Anda di halaman 1dari 42

TUGAS MATA KULIAH RISET KEPERAWATAN

OLEH : MONICA POLUAN

POLTEKKES KEMENKES MANADO


2020
BAB I
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL

A. PENGERTIAN KERANGKA KONSEP


Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga
dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam
kenyataannya, konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda.
Semakin dekat suatu konsep pada realita, maka semakin mudah pula konsep
tersebut diukur dan diartikan.
Misalnya :
Konsep ilmu alam lebih jelas dan konkrit, karena dapat diketahui dengan panca
indera. Sebaliknya, banyak konsep ilmu-ilmu sosial menggambarkan fenomena
sosial yang bersifat abstrak dan tidak dapat segera dimengerti. Seperti konsep
tentang tingkah laku, kecemasan, kenakalan remaja, dsb. Oleh karena itu perlu
kejelasan konsep yang dipakai dalam penelitian.
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan men-generalisasikan
suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus
dijabarkan ke dalam variable-variable. Dari variable itulah konsep dapat diamati
dan diukur.
Contoh :
Ekonomi keluarga adalah suatu konsep, untuk dapat mengukur konsep ekonomi
keluarga dapat melalui variable pendapatan atau pengeluaran keluarga. Status
sosial misalnya, dapat diamati dari variable pekerjan dsb.
Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atas
persoalan yang pelu dirumuskan. Dalam merumuskannya, peneliti harus dapat
menjelaskan sesuai dengan maksud peneliti memakai konsep tersebut. Oleh karena
itu, peneliti harus konsisten dalam memakainya.
Dari uraian pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
pengertian dan peranan dari kerangka konsep dalam suatu penelitian sebagai
berikut.
1.   Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau
variable-variable yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilaksanakan.
2.    Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor
yang dianggap penting untuk masalah. Sehingga kerangka konsep akan membahas
saling ketergantungan antar variable yang dianggap perlu untuk melengkapi
dinamika situasi atau hal-hal yang diteliti. Penyusunan kerangka konsep akan
membantu kita untuk membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu dan
membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang
hanya dapat diamati dan diukur melalui variable. Oleh karena itu, dalam menyusun
sebuah kerangka konsep, peneliti hendaknya memahami variable konsep yang
hendak diukur.
3.   Kerangka konsep juga berperan untuk mengidentifikasi jaringan hubungan antar
variable yang dianggap penting bagi masalah yang sedang diteliti. Dengan
demikian, sangatlah penting untuk memahami apa arti variable dan apa saja jenis
variable yang ada yang berkaitan dengan konsep dari masalah yang diteliti
tersebut.
. B.VARIABEL

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimilikinya oleh


anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu
yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan
oleh satuan penelitian tentangsesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya
umur jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit dan sebagainya.

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabei-variabel dengan yang


lainnya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu terganiung, akibat, terpengaruh
atau variabel dependen, dan bebas, sebab, mempengaruhi atau variabel
independen. Disebut variabel tergantung atau dependen karena variabel ini
dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independen. Misalnya, variabel
jenis pekerjaan (dependen) dipengaruhi oleh variabel pendidikan (independen),
variabel pendapatan (dependen) dipengaruhi oleh variasi pekerjaan
(independen), dan sebagainya.

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yakni:


a) skala nominal, b) skala ordinal, c) skala interval dan d) skala ratio.

1. Skala nominal, adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota


yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari
anggota himpunan yang lain. Misalnya, jenis kelamin dibedakan antara laki-
laki dan perempuan; pekerjaan, dapat dibedakan petani, pegawai, dan
pedagang; suku bangsa, dapat dibedakan antara Jawa, Sunda, Batak, Ambon,
dan sebagainya. Pada skala nominal, kita menghitung banyaknya subjek dari
setiap kategori gejala, misalnya jumlah wanita dan pria. masing-masing
sekian orang, jumlah pegawai dan bukan pegawai sekian orang, dan
sebagainva. Masing-masing anggota himpunan tersebut tidak ada perbedaan
nilai.

2. Skala ordinal, adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking,


urutan, pangkat, atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak
hanya dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan
yang lain, tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil.
Misalnya, variabel pendidikan dikategorikan SD, SLP, dan SLTA, variabel
pendapatan dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah, variabel umur
dikategorikan anak-anak, muda, dan tua, dan sebagainya.

3. Skala interval, seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat
memberikan nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan.
Kelebihan dari skala ini adalah bahwa jarak nomor yang sama menunjukkan
juga jarak yang sama dari sifat yang diukur.

Contoh: 

Interval a sampai d adalah 4 – 1 = 3 interval d dan c adalah 5 – 4 = 1. Dalam


hal ini tiap anggota dalam kelas mempunyai persamaan nilai interval. Contoh
lain adalah tentang skala pengukuran suhu dengan Fahrenheit dan Celsius, di
mana masing-masing mempunyai aturan skala yang berbeda letak dan
jaraknya, meskipun masing-masing memulainya dari nol. Contoh lain lagi
adalah skala waktu tahun Masehi dan tahun Hijriah, meskipun masmg-masing
memulai dari bilangan 1.

4. Skala ratio, adalah variabel yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih
besar atau lebih kecil. Variabel seperti panjang berat dan angka agregasi
adalah variabel rasio. Misalnya, apabila sekarang beras beratnya 1 kuintal.
maka 5 karung beras beratnva 5 kuintal.
BAB II
HIPOTESIS & DEFINISI OPERASIONAL
A.Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam perencanaan penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari suatu
penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi hipotesis di dalam suatu penelitianr
berarti jawaban sementara penelitian, patokan juga, atau dalil sementara yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. melalui pembuktian dari
hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak.
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji
rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil akhir
penelitian ini disebut juga kesimpulan penelitian, generalisasi atau dalil yang
berlaku umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan
tingkatan sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis
statistik. Hasil pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering
disebut thesis.
Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan
masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang
lain dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara
berbagai fakta.
Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka penelitian
diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data.
Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai berikut:
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
diteliti (diamati).
Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara
dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari
pelaksanaan penelitian. Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis dapat
dilakukan antara lain dengan:
Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di
lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta
ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian
fakta yang diperoleh.
Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari
sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi
tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.
Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya
dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai
generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel.
Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan hipotesis.
Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang
ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar membuat
kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan
hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil
serta Problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran
yang logis dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
C. Bentuk Rumusan Hipotesis
Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris.
Biasanya hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel
penyebapnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel
akibat atau variabel terpengaruh.
Contoh sederhana : Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di
dalam contoh ini merokok adalah variabel yaitu variabel independen
(penyebabnya), sedangkan kanker paru-paru merupaksn variabel dependen atau
akibatnya.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan sementara
atau jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus mempunyai
landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak mempunyai
landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-ciri suatu
hipotesis antara lain sebagai berikut:
Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam
bentuk kalimat tanya.
Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa
hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang
atau akan diteliti.
Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-
bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit
mencapai hasil yang objektif
Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan
perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang akan
digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila suatu teknik
tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan hipotesis yang
dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
D. Jenis-Jenis Rumusan Hipotesis
Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:
1. Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang
peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga
disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka……..
Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi,
maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah
tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian
bayi di daerah tersebul tinggi.
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan
masyarakat di negara tersebut rendah pula.
d. dan lain-lain.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal
tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan
hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat
memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk
kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di
atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah.
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak
adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai
suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua
variabel, disebut hipotesis alternatif.
Contoh sederhana : hipotesis nol
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara
penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI
pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu
bayi.
c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk
yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang
menggunakan air minum dari sumur.
d. dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan
adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan
status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan
dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol, maka
disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama,
atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika
akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan
sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis
alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol
dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya
menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y) sedangkan hipotesis alternatif
menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis
yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor,
hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari
hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab
dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji
hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya
penyakit menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni
variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular).
Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup
penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya.
Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat
menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat
dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi
lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi
lingkungan
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d. dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna
korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut,
maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang positif
antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2 variabel
alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan antara dua
variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktek
pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi menjadi : Makin tinggi
pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan
hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara
dua variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda
dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih
dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi
bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.

B.    DEFINISI OPERASIONAL
Dalam penelitian perlu memberi definisi, sehingga peneliti dan pembaca tidak
mengaitkan pikiranya dengan hal lain. Tipe-tipe definisi :
1.   Definisi konsepsi (definisi konstitutif), adalah definisi yang diperoleh dari kamus.
Adalah definisi akademik dan mengandung pengertian yang universal untuk suatu
kata atau kelompok kata. Definisi ini biasanya bersifat abstrak dan formal.
2.  Definisi operasional (definisi fungsional). Kerlinger memberikan dua bentuk
definisi operasional, yaitu definisi operasional yang dapat diukur dan definisi
operasional eksperimental. Definisi operasional yang dapat diukur menyatakan
suatu konsep yang dapat diukur dalam penyelidikan. Definisi operasional
eksperimental peneliti menguraikan secara rinci variabel-variabel yang diteliti.
Definisi operasional adalah mendefenisikan suatu variabel yang akan diamati
dalam proses dengan mana variabel itu akan diukur (L.N. Jewel dan Marc Siegal,
1998).
Defenisi operasional tak lain dari pada mengubah konsep-konsep yang berupa
konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diamati, dan dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Young
dalam Mely G. Tan dalam Koentrjaraningrat, 1991).
Definisi operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk
menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun definisi operasional sebuah
variabel adalah:
1.      Nama variabel
2.      Definisi verbal variabel
3.      Pa rameter
4.      Alat ukur (instrumen)
5.      Skala
6.      Kriteria
Agar variabel dapat diamati dan diukur, maka setiap konsep yang ada dalam
permasalahan atau yang ada dalam hipotesis harus disusun Definisi Operasional.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk menentukan
alat atau instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan
definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti
harus membuat definisi nominal terlebih dahulu atau menentukan variabel
penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian seharusnya secara eksplisit
telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran. Definisi nominal dapat diangkat dari
berbagai pendapat para ahli yang memang banyak membicarakan, menulis tentang
variabel yang ditelitinya.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel
yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian
yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-
hal yang dianggap penting. Definisi operasional tidak sama dengan definisi teoritis.
Definisi operasional hanya berlaku pada area penelitian yang sedang dilakukan,
sedangkan definisi teoritis diambil dari buku-buku literatur dan berlaku umum.
Definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau
memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi batasan atau arti suatu
variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel tersebut. Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi
yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-
kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat
diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young, dikutip oleh
Koentjarangningrat). Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata
“dapat diobservasi”. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap
suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama,
yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut Tipe
A, Tipe B dan Tipe C.
1.      Definisi Operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi
nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat
membuat gejala menjadi nyata. Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan
yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana
masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama,  tetapi hanya satu orang yang
akan dapat mencapainya.
2.      Definisi Operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek
tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang
dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan
nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3.      Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa
obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik-karakteristik statisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan
sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing,
kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung
secara cepat (Jonathan Sarwono, 2002).
BAB III

JENIS-JENIS & DESAIN PENELITIAN

1. Definisi Penelitian

“Research is a systematic attempt to provide answers to questions. Such


answer may be abstract and general as is often the case in basic research or they
may be highly concrete and specific as is often the case in applied research”.
(Tuckman 1978:1)

Berdasarkan definisi di atas secara sederhana dapat dikatakan bahwa


penelitian merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab masalah yang
sedang diteliti. Kata sistematis merupakan kata kunci yang berkaitan dengan
metode ilmiah yang berarti adanya prosedur yang ditandai dengan keteraturan dan
ketuntasan.

A. Jenis Jenis Penelitian

TIGA JENIS RANCANGAN

Ada tiga jenis penelitian yang akan disajikan: penelitian kualitatif,


kuantitatif, dan metode campuran. Pada hakikatnya, tiga pendekatan ini tidaklah
terpisah satu sama lain seperti ketika pertama kali muncul. Pendekatan kualitatif
dan kuantitatif seharusnya tidak dipandang sebagai antitesi atau dikotomi yang
saling bertentangan; keduanya hanya mempresentasikan hasil akhir yang berbeda,
namun tetap dalam satu continuum (Newman & Benz, Lggs). Suatu penelitian
hanya akan lebih kualitatif ketimbang kuantitatif, atau sebaliknya. Adapaun
metode campuran berada di tengah continuum tersebut karena penelitian ini
melibatkan unsur-unsur dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sering kali dijelaskan


berdasarkan bentuk-bentuknya yang menggunakan kata-kata (kualitatif) dan yang
menggunakan angka-angka (kuantitatif), atau berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
yang tertutup (hipotesis kuantitatif) dan yang terbuka (hipotesis kualitatif).
Padahal, gradasi perbedaan antar keduanya sebenarnya terletak pada asumsi
filosofis dasar yang dibawa oleh peneliti sepanjang penelitiannya (seperti, strategi
eksperimen kuantitatif atau strategi lapangan kualitatif) , dari metode-metode
spesifik yang akan diterapkan peneliti untuk melaksanakan strategi-strategi ini
(seperti, pengumpulan data secara kuantitatif dalam bentuk instrumen versus
Pengumpulan data secara kualitatif melalui observasi lapangan).

Lagi pula, ada perkembangan historis yang dapat membedakan kedua


pendekatan tersebut. Misalnya saja, pendekatan kuantitatif banyak mendominasi
bentuk-bentuk penelitian dalam ilmu-ilmu social sejak awal abad XIX hingga
pertengahan abad XX. Namun, sejak awal pertengahan abad XX, muncul minat
yang tinggi terhadap penelitian kualitatif dan bersamaan dengan itu berkembang
pula penelitian metode campuran (lihat Creswell, 2008, untuk sejarah yang lebih
lengkap). Latar belakang historis ini setidak-tidaknya dapat dijadikan salah satu
landasan untuk mencari defenisi “rigid” atas tiga istilah kunci tersebut, yang untuk
selanjutnya akan digunakan dalam buku ini :

 Penlitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan


memahami makna yang –oleh sejumlah individu atau sekelompok orang –
dianggap berasal dari masalah social atau kemanusiaan. Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya –upaya penting sepeti mengajukan
pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari
para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang
khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. Laporan
akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.
Siapapun yang terlibat dalam penelitian ini harus menerapkan cara pandang
penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan
menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (diadaptasi dar Creswell,
2007)
 Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori
tertentu denga cara meneliti hubungan antarvariabel. Variable-variabel ini
diukur -biasanya dengan instrument penelitian –sehingga data yang terdiri
dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik.
Laporan akhir untuk peneltian ini pada umumnya memiliki struktur yang
ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan (Creswell, 2008).
Seperti halnya para peneliti kualitatif, siapapun yang terlibat dalam
penelitian kuantitatif juga perlu memiliki asumsi-asumsi untuk menguji teori
secara dedukti, mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan-
penjelasan alternatif, dan mampu menggeneralisasikan dna menerapkan
kembali penemuan-penemuannya.
 Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengombinasikan atau menasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk
kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi
pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan pencampuran (mixing)
kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih
kompleks dari sekadar mengumpulkan data dan menganalisis dua jenis data;
ia juga melibatkan fungsi dari pendekatan penelitian tersebut secara kolektif
sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang
penelitian kualitatif dan kuantitatif ( Creswell & Plano Clark, 2007)

Strategi-Strategi Penelitian

Para peneliti hendaknya jangan hanya memilih penelitian kualitatif,


kuantitatif, atau metode campuran untuk diterapkan; mereka juga harus
menentukan jenis penelitian dalam tiga pilihan tersebut. Strategi-strategi penelitian
merupakan jenis-jenis rancangan peneIitian kualitatif, kuantitatif, dan metode
campuran yang menetapkan prosedur-prosedur khusus dalam penelitian. Beberapa
orang menyebut strategi penelitian dengan istilah pendekatan peneiitian (Creswell,
2007) atau metodologi penelitian (Mertens, 1998).

Strategi-strategi yang tersedia bagi peneliti sebenamya sudah muncul


bertahun-tahun lalu saat teknologi komputer telah mempercepat aktivitas kita
dalam menganalisis data-data yang rurnit. Strategi-strategi tersebut hadir ketika
manusia sudah mampu mengartikulasikan prosedur-prosedur baru dalam
melakukan penelitian ilmu sosial. Pilihlah salah satu dari strategi-strategi
penelitian yang sering kali digunakan dalam ilmu sosial, seperti yang akan saya
jelaskan dalam Bab 8, 9, dan10.
Di sini, saya hanya akan memperkenalkan strategi-strategi ini yang nantinya
akan dijelaskan lebih rinci –lengkap dengan contoh-contohnya— di sepanjang
buku ini. Ringkasan strategi-strategi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.2.

Kuantitatif Kualitatif Metode Campuran


Rancangan-rancangan
Penelitian naratif Sekuensial
eksperimen
Rancangan-racangan
non-eksperimen seperti Fenomenologi Konkuren
metode survei
Etnografi Transformatif
Grounded theory
Studi kasus

Strategi-strategi Kuantitatif

Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi-strategi penelitian yang
berkaitan dengan rancangan kuantitatif selalu meIibatkan pandangan-dunia post-
positivis. Strategi-strategi ini meliputi eksperimeh-eksperimen nyata, eksperimen-
eksperimen yang kurang rigid yang sering disebut dengan kuasi-eksperimen dan
penelitian korelasional (Campbell & Stanley, 1963), dan eksperimen-eksperimen
single-subject (Cooper, Heron, & Heward, 1987; Neuman & McCormick,1995).

Namun, dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-


eksperimen yang lebih kompleks dengan semua variabei dan treatment-nya (seperti
rancangan faktorial dan rancangan repeated measure).Strategi-strategi kuantitatif
juga meliputi model-model persamaan struktural yang sedikit rumit, yang biasanya
menyertakan metode-metode kausalitas dan identifikasi kekuatan variabel-variabel
ganda.Dalam buku ini, saya hanya fokus pada dua strategi penelitian kuantitatif,
yakni survei dan eksperimen.
 Penelitian survei berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan,
sikap, atau opini dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel
dari populasi tersebut. Penelitian ini meliputi studi-studi cross-sectional dan
longitudinal yang menggunakan kuesioner atau wawancara terencana dalam
pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi populasi
berdasarkan sampel yang sudah ditentukan (Babbie, 1990).
 Penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment
memengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara
menerapkan treatment tertentu pada satu kelompok (sering disebut
kelompok treatment, penj.) dan tidak menerapkannya pada kelompok yang
lain (sering disebut kelompok kontrol, Penj.), Ialu menentukan bagaimana
dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini mencakup
eksperimen-aktual dengan penugasan acak (random assignmenf) atas subjek-
subjek yang di-treatment dalam kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi-
eksperimen dengan prosedur-prosedur non-acak (Keepel 1991). Termasuk
dalam kuasi-eksperimen adalah rancangan single-subiect.

Strategi-Strategi Kualitatif

Untuk penelitian kualitatif, strategi-strateginya sudah mulai bermunculan


sepanjang tahun 1990-an dan memasuki abad XX. Tidak sedikit buku yang telah
membahas strategi kualitatif ini (seperti 19 strategi yang diperkenalkan oleh
Wolcott, 2001).Bahkan, pendekatan-pendekatan di dalam penelitian kualitatif
tertentu sudah memiliki prosedur-prosedur yang lengkap dan jelas. Misalnya,
Clandinin dan Connelly (2000) telah membuat deskripsi komprehensif tentang apa
yang harus dilakukan oleh seorang peneliti naratif. Moustakas (1994) juga telah
membahas doktrin-doktrin filosofis dan prosedur-prosedur dalam metode
fenomenologi, sedangkan Strauss dan Corbin (1990,1998) memperkenalkan
prosedur-prosedur untuk peneliti grounded theory. Wolcott (1999) menjabarkan
prosedur-prosedur etnografis, dan Stake (1995) merekomendasikan sejumlah
proses yang harus dilakukan dalam penelitian studi kasus.
Dalam buku ini, saya sudah menyajikan ilustrasi-ilustrasi berdasarkan strategi-
strategi di atas, sekaligus memperkenalkan bahwa pendekatan-pendekatan seperti
penelitian partisipatoris (Kemmis & Wilkinson, 1998), analisis wacana
(Cheek,2004), dan pendekatan-pendekatan lain yang tidak disebutkan (lihat
Creswell, 2007b) juga dapat menjadi cara-cara yang memadai di dalam melakukan
penelitian kualitatif:
 Etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang di
dalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan
yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam dalam
pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara (creswell,
2007b). Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai
kondisi dalam merespons kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di
lapangan (LeCompte & Schensul, 1999).
 Grounded theory nterupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti
"memproduksi" teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau
interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan.
Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap
pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang
diperoleh (Charmaz, 2006; Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Rancangan ini
memiliki dua karakteristik utama, yaitu: (1) perbandingan yang konstan
antara data dan kategori-kategori yang muncul dan (2) pengambilan contoh
secara teoretis (teoretical sampling) atas kelompok-kelompok yang berbeda
untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi.
 Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti
menyeliki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
 Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti
mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena
tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan
filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-
prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan
terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan
pola-pola dan relasi-relasi makna (Moustakas, 1994). Dalam Proses ini,
peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman
pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-pengalaman partisipan
yang ia teiiti (Nieswiadomy,1993).
 Naratif merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti
menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta seorang atau
sekolompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini
kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir
tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif
pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-
pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin &
Connelly,2000).

a. Klasifikasi Penelitian Menurut Tujuan

Berdasarkan tujuannya, penelitian dibedakan menjadi penelitian dasar dan


penelitian terapan ( lihat misalnya : Sekarang, 2000 : 6-9; Zikmund, 2000: 6-7).
Penelitian dasar, sering disebut sebagai penelitian murni atau basic riset merupakan
penelitian yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian semacam ini
memang tidak secara langsung bertujuan memecahkan suatu masalah. Karena itu
penelitian dasar biasanya dilakukan untuk menguji kebenaran teori tertentu, atau
mengetahui konsep tertentu secara lebih mendalam.

Penelitian terapan sering disebut sebagai applied research, merupakan


penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan permasalahan
tertentu. Ada tiga macam contoh dari penelitian terapan, yaitu :

1. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi atau evaluation research adalah penelitian yang
diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan
keputusan tentang nilai relative dari dua atau lebih alternative tindakan.
Penelitian evaluasi, dalam hubungannya dengan penelitian terapan,
merupakan proses pengumpulan dan analisis secara sistematis yang
bertujuan untuk membuat keputusan tertentu.
2. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk
tersebut mempunyai kualitas yang lebih tinggi. Tujuan utama dari penelitian
dan pengembangan bukan untuk formulasi dan uji hipotesis , melainkan
untuk mendapatkan produk baru atau proses baru. Melalui penelitian dan
pengembangan produk , perusahaan akan menghasilkan produk baru dengan
kualitas yang lebih tinggi, sehingga akan lebih memenuhi selera konsumen.
Sehubungan dengan penelitian dan pengembangan produk, perusahaan dapat
menerapkan pengendalian kualitas total yang prinsip utamanya adalah
kaizen atau selalu mengadakan perbaikan secara continiu.
3. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang dilakukan untuk
segera dipergunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah yang ada.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memecahkan persoalan bisnis dan
ekonomi melalui aplikasi metode ilmiah. Pemecahan masalah akan dititik
beratkan kepada masalah local yang sedang dihadapi. Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah memecahkan masalah, bukan membuat
kontribusi kepada ilmu pengetahuan.

b. Klasifikasi Penelitian Menurut Metode

Berdasarkan metode penelitian yang dilakukan, penelitian dapat di klasifikasi


menjadi penelitian :

Penelitian Historis

Penelitian historis meliputi kegiatan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan


keadaan yang telah lalu. Tujuan penelitian historis adalah sampai dengan suatu
kesimpulan mengenai sebab sebab, dampak atau perkembangan dari kejadian yang
telah lalu yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan kejadian sekarang dan
mengantisipasi kejadian yang akan datang. Peneliti historis pada umumnya tidak
dapat mengumpulkan data kejadian yang telah ada. Sumber Data yang
dipergunakan dapat bersumber dari data primer maupun sekunder. Contoh sumber
data primer adalah laporan saksi mata dan dokumen original. Sumber ata sekunder
misalnya deskripsi yang disusun orang lain namun bukan saksi mata.

Evaluasi data historis meliputi kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal
berhubungan dengan keotentikan data, sementara kritik internal berhubungan
dengan nilai dari data tersebut. Nilai data ditentukan oleh tingkat akurasi dan
reliabilitas serta dukungannya kepada hipotesis. Contoh penelitian historis adalah :

“perkembangan industri kecil selama sepuluh tahun terakhir”

Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif meliputi pengumplan data untuk diuji hipotesis atau


menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang
paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penelitian sikap atau pendapat
terhadap indiidu, organisasi, keadaan, atau prosedur.

Contoh dari penelitian ini antara lain survei pasar. Data deskriptif pada
umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara,
ataupun observasi. Desain formal diperlukan untuk meyakinkan bahwa deskripsi
mencakup semua tahapan yang diinginkan. Desain ini juga diperlukan untuk
mencegah dikumpulkannya data yang tidak perlu.

Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan


antara asosiasi antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada
diatara variabel yang diteliti. yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep
yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai. Hal yang perlu diperhatikan
bahwa penelitian korelasi tidak menjelaskan sebab akibat, melainkan hanya
menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara variabel yang diteliti. Kalau
didalam suatu penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara biaya penjualan dengan jumlah penjualan, belum diketahui hubungan
kausalitasnya.

Sebagai contoh : Apakah biaya penualan yang mempengaruhi penjualan,


ataukah sebaliknya. beberapa contoh penelitian korelasional adalah

 Hubungan antara produktivitas dan struktur tugas.


 Hubungan antara kekhawatiran dan ketelitian.

Penelitian Kausal Komparatif dan Eksperimental


Berbeda dengan korelasi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, studi kausalitas juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel bebas dengan variabel variabel terikat. dengan kata lain, studi kausalitas
mempertanyakan masalah sebab-akibat. analisis kausalitas dibedakan menjadi:

1. Kausalitas satu arah


 X Y, artinya X menyebabkan Y
 Y X artinya Y menyebabkan X
2. Kausalitas dua arah artinya ada hubungan simultan antara Y dan X karena Y
menyebabkan X dan X menyebaban Y.

Kendati penelitian kausal komparatif dan eksperimental merupakan dua macam


penelitian yang berbeda, namun keduanya memiliki beberapa persamaan. Kedua
metode penelitian ini berusaha untuk melihat adanya hubungan sebab akibat, juga
meliputi perbandingan antara grup.

Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa dalam penelitian


experimental, pertanyaan “sebab” dikendalikan, sedang dalam penelitian kausal
komparatif tidak. dalam penelitian eksperimental. Dalam penelitian eksperimental,
aktivitas atau karakteristik yang dipercaya menyebabkan perubahan disebut
sebagai variabel bebas, sedangkan perubahan atau akibat yang diperhitungkan
terjadi atau tidak terjadi disebut sebagai variabel terikat, artinya terikat kepada
variabel bebas. Jadi penelitian ini merupakan studi yang menyelidiki hubungan
sebab-akibat, menyeidiki akibat yang ditimbulkan oleh variabel bebas kepada
variabel terikat.
B.DESAIN PENELITIAN

Apa yang dimaksud dengan menyusun desain penelitian? Desain penelitian


khususnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan
alat dalam penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam menentukan
berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan. Desain penelitian
bagaikan alat penuntun bagipeneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen
pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya. Tanpa desain
yang baik maka penelitian yang dilakukan tidak akan mempunyai validitas yang
tinggi.

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain
penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang
menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar
dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar
seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang
bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari
sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan.
Kesalahan-kesalahan tersebut ialah:

a. Kesalahan Dalam Perencanaan

Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan


dalam menyusun desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi.
Kesalahan ini dapat terjadi pula bila peneliti salah dalam merumuskan masalah.
Kesalahan dalam merumuskan masalah akan menghasilkan infromasi yang
tidakdapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara
mengatasi kesalahan ini ialah mengembangkan proposal yang baik dan benar yang
secara jelas menspesifikasikan metode dan nilai tambah penelitian yang akan
dijalankan.

b. Kesalahan Dalam Pengumpulan Data

Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan


kesalahan dalam proses pengumpulan data di lapangan. Kesalahan ini dapat
memperbesar tingkat kesalahan yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang
tidak matang. Untuk menghindari hal tersebut data yang dikoleksi harus
merupakan representasi dari populasi yang sedang diteliti dan metode
pengumpulan datanya harus dapat menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi
kesalahan ini ialah kehati-hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain
penelitian yang sudah dirancang dalam proposal.

c. Kesalahan Dalam Melakukan Analisis

Kesalahan dalam melakukan analisis dapat terjadi pada saat peneliti salah
dalam memilih cara menganalisis data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula
adanya kesalahan dalam memilih teknik analisis yang sesuai dengan masalah dan
data yang tersedia. Cara mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi
proseduranalisis yang digunakan untuk menyimpulkan dan memanipulasidata.

d. Kesalahan Dalam Pelaporan

Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam


menginterprestasikan hasil-hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada saat
memberikan makna hubungan-hubungan dan angka-angka yang diidentifikasi dari
tahap analisis data. Cara mengatasi kesalahan ini ialah hasil analisis data diperiksa
oleh orang-orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil penelitian
tersebut.
Desain riset exploratori digunakan untuk riset awal yang berfungsi untuk
menjelaskan dan mendefinisikan suatu masalah. Riset bersifat awal tidak untuk
mencari kesimpulan akhir. Yang termasuk dalam kategori ini ialah survei yang
dilakukan oleh ahli, studi kasus, analisis data sekunder dan riset yang
menggunakan pendekatan kualitatif.

Desain riset konklusif digunakan untuk riset deskriptif dan riset eksperimental.
Riset deskriptif berfungsi untuk menggambarkan karakteristik/gejala/fungsi suatu
populasi. Metode yang digunakan biasanya survei dan observasi. Riset deskriptif
mempunyai karakteristik hipotesis, desain terstruktur dan tidak fleksibel,
mengutamakan akurasi dan pemahaman masalah sebelumnya. Riset kausal
digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel-variabel
yang berfungsi sebagai penyebab (variabel bebas) dan variabel mana berfungsi
sebagai variabel akibat (variabel tergantung).

Secara garis besar dalam aliran kuantitatif yang bersifat konklusif ada dua
macam tipe desain, yaitu: Desain Ex Post Facto dan Desain Eskperimental.
Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak
terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat adanya
manipulasi variabel bebas.

Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan
deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat
dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain ex post facto
menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada tataran permukaan,
sedangkan desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang
lebih mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang
lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama ialah studi lapangan dan
survei. Sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di lapangan
(field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratoryexperiment)

1. Desain Ex post Facto

a. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan desain penelitian yang mengkombinasikan antara


pencarian literature (literature study), survei berdasarkan pengalaman dan/atau
studi kasus dimana peneliti berusaha mengidentifikasi variabel-variabel penting
dan hubungan antar variabel tersebut dalam suatu situasi permasalahan tertentu.
Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian lebih lanjut dan
mendalam.

b. Survei

Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner. Survei memerlukan


populasi yasng besar jika peneliti menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi
nyata. Semakin sampelnya besar, survei semakin memberikan hasil yang lebih
akurat. Dengan survei seorang peneliti dapat mengungkap masalah yang banyak,
meski hanya sebatas dipermukaan. Sekalipun demikian, survei bermanfaat jika
peneliti menginginkan informasi yang banyak dan beraneka ragam. Metode survei
sangat popular karena banyak digunakan dalam penelitian bisnis. Keunggulan
survei yang lain ialah mudah melaksanakan dan dapat dilakukan secara cepat.

2. Desain Eksperimental

a. Eksperimen Lapangan

Desain eksperimen lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan


menggunakan latar yang realistis dimana peneliti melakukan campur tangan dan
melakukan manipulasi terhadap variabel bebas.

b. Eksperimen Laboratorium

Desain eksperimen laboratorium menggunakan latar tiruan dalam melakukan


penelitiannya. Dengan menggunakan desain ini, peneliti melakukan campur tangan
dan manipulasi variabel-variabel bebas serta memungkinkan peneliti melakukan
kontrol terhadap aspek-aspek kesalahan utama.

Desain Penelitian dalam Merencanakan Penelitian

Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian
hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja.

Dalam merencanakan penelitian, desain dimulai dengan mengadakan


penyelidikan dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan
diketahui, dalam memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab
bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk
memecahkan suatu masalah. Dari sini pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang
desain yang akan dibuat untuk penelitian yang akan dikembangkan. Pemilihan
desain biasanya dimulai ketika seseorang peneliti sudah memulai merumuskan
hipotesis-hipotesisnya. Akan tetapi, aspek yang paling penting adalah berkenaan
dengan apakah suatu hipotesis yang khas diterjemahkan ke dalam fenomena-
fenomena yang diamati dan apakah metode penelitian yang akan dipilih akan dapat
menjamin diperolehnya data yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.

Desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun


pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan
teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data, kemudian membuat coding,
editing, dan memproses data yang dikumpulkan, dalam pelaksanaan penelitian,
termasuk juga proses analisis data serta membuat pelaporan. Oleh Suchman
(1967), desain dalam pelaksanaan penelitian dibagi atas :

 Desain sampel
Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat
tergantung dari pandangan efisiensi. Dalam desain sampling ini termasuk :
 Mendefinisikan populasi,
 Menentukan besarnya sampel, dan
 Menentukan sampel yang representative.
Definisi dari sampling sangat bergantung dari hipotesis. Dalam menentukan
besar sampel, pemilihannya perlu dihubungkan dengan tujuan penelitian
serta banyaknya variable yang ingin dikumpulkan.
 Desain alat (instrument)
Yang dimaksud dengan alat di sini adalah alat untuk mengumpulkan data.
Walau metode penelitian apa saja yang digunakan, masalah desain terhadap
alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan sekali dalam pengujian
hipotesis. Alat yang digunakan dapat saja sangat berstruktur, kurang
berstruktur seperti interview guide ataupun outline biasa di dalam mencatat
pengamatan langsung.
 Desain administrasi,
 Desain analisis
Secara ideal desain analisis sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum
pengumpulan data dimulai. Jika desain dalam memformulasikan hipotesis
sudah cukup baik, maka desain analisis secara parallel dapat dikembangkan
dari desain merumuskan hipotesis tersebut. Hipotesis tersebut dianggap baik
jika ia konsisten dengan analisis yang akan dibuat.
Dalam desain hipotesis, juga harus sudah dispesifikasikan hubungan-
hubungan dasar yang akan dianalisis. Dalam analisis hubungan-hubungan
antara variabel bebas dan variabel dependen, maka variabel lain yang
mempengaruhi kedua variabel di atas perlu juga dianalisis.

Jenis-jenis Desain Penelitian

Pengelompokkan desain percobaan yang menyeluruh belum dapat dibuat


dewasa ini, karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis desain penelitian
sesuai dengan kondisi dari ilmuwan sendiri, yaitu: percobaan dengan control, studi,
survey, investigasi, dan penelitian tindakan. Sedangkan Barnes (1964) membagi
desain penelitian atas:

 Studi “sebelum-sesudah” dengan kelompok kontrol,


 Studi “sesudah saja” dengan kelompok kontrol
 Studi “sebelum-sesudah” dengan satu kelompok
 Studi “sesudah saja” tanpa control, dan
 Percobaan ex post facto

Sedangkan Sellitz, et. Al., (1964) membagi desain penelitian atas tiga, yaitu:

 Desain untuk studi eksploratif dan formulatif


 Desain untuk studi deskriptif, dan
 Desain untuk studi menguji hipotesis kausal

Shah (1972) mencoba membagi desain penelitian atas 6 jenis, yaitu:

 Desain untuk penelitian yang ada control


 Desain untuk studi deskriptif dan analitis
 Desain untuk studi lapangan
 Desain untuk studi dengan dimensi waktu
 Desain untuk studi evaluative-nonevaluatif, dan
 Desain dengan menggunakan data primer atau sumber data sekunder.

1. Desain penelitian yang ada kontrol


Desain penelitian ini adalah desain percobaan atau desain bukan percobaan.
Kedua desain tersebut mempunyai kontrol. Dalam percobaan, si peneliti
mengadakan manipulasi terhadap beberapa variable atau faktor yang
merupakan fenomena yang menyebabkan munculnya hasil yang sedang diteliti.
Desain percobaan ini biasanya dipakai untuk meneliti fenomena natura.

2. Desain penelitian deskriptif-analitis


Penelitian yang noneksperimental dapat dibagi atas penelitian deskriptif dan
penelitian analitis. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta
dengan interprestasi yang tepat. Dalam desain studi deskriptif ini, termasuk
desain untuk studi formulatif dan eksploratif yang berkehendak hanya untuk
mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi
deskriptif juga termasuk:

a) Studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena,


kelompok atau individu; dan
b) Studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk
meminimisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas.
Di samping penelitian deskriptif, terdapat juga desain untuk penelitian
analitis. Walaupun sangat kecil perbedaan antara studi deskriptif dan analitis,
tetapi pada studi analitis, analisis ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis
dan mengadakan interprestasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan.
Berbeda dengan penelitian eksperimen, pada desain penelitian analitis inim
analisis dikerjakan berdasarkan data ex post facto. Desain studi analisis lebih
banyak dibatasi oleh keperluan-keperluan pengukuran-pengukuran, dan
menghendaki suatu desain yang menggunakan model seperti pada desain
percobaan.

Sesuai dengan metode penelitian, maka desain deskriptif dan analisis dapat
dibagi opula atas tiga, yaitu: desain studi historis, desain studi kasus, dan desain
survey. Seperti sudah dijelaskan, metode penelitian sejarah mencakup empat
aspek, yaitu: mencari material historis, menguji secara kritis asal dan keaslian
sumber sejarah, serta validitas dari isi sumber tersebut memberikan interpretasi
dan pengelompokan dari fakta-fakta, serta hubungannya dengan formulasi serta
melukiskan hasil penemuan. (Gee,1950)

3. Desain penelitian lapangan atau bukan


Desain percobaan dapat dilihat dari sudut apakah penelitian tersebut
merupakan settingdengan menggunakan lapangan atau tidak. Desain penelitian
sejarah, misalnya kurang menggunakan penelitian lapangan, karena banyak
kerja penelitian dilakukan untuk mencari dokumen-dokumen di museum,
perpustakaan dan sebagainya. Sebaliknya, desain untuk penelitian percobaan
lebih banyak dilakukan di lapangan. Keadaan serta tingkat control yang dapat
dilakukan juga dipengaruhi oleh ada-tidaknya kerja lapangan dalam penelitian.

4. Desain penelitian dalam hubungan dengan waktu


Dalam hubungannya dengan waktu serta pengulangan penelitian, maka kita
lihat bahwa penelitian percobaan dan penelitian dengan menggunakan metode
sejarah memakai desain di mana penyelidikan dilakukan dalam suatu interval
waktu tertentu. Akan tetapi, dalam desain survey, masalah waktu yang
digunakan dalam mengumpulkan data perlu sekali diperhatikan. Jika data
dikumpulkan dengan cara cross section, maka penelitian dinamakan one time
cross sectional study. Akan tetapi, jika data dikumpulkan untuk suatu periode
tertentu, dan responden yang digunakan pada periode lain adalah kelompok
yang tidak serupa dengan kelompok pada pengumpulan data pertama, maka
desain tersebut dinamakan desain studi panel. Jika data dikumpulkan pada lebih
dari dua titik waktu dengan menggunakan kelompok responden yang sama,
maka desain studi dinamakan studi longitudinal.

5. Desain dengan tujuan evaluatif atau bukan


Dalam suatu horizon penelitian, maka dapat dipikirkan suatu penelituan
yang melulu dengan tujuan mengumpulkan pengetahuan atau penelitian dasar,
dan pada ujung horizon lain adanya penelitian tindakan yang bertujuan terapan
yang hasilnya dengan segera diperlukan untuk merumuskan kebijakan.
Kemudian terdapat pula suatu penelitian yang dinamakan penelitian evaluatif,
yang merupakan penelitian yang berhubungan keputusan administrative
terhadap aplikasi hasil penelitian. Suchman (1967), member definisi penelitian
evaluatif sebagai penentuan (apakah berdasarkan opini, catatan, data subjejtif,
atau objektif) hasil (apakah baik atau tidak baik, sementara atau permanen,
segera maupun ditunda) yang diperoleh dengan beberapa kegiatan (suatu
program, sebagian dari program dan sebagainya) yang dibuat untuk
memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau performance.

6. Desain penelitian dengan data primer/sekunder


Sebagian besar dari tujuan desain penelitian adalah untuk memperoleh data
yang relevan, dapat dipercaya, dan valid. Dalam mengumpulkan data, maka si
peneliti dapat bekerja sendiri untuk mengumpulkan data atau menggunakan
data orang lain. Jika data primer yang diinginkan, maka si peneliti dapat
menggunakan teknik dan alat untuk mengumpulkan data seperti observasi
langsung, menggunakan informasn, menggunakan questionair, schedule atau
interview guide, dan sebagainya.

Jika data yang diinginkan adalah data primer, maka desain yang dibuat harus
menjamin pengumpulan data yang efisien dengan alat dan teknik serta karakteristik
dari responden. Jika peneliti ingin menggunakan data sekunder, maka si peneliti
harus mengadakan evaluasi terhadap sumber, keadaan data sekundernyam dan juga
si peneliti harus menerima limitasi-limitasi dari data tersebut. Hal ini lebih-lebih
diperlukan jika diinginkan untuk memperoleh data mengenai masa yang lampau.

DESAIN SPESIFIK EX POST FACTO DANEKSPERIMENTAL


Sebelum membicarakan desain spesifik Ex Post facto dan eksperimental,
sistem notasi yang digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi
tersebut adalah sebagai berikut:

X: Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji


terhadap suatu perlakuan eksperimental pada variabel bebas yang kemudian efek
pada variabel tergantungnya akan diukur.

O: menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variabel


tergantung yang sedang diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu.

R: menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan secara
random untuk tujuan-tujuan studi.

Ex Post Facto

Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa dalam desain Ex Post Facto tidak


ada manipulasi perlakuan terhadap variabel bebasnya makasistem notasinya, baik
studi lapangan atau survei hanya ditulis dengan O atau O lebih dari satu.

Contoh 1: Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua populasi, yaitu


Perusahaan A dan Perusahaan B, maka notasinya:

O1

O2

Dimana O1 merupakan kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan A dan O2


merupakan kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan B.

Contoh 2: Secara random kita meneliti 200 perusahaan dari populasi 1000
perusahaan mengenai sistem penggajiannya. Survei dilakukan dengan cara
mengirim kuesioner pada 200 manajer, maka konfigurasi desainnya akan seperti di
bawah ini:

(R) O1

Dimana O1 mewakili survei di 200 perusahaan dengan memberikan kuesioner


kepada 200 manajer yang dipilih secara random (R ).
Apabila sampel yang sama kita teliti secara berulang-ulang, misalnya selama tiga
kali dalam tiga bulan berturut-turut, maka notasinya adalah:

(R) O3 dimana O1 merupakan observasi yang pertama, O2 merupakan observasi


yang kedua dan O3 merupakan observasi yang ketiga

Desain-Desain Eksperimental

Desain eksperimental dibagi menjadi dua, yaitu: pre-eksperimental (quasi-


experimental) dan desain eksperimental sebenarnya (true experimental). Perbedaan
kedua tipe desain ini terletak pada konsep kontrol.

a. One Shot Case Study

Desain eksperimental yang paling sederhana disebut One Shot Case Study. Desain
ini digunakan untuk meneliti pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan
dan pengukurannya dilakukan satu kali. Diagramnya adalah sebagai berikut:

XO

b. One Group Pre-test – Post-test Design

Desain kedua disebut One Group Pre-test – Post-test Design yang


merupakan perkembangan dari desain di atas. Pengembangannya ialah dengan cara
melakukan satu kali pengukuran didepan (pre-test) sebelum adanya perlakuan
(treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post-test). Desainnya adalah
sebagai berikut:

O1 X O 2

Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu obyek yang
diteliti, kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu pengukuran
dilakukan lagi untuk yang kedua kalinya.

Desain tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk lainnya, yaitu: desain


time series”. Jika pengukuran dilakukan secara beulang- ulang dalam kurun waktu
tertentu. Maka desainnya menjadi seperti di bawah ini:

O1 O2 O3 X O4 O5 O6
Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3
kali berturut, kemudian dia memberikan perlakuan padaobyek yang diteliti.
Kemudian peneliti melakukan pengukuran selama 3 kali lagi setelah perlakuan
dilakukan.

c. Static Group Comparison

Desain ketiga adalah Static Group Comparison yang merupakan modifikasi


dari desain b. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai obyek
penelitian. Kelompok pertama mendapatkan perlakuan sedang kelompok kedua
tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok
pembanding/pengontrol. Desainnya adalah sebagai berikut:

X O1

O2

d. Post Test Only Control Group Design

Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dari desain


eksperimental sebenarnya (true experimental design), karena responden benar-
benar dipilih secara random dan diberi perlakuan serta ada kelompok
pengontrolnya. Desain ini sudah memenuhi kriteria eksperimen sebenarnya, yaitu
dengan adanya manipulasi variabel, pemilihan kelompok yang diteliti secara
random dan seleksi perlakuan. Desainnya adalah sebagai berikut:

( R ) X O1

( R ) O2

Maksud dari desain tersebut ialah ada dua kelompok yang dipilih secara
random. Kelompok pertama diberi perlakuan sedang kelompok dua tidak.
Kelompok pertama diberi perlakuan olehpeneliti kemudian dilakukan pengukuran;
sedang kelompok keduayang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak
diberiperlakukan tetapi hanya dilakukan pengukuran saja.

e. Pre-testPosttest Control Group Design


Desain ini merupakan pengembangan desain di atas. Perbedaannya terletak
pada baik kelompok pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran
didepan (pre-test). Desainnya adalah sebagai berikut:

( R ) O 1 X O2

( R ) O 3 O4

f. Solomon Four Group Design

Desain ini merupakan kombinasi Post Test Only Control Group Design dan
Pre-test – Posttest Control Group Design yang merupakan model desain ideal
untuk melakukan penelitian eksperimen terkontrol. Peneliti dapat menekan sekecil
mungkin sumber-sumber kesalahan karena adanya empat kelompok yang berbeda
dengan enam format pengukuran. Desainnya adalah sebagai berikut:

(R) O 1 X O2

(R) O 3 O4

(R) X O5

(R) O6

Maksud desain tersebut ialah: Peneliti memilih empat kelompok secara random.
Kelompok pertama yang merupakan kelompok inti diberi perlakuan dan dua kali
pengukuran, yaitu di depan (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test). Kelompok
dua sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan tetapi dilakukan
pengukuran seperti di atas, yaitu: pengukuran di depan (pre-test) dan pengukuran
sesudah perlakuan (post-test). Kelompok ketiga diberi perlakuan dan hanya
dilakukan satu kali pengukuran sesudah dilakukan perlakuan (post-test) dan
kelompok keempat sebagai kelompok pengontrol kelompok ketiga hanya diukur
satu kali saja.

Desain Eksperimental Tingkat Lanjut

a. Desain Random Sempurna (Completely Randomised Design)


Desain ini digunakan untuk mengukur pengaruh suatu variabel bebas yang
dimanipulasi terhadap variabel tergantung. Pemilihan kelompok secara random
dilakukan untuk mendapatkan kelompok- kelompok yang ekuivalen

Contoh: Kasus: Pihak direksi suatu perusahaan ingin mengetahui pengaruhtiga


jenis yang berbeda dalam memberikan instruksi yangdilakukan oleh atasan kepada
bawahan. Untuk tujuanpenelitian ini dipilih secara random tiga kelompok masing-
masing beranggotakan 25 orang. Instruksi untuk kelompok pertama diberikan
secara lisan, untuk kelompok kedua secara tertulis dan untuk kelompok ketiga
instruksinya tidak spesifik.

Ketiga kelompok diberi waktu sekitar 15 menit untuk memikirkan situasinya.


Kemudian ketiganya diberi test obyektif untuk mengetahui seberapa baik mereka
memahami pekerjaan yang akan dilakukan.

Formulasi masalah kasus ini ialah: Apakah manipulasi variabel bebas


mempengaruhi pemahaman para pegawai bawahan dalam melaksanakan pekerjaan
mereka?

Tujuan studi ini ialah: menentukan jenis instruksi mana yang dapat menciptakan
pemahaman yang lebih baik terhadap pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan.

b. Desain Blok Random (Randomised Block Design)

Desain ini merupakan penyempurnaan Desain Random Sempurna di atas.


Pada desain sebelumnya perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu
tidak diperhatikan, sehingga menghasilkan kelompok-kelompok yang mempunyai
anggota yang bereda-beda karakteristiknya. Agar desain yang kita buat
dapatmenghasilkan output yang baik, maka diperlukan memilih anggota kelompok
(responden) yang berasal dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama.
Oleh karena itu peneliti harus dapat mengidentifikasi beberapa sumber utama
perbedaan-perbedaan yang dimaksud secara dini.
Desain di atas dapat diterangkan sebagai berikut: Pada saat studi dilakukan
dengan menggunakan desain sebelumnya, para anggota dari tiga kelompok berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda. Keterbedaan latar belakang anggota
merupakan suatu gangguan atau yang disebut sebagai variabel pengganggu.
Untukitu perlu dilakukan penyamaan para anggota dari masing-masingkelompok.
Caranya ialah dengan menciptakan blok yang berfungsi untuk mendapatkan
anggota kelompok yang sama. Dalam kasus ini blok ditentukan didasarkan pada
departemen (bagian) dimana para anggota kelompok berasal.

Selanjutnya pekerja yang berasal dari departemen yang sama dibagi menjadi
lima berdasarkan departemen masing-masing. Kemudian masing-masing kelompok
mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu kelompok pertama mendapatkan
instruksi lisan,kelompok kedua mendapatkan instruksi tertulis dan kelompok ketiga
instruksi tidak spesifik. Dengan menggunakan desain ini maka peneliti akan dapat
melihat dampak-dampak yang disebabkan oleh sistem blok per departemen serta
interaksi instruksi atas ketiga kelompok tersebut.

c. Desain Latin Square (The Latin Square Design)


Desain ini digunakan untuk mengontrol dua variabel pengganggu secara
sekaligus. Berkaitan dengan kasus di atas, masih terdapat satu variabel pengganggu
lainnya, yaitu “kemampuan para pekerja.

Variabel kemampuan para pekerja kita bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
kemampuan tinggi, kemampuan menengah dan kemampuan rendah. Ketiga
tingkatan variabel kemampuan tersebut kemudian kita tempatkan pada baris dan
kolom model Latin Square. Desain ini terdiri dari tiga baris dan tiga kolom.
Kemudian secara random diambil 3 pegawai dari masing-masing departemen.

d. Desain Faktorial

Desain factorial digunakan untuk mengevaluasi dampak kombinasi dari dua


atau lebih perlakuan terhadap variabel tergantung. Pada kasus di bawah ini, analisis
factorial diaplikasikan dengan menggunakan desain random sempurna dengan
format 3 baris dan 3 kolom. Kasus penelitiannya adalah sebagai berikut: peneliti
ingin melihat dua variabel bebas, yaitu variabel tingkat kontrasdan
panjangbaris”sebuah iklan. Tingkat kontras dimanipulasi menjadi rendah ,
mediumdan tinggi, sedang panjang baris dimanipulasi menjadi “5 inchi, 7 inchidan
12 inchi”.

Desainnya adalah sebagai berikut:


Pada tabel desain di atas X1 mempunyai arti responden yang mendapat
perlakuan membaca iklan dengan panjang baris 5 inchi dan tingkat kontras warna
rendah; X2 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan
dengan panjang baris 7 inchi dan tingkat kontras warna medium dan X3
mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan dengan
panjang baris 12 inchi dan tingkat kontras warna tinggi. Dari format di atas kita
akan mendapatkan 9 kombinasi yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai