Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UJIAN

SMF ILMU PENYAKIT DALAM

Penguji:
dr. A. Fariz M. Zamzam Zein, Sp.PD

Disusun oleh:
Annisa Nurfitriyani Kurnia Putri
114170005

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI
RSUD WALED KAB. CIREBON
CIREBON
2018
TEKNIK AMBULATORY BLOOD PREASURE

Definisi
Pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori adalah teknik pemeriksaan
tekanan darah yang dilakukan di luar klinik dengan mendata tekanan darah pasien
selama 24 jam, baik saat pasien dalam keadaan sadar ataupun tidur. Pemeriksaan ini
terutama dilakukan pada pasien hipertensi yang dicurigai white coated hypertension
yaitu keadaan pasien dengan tekanan darah yang cenderung tinggi saat kontrol ke
poliklinik namun normal pada saat pasien berada di luar klinik. Dengan teknik
pemeriksaan ini tekanan darah pasien diukur dengan menilai rata-rata tekanan darah
selama 24 jam. Pengukuran dilakukan setiap 20 menit pada saat pasien terbangun di
antara pukul 07.00 sampai 22.00 dan setiap 30 menit sampai satu jam saat pasien
sedang tidur yaitu antara pukul 22.00 sampai 07.00. Kekurangan pemeriksaan
tekanan darah dengan teknik ini adalah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, ruam
kemerahan dan peteki pada lengan akibat manset pengukur yang digunakan selama
24 jam.
Indikasi
Indikasi pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori adalah untuk
memastikan adanya kasus dan pengobatan tekanan darah tinggi pada:
a. White Coated Hypertension
White coated hypertension  yaitu peningkatan tekanan darah pada saat pasien
berada di klinik dan bertemu dengan klinisi. Peningkatan tekanan darah pada
keadaan ini akan cenderung mengalami resistensi  terhadap obat anti
hipertensi. Dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan teknik
ambulatori di luar klinik, pasien dengan white coated hypertension  dapat
dideteksi lebih awal dan penggunaan obat antihipertensi yang tidak berguna
dapat dihindari sedangkan pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi
dapat segera diterapi dan menghindari komplikasi kardiovaskuler.
b. Efek Whited Coated Pada Hipertensi Resisten
Efek whited coated pada hipertensi resisten. Keadaan ini sering terjadi pada
pengobatan antihipertensi. Hipertensi resisten sering sekali didasarkan pada
pengukuran tekanan darah tinggi yang terjadi hanya pada saat pasien kontrol
ke dokter sedangkan pada saat pasien berada di rumah memiliki tekanan darah
yang normal. Pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori dapat
menunjukkan kontrol tekanan darah pasien selama 24 jam dengan pengobatan
antihipertensi yang digunakan saat itu. Melalui pemeriksaan ini, peningkatan
dosis obat antihipertensi yang tidak berguna dapat dicegah.
c. Hipertensi Terselubung
Hipertensi terselubung yaitu tekanan darah tinggi yang cenderung tinggi pada
saat pasien diperiksa di luar klinik namun tekanan darah pasien normal saat
kunjungan ke dokter. Hipertensi terselubung ini sering terjadi pada pasien
dengan gangguan ginjal kronik dan berisiko tinggi menimbulkan komplikasi
seperti pembesaran ventrikel kiri jantung, proteinuria dan gangguan
kardiovaskuler. Dengan pemeriksaan tekanan darah melalui teknik ambulatori
ini, kemungkinan adanya hipertensi dan komplikasi kardiovaskuler yang
mungkin terjadi dapat segera terdeteksi.
d. Hipertensi Dengan Pengobatan Antihipertensi Yang Bekerja Jangka Panjang
Hipertensi dengan pengobatan antihipertensi yang bekerja jangka panjang.
Pada kasus ini, pengukuran darah selama 24 jam sangat dibutuhkan untuk
memantau efek terapi.
e. Identifikasi Pola Tekanan Darah
Identifikasi pola tekanan darah dalam 24 jam untuk kasus hipertensi diurnal,
hipertensi nokturnal, obstructive sleep apnoe, serta postpandrial hipotensi.
f. Evaluasi Keadaan Khusus
Evaluasi neuropati autonom, keadaan sinkop, serta efek pengobatan
antihipertensi selama 24 jam. Pada beberapa pasien hipertensi sering sekali
terjadi perubahan obat antihipertensi yang disesuaikan dengan keadaan pasien,
pada awal perubahan terapi hasil pengukuran tekanan darah selama 24 jam
dapat menjadi indikator keberhasilan terapi.
g. Nocturnal Phenomena
Mendeteksi adanya Nocturnal Phenomena. Pada keadaan normal, saat malam
hari tekanan darah akan lebih rendah dibandingkan dengan siang hari yaitu
kurang dari 10 %, namun pada keadaan tertentu terjadi fenomena terbalik
dimana tekanan darah pada saat tidur di malam hari lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah di siang hari. Adanya peningkatan tekanan darah pada
saat malam hari ini dapat menjadi parameter utama untuk mendeteksi
komplikasi  yang mungkin terjadi akibat hipertensi.
h. Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Prosedur Hemodialisa
Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur hemodialisa. Perubahan volume
cairan tubuh intravaskuler sebelum, pada saat dan sesudah tindakan
hemodialisa akan menimbulkan perubahan tekanan darah pada pasien. Pada
beberapa kasus penurunan volume yang signifikan akan menimbulkan efek
yang buruk pada pasien. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan dengan
teknik ambulatori ini terbukti dapat menurunkan risiko efek samping dan
kerusakan organ target yang mungkin terjadi.
Teknik Pemeriksaan
Pada dasarnya pemeriksaan tekanan darah dengan teknik ambulatori ini tidak
memiliki kontraindikasi mutlak. Namun pada beberapa keadaan pemeriksaan ini tidak
disarankan, yaitu pada pasien dengan hipertensi maligna dengan tekanan darah sistol
lebih dari 180 mmHg atau tekanan darah diastol lebih dari 110 mmHg, serta pada
kasus hipertensi sistolik terisolasi  dimana tekanan darah sistolik di atas 160 mmHg
dan diastolik di bawah 70 mmHg.
Prosedur ini tidak disarankan pada kedua keadaan tersebut karena pengukuran yang
berlangsung selama 24 jam dapat menimbulkan keterlambatan pengobatan pasien.
Pada pasien dengan nadi yang tidak teratur dan aritmia, pemeriksaan tekanan darah
dengan teknik ambulatori ini dapat menghasilkan hasil yang tidak akurat sehingga
tidak rutin dikerjakan.
Teknik pemeriksaan tekanan darah dengan metode ambulatori ini dilakukan dengan
menempatkan alat pengukur tekanan darah pada lengan yang tidak dominan atau pada
lengan yang memiliki tekanan darah paling tinggi setelah pengukuran awal,
selanjutnya lengan tersebut akan ditutupi dengan baju yang digunakan dan pasien
dapat beraktivitas seperti biasa. Alat ini dilengkapi dengan manset dengan teknologi
oskilometri. Selanjutnya mesin akan diatur untuk melakukan pengukuran tekanan
darah disesuaikan dengan kondisi pasien yaitu dengan interval pengukuran 15, 30, 60,
120 dan 240 menit. Antara pukul 07.30 sampai 22.30 mesin akan terprogran untuk
mengukur tekanan darah setiap 20 menit dan pada waktu tidur mesin akan diprogram
untuk mengukur tekanan darah setiap 30 menit sampai satu jam. Keseluruhan hasil
pemeriksaan akan dihubungkan ke komputer untuk menilai rata-rata tekanan darah
selama 24 jam dan menilai kecenderungan pengukuran tekanan darah yaitu
cenderung menurun atau meningkat. Selanjutnya hasil pengukuran ini akan dianalisa
sesuai dengan waktu pengukuran, aktivitas, serta terapi antihipertensi yang
dikonsumsi pasien.
Prosedur pemeriksaan tekanan darah dengan teknik ambulatori ini diawali dengan
mendata data pribadi pasien yaitu tinggi badan, indeks massa tubuh, waktu tidur, dan
waktu pasien beraktifitas. Waktu tidur akan didata sebagai malam hari dengan
pengukuran tekanan darah setiap 30 menit sampai satu jam, sedangkan waktu bangun
akan didata sebagai siang hari dengan waktu pengukuran tekanan darah setiap 20
menit. Selanjutnya dilakukan penentuan lingkar lengan pasien agar dapat disesuaikan
dengan manset yang digunakan. Sebelum memulai pengukuran mesin akan
dikalibrasi dengan cara menyesuaikan dengan tiga hasil pengukuran tekanan darah
saat persiapan. Pengukuran tekanan darah ini dilakukan pada kedua lengan untuk
menentukan lengan yang memiliki tekanan darah yang paling tinggi. Setelah kalibrasi
selesai dilakukan, pengukuran dapat segera dimulai dengan melakukan pengukuran
pada lengan dengan tekanan darah paling tinggi atau pada lengan yang tidak dominan
jika perbedaan tekanan darah kurang dari 10mmHg. Pada saat pengukuran dengan
teknik ini berlangsung, pasien tidak diharuskan untuk puasa dan rawat inap di rumah
sakit serta obat yang biasa dikonsumsi tidak perlu dihentikan.
KRITERIA JNC VII
EFEK PLEIOTROPIK PADA ATORVASTATIN (STATIN)

Efek pleiotropik (efek oksidatif) pada aterosklerosis yaitu pengurangan stres oksidatif
dan anti inflamasi vaskular menghasilkan peningkatan stabilitas lesi aterosklerotik.
Selain itu mempunyai fungsi meningkatkan fungsi endotel, meningkatkan kadar
niktrat oksida dan vasodilatasi.

Anda mungkin juga menyukai