Tugas Riset Monica
Tugas Riset Monica
Pengukuran Variabel
3. Skala interval, seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat
memberikan nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan.
Kelebihan dari skala ini adalah bahwa jarak nomor yang sama menunjukkan
juga jarak yang sama dari sifat yang diukur.
Contoh:
4. Skala ratio, adalah variabel yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih
besar atau lebih kecil. Variabel seperti panjang berat dan angka agregasi
adalah variabel rasio. Misalnya, apabila sekarang beras beratnya 1 kuintal.
maka 5 karung beras beratnva 5 kuintal.
BAB II
HIPOTESIS & DEFINISI OPERASIONAL
A.Hipotesis
Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam perencanaan penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari suatu
penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi hipotesis di dalam suatu penelitianr
berarti jawaban sementara penelitian, patokan juga, atau dalil sementara yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. melalui pembuktian dari
hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak.
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji
rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil akhir
penelitian ini disebut juga kesimpulan penelitian, generalisasi atau dalil yang
berlaku umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan
tingkatan sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis
statistik. Hasil pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering
disebut thesis.
Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan
masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang
lain dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara
berbagai fakta.
Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka penelitian
diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data.
Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai berikut:
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.
Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
diteliti (diamati).
Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara
dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari
pelaksanaan penelitian. Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis dapat
dilakukan antara lain dengan:
Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di
lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta
ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian
fakta yang diperoleh.
Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari
sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi
tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.
Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya
dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai
generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel.
Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan hipotesis.
Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang
ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar membuat
kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan
hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil
serta Problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran
yang logis dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
C. Bentuk Rumusan Hipotesis
Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris.
Biasanya hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel
penyebapnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel
akibat atau variabel terpengaruh.
Contoh sederhana : Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di
dalam contoh ini merokok adalah variabel yaitu variabel independen
(penyebabnya), sedangkan kanker paru-paru merupaksn variabel dependen atau
akibatnya.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan sementara
atau jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus mempunyai
landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak mempunyai
landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-ciri suatu
hipotesis antara lain sebagai berikut:
Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam
bentuk kalimat tanya.
Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa
hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang
atau akan diteliti.
Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-
bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit
mencapai hasil yang objektif
Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan
perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang akan
digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila suatu teknik
tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan hipotesis yang
dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
D. Jenis-Jenis Rumusan Hipotesis
Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:
1. Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang
peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga
disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka……..
Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi,
maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah
tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian
bayi di daerah tersebul tinggi.
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan
masyarakat di negara tersebut rendah pula.
d. dan lain-lain.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal
tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan
hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat
memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk
kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di
atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah.
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak
adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai
suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua
variabel, disebut hipotesis alternatif.
Contoh sederhana : hipotesis nol
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara
penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI
pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada waktu
bayi.
c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk
yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang
menggunakan air minum dari sumur.
d. dan sebagainya.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan
adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan
status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan
dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol, maka
disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama,
atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika
akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan
sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis
alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol
dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya
menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y) sedangkan hipotesis alternatif
menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis
yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor,
hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari
hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab
dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji
hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna :
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya
penyakit menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni
variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular).
Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup
penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan sebagainya.
Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut, kita dapat
menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing memperkuat
dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan sanitasi
lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi
lingkungan
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.
d. dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna
korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut,
maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang positif
antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2 variabel
alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan antara dua
variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktek
pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi menjadi : Makin tinggi
pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan
hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara
dua variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda
dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih
dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi
bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.
B. DEFINISI OPERASIONAL
Dalam penelitian perlu memberi definisi, sehingga peneliti dan pembaca tidak
mengaitkan pikiranya dengan hal lain. Tipe-tipe definisi :
1. Definisi konsepsi (definisi konstitutif), adalah definisi yang diperoleh dari kamus.
Adalah definisi akademik dan mengandung pengertian yang universal untuk suatu
kata atau kelompok kata. Definisi ini biasanya bersifat abstrak dan formal.
2. Definisi operasional (definisi fungsional). Kerlinger memberikan dua bentuk
definisi operasional, yaitu definisi operasional yang dapat diukur dan definisi
operasional eksperimental. Definisi operasional yang dapat diukur menyatakan
suatu konsep yang dapat diukur dalam penyelidikan. Definisi operasional
eksperimental peneliti menguraikan secara rinci variabel-variabel yang diteliti.
Definisi operasional adalah mendefenisikan suatu variabel yang akan diamati
dalam proses dengan mana variabel itu akan diukur (L.N. Jewel dan Marc Siegal,
1998).
Defenisi operasional tak lain dari pada mengubah konsep-konsep yang berupa
konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diamati, dan dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Young
dalam Mely G. Tan dalam Koentrjaraningrat, 1991).
Definisi operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk
menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variable.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun definisi operasional sebuah
variabel adalah:
1. Nama variabel
2. Definisi verbal variabel
3. Pa rameter
4. Alat ukur (instrumen)
5. Skala
6. Kriteria
Agar variabel dapat diamati dan diukur, maka setiap konsep yang ada dalam
permasalahan atau yang ada dalam hipotesis harus disusun Definisi Operasional.
Definisi operasional dari variabel sangat diperlukan terutama untuk menentukan
alat atau instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan
definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti
harus membuat definisi nominal terlebih dahulu atau menentukan variabel
penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian seharusnya secara eksplisit
telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran. Definisi nominal dapat diangkat dari
berbagai pendapat para ahli yang memang banyak membicarakan, menulis tentang
variabel yang ditelitinya.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel
yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian
yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-
hal yang dianggap penting. Definisi operasional tidak sama dengan definisi teoritis.
Definisi operasional hanya berlaku pada area penelitian yang sedang dilakukan,
sedangkan definisi teoritis diambil dari buku-buku literatur dan berlaku umum.
Definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau
memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi batasan atau arti suatu
variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel tersebut. Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi
yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-
kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat
diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young, dikutip oleh
Koentjarangningrat). Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata
“dapat diobservasi”. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap
suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama,
yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut Tipe
A, Tipe B dan Tipe C.
1. Definisi Operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi
nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat
membuat gejala menjadi nyata. Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan
yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana
masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang
akan dapat mencapainya.
2. Definisi Operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek
tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang
dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan
nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3. Definisi Operasional Tipe C
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa
obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik-karakteristik statisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan
sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing,
kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung
secara cepat (Jonathan Sarwono, 2002).
BAB III
1. Definisi Penelitian
Strategi-Strategi Penelitian
Strategi-strategi Kuantitatif
Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi-strategi penelitian yang
berkaitan dengan rancangan kuantitatif selalu meIibatkan pandangan-dunia post-
positivis. Strategi-strategi ini meliputi eksperimeh-eksperimen nyata, eksperimen-
eksperimen yang kurang rigid yang sering disebut dengan kuasi-eksperimen dan
penelitian korelasional (Campbell & Stanley, 1963), dan eksperimen-eksperimen
single-subject (Cooper, Heron, & Heward, 1987; Neuman & McCormick,1995).
Strategi-Strategi Kualitatif
1. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi atau evaluation research adalah penelitian yang
diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan
keputusan tentang nilai relative dari dua atau lebih alternative tindakan.
Penelitian evaluasi, dalam hubungannya dengan penelitian terapan,
merupakan proses pengumpulan dan analisis secara sistematis yang
bertujuan untuk membuat keputusan tertentu.
2. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk
tersebut mempunyai kualitas yang lebih tinggi. Tujuan utama dari penelitian
dan pengembangan bukan untuk formulasi dan uji hipotesis , melainkan
untuk mendapatkan produk baru atau proses baru. Melalui penelitian dan
pengembangan produk , perusahaan akan menghasilkan produk baru dengan
kualitas yang lebih tinggi, sehingga akan lebih memenuhi selera konsumen.
Sehubungan dengan penelitian dan pengembangan produk, perusahaan dapat
menerapkan pengendalian kualitas total yang prinsip utamanya adalah
kaizen atau selalu mengadakan perbaikan secara continiu.
3. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang dilakukan untuk
segera dipergunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah yang ada.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memecahkan persoalan bisnis dan
ekonomi melalui aplikasi metode ilmiah. Pemecahan masalah akan dititik
beratkan kepada masalah local yang sedang dihadapi. Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah memecahkan masalah, bukan membuat
kontribusi kepada ilmu pengetahuan.
Penelitian Historis
Evaluasi data historis meliputi kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal
berhubungan dengan keotentikan data, sementara kritik internal berhubungan
dengan nilai dari data tersebut. Nilai data ditentukan oleh tingkat akurasi dan
reliabilitas serta dukungannya kepada hipotesis. Contoh penelitian historis adalah :
Penelitian Deskriptif
Contoh dari penelitian ini antara lain survei pasar. Data deskriptif pada
umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara,
ataupun observasi. Desain formal diperlukan untuk meyakinkan bahwa deskripsi
mencakup semua tahapan yang diinginkan. Desain ini juga diperlukan untuk
mencegah dikumpulkannya data yang tidak perlu.
Penelitian Korelasional
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain
penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang
menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar
dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar
seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang
bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari
sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan.
Kesalahan-kesalahan tersebut ialah:
Kesalahan dalam melakukan analisis dapat terjadi pada saat peneliti salah
dalam memilih cara menganalisis data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula
adanya kesalahan dalam memilih teknik analisis yang sesuai dengan masalah dan
data yang tersedia. Cara mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi
proseduranalisis yang digunakan untuk menyimpulkan dan memanipulasidata.
Desain riset konklusif digunakan untuk riset deskriptif dan riset eksperimental.
Riset deskriptif berfungsi untuk menggambarkan karakteristik/gejala/fungsi suatu
populasi. Metode yang digunakan biasanya survei dan observasi. Riset deskriptif
mempunyai karakteristik hipotesis, desain terstruktur dan tidak fleksibel,
mengutamakan akurasi dan pemahaman masalah sebelumnya. Riset kausal
digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel-variabel
yang berfungsi sebagai penyebab (variabel bebas) dan variabel mana berfungsi
sebagai variabel akibat (variabel tergantung).
Secara garis besar dalam aliran kuantitatif yang bersifat konklusif ada dua
macam tipe desain, yaitu: Desain Ex Post Facto dan Desain Eskperimental.
Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak
terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua terdapat adanya
manipulasi variabel bebas.
Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat eksplorasi dan
deskriptif; sedang desain kedua bersifat eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat
dari sisi tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain ex post facto
menghasilkan tingkat pemahaman persoalan yang dikaji pada tataran permukaan,
sedangkan desain eksperimental dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang
lebih mendalam. Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang
lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama ialah studi lapangan dan
survei. Sedang yang termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di lapangan
(field experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratoryexperiment)
a. Studi Lapangan
b. Survei
2. Desain Eksperimental
a. Eksperimen Lapangan
b. Eksperimen Laboratorium
Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian
hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja.
Desain sampel
Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat
tergantung dari pandangan efisiensi. Dalam desain sampling ini termasuk :
Mendefinisikan populasi,
Menentukan besarnya sampel, dan
Menentukan sampel yang representative.
Definisi dari sampling sangat bergantung dari hipotesis. Dalam menentukan
besar sampel, pemilihannya perlu dihubungkan dengan tujuan penelitian
serta banyaknya variable yang ingin dikumpulkan.
Desain alat (instrument)
Yang dimaksud dengan alat di sini adalah alat untuk mengumpulkan data.
Walau metode penelitian apa saja yang digunakan, masalah desain terhadap
alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan sekali dalam pengujian
hipotesis. Alat yang digunakan dapat saja sangat berstruktur, kurang
berstruktur seperti interview guide ataupun outline biasa di dalam mencatat
pengamatan langsung.
Desain administrasi,
Desain analisis
Secara ideal desain analisis sudah dikerjakan lebih dahulu sebelum
pengumpulan data dimulai. Jika desain dalam memformulasikan hipotesis
sudah cukup baik, maka desain analisis secara parallel dapat dikembangkan
dari desain merumuskan hipotesis tersebut. Hipotesis tersebut dianggap baik
jika ia konsisten dengan analisis yang akan dibuat.
Dalam desain hipotesis, juga harus sudah dispesifikasikan hubungan-
hubungan dasar yang akan dianalisis. Dalam analisis hubungan-hubungan
antara variabel bebas dan variabel dependen, maka variabel lain yang
mempengaruhi kedua variabel di atas perlu juga dianalisis.
Sedangkan Sellitz, et. Al., (1964) membagi desain penelitian atas tiga, yaitu:
Sesuai dengan metode penelitian, maka desain deskriptif dan analisis dapat
dibagi opula atas tiga, yaitu: desain studi historis, desain studi kasus, dan desain
survey. Seperti sudah dijelaskan, metode penelitian sejarah mencakup empat
aspek, yaitu: mencari material historis, menguji secara kritis asal dan keaslian
sumber sejarah, serta validitas dari isi sumber tersebut memberikan interpretasi
dan pengelompokan dari fakta-fakta, serta hubungannya dengan formulasi serta
melukiskan hasil penemuan. (Gee,1950)
Jika data yang diinginkan adalah data primer, maka desain yang dibuat harus
menjamin pengumpulan data yang efisien dengan alat dan teknik serta karakteristik
dari responden. Jika peneliti ingin menggunakan data sekunder, maka si peneliti
harus mengadakan evaluasi terhadap sumber, keadaan data sekundernyam dan juga
si peneliti harus menerima limitasi-limitasi dari data tersebut. Hal ini lebih-lebih
diperlukan jika diinginkan untuk memperoleh data mengenai masa yang lampau.
R: menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan secara
random untuk tujuan-tujuan studi.
Ex Post Facto
O1
O2
Contoh 2: Secara random kita meneliti 200 perusahaan dari populasi 1000
perusahaan mengenai sistem penggajiannya. Survei dilakukan dengan cara
mengirim kuesioner pada 200 manajer, maka konfigurasi desainnya akan seperti di
bawah ini:
(R) O1
Desain-Desain Eksperimental
Desain eksperimental yang paling sederhana disebut One Shot Case Study. Desain
ini digunakan untuk meneliti pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan
dan pengukurannya dilakukan satu kali. Diagramnya adalah sebagai berikut:
XO
O1 X O 2
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu obyek yang
diteliti, kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu pengukuran
dilakukan lagi untuk yang kedua kalinya.
O1 O2 O3 X O4 O5 O6
Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3
kali berturut, kemudian dia memberikan perlakuan padaobyek yang diteliti.
Kemudian peneliti melakukan pengukuran selama 3 kali lagi setelah perlakuan
dilakukan.
X O1
O2
( R ) X O1
( R ) O2
Maksud dari desain tersebut ialah ada dua kelompok yang dipilih secara
random. Kelompok pertama diberi perlakuan sedang kelompok dua tidak.
Kelompok pertama diberi perlakuan olehpeneliti kemudian dilakukan pengukuran;
sedang kelompok keduayang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak
diberiperlakukan tetapi hanya dilakukan pengukuran saja.
( R ) O 1 X O2
( R ) O 3 O4
Desain ini merupakan kombinasi Post Test Only Control Group Design dan
Pre-test – Posttest Control Group Design yang merupakan model desain ideal
untuk melakukan penelitian eksperimen terkontrol. Peneliti dapat menekan sekecil
mungkin sumber-sumber kesalahan karena adanya empat kelompok yang berbeda
dengan enam format pengukuran. Desainnya adalah sebagai berikut:
(R) O 1 X O2
(R) O 3 O4
(R) X O5
(R) O6
Maksud desain tersebut ialah: Peneliti memilih empat kelompok secara random.
Kelompok pertama yang merupakan kelompok inti diberi perlakuan dan dua kali
pengukuran, yaitu di depan (pre-test) dan sesudah perlakuan (post-test). Kelompok
dua sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan tetapi dilakukan
pengukuran seperti di atas, yaitu: pengukuran di depan (pre-test) dan pengukuran
sesudah perlakuan (post-test). Kelompok ketiga diberi perlakuan dan hanya
dilakukan satu kali pengukuran sesudah dilakukan perlakuan (post-test) dan
kelompok keempat sebagai kelompok pengontrol kelompok ketiga hanya diukur
satu kali saja.
Tujuan studi ini ialah: menentukan jenis instruksi mana yang dapat menciptakan
pemahaman yang lebih baik terhadap pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan.
Selanjutnya pekerja yang berasal dari departemen yang sama dibagi menjadi
lima berdasarkan departemen masing-masing. Kemudian masing-masing kelompok
mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu kelompok pertama mendapatkan
instruksi lisan,kelompok kedua mendapatkan instruksi tertulis dan kelompok ketiga
instruksi tidak spesifik. Dengan menggunakan desain ini maka peneliti akan dapat
melihat dampak-dampak yang disebabkan oleh sistem blok per departemen serta
interaksi instruksi atas ketiga kelompok tersebut.
Variabel kemampuan para pekerja kita bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
kemampuan tinggi, kemampuan menengah dan kemampuan rendah. Ketiga
tingkatan variabel kemampuan tersebut kemudian kita tempatkan pada baris dan
kolom model Latin Square. Desain ini terdiri dari tiga baris dan tiga kolom.
Kemudian secara random diambil 3 pegawai dari masing-masing departemen.
d. Desain Faktorial