Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI

A. Definisi
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg dan
tekanan diastole diatas 90 mmHg) (Murwani, 2009).
Kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia <60
tahun) dan tekanan sistolik ≥160 mmHg dan atau tekanan diastolic >95
mmHg (untuk usia >60 tahun) (Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic
(bagian atas) dan bawah (diastolic) (Pudiastuti, 2011).
Hipertensi Menurut JNC (Joint National Commite) adalah tekanan
darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Menurut WHO bahwa hipertensi
adalah tekanan darah dengan sistolik > 160 mmHg dan diastolic > 95 mmHg.
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal.
1. Merupakan golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme
kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan tubuh.
2. Apabila hipertensi tak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ
lain yang berhubungan dengan system tersebut. Semakin tinggi tekanan
darah, lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit kardiovaskuler.
3. Penyulit pada jantung dan segala manifestasi kliniknya disebut “penyakit
jantung hipertensif”
B. Klasifikasi
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolic
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130 - 139 mmHg 85 - 89 mmHg
Grade 1 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
(hipertensi ringan)
Grade 2 160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg
(hipertensi
sedang)
Grade 3 180 - 209 mmHg 110 - 119 mmHg
(hipertensi berat)
Grade 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(hipertensi
maligna)

Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu:


1. Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.
2. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.
3. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

C. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, sistem renin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

D. Patofisiologi

HIPERTENSI

Primer (idiopatik / esensial) Sekunder

Merokok, jantung, obesitas,


genetic, stress, kurang olahraga Feokromositoma Stenosis katup

Peningkatan kecepatan
Pemompaan darah dari Peningkatan kerja jantung
denyut jantung dan
ventrikel kiri meningkat
volume sekuncup

Beban kerja jantung meningkat

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan tekanan darah, pusing pada kepala,


mata berkunang-kunang, sukar tidur, marah-marah

Stroke
MCI (Infark Miocard)
gagal ginjal
ensefalopati

(Sumber: Corwin, 2001)


Hipertensi ada 2 jenis yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer
biasa disebut juga dengan hipertensi idiopatik / esensial, hipertensi primer bisa
terjadi pada perokok, penyakit riwayat jantung, obesitas, ataupun faktor genetik
sehingga jantung bekerja lebih cepat memompakan darah dari ventrikel kiri
meningkat hingga terjadi peningkatan pada tekanan darah. Hipertensi sekunder
dibagi menjadi 2 yaitu, feokromositoma yang menyebabkan peningkatan kerja
jantung sehingga mempercepat volume sekuncup, pada saat stenosis katup terjadi
penaikan kerja jantung dari terjadinya peristiwa tersebut menyebabkan
peningkatan tekanan darah, pusing dan jika tidak segera diatasi akan
mengakibatkan stroke.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Tekanan darah >140 mmHg sistol
2. Sakit kepala dan pusing
3. Epistaksis
4. Sesak napas
5. Emosi meningkat (tidak labil)
6. Susah tidur
7. Pandangan menjadi kabur kabur
8. Tegang pada leher.
(Mansjoer, 2010)

F. Komplikasi
1. Penyakit jantung (gagal jantung, kematian mendadak, kardiomiopati) dan
aritmia
2. Stroke
3. Penyakit jantung koroner
4. Angina pectoris
5. Aneurisma aorta (kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi
hingga 1,5 kali lebih besar dan berisiko untuk ruptur), sering
mengakibatkan kematian mendadak
6. Kematian otot jantung
7. Gagal ginjal, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik
8. Oedema pupil
9. Penebalan retina (retinopati: penyakit mata yang menyebabkan kebutaan)
10. Perdarahan retina (mata menjadi kabur sampai buta)
11. Encefalopaty (kerusakan otak) dapat terjadi koma serta kematian

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor risiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia
b. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
c. Glucosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encefalopati
3. EKG: dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal
5. Photo dada: menunjukkan distruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung

H. Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan umum pengobatan hipertensi ialah pengendalian hipertensi untuk
memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia.
2. Pada penyakit jantung hipertensif pengobatan ditujukan untuk:
a. Pengobatan kausatif ialah pengobatan hipertensi.
b. Pencegahan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri dan regresi hipertrofi
ventrikel kiri apabila sudah terjadi.
c. Pencegahan dan pangobatan penyakit jantung insufisiensi, disfungsi
ventrikel kiri, diastolic, maupun sistolik dan disritmia kordis.
3. Secara teoritis penurunan tekanan darah dengan mengurangi afterload akan
mengurangi tegangan dinding ventrikel kiri dan menyebabkan pengurangan
massa ventrikel kiri.
4. Regresi hipertrofi ventrikel kiri dapat dilakukan dengan pengobatan non
farmakologis dan farmakologis. Pengobatan non farmakologis dapat berupa
penurunan berat badan dan diet rendah garam. Pengobatan farmakologis
untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada hipertensi berdasarkan penelitian
yang didapatkan ACE inhibitor, beta-blocker, antagonis kalsium dan
diuretik mengurangi massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor
menunjukkan pengobatan yang paling efektif.

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis:

 Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.


Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
 Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis:
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.


2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulkan intoleransi.
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensin.
DAFTAR PUSTAKA

Murwani, A. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia:


Yogyakarta.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan
Penyakit Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeculapius
FKUI: Jakarta.
Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai