Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembangunan kesehatan yang dilaksanaan telah meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai

berbagai masalah dan hambatan yang akan berpengaruh pada pembangunan

kesehatan. Demam tipoit merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang

disebapkan oleh salmonella thypi yang dijumpai secara luas diberbagai Negara

berkembang terutama didaerah tropis dan subtropis. Typus abdominalis sendiri

adalah adalah penyakit infeksi akut yang bisa menyerang saluran pencernaan

dengan gejala demam lebih dari tujuh hari. Gangguan pada saluran pencernaan

dan gangguan kesadaran. Typus abdominalis sendiri adalah penyakit infeksi akut

yang selalu ditemukan di masyarakat Indonesia. Penderitanya juga beragam mulai

dariusia balita, anak – anak dan dewasa (M.Ardiyansah:224)

Dihampir semua daerah endemik , insiden demam tipoid bayak terjadi

pada anak-anak usia 3-9 tahun.morbilitas seluruh dunia sekitar 17 juta kasus baru

dan dan hingga 600 ribu kematian dilaporkan setiap tahunnya. Demam ini muncul

dimusim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, penigkatan

kasus ini dibawah lima tahun . penyakit demam tipoid merupakan penyakit

menular yang tercantum dalm undang – undang nomer 6 tahahunn1962 t2ntang

wabah . penyakit jenis ini adalah penyakit menular yang dapat menyerang bayak

orang sehingga sehingga menimbukan wabah ,insiden demam tipoit pada setiap
wilYh berbeda tergantung pda sanitasi lingkungan , lingkungan mempengaruhi

suatu perkembangan suatu organisme sesui sifatnya lingkungan tidak mencakup

karakteristik genetic atau yang diwariskan dari organisme tetrentu.


B. TUJUAN UMUM

Utuk mengetahui seberapa jauh peran mikroorganime dalam hal ini

salmonella typhi dalam penyebap penyakit demam tipoid

C. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui pengertian demam tipoid

2. Etiologi penyakit demam tipoid

3. Patofisiologi penyakit demam tipoid

4. Manifestasi klinik dari demam tipoid

5. Hasil laboratorium

6. Penata laksanaan pada pasien demam tipoid

D. MAMFAAT

Mamfaat dari makalah ini adalah kita dapat mengetaui gambaran

umum tentang penyakit demam tipoid,yakni pengertian, penyebap, proses

perjalanan penyakit , tanda dan gejala, hasil laboratorium serta penata

laksanaan pasien dengan demam tipoid.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Salmonella typhi

Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab salmonellosis yang

merupakan salah satu penyakit edemis dan menimbulkan kerugian yang serius

terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia.

Bakteri salmonella ditularkan melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi kotoran atau tinja dari seorang penderita tifoid.

Bakteri masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman, kemudian berlanjut

kesaluran pencernaan.Jika bakteri yang masuk dengan jumlahyang banyak maka

bakteri akan masuk ke dalam usus halus selanjutnya masuk kedalam sistem

peredaran darah sehingga menyebabkan bakterimia, demam tifoid, dan komplikasi

organ lain (Wagner, 2014)

A.1 Taksonomi

Taksonomi :Salmonella typhi

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Ordo : Gamma Proteobacteria

Class : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella typhi


A.2 Morfologidan sifat biakan

Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang bergerak

yang khas memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk gas tetapi

tidak memfermentasikanlaktosa dan sukrosa.Salmonella menghasilkan H2S .Isolat

salmonella pada media SSA pada suhu 37 oC maka koloni akan tampak cembung,

transparan, bercak hitam dibagian pusat (Nugraha, 2012).

Bakteri salmonella akan mati pada suhu 60 0C selama 15 –20 menit

melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi

B. Tinjauan Umum Demam Tifoid

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran .

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi dari Genus Salmonella.Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip,

tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak

dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam

bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan

pemanasan (suhu 60 OC) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan

khlorinisasi. Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

1.Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.

Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga


endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan

terhadap formaldehid.

2.Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau

pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan

terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.

3.Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat

melindungi kuman terhadap fagositosis.Ketiga macam antigen tersebut di atas di

dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi

yang lazim disebut aglutinin.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi

Demam tipoid adalah penyakitinfeksi usus halus yang disebapkan oleh

kuman salmonella thypi. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akuat yang

biasanya mengenai gangangguan pencernaan dengan gejala demam lebih dari

tujuh hari , gangguan pada pencernaan dan penurunan

kesadaran(nursalam,2013:152)

Typus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus

halus yang disebapkan oleh salmonella typhi, penyakit ii ditularkan melalui

makanan atau minuman yang terkontaminasi kuman salmonella typhi (Azia

amilun2012:126)

Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama tipes atau thipus.

Sementara dalam dunia kedokteran penyakit ini dikenal dengan nama typhoid atau

typhoid forever. Tipes sering juga disebut typus abdominalis karena hubungannya

dengan usus pada perut. Typhus adominalis sendiri adalah penyakit infeksi akut

yang biasanya menyerang saluran pencernaan dengn gejala demam lebih dari

tujuh hari, gangguan kesadaran. Penyakit ini lebih bayak menyerang anak –anak

pada usia 12-13 tahun (70-80%) namun bayak dijumpai pada usia 30-40 tahun

(10-12%), dan diatas usia 12 atau 13 tahun yakni sebanyak 5- 10%(Muhamad

ardiansyah,2012:223)
B. ETIOLOGI

Etiologi dari penyakit tipoid disebakan oleh dua bentuk salmonella yaitu

salmonella typhi 2 dan salmonella parathypi(tipe A,B dan C).

(Thomas,2013:152)

Penyebap thyphus abdominalis adalah kuman salmonella typhi, sedangkan

demam paratipoid disebapkan oleh mikro organisme yang termasuk dalam

spesies salmonella enterutidis ,yaitu salmonella enteruditis boiserotipe

paratyphi A,S. Enteritidis boiseratipe B,S. Eteretidis bioseretipe paratyhpi C,

kuman ini lebih dikenal dengan S paratyphi A. (Sujono,2011:83).

C. PATOFISIOLOGI

Kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut

bersamaan dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman

,sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian kecil ke usus

halus dan mencapai jaringan limpoid plakpen myeri diileum terminalis yang

mengalami hipertropi. Bila terjadi perdarahan dan ferporasi intestinal , kuman

menembus lamina propia , mauk kealiran limpe dan masuk kealiran darah

mealui duktus torasikus. Salmonella tyhpi bersarang di plak peyery, limpa ,

hati dan bagian - bagian lain system retikuloendotelial. Endotoksin salmonella

typhi berperan pada imflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut

berkembang biak. Salmonella typhi dan endo toksinya merangsang pelepasan

zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi demam

(Majoer Arif 2011).

D. MANIFESTASI KLINIK
Adapun gejala klinik yang khas pada penderita deman tipoid yaitu:

1. Minggu pertama ( awal infeksi ) setelah melewati masa inkubasi selama 10-

14 hari ,gejala deman tipoid pada awalnya sama dengan penyakit infeksi

akut lainnya, seperti demam tinggi yang berkepanjangan yaitu setinggi 39

0C -40 0C, Sakit kepala, pusing, pegal – pegal, anoreksia, mual muntah ,

batuk dengan nadi antara 80-100 kali/menit, denyut nadi lemah, pernapasan

semakin cepat dengan gambaran bronchitiskataral,perut kembung dan

perasaan tidak enak, sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada

minggu pertama diare lebih sering terjadi , khas pada penerita lidah kotor

ditengah ,tepid an ujung merah bergetar atau tremor episteksis dapat

dialami oleh penderita sedang tenggorokan terasa kering dan beradang.

Ruam kulit biasanya terjadi pada hari ke tujuh danterbatas pada salah satu

abdomen disatu sisi dan tida merata, bercak - bercak ros (rosela) terjadi

pada pemberita golongan kulit putih yaitu berupa macula merah tua

berukuran 2-4 mm,berkelompok timbul paling sering pada kulit

perut,lengan bagian atas atau dada badian bawah , kelihatan memucat bila

di tekan. Pada infeksi yang berat purpura kulit yang difus dapat dijumpai.

Limpamulai teraba dan abdomen mengalami distensi.

2. Minggu ke dua, jika pada minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur

meningkat setiap hari ,yang biasanya menurun pada pagi arid an meningkat

pada sore hari atau malam hari. Karena itu pada minggu kedua tubuh suhu

tubuh penderita semakin menurun dalam keadaan demam . suhu badan

yang tinggi ,dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlagsung, terjadi
penurunan relati nadi penderita , yang semestinya nadi meningkat bersaman

dengan naiknya suhu tubuh , pada saat ini nadi relatip lebih lambat

dibandingkan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat ditan dai dengan

keadaan penderita yang mengalami delirium, gangguan pendengaran

umumnya terjadi. Llidah tampak kering, merah mengkilat . nadi semakin

cepat sedangkan tekanan darah semakain menurun , sedangkan diare

menjadi lebih sering yang kadang – kadang berwarna gelap akibat

pedarahan, pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi

,gangguan kesadaran dan mulai kacau saat berkomunikasi.

3. Minggu ke tiga, minggu ke tiga suhu tubuh sudah berangsur- angsur

menurun dan normal kembali diakhir minggu, hal itu terjadi terjadi jika

tanpa komplikasi dan dapat diobati. Bila keadaan membaik gejala – gejala

akan berkurang dan temperatur mulai turun. Namun demikian pada saat ini

resiko perdarahan dan frporasi cenderung untuk terjadi ,akibat lepasnya

kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan semakin memburuk , dimana

toksemia memperberat denga terjadinya tanda – tanda khas seperti delirium

atau stupor otot bergerak terus , inkontensialvi dan inkontinensiaurin.

Metoorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat

meingkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita akan mengalami kolaps ,

jika denyut nadi semakin meningkat disertai peritonitis local maupun

umum , maka hal ini merupakan telah terjadi perporasi usus , sedangkan

keringat dinggin, gelisah dan sukar bernapas kolaps dari nadi yang tidak

teraba denyutnya menggambarkan adanya perdarahan. Degenerasi


miokardiastolik menjadi sebap umum terjadinya kematiaan penderita

tipoid pada minggu ke tiga.

4. Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal

minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau toboplibitis vena

femoralis.

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan darah rutin walaupun pada darah lenkap sering ditemukan

leucopenia , dapat jga terjadi kadar leukosit leukositosis. Leukositosis dapat

terjadi walaupun tidak terjadi infeksi sekunder. Selain itu juga ditemukan

anemia ringan dan trobositopenia . laju endap darah pada demam tipoid

dapat meningkat. SGOT dan SGPTsering kali meningkat tapi akan kembali

notmal setelah sembuh.

2. Uji widal dilakukan untuk diteksi antibody terhadap kuman salmonella

typhi dan menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka

deman tipoid.

F. KOMPLIKASI DEMAM TIPOID

1. Komplikasi intestinal yaitu meliputi :

a. Pendarahan usus

b. Perforasi usus

c. Ileus para litik

2. Komplikasi pada kasdiopaskuler meliputi:

a. Kegagalan sirkulasi perifer

b. Miokarditis
c. Tromboplebitis.

3. Komplikasi darah meliputi:

a. Anemia hemolitik

b. Trobositopenia koagulasi intravaskuler deseminata

c. Sindrom uremia hemolitik.

4. Komplikasi paru melputi:

a. Pneumonia

b. Emplema

c. Pleuritis

5. Komplikasi ginjalmeliputi:

a. Glumerulonepritis

b. Perinepritis

6. Komplikasi pada tulang meliputi:

a. Osteolielitis

b. Pieristitis

c. Atritis

G. PENATALAKSANAAN PASIEN DEMAM TIPOID

Adapun piñata laksanaan pasien deman tipoid yaitu dengan pemberian

antibiaotik untuk menghentikan memusnahkan penyebabaran kuman. Istirahat

dan perawatan yang propesinal juga sangat dibutuhkan untuk mencegah

komplikasi dan mem percepat penyembuhan pasien. Pasien harus tirah baring

sampai tujuh atau empat belas hari. Kebersihan pasien dan kebersihan tempat
tidur harus tetap dijaga,alat makan dan pakean haru bersih. Diet dan terapi

penunjang harus diberi.


PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Ni kadek muliantari


Mulyantari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Bagian SMF Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tenang “PREVALENSI ANTIBODI IgM ANTI-SALMONELLA PADA
PENDERITA DIDUGA DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT PURI BUNDA,
DENPASAR BULAN APRIL –OKTOBER 2014” diperoleh hasil yakni :

Dari Sampel yang dikumpulkan sebanyak 116 pasien yang mengambil tes serologi
di Laboratorium Rumah Sakit Puri Bunda. Terdapat 40 sampel pada bulan
Agustus, 35 sampel pada bulan September dan 41 sampel pada bulan Oktober.
Hasil tes serologis antibodi IgM anti-Salmonella berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin dibahas sebagai berikut. Skor tes dibagi menjadi 4 kelompok

Tabel 1Interpretasi skor tes serologi antibodi IgM anti-Salmonella


skor interptetasi
≤2 Negatif
3 Dalam batasan (pemeriksaan ulang
untuk 3 hari)
4 Positif lemah ( indikasi kemungkinan
adanya infeksi demam tifoid)
6-10 Indikasi Kuat (adanya indikasi positif
terhadap infeksi demam tifoid)
Berikut di bawah ini adalah data presentasi berdasarkan skor kelompok umur,
jenis kelamin dan uji:

Tabel 2 Data sampel mengikut kelompok umur

Umur (tahun) Jumlah


0-1 30
2-20 82
21-40 3
>41 1
Tabel 3 Data sampel mengikut jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah


Laki-laki 54
Perempuan 52
Tabel 4 Data sampel mengikut skor dan interpretasi tes serologi antibodi IgM
anti-Salmonella
Skor Interpretasi Jumlah
≤2 Negative 74
3 Dalam Batasan 13
4 Positif lemah 29
6-10 Indikasi Kuat 0

Seperti yang ditunjukkan di atas, jumlah tertinggi penderita datang ke Rumah


Sakit Puri Bunda adalah anak-anak dan remaja, yaitu sebanyak
82 orang, dan ada 30 bayi berusia 0-1 tahun yang terdaftar sebagai pasien di
Rumah Sakit Puri Bunda. Hal ini karena Rumah Sakit Puri B
unda adalah institusi pelayanan yang melayani banyak ibu dan anak.Angka antara
pasien laki-laki dan perempuan tidak sangat jauh berbeda, di mana laki-laki
melebihi perempuan dengan hanya 2 orang.
Hasil skor tes menunjukkan 74 dari 116 pasien memiliki skor tes terendah ≤ 2,
yaitu hasil negatif. Sebagian besar dari pasien mungkin dating awalnya dengan
keluhan demam (yang merupakan presentasi klinis pertama untuk infeksi tifoid),
tapi akhirnya tidak dikira sebagai pasien yang terinfeksi. Sementara itu, jumlah
kedua tertinggi yaitu pasien yang mendapat skor tes 4 atau positif lemah –
merupakan indikasi demam tifoid. Ada 29 dari mereka mungkin telah
mempresentasikan banyak nya gejala yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut
untuk mendiagnosis demam tifoid. Namun, tidak ada satu pun dari pasien yang
memperoleh skor tes 6-10, yang memberikan indikasi kuat demam tifoid.Terdapat
beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian demam tifoid yaitu
seseorang yang tidak memiliki kekebalan maksimal terhadap penyakit tetapi
mendapat akses ke agen pathogen saat mengkonsumsi air sehingga
memungkinkan terjadinya transmisi bakteri. Pembuangan air dan kebersihan diri
pekerja yang buruk serta penanganan makanan yang tidak bagus jelas akan
menyediakan rute untuk terjadinya infeksi. Situasi akan memburuk ketika
beberapa orang yang mungkin menjadi pembawa tifoid bila najis mereka
mengandung patogen meskipun mereka tidak menunjukkan tanda-tanda umum
dari penyakit. Resistensi multidrug terhadap pengobatan tifoid juga mungkin di
antara faktor-faktor resiko terjadinya demam tifoid.
Tabel 5 Distribusi serologis uji antibodi IgM anti-Salmonella berdasarkan
kelompok umur di Rumah Sakit Puri Bunda

Umur Jumlah
0-1 2-20 21-40 >40
Hasil Jumlah 23 47 3 1 74
laboratorium
Jumlah yang 19.8 15,9 1.9 6 74,0
Negative diharapkan
% di dalam 31.1% 63,5 % 4,1% 1,4% 100 %
hasil
laboratorium
Jumlah 2 11 0 0 13
Jumlah yang 3,5 9,1 3 1 13,0
Garis di harapkan
batasan % di dalam 15,45 84,6% 0,0% 0,0% 10,0%
hasil %
laboratorium
Jumlah 6 23 0 0 29
Jumlah yang 7,8 20,3 8 3 29,0
di harapkan
Positif
% di dalam 20,7% 79,3 % 0.0 0,0% 100%
hasil %
laboratorium
Jumlah 31 81 3 1 116
Jumlah yang 31,0 81,0 3,0 1,0 116,0
Jumlah di harapkan
Jumlah yang 26,7% 69,8% 2,6% 0,9% 100%
di harapkan
Tabel 5 menunjukkan perhitungan distribusi berdasarkan skor tes bila
dibandingkan dengan kelompok umur. Untuk skor ≤ 2 yang merupakan
hasil negatif, kelompok usia 2-20 tahun tercatat tertinggi dengan 47
sampel (63,5%), 23 sampel dari kelompok usia 0-1 tahun (31,1%), 3
dari mereka adalah kelompok umur 21-40 tahun (4,1%) dan hanya 1
orang yang berusia lebih dari 40 tahun atau 1,4% dari seluruh sampel
yang dikumpulkan dengan hasil tes negatif. Sementara itu, hasil tes per
batasan (skor 3) menunjukkan jumlah tertinggi adalah 11 atau 84,6%
dari kelompok usia yang sama seperti sebelumnya: berusia 2-20 tahun.
Dua dari mereka adalah dari umur 0-1 tahun (15,4%). Tidak ada
sampel hasil tes perbatasan yang diperoleh untuk kelompok usia 21-40
tahun dan berusia ≥ 40 tahun. Kelompok usia 2-20 tahun juga memiliki
jumlah sampel tertinggi (23 atau 79,3%) untuk positif lemah dari hasil
tes demam tifoid atau skor 4. Persentase 20,7% atau 6 sampel dari
kelompok umur 0-1 tahun merupakan jumlah kedua tertinggi dari
sampel yang dikumpulkan dan terdeteksi sebagai skor 4.
Pada distribusi data di atas, dapat dilihat perbandingan antara hasil
skor tes berdasarkan setiap kelompok umur. Kelompok usia 2-20 tahun
memiliki jumlah sampel tertinggi di tiga hasil skor tes yang berbeda,
sedangkan kelompok usia 0-1 tahun mencatat jumlah sampel kedua
tertinggi. Hal ini mungkin karena Puri Rumah Sakit Bunda adalah
sebuah institusi yang sangat melayani ibu dan anak, maka jumlah
sampel menunjukkan peningkatan yang signifikan pada bayi dan anak-
anak. Terdapat sampel yang diperoleh sangat sedikit untuk kedua kelo
mpok usia 21-40 tahun dan yang berusia ≥ 40 tahun.

Data distribusi serologis uji antobodi IgM anti-Salmonella


berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Puri Bunda
Tabel 6 menunjukkan perhitungan distribusi berdasarkan skor tes bila
dibandingkan dengan jenis kelamin pasien-laki-laki dan perempuan.
Terdapat 46 laki-laki (55,4%) dan 37 perempuan (44,6%) untuk skor ≤
2 yang menunjukkan hasil negatif. Oleh karena itu, keseluruhannya
adalah 83 diuji negatif. Laki-laki dan wanita memiliki jumlah masing-
masing 3 orang untuk skor 3 (borderline),maka masing-masing memiliki
persentase 50%.Terdapat13 laki-laki (48,1%) dan 14 perempuan
(51,9%) untuk skor tes 4 yaitu positif lemah. Namun, tidak ada sampel
dengan skor tes 6-10 yang menunjukkan indikasi kuat dari infeksi
demam tifoid. Oleh karena itu, tidak ada data yang tercatat pada tabel
di atas. Secara keseluruhan, jumlah laki-laki dan wanita adalah
sebanyak116 sampel.

Tabel 6 Data distribusi serologis uji antibodi IgM anti-Salmonella


berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Puri Bunda
Umur Jumlah
0-1 2-20 21-40 >40
Hasil Jumlah 23 47 3 1 74
laboratorium
Jumlah yang 19.8 15,9 1.9 6 74,0
Negative diharapkan
% di dalam 31.1% 63,5 % 4,1% 1,4% 100 %
hasil
laboratorium
Jumlah 2 11 0 0 13
Jumlah yang 3,5 9,1 3 1 13,0
Garis di harapkan
batasan % di dalam 15,45 84,6% 0,0% 0,0% 10,0%
hasil %
laboratorium
Jumlah 6 23 0 0 29
Jumlah yang 7,8 20,3 8 3 29,0
di harapkan
Positif
% di dalam 20,7% 79,3 % 0.0 0,0% 100%
hasil %
laboratorium
Jumlah 31 81 3 1 116
Jumlah yang 31,0 81,0 3,0 1,0 116,0
Jumlah di harapkan
Jumlah yang 26,7% 69,8% 2,6% 0,9% 100%
di harapkan

.
DAFTAR PUSTAKA

Akhisin Zulkoni, 2011. Patologi Untuk Kesehatan masyarakat dan Tehnik

Lingkungan.Nuha Medika, Yogyakarta.

Aziz Alimul Hidayat,2012. Pengantar Ilmu Keperawatan anak. Selemba

Medika, Jakarta

Wagner, H., and Jurcic, K., 2014, Assay for immunomodulation and effect

on

mediators of inflammmation dalam Dey, P.M., and Harborne, J.B., editor,

Methodsin plants biochemistry; assay for bioactivity, Vol. VI, Academic

Press.

Septiawan, I K., Herawati, S., Yasa, I W.P.S. 2011.Pemeriksaan

Immunoglobulin M Anti Salmonella Dalam Diagnosis Demam Tifoid.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Baratawidjaja , KG & Rengganis , I 2010, Imunologi Dasar, 9th ed,

Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 162

https://www.google.co.id/search?

biw=1366&bih=657&noj=1&q=dapus+tentang+salmonella+Konterman+

%2C+201+1&oq=dapus+tentang+salmonella+Konterman+

%2C+201+1&gs_l=serp.12...93580.94520.0.96496.2.2.0.0.0.0.207.207.2-

1.1.0....0...1c.1.64.serp..1.0.0.F40_K3trqfI

Anda mungkin juga menyukai