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun
c. ACE Inhibitor : obat jenis ini mencegah tubuh membentuk hormon
angiotensin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Alhasil, tekanan darah segera menurun
d. Angiotensin II Reseptor Blockers : obat jenis ini memberikan
perlindungan terhadap pembuluh dari hormon angiotensin II dan
mengakibatkan pembuluh darah rileks serta melebar. Akhirnya
tekanan darah bisa turun.
e. Kalsium Channel Blocker : obat jenis ini bertugas mengatur kalsium
agar masuk ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah sehingga
pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan darah menurun
f. Alpha Blocker : obat antihipertensi ini bertugas mengurangi implus
saraf yang mengakibatkan pembuluh darah mengencang sehingga
aliran darah lancar dan tekanan darah dapat turun.
g. Inhibitor Sistem Saraf : obat jenis bertugas meningkatkan implus saraf
dari otak untuk bersantai dan memperlebar pembuluh darah sehingga
tekanan darah dapat turun.
h. Vasodilatator : obat antihipertensi jenis ini berfungsi untuk
mengendurkan otot-otot dinding pembuluh darah sehingga tekana
darah menurun.
2. Nonfarmakologi
e. Terapi musik
g. Senam aerobik dan yoga yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi
terkendali).
A. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Kelebihan volume cairan
5. Ketidakefektifan koping
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Ansietas
8. Resiko cedera
9. Defisiensi pengetahuan (Nurarif & Kusuma, 2015).
C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard.
Tujuan: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil: tanda vital dalam rentang normal (TD,HR,RR, suhu), dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan, tidak ada edem paru, perifer
tidak ada ansietas, tidak ada penurunan kesadaran.
Intervensi:
a. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
b. Catat adannya fluktasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d. Monitor TTV sebelum dan setelah aktivitas
e. Monitor frekusensi dan irama pernapasan
f. Monitor sianosi perifer
g. Monitor toleransi aktivitas pasien atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah (Nurarif & Kusuma, 2015).
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan: aktivitas pasien terpenuhi
Kriteria hasil: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur, mampu berpindah dengan atau tanpa bantuuan alat, tanda vital
normal, sirkulasi status baik.
Intervensi:
a. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
c. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
d. Monitor respon fisik , emosi, sosial dan spiritual (Nurarif & Kusuma,
2013).
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Tujuan: status sirkulasi
Kriteria Hasil: mendemostrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan
tekanan systol dan diastol dalam rentang yang diharapkan, tidak ada
ortostatikhipertensi, tidak ada tanda peningktan TIK, berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai dengan kempuan, memproseas informasi,
emnunjukkan funsi sensori motorik cranial yang utuh.
Intervensi:
a. Batasi gerakan pada kepala ,leher dan punggung
b. Diskusiakan mengenai penyebab perubahan sensasi
c. Pertahankan tirah baring
d. Ukur masukan dan pengeluaran
e. Pantau elektrolit, BUN, Kreatinin sesuai pesanan
f. Kolaborasi pemberian analgetik (Nurarif & Kusuma, 2015).
DAFTAR PUSTAKA