Anda di halaman 1dari 33

SHALAT WAJIB

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah:

“Fiqh”

Dosen Pengampu:

Abdan Rahim, M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 3:

Novelita Lastari

NIM: 170102040008

Nanda Aprileyani Putri

NIM: 170102040050

Winda Ariyani

NIM: 170102040070

Muhammad Syarasi

NIM: 170102040469

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURURAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

2019
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rukun Islam ada lima, salah satunya adalah salat. Salat sangat penting untuk kita
sebagai hamba Allah yang taat kepada aturan-Nya karena yang paling pertama
dihisab atau dihitung amal perbuatan kita selama dunia adalah perkara salat.
Salat adalah investasi besar dan turut berandil besar pula untuk menuju ke alam
yang kekal nantinya. Perintah salat ini sudah ada jauh sebelum nabi Muhammad
SAW. dan ini adalah menjadi hal yang sangat berperan penting untuk kehidupan kita
kelak. Apapun masalah yang biasa kita hadapi atau diuji hanya dengan salat dan
senantiasa bertawakkal kepada Allah maka Allah akan memberikan solusi dan jalan
yang terbaik buat hamba-Nya.
Seperti yang diketahui bahwa salat ada yang fardhu dan ada yang sunnah. Salat
fardhu adalah salat yang wajib dilaksanakan oleh mubaligh setiap hari selama lima
kali. Terkadang banyak orang masih belum punya cukup wawasan lebih dalam
permasalahan atau pertanyaan yang timbul dalam diri mengenai salat, bagaimana tata
caranya, syarat sah dan rukun salat dan sebagainya. Maka dari itu dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai salat fardhu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja pengertian dan dalil-dalil mengenai salat?


2. Apa saja macam-macam salat fardhu serta waktu salat fardhu?
3. Bagaimana syarat wajib dan sah pada salat fardhu?

2
4. Bagaimana rukun-rukun dalam salat?
5. Bagaimana sunnah-sunnah dalam salat?
6. Apa saja hal-hal yang membatalkan salat?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa saja pengertian dan dalil-dalil mengenai salat.


2. Mengetahui apa saja macam-macam salat fardhu serta waktu salat fardhu.
3. Mengetahui syarat wajib dan sah pada salat fardhu.
4. Mengetahui rukun-rukun dalam salat.
5. Mengetahui sunnah-sunnah dalam salat.
6. Mengetahui apa saja hal-hal yang membatalkan salat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Fardhu dan Dalil

Asal makna salat menurut bahasa arab ialah doa, tetapi yang dimaksud di sini
adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang
ditentukan.
Firman Allah Swt
‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ َّ ‫ۗ وأَقِ ِم ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۖ إِ َّن ال‬ َ
“Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan-
perbuatan keji dan munkar.”1
Mengenai solat fardhu, solat fardhu adalah solat yang diwajibkan bagi tiap-tiap
orang dewasa yang dilakukan sehari lima kali setiap hari. Mula- mula turunnya
perintah wajib salat itu ialah pada malam Isra’, setahun sebelum tahun hijriyah.2

D. Macam- Macam dan Waktu Solat Fardhu

Dalam solat fardhu, wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap mukallaf (orang yang telah
baligh lagi berakal) ialah lima kali sehari semalam. Solat fardhu terdiri dari 5 waktu
sholat, yaitu:

 Solat Lohor (Zuhur).


1
Quran Surah Al-Ankabut (29): 45.
2
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2017), h. 53.

4
Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertengahan langit.
Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu sama dengan panjangnya,
selain dari bayang- bayang yang ketika matahari menonggak (tepat di atas
ubun-ubun).

 Solat Ashar.
Waktunya mulai dari habisnya waktu lohor, bayang- bayang sesuatu lebih
daripada panjangnya selain dari bayang-bayang yang ketika matahari sedang
menonggak, sampai terbenam matahari.
 Solat Maghrib.
Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (teja) merah.
Maksud dari syafaq disini ialah cahaya matahari yang terpancar di tepi langit
sesudah terbenamnya. Ada dua rupa, mula-mula merah, sesudah hilang yang
merah ini datang cahaya putih kedua.
 Solat Isya.
Waktunya mulai dari terbenam syafaq merah (sehabis waktu maghrib)
sampai terbit fajar kedua. Maksud dari terbit fajar kedua ialah cahaya
matahari sewaktu akan terbit, bertebaran melintang di tepi langit sebelah
timur.
 Solat Subuh.
Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbitnya matahari.3
Adapun hadits yang berkaitan dengan waktu solat fardhu:
ُّ َ‫ت ا‬
‫ إِ َذا‬: ‫لظه ِْر‬ َّ ِ‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما – أَ َّن اَلنَّب‬
ُ ‫ ” َو ْق‬:‫ي – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل‬ ِ ‫َوع َْن َع ْب ِد هَّللَا ِ ْب ِن َع ْم ِر ٍو – َر‬
َّ َ‫فَ َّر ا‬t‫َص‬
, ُ‫ ْمس‬t‫لش‬ ْ ‫ا لَ ْم ت‬tt‫ َم‬:‫ ِر‬t‫ص‬ْ ‫ت اَ ْل َع‬ ْ ‫ ِر اَ ْل َع‬t‫ض‬
ُ ‫ َو َو ْق‬,ُ‫ر‬t‫ص‬ ُ ْ‫ا لَ ْم تَح‬tt‫ َم‬,‫ ِه‬tِ‫ ِل َكطُول‬t‫ َو َكانَ ِظلُّ اَل َّر ُج‬, ُ‫ت اَل َّش ْمس‬ِ َ‫زَ ال‬
:‫ْح‬ ُّ ‫الَ ِة‬t‫ص‬
ِ ‫ب‬t‫الص‬ َ ‫ت‬ُ ‫ َو َو ْق‬,‫ل‬t ِ t‫ف اَللَّ ْي‬
ِ t‫ص‬ْ ِ‫ إِلَى ن‬:‫صاَل ِة اَ ْل ِع َشا ِء‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ َو َو ْق‬,ُ‫ب اَل َّشفَق‬ ِ ‫صاَل ِة اَ ْل َم ْغ ِر‬
ِ ‫ َما لَ ْم يَ ِغ‬:‫ب‬ ُ ‫َو َو ْق‬
َ ‫ت‬
ْ ‫ِم ْن طُلُوْ ع الفَجْ ِر َما لَ ْم ت‬
ُ‫َطلُ ِع ال َّش ْمس‬ ِ
( ‫) َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬

3
Ibid., h. 61-62.

5
Artinya:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata, “Waktu shalat Zuhur jika matahari sudah tergelincir ke barat ketika
itu panjang bayangan sama dengan tinggi seseorang, selama belum masuk shalat
‘Ashar. Waktu shalat ‘Ashar adalah selama matahari belum menguning. Waktu
shalat Maghrib adalah selama belum hilang cahaya merah pada ufuk barat. Waktu
shalat Isya adalah sampai pertengahan malam. Waktu shalat Shubuh adalah dari
terbit fajar selama belum terbit matahari.”4
Lebih baik hendaklah salat itu dikerjakan di awal waktunya, dan haram
mentakhirkan (melalaikan) salat sampai habis waktunya, serta makruh tidur sesudah
masuk waktu salat, sedangkan ia belum salat.
Firman Allah Swt.
. َ‫صاَل تِ ِه ْم َساهُوْ ۙن‬
َ ‫ الَّ ِذ ْينَ هُ ْم ع َْن‬. َ‫صلِّ ْي ۙن‬
َ ‫فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم‬
Artinya:
Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap
salatnya.5

E. Syarat-Syarat Shalat

Secara bahasa, syarat berarti “sesuatu yang wajib ada dan tetap ada” [Zainudin
Al-Malibari, 2001:25]. Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, yaitu
shalat wajib dan syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang
wajib melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan
shalat seseorang diterima secara syara’ berikut syarat-syarat tersebut.
1. Syarat Wajib Shalat
a. Islam

H.R. Muslim no. 612.


4

Quran Surah Al-Ma’un (107): 4-5.


5

6
Ini adalah syarat pertama yang membuat seseorang wajib mengerjakan
shaat. Setiap orang Islam yang sudah baligh wajib melaksanakan shalat
fardhu kapan pun, di mana pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Orang
non-muslim atau kafir tidak diwajibkan melaksanakan shalat. Hal ini
didasarkan sabda Rasulullah SAW. kepada Mu’adz bin Jabal
“Ajaklah mereka untuk bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka menuruti ajakanmu,
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat lima
kali sehari semalam.”6
b. Berakal sehat
Berakal sehat artinya tidak mengalami gangguan jiwa. Seorang muslim
dewasa yang mengalami gangguan jiwa tidak diwajibkan untuk
melaksanakan shalat. Rasulullah SAW bersabda
‫ َوع َِن ْال َمجْ نُوْ ِن َحتَّى يَ ْعقِ َل‬،‫صبِ ِّي َحتَّى يَحْ تَلِ َم‬
َّ ‫ َو َع ِن ال‬،َ‫ َع ِن النَّائِ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقِظ‬:‫رُ فِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَالَثَ ٍة‬
“Pena (catatan perbuatan) diangkat dari tiga orang, yaitu orang yang
tidur hingga ia terbangun, anak kecil hingga ia dewasa dan orang gila
hingga akalnya kembali normal.”7
c. Baligh
Baligh adalah usia tertentu ketika seorang muslim mulai dibebani
kewajiba-kewajiban agama atau biasa disebut dengan tahap dewasa.
Rasulullah SAW bersabda,
ْ ‫ا ُء ع‬ttَ‫ا َوهُ ْم أَ ْبن‬ttَ‫ ِربُوْ هُ ْم َعلَ ْيه‬t‫اض‬
، َ‫نِ ْين‬t‫ ِر ِس‬t‫َش‬ ْ ‫ َو‬، َ‫نِ ْين‬t‫ب ِْع ِس‬t‫صاَل ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َس‬
َّ ‫ُمرُوْ ا أَوْ اَل َد ُك ْم بِال‬
َ ‫َوفَرِّ قُوْ ا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬
‫ضا ِج ِع‬
“Perintahlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat jika mereka
sudah berusia tujuh tahun, pukullah mereka karena meninggalkannya jika

HR. Bukhari.
6

HR. Ahmad dan Imam Empat kecuali Tirmidzi.


7

7
sudah berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara
mereka(antara anak laki-laki dan anak perempuan).”8
Untuk mengetahui ciri-ciri muslim yang telah baligh, Syekh Nawawi al-
Bantani dalam kitab Kasyifatus Saja’ menguraikan tanda-tanda berikut:
1) Apabila seorang anak laki-laki atau perempuan sudah mencapai
usia 15 tahun berdasarkan kalender Qamariyah
2) Apabila seorang anak laki-laki sudah ihtilam (keluar air sperma)
karena mimpi basah atau yang lainnya.
3) Apabila seorang anak perempuan sudah mengalami haid atau
menstruasi pada usia 9 tahun menurut kalender Qamariyah
d. Suci dari Haid dan Nifas
Bagi seorang muslim perempuan, syarat wajib shalat juga meliputi
kesucian badan mereka, baik suci dari haid maupun nifas. Shalat tidak wajib
bagi wanita yang sedang mengalami haid atau nifas. Ketentuan ini
disebutkan dalam sebuah hadits Nabi tentang Fatimah binti Abu Hubaish
yang sedang mengalami haid. Rasulullah SAW berkata kepadanya,
“Haid biasanya berwarna hitam dan dapat dikenali. Jika sedang haid,
berhentilah shalat. Jika warna darahnya lain, berwudhulah (dan shalatlah),
sebab itu adalah darah penyakit.”9
e. Sudah Mengerti Ajaran Islam
Orang-orang yang menganut animisme, dinamisme atau keyakinan yang
lain namun kemudian mendengar dakwah Islam dan memutuskan untuk
masuk Islam maka wajib baginya untuk melaksanakan segala kewajiban
yang ada dalam ajaran Islam, termasuk shalat. Allah SWT berfirman
‫ا‬tt‫ َرى َو َم‬t‫از َرةٌ ِو ْز َر أُ ْخ‬ َ ‫َّم ِن ا ْهتَدَى فَإِنَّ َما يَ ْهتَدي لِنَ ْف ِس ِه َو َمن‬
ِ َ‫ض َّل فَإِنَّ َما ي‬
ِ tَ‫ضلُّ َعلَ ْيهَا َوالَ ت‬
ِ ‫ز ُر َو‬t
ً‫ث َرسُوال‬ َ ‫ين َحتَّى نَ ْب َع‬ tَ ِ‫ُكنَّا ُم َع ِّذب‬

HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim.


8

HR. Abu Dawud.


9

8
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang
rasul.”10
Dengan demikian, orang yang belum pernah mengetahui ajaran Islam
tidak wajib menjalankan perintah apa pun dalam agama Islam.11

2. Syarat Sah Shalat


Para ulama fikih menyatakan bahwa syarat sah shalat meliputi lima hal
berikut:
a. Suci Badan dari Hadats dan Najis
Dalam hal ini sebelum melakukan shalat seseorang harus bersuci dari
hadats besar maupun kecil, dengan mandi, berwudhu atau bertayammum
sesuai dengan keadannya masing-masing. Keharusan bersuci ini didasarkan
atas beberapa dalil ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW, antara lain :
‫ح ُۡوا‬t ‫ق َو امۡ َس‬t ۡ
ِ tِ‫ ِدیَ ُکمۡ اِلَی ال َم َراف‬t‫وہَ ُکمۡ َو اَ ۡی‬t ۡ t‫لُ ۡوا ُو ُج‬t ‫اغ ِس‬ ۡ َ‫ ٰلو ِۃ ف‬t ‫الص‬َّ ‫وا اِ َذا قُمۡ تُمۡ اِلَی‬tۡۤ tُ‫ا الَّ ِذ ۡینَ ٰا َمن‬ttَ‫ٰۤیاَیُّہ‬
‫ضی اَ ۡو ع َٰلی َسفَ ٍر‬ ٰۤ ‫ب ُر ُء ۡوس ُکمۡ و اَ ۡر ُجلَ ُکمۡ الَی ۡال َک ۡعب ۡین ؕ و ا ۡن ُک ۡنتُمۡ ُجنُبًا فَاطَّہر ُۡوا ؕ و ا ۡن ُک ۡنتُمۡ م ۡر‬
َّ ِ َ َّ ِ َ ِ َ ِ َ ِ ِ
‫ح ُۡوا‬t‫ا فَامۡ َس‬ttً‫طیِّب‬ َ ‫ ِع ۡیدًا‬t‫ص‬ َ ‫وا‬tۡ t‫ٓا ًء فَتَیَ َّم ُم‬tt‫ د ُۡوا َم‬t‫ٓا َء فَلَمۡ تَ ِج‬t‫اَ ۡو َجٓا َء اَ َح ٌد ِّم ۡن ُکمۡ ِّمنَ ۡالغَٓائِ ِط اَ ۡو ٰل َم ۡستُ ُم النِّ َس‬
‫ ُد لِیُطَہِّ َر ُکمۡ َو لِیُتِ َّم‬t‫ج َّو ٰل ِک ۡن ی ُِّر ۡی‬ ‫ہّٰللا‬
ٍ ‫ َر‬t‫ َل َعلَ ۡی ُکمۡ ِّم ۡن َح‬t‫ ُد ُ لِیَ ۡج َع‬t‫ا ی ُِر ۡی‬tt‫ ِد ۡی ُکمۡ ِّم ۡنہُ ؕ َم‬t‫و ِہ ُکمۡ َو اَ ۡی‬t ۡ t‫بِ ُو ُج‬
َ‫نِ ۡع َمت َٗہ َعلَ ۡی ُکمۡ لَ َعلَّ ُکمۡ ت َۡش ُکر ُۡون‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan

10
Quran Surah Al-Isra: 15.
11
Amirulloh Syarbini dan Novi Hidayati Afsari, Rahasia Superdahsyat dalam Sabar dan
Shalat, (Jakarta: Qultum Media, 2012), h. 67-69.

9
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”12
Selain suci dari hadats juga disyaratkan suci badan, pakaian dan tempat
shalat dari najis. Allah SWT berfirman
ْ‫ك فَطَهِّر‬
َ َ‫َوثِيَاب‬
“Dan pakaianmu bersihkanlah.”13
‫صلِّ ْي‬
َ ‫ت فَا ْغتَ ِسلِ ْي َو‬ َّ ‫ضةَ فَ َد ِع ْي ْال‬
ِ ْ‫صاَل ةَ َواِ َذا اَ ْدبَر‬ َ ‫ت ْال َح ْي‬
ِ ‫اِ َذا اَ ْقبَ ْل‬
“Apabila datang haid maka tinggalkanlah shalat dan apabila haid itu
telah pergi maka basuhlah darah itu darimu dan shalatlah.”
Ayat dan hadits diatas menunjukkan keharusan menyucikan badan dari
najis, sedangkan keharusan kesucian pakaian diambil dari perintah Rasul
SAW untuk mencuci pakaian yang terkena darah haid.
Dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah ra, diceritakan
bahwa seorang Arab Badui berdiri dan kencing di dalam mesjid. Umat Islam
yang waktu itu melihatnya serempak berdiri untuk memukulnya. Melihat hal
tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda: 
“Biarkan! Tuangkan saja seember air pada air kencingnya itu.
Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan bukan
menimbulkan kesukaran.”14
Berdasarkan persyaratan ini, maka jika seseorang melakukan shalat
padahal di badan, pakaian atau tempat shalatnya terdapat najis yang tidak
dimaafkan, maka shalatnya tidak sah. Demikian pula jika badan, pakaian

12
Quran Surah Al-Maidah (5): 6.
13
Quran Surah Al-Muddatstsir: 4.
14
HR. Jamaah kecuali Muslim.

10
atau tempat shalatnya terkena najis ketika ia melakukan shalat maka
shalatnya menjadi batal sebab syaratnya tidak terpenuhi lagi.
Najis yang dimaafkan itu antara lain:
1) Najis tanah jalanan yang selalu sulit menghindarinya dan ini
relative terkait dengan tempat, waktu dan keadaan masing-masing
2) Najis yang tersisa pada dubur atau qubul setelah istinja dengan batu
3) Darah kutu
4) Kencing dan tahi lalat dan lipas
5) Darah jerawat (basarat)
6) Darah bekas berbekam
7) Cairan luka dan bisul
Najis-najis ini dimaafkan bila hanya sedikit, sedangkan bila banyak
tidak dapat dimaafkan lagi. 15
b. Menutup aurat
Aurat adalah anggota badan yang harus ditutupi berdasarkan syariat
agama. Agama mensyariatkan untuk menutup aurat bagi setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan. Ketentuan aurat laki-laki adalah apa yang ada
di antara perut dan lutut.
Sedangkan aurat perempuan seluruh anggota badan kecuali muka dan
telapak tangan. Rasulullah SAW bersabda :
‫الركبتين من العور ِة‬
tِ َ ‫أسف ِل ال ُّس َّر ِة وفو‬
‫ق‬
Aurat laki-laki adalah segala sesuatu yang ada antara pusat (pusar)
dan lutut.16
Apabila kita perhatikan makna harfiah dari hadits di atas adalah seorang
laki-laki diperbolehkan menutup aurat hanya antara pusar dan lutut. Akan
tetapi kalau kita kaji lebih mendalam apakah hal ini sesuai dengan ajaran

15
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu , 1995), h. 60-62.
16
HR. Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi.

11
akhlak, etika dan sopan santun yang seharusnya diterapkan dalam masalah
ubudiyah (peribadatan kepada Allah).
Menutup aurat laki-laki antara pusar dan lutut hanya memungkinkan
bila keadaan yang mendesak dan tidak ada lagi yang dapat di perbuat. Allah
SWT, berfirman dalam Al-Qur’an bahwa orang Islam baik laki-laki maupun
perempuan hendaknya memakai pakaian yang baik ketika shalat. Firman-
Nya : 
ِ ‫ْرفُوا ۚ إِنَّهُ اَل يُ ِحبُّ ْال ُمس‬
َ‫ْرفِين‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َواَل تُس‬
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.17
Karenanya, setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan yang akan
melaksanakan shalat, terlebih lagi dilaksanakan di masjid secara berjamaah
hendaknya mengenakan busana yang baik dan tidak berlebih-lebihan,
sehingga orang yang bertemu akan merasa nyaman dan mempunyai kesan
bahwa Islam itu indah.18
Rasulullah SAW bersabda tentang pakaian shalat untuk perempuan
“Allah tidak akan menerima shalat perempuan yang telah baligh
melainkan dengan khimar (kerudung/mukena).”19
c. Mengetahui Waktu Shalat
Ketika akan melaksanakan shalat, terlebih dahulu kita harus mengetahui
apakah sudah masuk waktu shalat atau belum? Hal ini dilakukan untuk
menghindari shalat yang dilaksanakan sebelum waktunya. Shalat yang

17
Quran Surah Al-‘Araf: 31.
18
M. Khalilurrahman Al Mahfani, Buku Pintar Shalat Pedoman Shalat Lengkap Menuju
Shalat Khusyuk, (Jakarta: Wahyu Media, 2008), h. 69-71.
19
HR. Ahli Hadits yang Lima kecuali Nasa’I dari Aisyah.

12
dilakukan sebelum waktu yang ditentukan hukumnya tidah sah. 20 Hal ini
telah diterangkan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
َّ ‫أَقِي ُموا‬ttَ‫اط َمأْنَ ْنتُ ْم ف‬
ۚ َ‫اَل ة‬t ‫الص‬ ْ ‫صاَل ةَ فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ُك ْم ۚ فَإ ِ َذا‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
‫َت َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َموْ قُوتًا‬
ْ ‫صاَل ةَ َكان‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.”21
d. Menghadap kiblat
Mengerjakan shalat harus menghadap kiblat. Dalam keadaan sakitpun
shalat yang dikerjakan harus pula menghadap kiblat. Rasulullah SAW
bersabda:
‫إذا قمت إلى الصالة فأسبغ الوضوء ثم استقبل القبلة‬
“Jika kamu hendak shalat sempurnakanlah wudhu kemudian
menghadaplah ke arah kiblat.”22
Allah SWT berfirman.
ۚ ‫ َر ِام‬t‫ ِج ِد ْٱل َح‬t‫ط َر ْٱل َم ْس‬ ْ t‫ك َش‬ َ tَ‫ َولِّ َوجْ ه‬tَ‫ ٰىهَا ۚ ف‬t‫ض‬ َ ْ‫ةً تَر‬tَ‫ك قِ ْبل‬ َ َّ‫ك فِى ٱل َّس َمٓا ِء ۖ فَلَنُ َولِّيَن‬
َ ‫ب َوجْ ِه‬ َ ُّ‫قَ ْد نَ َر ٰى تَقَل‬
۟ ُ‫ط َر ۥهُ ۗ َوإ َّن ٱلَّ ِذينَ أُوت‬
َ َ‫وا ْٱل ِك ٰت‬
ُّ ‫ب لَيَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ْٱل َح‬ ْ ‫وا ُوجُوهَ ُك ْم َش‬ ۟ ُّ‫ْث ما ُكنتُ ْم فَ َول‬
‫ا‬tt‫ق ِمن َّربِّ ِه ْم ۗ َو َم‬ ِ َ ُ ‫َو َحي‬
َ‫ٱهَّلل ُ بِ ٰ َغفِ ٍل َع َّما يَ ْع َملُون‬
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
20
Amirulloh Syarbini dan Novi Hidayati Afsari, Rahasia Superdahsyat dalam Sabar dan
Shalat, h. 72.
21
Quran Surah An-Nisa: 103.
22
HR. Muslim dari Khalad bin Rafi’i.

13
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.”23
Adapun shalat bagi orang yang melaksanakan shalat di dalam
kendaraan, maka kiblatnya mengikuti arah kendaraan. Rukuk dan sujud
cukup dengan isyarat kepala dan sujud yang dilakukan harus lebih rendah
dari pada rukuk.24 Hal ini didasarkan pada hadits yang bersumber dari Amir
bin Rabi’ah:
“Saya melihat Rasulullah SAW shalat di atas kendaraan mengikuti arah
kendaraan itu.”25

F. Rukun Salat

1. Niat
Arti niat ada dua :

a. Asal makna niat ialah “menyengaja” suatu perbuatan. Dengan adanya


kesengajaan ini, perbuatan dinamakan dari kemauan sendiri bukan
dipaksa.
b. Niat pada syara’ (yang menjadi rukun salat dan ibadah yang lain), yaitu
menyengaja suatu perbuatan, karena mengikuti perintah Allah supaya
diridhoi-Nya. Inilah yang dinamakan ikhlas. Maka orang yang salat
hendaklah sengaja mengerjakan salat, karena mengikuti perintah Allah
semata-mata agar mendapat keridhaan-Nya begitu juga ibadah yang
lain.
Firman Allah Swt :

‫صينَ هَّللا َ لِيَ ْعبُدُوا إِاَّل أُ ِمرُوا َو َما‬


ِ ِ‫ال ِّدينَ لَهُ ُم ْخل‬

23
Quran Surah Al-Baqarah: 144.
24
M. Khalilurrahman Al Mahfani, Buku Pintar Shalat Pedoman Shalat Lengkap Menuju
Shalat Khusyuk, h. 68-69.
25
HR. Bukhari dan Muslim dari Amir bin Rabi’ah.

14
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”26

Sabda Rasullulah Saw :

‫ت ْاألَ ْع َما ُل إِنَّ َما‬


ِ ‫بِالنِّيَّا‬

“Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat.”27

2. Berdiri bagi orang yang kuasa


Amar bin Husban berkata “Saya berpenyakit bawasir, maka saya bertanya
kepada Nabi SAW tentang shalat. Beliau berkata, ‘shalatlah sambil berdiri,
kalau tidak kuasa shalatlah sambil duduk, kalau tidak kuasa duduk, shalat
sambil berbaring.”28 Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh salat sambil duduk
kalau tidak kuasa duduk boleh berbaring dan kalau tidak kuasa berbaring, boleh
menelentang kalau tidak kuasa juga demikian, salatlah sekuasanya, sekalipun
dengan isyarat. yang penting salat tidak boleh ditinggalkan selama Iman masih
ada orang yang di atas kendaraan kalau takut jatuh akan takut mabuk ia boleh
salat sambil duduk, percaya akan nasehat tabib yang mahir ganjaran duduk dan
berbaring itu kurang dari ganjaran berdiri apabila dilakukan ketika mampu tetapi
jika dilakukan, karena berhalangan ganjarannya tetap sempurna seperti salat
berdiri.

3. Takbiratul ihram

Quran Surah Al-Bayyinah: 5.


26

HR. Bukhari dan Muslim.


27

28
HR. Bukhari, dan Nasai menambahkan, “kalau tidak juga kuasa, salatlah sambil
menelantang. Allah tidak memberati seorang melainkan sekuasanya”.

15
Takbiratul Ihram adalah termasuk dari rukun ibadah Sholat, oleh karena itu
tanpanya (takbiratul Ihram) maka tidak ada sholat alias tidak sah sholatnya. Di
dalam terjemahan lain kalimat tersebut diterjemahkan dengan :

“Kunci shalat adalah bersuci, memulainya dengan takbir, dan


mengakhirinyadengan salam.”29

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW masuk ke masjid, kemudian


masuk pula seseorang laki-laki, lalu dia mengerjakan salat. Sesudah salat, laki-
laki itu datang kepada nabi dan memberi salam. Nabi menjawab salam laki-laki
itu, kemudian beliau berkata, “Salatlah kembali karena engkau belum salat.
Laki-laki itu lalu salat kembali seperti tadi, sesudah itu ia memberi salam
kepada Nabi, dan Nabi berkata, “Salatlah kembali, karena engkau belum salat”.
Hal itu terjadi sampai tiga kali. Laki-laki itu lalu berkata, “Demi Tuhan yang
telah mengutusmu membawa kebenaran, saya tidak dapat melakukan cara lain
selain cara yang tadi. Sebab itu, ajarlah saya.”

Sabda Nabi, “Apabila engkau berdiri memulai salat, takbirlah! sesudah itu
bacalah mana yang engkau dapat membacanya dari Al-Qur’an, kemudian
rukuklah sehingga ada diam sebentar dalam rukuk itu, dan bangkitlah sampai
engkau berdiri lurus. Sesudah itu, kemudian bangkitlah dari sujud sampai
engkau diam pula sebentar dalam sujud itu, kemudian bangkitlah dari sujud
sampai engkau diam pula sebentar dalam duduk itu, sesudah itu sujudlah
kembali sampai engkau diam pula sebentar dalam sujud itu. Kerjakanlah seperti
itu dalam setiap salat mu.” sepakat ahli hadis dan pada riwayat Ibnu Majah
disebutkan, “Kemudian bangkitlah sehingga engkau diam sejenak ketika berdiri
itu.”

4. Membaca surah Fatihah

29
HR. Abu Daud 618, HR. Tirmidzi no. 238 dan Ibnu Majah no. 276.

16
Imam Maliki, Syafi'I, Ahmad bin Hanbal, dan jumhurul ulama telah
bersepakat bahwa membaca Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat salat itu wajib, dan
menjadi rukun salat baik salat fardhu ataupun salat sunat. Mereka beralasan
kepada hadits-hadits tersebut di atas. Al-hanafiyah berpendapat bahwa yang
fardhu dibaca ialah Al-Qur’an tidak tertentu pada Al-Fatihah saja pendapat ini
berdasarkan pada ayat Al-Qur’an. Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca
Al-Fatihah bagi makmum yang mendengar bacaan imam nya termasuk rukun
salat. Berarti apabila ia tidak membaca Al-Fatihah, shalatnya tidak sah.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa makmum yang mendengar


bacaan imam nya tidak wajib bahkan tidak boleh membaca Al Fatihah. Mereka
mengemukakan alasan ayat tersebut secara umum atau Global. Mereka tidak
menghubungkan dengan hadits-hadits tersebut, karena menurut pendapat mereka
derajat kekuatan hadis tersebut tidak sama dengan kekuatan ayat. Maka menurut
paham mereka, yang lebih kuat tidak dapat dikalahkan oleh yang kurang kuat.
Dengan kata lain hadis yang tidak sampai ke derajat mutawatir tidak boleh
dipakai untuk menafsirkan atau mengurangi maksud ayat. Orang yang tidak
dapat membaca sebagian surat Al-Fatihah hendaklah membaca semampunya
walaupun satu ayat, dan jika sama sekali tidak dapat, hendaklah ia berdiri saja
selama masa membaca Al-Fatihah itu.

5. Rukuk serta tuma'ninah


Adapun rukuk bagi orang yang salat berdiri sekurang-kurangnya adalah
menunduk kira-kira dua tapak tangannya sampai ke lutut, sedangkan yang
baiknya ialah betul-betul menunduk sampai datar atau lurus tulang punggung
dengan lehernya 90°, serta meletakkan dua tapak tangan ke lutut. rukuk untuk
orang yang salat duduk sekurang-kurangnya ialah sampai muka sejajar dengan
lututnya, sedangkan yang baik nya yaitu muka sejajar dengan tempat sujud.

6. I'tidal serta tuma'ninah

17
Berdiri tegak kembali seperti posisi ketika membaca Al-Fatihah.
Tuma’ninah adalah sebagai salah satu rukun shalat diantara rukun shalat yang
lainnya. Tuma’ninah juga sebagai sarana mencapai tingkat kesempurnaan shalat,
guna membangkitkan kesadaran diri bahwa anda sedang berhadapan dengan Zat
Yang Maha Kuasa. Tenang sejenak setelah semua anggota badan berada pada
posisi sempurna ketika melakukan suatu gerakan rukun shalat. Tumakninah
ketika rukuk, berarti tenang sejenak setelah rukuk sempurna. Tuma’ninah ketika
sujud berarti tenang sejenak setelah sujud sempurna, Sabda Rasulullah SAW,
“Kemudian bangkit lah engkau sehingga berdiri tegak umtuk i’tidal.”30

7. Sujud dua kali serta tuma’ninah


Sabda rasululah Saw:

“Kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud, kemudian


bangkit lah engkau hingga diam untuk duduk, kemudian sujudlah engkau hingga
diam untuk sujud.”31

Sekurang-kurangnya sujud adalah meletakkan dahi ke tempat sujud. Sabda


Rasulullah SAW, “Apabila engkau sujud, letakkanlah dahimu dan janganlah
engkau mencotok seperti cotok ayam”.32 Sebagian ulama mengatakan bahwa
sujud itu wajib dilakukan dengan tujuh anggota. Dari dua telapak tangan, dua
lutut, dan ujung jari kedua kaki. Sabda Rasulullah, “Saya disuruh supaya sujud
dengan tujuh tulang, yaitu dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung kedua
kaki”.33 Sujud hendaknya dengan posisi mengungkit, berarti pinggul lebih tinggi
daripada kepala.

8. Duduk diantara dua sujud serta tuma'ninah (diam sebentar)

30
HR. Bukhari dan Muslim.
31
HR. Bukhari dan Muslim.
32
HR. Ibnu Hibban.
33
HR. Bukhari dan Muslim.

18
Sabda Rasulullah, “Kemudian sujudlah engkau hingga diam untuk sujud,
kemudian bangkit lah engkau hingga diam untuk duduk, kemudian sujudlah
engkau hingga diam pula untuk sujud”.34

9. Duduk akhir
Untuk tasyahud akhir, shalawat atas Nabi SAW dan atas keluarga beliau,
keterangan yaitu amal Rasulullah (beliau selalu duduk ketika membaca tasyahud
dan Shalawat).

10. Membaca tasyahud akhir


Dari Ibnu Mas'ud Rasulullah berkata, “Apabila salah seorang diantara
kamu salat, hendaklah ia membaca tasyahud: ‘segala kehormatan, segala doa
dan ucapan-ucapan yang baik kepunyaan Allah. Mudah-mudahan turunlah
sejahtera atasmu hai Nabi, dan begitu juga rahmat Allah dan karunia-Nya.
Mudah-mudahan dilimpahkan pula sejahtera atas kita sekalian dan atas hamba
Allah yang sholeh-sholeh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang sebenar-
benarnya melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu hamba
dan utusan-Nya’.” Sambungan hadis, “Kemudian hendaklah ia memilih doa
yang dikehendakinya.”35

11. Membaca salawat atas nabi muhammad saw


Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir, sesudah membaca Tasyahud
akhir. Adapun shalawat atas keluarga beliau menurut Syafi'i tidak wajib
melainkan hanya sunat. Dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW telah datang kepada
kami, maka Basyir berkata kepada beliau, “Allah telah menyuruh kami supaya
membaca shalawat atas engkau, bagaimanakah cara kami membaca shalawat
34
HR. Bukhari dan Muslim.
35
HR. Bukhari dan Muslim.

19
atas engkau?” beliau menjawab, “Katakanlah olehmu, ‘Ya Tuhanku, berilah
rahmat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau telah
memberi rahmat atas keluarga Nabi Ibrahim, dan berilah karunia atas Nabi
Muhammad dan atas keluarga beliau sebagaimana Engkau telah memberi
karunia atas keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah yang amat
terpuji dan amat Mulia’.”36 Yang dapat disimpulkan dari hadis tersebut hanya
shalawat di luar salat. Yang berpendapat wajib dibaca dalam salat sesudah
membaca Tasyahud akhir mengemukakan alasan bahwa pertanyaan dalam hadis
tersebut menurut riwayat lain adalah pertanyaan mengenai cara membaca
shalawat dalam salat.

Sabda Rasulullah SAW, “Allah telah menyuruh kami supaya membaca


shalawat atas engkau. Maka bagaimanakah cara kami membaca shalawat
atasmu. Kapan kami membaca shalawat atasmu dalam salat kami? Rasulullah
menjawab, “Katakanlah olehmu Allahumma… dan seterusnya seperti yang
tersebut dalam hadits pertama tadi.”37 Dengan riwayat ini maka jelaslah bahwa
yang dipersoalkan membaca sholawat dalam shalat.

Rasulullah bersabda, dari Ibnu Mas'ud dari Nabi SAW, “Apabila salah
seorang diantara kamu telah membaca tasyahud dalam salat, hendaknya ia
membaca Allahumma sholli… (sholawat) sampai akhir.”38

12. Memberi salam yang pertama (ke kanan)


Rasulullah bersabda:

“Permulaan salat itu takbir dan penghabisannya salam.”39 Sebagian ulama


berpendapat bahwa memberi salam itu wajib dua kali, ke kanan dan ke kiri.
Dari Ibnu Mas'ud, Sesungguhnya nabi Memberi salam ke kanan dan ke kiri.
36
HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmizi.
37
HR. Ibnu Khuzaimah Daruqutni dan Ibnu Hibban.
38
Baihaqi dan Hakim.
39
HR. Abu Daud dan Tirmizi.

20
Beliau mengucapkan, ‘Assalamualaikum warahmatullah. assalamualaikum
warahmatullah. Sehingga kelihatan putih pipi beliau.40 Ulama yang pertama
menjawab bahwa salam kedua yang tersebut dalam hadits ini sunat, bukan wajib.
Dengan demikian kedua hadits yang seolah-olah berlawanan itu dapat
dipergunakan bersama-sama.

13. Menertibkan rukun


Artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya masing-masing menurut
susunan yang telah disebutkan di atas.

Sabda Rasulullah SAW:

“Salatlah kamu sebagaimana kamu lihat saya salat”41.42

G. Sunat dalam sholat

Hanafiyah

1. Mengangkatkan kedua tangan waktu membaca takbiratul ihram setentang


dengan kedua telinga, baik bagi laki-laki dan perempuan. Adapun bagi
wanita yang merdeka atau tidak budak belian, ialah setentang dengan kedua
bahunya.
2. Membiarkan jari-jemari menurut adanya, sehingga terlihat digenggam,
kecuali waktu rukuk, seperti yang akan diterangkan kemudian.
3. Laki-laki meletakan tangan kananya di atas tangan kirinya dibawah pusat.
Wanita meletakkan kedua tangannya di atas dadanya. Yang dinamakan dada
atau sahdru, ialah bagian yang memanjang, sejak bagian bawah leher sampai
ke ronga perut.
40
HR. Lima Ahli Hadis dan Disahkan oleh Tirmizi.
41
HR. Bukhari.
42
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, h. 75-88.

21
4. Menyanjung Allah SWT.
5. Membaca A'udzu billah sebelum membaca fatihah.
6. Membaca Basmalah dengan sir atau tidak terdengar, pada rakaat pertama,
sebelum membaca Fatihah.
7. Membaca Aamiin selesai membaca Fatihah.
8. Membaca Tahmid.
9. Sanjungan Aamiin dan tahmid dibaca sir.
10. Berdiri lurus atau i'tidal waktu mula-mula membaca takbiratul ihram dan
penghabisannya.
11. Imam menjaharkan takbir, membaca sami’allahu liman hamidah, dan salam
akhir sholat.
12. Merenggangkan jari-jemari kedua kaki waktu berdiri, sehingga sejarak
empat jari.
13. Membaca hendaklah sejak mulai batas ayat, sesuai dengan batas-batas yang
ada.
14. Membaca takbir waktu akan rukuk dan akan sujud.
15. Waktu rukuk membaca subhaana rabbiyal ‘azhiimi tiga kali.
16. Waktu sujud membaca subhaana rabbiyal a'laa tiga kali.
17. Meletakkan kedua tangan di atas kedua lutut waktu rukuk.
18. Merenggangkan jari-jemari kedua tangan pada waktu meletakkan di atas
kedua lutut waktu rukuk, bila laki-laki.
19. Menegakkan kedua betis.
20. Menghamparkan punggung dalam rukuk.
21. Meratakan kepala dengan panggul.
22. Benar-benar bangkit dari rukuk.
23. Benar-benar bangkit dari sujud.
24. Meletakkan kedua tangan, sudah itu kedua lutut, dan kemudian muka waktu
turun untuk sujud di tempat sujud dan sebaliknya waktu bangkit.
25. Meletakkan kepala diantara kedua telapak tangan waktu sujud atau

22
meletakkan kedua tangan setentang dengan kedua bahu.
26. Merenggangkan perut dari kedua paha, kedua siku dari kedua rusuk, dan
kedua hasta dari tempat sujud. Ini pada laki-laki.
27. Wanita hendaklah mempertemukan perutnya dengan kedua pahanya.
28. Duduk antara dua sujud.
29. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha pada waktu duduk antara dua
sujud, dan waktu duduk tasyahud.
30. Laki-laki hendaklah menjadikan kaki kirinya tempat duduk, dengan
menegakkan telapak kaki kanan, serta menghadapkan jari jemarinya ke
kiblat waktu duduk tasyahud dan lain-lain.
31. Wanita hendaklah duduk di atas buntut tebalnya, meletakkan salah satu
pahanya di atas yang lain, sehingga keluar kaki kirinya dari bawah pangkal
paha kanan.
32. Menunjuk dengan telunjuk pada waktu membaca syahadat.
33. Membaca Fatihah sesudah dua rakaat pertama.
34. Shalawat kepada Nabi SAW waktu duduk akhir.
35. Membaca doa sesudah shalawat itu dengan kalimat yang menyerupai Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul.
36. Menoleh ke kanan dan kemudian ke kiri waktu mengucapkan salam akhir.
37. Imam meniatkan salamnya kepada para makmumny, malaikat Hafadzah, dan
jin yang soleh-soleh.
38. Makmum meniatkan salamnya untuk imamnya ke arah mana dia berada,
baik bagian kiri atau kanannya. Bila setentang dengan duduknya, maka
diniatkan makmum salam itu bagi kaum itu, malaikat Hafadzah dan jin yang
soleh-soleh.
39. Orang yang salat sendirian, meniatkan salamnya kepada malaikat saja.
40. Suara hendaklah direndahkan waktu mengucapkan salam.
41. Orang yang ketinggalan rakaat nya hendaklah melihat apakah imam nya
sudah selesai salam keduanya, sehingga dia yakin imamnya itu tidak akan

23
melakukan sujud sahwi.

Syafi'yah

Mereka mengatakan ada yang dinamakan sunat hai’at dan sunat ab’adl. Sunat
hai’at tidak ditentukan jumlahnya, tapi ialah semua yang tidak termasuk rukun salat,
tidak termasuk sunat ad’adlnya. Tapi bila ditinggalkan maka haruslah ditempel
dengan sujud sahwi.

Sunat ab’adl ada 20 macam, yaitu:

1. Membaca qunut pada rakaat akhir sholat subuh, separuh kedua salat qiyamu
Ramadan.
Adapun qunut nazilah dalam salat manapun, selain dari tersebut itu, maka
tidaklah termasuk sunat ab’adl, walaupun sunat salat.

2. Berdiri lurus bagi yang mampu berdiri.


3. Membaca shalawat kepada Nabi SAW sesudah membaca qunut.
4. Berdiri untuk qunut.
5. Membaca salam kepada Nabi sesudah qunut.
6. Berdiri untuk itu.
7. Membaca shalawat atau doa untuk keluarga Nabi SAW.
8. Berdiri untuk itu.
9. Mendoa untuk sahabat Nabi SAW.
10. Berdiri untuk itu.
11. Salam kepada Nabi SAW.
12. Berdiri untuk itu.
13. Salam kepada sahabat.
14. Berdiri untuk itu.
15. Membaca syahadat pertama pada tasyahud shalat yang 4 rakaat.

24
16. Duduk untuk itu.
17. Shalawat kepada Nabi SAW sesudah itu.
18. Duduk untuk itu.
19. Mendoakan keluarga Nabi SAW sesudah membaca tasyahud akhir.
20. Duduk untuk itu.43

H. Yang Membatalkan Shalat

Han afiyah

1. Kalimat yang dapat dipahami, dengan syarat bila hurufnya terdengar, baik
diucapkan karena lupa, sengaja, tersalah, atau jahil.
2. Mendoa yang kehilangan menyerupai kalimat manusia biasa. Umpamanya:
Ya Allah! Berilah aku pakaian, lunaskanlah hutangku, berikanlah si A untuk
saya!
3. Mengucapkan salam, walaupun tidak mengucapkan, Assalamu’alaikum
dengan niat menghormati seseorang, walaupun karena lupa.
4. Membalas salam orang dengan lisannya walaupun karena lupa.
5. Membalas salam orang dengan bersalaman.
6. Kerja atau gerakan biasa yang banyak kali.
7. Menghadapkan dada tidak ke kiblat.
8. Memakan sesuatu atau meminumnya, walaupun sedikit yang berasal dari
luar badan.
9. Memakan apa yang bersisa pada celah-celah gigi, walaupun sedikit.
10. Mendaham-daham tanpa uzur, karena ada hurufnya.
11. Meniup sesuatu. Umpamanya: meniup debu, menggelitik, merintih.
12. Menangis keras, sebagai akibat memuji Allah atau karena ditimpa musibah.
13. Menjawab bersin seseorang dengan, “Yarhamkallah”.
Kahar Masyhur, Salat Wajib Menurut Mazhab yang Empat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
43

h. 323-326.

25
14. Menjawab memahami: Laailaaha illalalahu atau Inna lillahi wa inna ilaihi
raaji’un pada waktu mendengar berita buruk.
15. Mengingatkan orang kehilangan/ketinggalan.
16. Membaca Alhamdulillah waktu mendengar berita gembira,
17. Membaca Subhanallah atau Laa ilaaha illallaah, sebagai pernyataan aneh.
18. Membaca ayat Alquran sebagai jawaban kepada seseorang.
19. Orang salat dengan tayamum, bertemu air untuk berwudhu, sebelum duduk
tasyahud.
20. Makmum yang berimam kepada imam yang bertayamum.
21. Membuka khufnya, walau sebentar.
22. Mengajarkan orang umum ayat, bila dia tidak jadi makmum yang qari.
23. Mengganti orang yang tidak memenuhi syarat jadi imam.
24. Matahari telah terbit, padahal dia masih sholat subuh.
25. Waktu salat ‘Idain, kiranya matahari telah gelincir ke barat.
26. Waktu salat Jum’at, kiranya waktu ashar sudah masuk.
27. Jatuh sesuatu dengan darurat, untuk menyelamatkan diri.
28. Sengaja berhadas.
29. Pingsan.
30. Gila.
31. Junub karena melihat atau bermimpi bersanggama.
32. Salat berdampingan dengan lawan jenis, adapun syarat-syaratnya:
a. Bila wanita itu dipengaruhi syahwat.
b. Bila betis atau mata kaki mereka besenggolan.
c. Bersenggolan waktu melakukan satu atau sebagian rukun salat itu. Tapi
bila sebaris waktu takbiratul ihram dan kemudian wanita itu mundur ke
belakang shaf imam, maka tidak membatalkan salat itu, karena
takbiratul bagi Hanafiyah tidak termasuk rukun salat.
d. Bila wanita itu jadi makmum imam itu.

26
e. Tidak ada batas atau tabir antara mereka yang tingginya kira-kira satu
hasta atau jarak yang antara kaki mereka.
f. Imamnya tidak mengisyaratkan agar wanita itu mundur.
g. Imam itu sengaja mengimami wanita itu. Bila tidak, maka salat wanita
itu batal.
h. Tempat mereka bersatu. Bila yang seorang di tingkat atas, tidak apa.
33. Terbuka aurat orang yang terjadi pada hadas.
34. Wanita yang membuka hastanya, karena dia berwudhu.
35. Membaca sesuatu bagi orang yang didatangi hadasnya, lalu dia pergi
berwudhu atau kembali dari berwudhu.
36. Dia saja selama dapat melakukan satu rukun sesudah berhadas, tanpa uzur.
Bila untuk bersin atau menghentikan darah hidungnya tidak membatalkan
salat.
37. Meninggalkan safnya dalam masjid, karena menduga dirinya berhadas tanpa
uzur.
38. Pindah tempat untuk salat, karena merasa dia tidak berwudhu.
39. Melakukan perintah orang lain, padahal dia dalam salat.
40. Membaca takbir dengan niat pindah dari salat fardlu ke salat fardlu lainnya.
41. Bila salat sendirian hendak jadi makmum orang lain atau sebaliknya.
42. Pindah dari salat fardlu ke salat nafal atau sebaliknya (catatan: pindah itu
dilakukan sebelum duduk akhir untuk tasyahud).
43. Membaca ayat yang tidak hafal olehnya dalam mashaf.
44. Diajarkan ayatnya oleh orang lain.
45. Mengerjakan suatu rukun lain karena aurat terbuka atau kena najis yang
membatalkan salat.
46. Mendahului imam satu rukun, tanpa bersama imam.
47. Orang yang ketinggalan rakaat dengan imamnya, lalu dia mengikuti sujud
sahwi imamnya itu.
48. Orang masbuk, berdiri sebelum imamnya salam pertama.

27
49. Berdiri sebelum imamnya salam, padahal dia tadi duduk tasyahud bersama
imam.
50. Tidak mengulang duduk akhir.
51. Orang masbuk terbahak-bahak, walaupun tidak disengajakannya.
52. Mengucapkan salam pada ujung salat yang empat rakaat, bila dia mengira
salat lain. Umpamanya dia mengira salat Jum’at.
53. Makmum yang terdepan satu telapak kaki dari imamnya. Bila sama, tidak
membatalkan salat.

Syafi’iyah

1. Bila berhadas, baik hadas besar atau hadas kecil dengan semua bagiannya.
2. Berbicara dalam salat.
3. Menangis dalam salat.
4. Merintih dalam salat.
5. Gerakan yang tidak termasuk gerakan salat.
6. Menggerak-gerakkan tangan dengan menaikkan, menurunkan atau
menekankan dan mengekirikan atau sebaliknya, tiga kali berturut-turut.
7. Memisah-misahkan kerja itu sekali sesudah sekali atau melangkah, lalu
kembali dengan cepat, maka ini dinamakan satu kali.
8. Ragu-ragu dalam berniat atau mengenai salah satu syarat salat.
9. Ragu-ragu cara memasang niat, apakah niat tadi untuk salat Zuhur atau
saalat Ashar. Syaratnya, ialah ia berjalan selama mengerjakan satu rukun.
10. Niat keluar dari salat sebelum selesai.
11. Ragu-ragu dalam memutus salat dan terus-menerus demikian.
12. Menggantungkan hendak memtuskan salat pada sesuatu. Umpamanya: bila
si A datang, maka salat ini saya hentikan.
13. Menolakkan orang murtad atau orang gila dalam salat dengan lembut.
14. Membiarkan saja aurat terbuka dalam salat, padahal mampu
membetulkannya.

28
15. Menutupkan aurat salat yang terbuka auratnya.
16. Terdapat najis yang tidak dimaafkan pada badan yang salat dan tidak
membuangnya dengan cepat.
17. Melama-lamakan rukuk atau duduk di antara dua sujud lebih lama dari
membaca surat Fatihah.
18. Melamakan sujud yang keduanya dengan membaca doa-doa yang tidak
diwiritkan Rasul SAW dan lebih lama dari membaca tasyahud akhir. Adapun
memperlama mengangkat kepala pada rakaat akhir atau duduk antara dua
sujud dalam salat tasbih, tidak membatalkan salat itu.
19. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li (yang dikerjakan) atau tertinggal
daripadanya dua rukun fi’li, tanpa uzur.
20. Sengaja mengucapkan salam.
21. Menghabiskan masa boleh salat dengan menyapu khuf dalam salat.
22. Mengikuti orang yang tidak patut jadi panutan, seperti karena dia kafir atau
lainnya.
23. Mengulang-ulang rukun fi’li dengan sengaja.
24. Sampai yang membatalkan puasa ke rongga yang salat, walau tidak ditelan.
25. Mengalihkan dada dari kiblat.
26. Mendahulukan rukun fi’li atas yang lain dengan sengaja.

Malikiyah

1. Meninggalkan salah satu rukun salat dengan sengaja.


2. Meninggalkan salah satu rukun salat karena lupa, sehingga salam akhirnya,
bila jaraknya lama. Bila menyadarinya dalam masa yang singkat, maka tidak
membatalkan salat itu. Rakaat itu tidak berguna. Hendaklah ditambah yang
kurang itu, lalu salat itu sah.
3. Membatalkan atau mengangkatkan niat yang telah dipasang.
4. Menambah rukun fi'li dengan sengaja, seperti rukuk atau sujud.

29
5. Menambah tasyahud sesudah rakaat pertama, kedua, atau ketiga dengan
sengaja.
6. Tertawa terbahak-bahak dengan sengaja atau lupa.
7. Makan dan minum dengan sengaja.
8. Berkata yang tidak hendak memperbaiki salat dengan sengaja.
9. Meniup sesuatu dengan mulut dengan sengaja.
10. Muntah dengan dibuat-buat, walau sedikit.
11. Salam dengan keadaan ragu-ragu terhadap lengkap salat.
12. Menolak dengan lembut seseorang, merusakkan wudhu.
13. Mengingatkan rusak wudhu seseorang.
14. Membuka aurat dengan banyak atau sedikit.
15. Bila najis jatuh atas yang salat.
16. Memberitahukan orang lain, bahwa najis ada padanya.
17. Memperingatkan kesalahan yang bukan imamnya.
18. Kerja yang banyak dan tidak termasuk kerja salat.
19. Menahan yang menyibukkan kesempurnaan salat seperti menahan kencing
yang mengganggu tumakninah.
20. Ingat salat yang sebelumnya belum dilakukan. Umpama tadi belum salat
Zuhur, lalu salat Ashar saja. Ada yang mengatakan salat jadi batal dan ada
yang tidak batal.
21. Menambah sujud yang tertinggal, karena tadi ketinggalan bersama Imam.
22. Melakukan sujud yang ketinggalan sebelum imam mengucapkan salam
akhir. Salat itu batal.
23. Meninggalkan tiga yang sunat dari sunat karena lupa dan tidak melakukan
sujud sahwi nya dan jaraknya sudah lama menurut ukuran umum.

Hanabilah

1. Mengerjakan kerja yang tidak termasuk kerja salat, tanpa terpaksa.


2. Kena najis yang tidak dimaafkan.

30
3. Membelakangi kiblat.
4. Terdapat yang membatalkan wudhu.
5. Sengaja membukakan aurat. Bila ia karena ditiup angina, maka cepat tutup.
6. Bersandar pada sesuatu, tanpa uzur.
7. Kembali pada tasyahud pertama sesudah selesai membaca.
8. Sengaja menambah rukun fi’li..
9. Mendahulukan sebagian rukun dari yang lainnya.
10. Sengaja mengucapkan salam akhir sebelum selesai salat.
11. Membaca kurang betul, padahal bisa diperbaiki.
12. Membatalkan niat yang ada. Umpama meniatkan memutuskan salat.
13. Ragu-ragu apakah akan dibatalkan salat itu atau tidak.
14. Bertekad akan membatalkan salat.
15. Ragu-ragu apakah tadi sudah berniat atau belum.
16. Ragu-ragu apakah tadi sudah takbiratul Ihram atau belum.
17. Mendoa mengenai keenakan dunia. Umpama agar diberi seorang gadis
molek.
18. Menggunakan kata engkau atau kamu untuk selain kepada Allah atau Rasul
SAW.
19. Tertawa terbahak-bahak.
20. Berbicara biasa mengenai apa saja.
21. Mendahului imam.
22. Bila salat imam batal.
23. Mendahului salat imam dengan sengaja atau lupa. Tapi kalau diulangnya
sesudah salam imamnya, maka boleh.
24. Makan dan minum apa saja, kecuali sedikit karena lupa atau jahil.
25. Menelan yang manis seperti gula dan seumpamanya, kecuali karena
lupa/jahil dan sedikit.
26. Mendehem-dehem, tanpa kebutuhan.
27. Meniup sesuatu, sehingga terdengar dua huruf.

31
28. Menangis yang bukan karena takut kepada Allah SWT. Bila karena sakit,
batuk, bersin atau menguap yang mengeluarkan dua huruf yang terang.
29. Bicara orang tidur yang tidak duduk dan tidak berdiri. Bicara orang tidur-
tiduran yang sedikit dalam keadaan seperti dalam keadaan duduk atau
sedang berdiri, tidak membatalkan salatnya.44

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sholat menurut bahasa arab ialah doa tetapi yang dimakasud disini adalah
ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir, disudahi dengan salam , dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
Sholat merupakan kewajiban setiap muslim, karena hal ini disyariatkan oleh Allah
SWT. Terlepas dari itu perbedaan pendapat menengenai praktek nya menurut
beberapa mazhab tidak menjadi masalah karena didalam Al-Quran sendiri tidak ada
ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai praktek sholat. Tugas dari kita
sebagai seorang muslim hanyalah melaksanakan sholat dari mulai baligh sampai
napas terakhir, karena Allah telah mewajibkan bagi kita sholat 5 waktu kepada
mereka dalam sehari semalam. Setiap yang Allah perintah kan kepada kaum
muslimin tentunya memiliki faedah untuk kaum itu sendiri, seperti halnya umat islam
yang diperintah kan melakasakan sholat, salah satu faedahnya adalah supaya umat
islam selalu mengingat Tuhannya.

44
Ibid., h. 305-314.

32
B. Saran

Kebenaran hanyalah datang dari Allah semata sedangkan kesalahan tak lepas
dari kami sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan. Maka teruslah
berusaha untuk menjauhi segala larangan nya dan melaksanakan segala perintah nya.

Penulis menyadari bahwa makalah diatas memiliki banyak sekali kesalahan


dan jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca terutama Dosen mata kuliah Fiqh ini, agar
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Atas kritik dan saran nya
kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Hadits.

Mahfani, M. Khalilurrahman Al. 2008. Buku Pintar Shalat Pedoman Shalat Lengkap
Menuju Shalat Khusyuk. Jakarta: Wahyu Media.

Nasution, Lahmuddin. 1995. Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Masyhur, Kahar. 2004. Salat Wajib Menurut Mazhab yang Empat. Jakarta: Rineka
Cipta.

Rasjid, Sulaiman. 2017. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Syarbini, Amirulloh dan Novi Hidayati Afsari. 2012. Rahasia Superdahsyat dalam
Sabar dan Shalat. Jakarta: Qultum Media.

33

Anda mungkin juga menyukai