Pengendalian Bahaya Potensial Faktor Biologik Di Pelayanan Kesehatan
Pengendalian Bahaya Potensial Faktor Biologik Di Pelayanan Kesehatan
Merupakan suatu program yang dilakukan khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi
a. Pencegahan Infeksi,
c. Surveilens,
a.Pencegahan Infeksi
• Menggunakan Sarung tangan bila akan kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit luka & mukosa
Body Substance Isolation (BSI) , Lynch pada tahun1987 memperkenalkan beberapa kegiatan, sebagai
berikut:
Standar Precaution (CDC, 1996) adalah suatu program yang diperkenalkan dengan beberapa kegiatan
sebagai
berikut
• Kewaspadaan baku:
Program diatas menggantikan Universal Precaution & Body substance Isolation, program ini
dikembangkan
- petugas
- pasien infeksi saluran nafas, menggunakan masker saat keluar dari kamar
C. Sarung tangan, digunakan terutama saat: menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine.
Sarung
D. Baju khusus untuk melindungi kulit dan pakaian selama melakukan tindakan untuk cegah percikan
darah,
Pembersihan rutin - bersih dari debu, minyak dankotoran. Perlu diingat 90% kotoran ada kuman.
Harus ada waktu teratur membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai,
G. Selain itu, rumah sakit harus ada penyaring air dan menjaga kebersihan
H. Sterilisasi air di rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
I. Toilet rumah sakit dijaga, terutama di unit perawatan pasien diare Permukaan toilet harus selalu
bersih
dan diberi
- Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
- Efektif
Setiap orang berpotensi menularkan penyakit, oleh karena itu perlu melakukan:
.
Pelindungan Barier yang protektif, dengan Alat Pelindung Diri
• Sarung tangan
• Masker/pelindung mata/muka
• Apron/Celemek
• Alas/penutup kaki
Issue Penting:
- pakai triklosan jangka panjang tidak menyebabkan resisten, dan flora kulit normal masih ada
4. Kulit pecah, seperti luka lecet harus ditutup dengan pembalut tahan air. Bila tak mungkin ditutup,
maka tak
• Perlu dilatih tentang Pencegahan Infeksi dan Pengendalian Infeksi, kegiatan yang paling sederhana
c. Surveilance
5. evaluasi pengendalian
6. antisipasi malpraktek
C. Pendidikan K3
D. Imunisasi
F. Konseling kesehatan
H. Sistem arsip/pencatatan K3
urin rutin
Chest X ray
Penting : pekerja yang baru sembuh sakit, pekerja yang akan dipindah bagian, sebaiknya
C. Pendidikan K3
D. Imunisasi
• Imunisasi sebaiknya dilakukan untuk semua pegawai yang terpajan bahaya potensial biologis
• Perlu ada bagian khusus yang menangani pegawai untuk mendapatkan pelayanan medis, konsultasi
• Fasilitas yang memadai perlu diberikan untuk memberikan pelayanan medis, bedah, psikologi dan
• Prosedur baku perlu diberikan agar pegawai tetap dapat berhubungan dengan dokter keluarga atau
dokter langganannya
• Pengobatan dan pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus dilakukan
F. Konseling Kesehatan
• Program yang terjangkau dan tersedia dalam pelayanan medis, psikologis dan konseling sosial (mis:
• Perlu dibuat sistim rujukan dan evaluasi untuk mengatasi masalah pegawai
• Apabila pelayanan sosial atau psikiatri belum ada, perlu dicari orang yg tertarik dengan hal ini, di latih
sebagai konselor
G. Pengawasan lingkungan dan surveilens
• Sebagai bagian program kesehatan,di bawah langsung individu atau konsultan yang capable dalam
• Individu yang bertanggung jawab untuk kedokteran nuklir dan kegiatan radiologi
H. Sistim pencatatan K3
• setiap pegawai harus punya medical record sendiri, dan ada di unit kesehatan.Catatan tersebut
mencakup catatan pemeriksaan kesehatan , PAK/kecelakaan akibat kerja dan hal-hal yang
• Catatan sebaiknya dibuat berdasarkan dan bulan dan tahun sesuai dengan angka kesakitan dan angka
• Catatan pegawai bersifat rahasia dan hanya orang tertentu yang dapat melihatnya
Komite K3 dan komite pengawasan infeksi harus memasukkan kesehatan pegawai RS dalam
perencanaannya
Anggota dari Program Kesehatan kerja harus berada dalam komite K3 dan juga komite
pengawasan infeksi
• Pencegahan : monitoring lingkungan kerja, penggunaan APD yg sesuai, cara kerja yg benar
• Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan berkala sesuai dengan pajanan yang ada
• Bila sudah ada gejala maka pindahkan pekerja ke tempat yang tidak terpajan
Pencegahan
2. Pekerja : lakukan olah raga yang sesuai (physical Fitness), lakukan pelatihan cara menggunakan bahan
• Sistem tersebut tidak akan terlaksana dalam waktu dekat di tempat yang memiliki sumber daya
terbatas
• Dukungan Manajerial
• Pengendalian Administrasi
• Pengendalian Lingkungan
• Perlindungan Diri
1. Bila mengenai Kulit: Cucilah kulit dengan air dan sabun segera, Jangan
menggunakan bahan pemutih
2. Bila mengenai Mata, hidung dan mulut: maka segeralah bilas dengan air selama 10 menit di lokasi
tersebut
3. Bila Tertusuk jarum atau luka sayat: segeralah cuci dengan air dan sabun di lokasi tersebut, Biarkan
Catatan:- Bila memberi pengobatan profilaksis, harus diberikan dalam 1 – 2 jam sesudah
Terpajan
REFERENCES
1. Kementerian Kesehatan RI. Patient Safety (Keselamatan Pasien di Rumah Sakit). Jakarta 2006
2. Tietjen L, Bossemeyer D, Mc Intosh N, Saifuddin AB, Sumapraja S, Djajadilaga, Santoso IS. Panduan
Pencegahan
Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono
4. Levy and Wegman. Occupational Health : Recognizing and Preventing Work Related Diseases and
Injury.
5. New Kirk William. Selecting a program Philosophy, structure and Medical Director, in Occupational
Health Service
: Practical Strategis Improving Quality & Controlling Costs. American Hospital Publishing, Inc. USA. 1993
6. Yanri Zulmiar, Harjani Sri, Yusuf Muhamad. Himpunan Peraturan Perundangan KEsehatan Kerja. PT
Citratama