Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan adalah suatu

studi sistematis yang diperoleh melalui suatu observasi, penelitian, serta telah diuji

dan mengarah pada sebuah penentuan dengan sifat dasar atau berupa prinsip sesuatu

yang sedang dipelajari, diselidiki, dan sebagainya. Pengetahuan memiliki ciri utama

yaitu suatu studi yang berurusan dengan kumpula fakta atau kebenaran yang

disusun secara sistematis dan menunjukkan operasi hukum umum: misalnya, ilmu

matematika.

Menurut para ahli Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan

melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbuknyan prilaku terbuka

atau open behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil

pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui

pancaindra yang dimilikinya. Pada waktu pengindraan untuk menghasilkan

pengetahuan tersebut di pengearuhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran

dan indra penglihatan. (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangant erat

hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas

pengetahuannya.

13
Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan

formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan

akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

Semakin banyak aspek positif dan objek diketahui, akan menimbulkan sikap

semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).

Pengetahuan dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat, dimana

diharapkan dengan adanya pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu diperlu digaris bawahi, bukan

berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.

Pengetahuan seseorang akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif

dan negatif. Kedua aspek tersebut akan menentukan sikap seseorang, semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap

positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO (word health organization), suatu

bentuk objek kesehatan dapat dipaparkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri (Wawan, 2010)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda.

Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall atau menggali memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari

14
atau rasangan yang telah diterima. Tahu disini merupakan tingkatan yang paling

rendah, kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami akan objek bukan berarti tahu saja tentang objek tersebut, dan juga

tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapatmenginterprestasikan secara

benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan

meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan,

meramaikan terhadap suatu objek yang di pelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah orang yang telah mengetahui objek yang dimaksud dapat digunakan

ataupun mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi

lain. Aplikasi juga diartikan penggunaan hokum, rumus, metode, prinsip, rencana

program dalam situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau memisahkan, lalu

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen dalam suatu objek atau

masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada

tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.

5. Sintesis (Synthesis)

15
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang sudah

dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang sudah ada sebelumnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyrakat.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1. Faktor internal meliputi :

a. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang

lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam,

2011).

b. Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang paling terbaik (experience is the best teacher),

pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suatu

16
kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi dapat dijadikan

sebagai acuan untuk memperoleh pengetahuan. Dapat diklaksanakan dengan

cara mengulangi kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

c. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

memperlambatbperkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Nursalam, 2011).

Pekerjaan tidaklah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak tantangan

(Nursalam, 2011).

e. Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin adalah suatu sifat yang erat pada kaum laki-laki

maupun kaum perempuan yang dikontruksikan secara social maupun

kultural.

2. Faktor eksternal

a. Informasi

17
Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas, seseorang yang mendapat informasi akan mepertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal (Nursalam 2011).

b. Lingkungan

Hasil dari beberapa pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di

lapangan (masyarakat) bahwa prilaku seseorang termasuk terjadinya

prilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman seseorang

serta ada nya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik),

(Notoadmodjo, 2011).

c. Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status social seseorang maka

tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Nutoatmodjo (2011) terdapat beberapa cara memperoleh

pengetahuan, yaitu :

1. Cara kuno atau non modern

2. Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode

penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada

metode ini meliputi :

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

18
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa

dicoba kemungkinan yang lain.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk meperoleh

kebenaran pengetahuan.

c. Melalui jalan fikiran

Untuk memperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus

menggunakan jalan fikiranya serta penaralannya. Banyak sekali

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak.

3. Cara modern

Cara baru atau modern dalam meperoleh pengetahuan lebih sistematis,

logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitia ilmiah” atau lebih

populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

a. Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan kemudia hasilnya dikumpulkan atau

diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.

b. Metode deduktif

Metode yang merupakan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.

19
2.1.5 Kriteria pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat di ketahui dan

diinterprestasikan dengan sklas yang bersifat kualitatif , yaitu:

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.

2.2 Pertolongan pertama

2.2.1. Pengertian pertolongan pertama.

Pertolongan pertama adalah meberikan pertolongan dan pengobatan darurat

dengan sementara yang dilakukan secara cepat dan tepat. Tujuan utama bukan untuk

memberikan pengobatan, tetapi suatu usaha untuk mencegah dan melindungi korban

dari keparahan yang lebih lanjut akibat kecelakaan (Lutfiasari, 2016).

Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan pertolongan pertama yang

harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan dengan cepat

dan tepat sebelum korban dibawa ketempat rujukan atau Rumah Sakit. Pertolongan

pertama yang dimaksud memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum

pertolongan pertama yang lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan

lainnya (Saputra, 2014).

2.2.2 Tujuan Pertolongan Pertama

Menurut Tilong (2014) pertolongan pertama dilakukan berdasarkan tujuan-

tujuan berikust :

a) Dasar utama dilakukannya pertolongan pertama adalah untuk

menyelamatkan nyawa korban.

20
b) Pertolongan pertama ditujukan supaya kondisi korban tidak menjadi

semakin parah yang bisa berujung pada kematian.

c) Pertolongan pertama juga bertujuan untuk mencegah, lebih tepatnya

meminimalisir terjadinya cacat pada korban seperti pada kasus

kecelakaan.

d) Pertolongan pertama dapat meberikan rasa nyaman pada korban sebab,

pertolongan pertama yang diberikan akan sangat membantu

meringankan penderitaan korban.

e) Pertolongan pertama juga dimaksudkan untuk membantu proses

penyembuhan korban. Sebab pertolongan pertama yang diberikan

hakikatnya, tidak hanya memberikan rasa nyaman pada korban tapi juga

menjadi salah satu media agar penderita bisa sembuh dengan cepat.

2.2.3 Kewajiban Seorang Penolong

Swasanti & Putra (2014) menyatakan bahwa kewajiban seorang penolong

adalah:

a. Menjaga keselamatan diri

Dalam melakukan tindakan pertolongan, seorang penolong wajib

memperhitungkan resiko dan menutamakan keselamatan diri.

b. Meminta bantuan

Upayakan meminta bantuan, terutama pada tenaga medis.

c. Memberikan pertolongan sesuai kondisi

Kondisikan tindakan pertolongan sesuai dengan kebutuhan dan keseriusan

kondisi.

21
d. Mengupayakan transportasi menuju fasilitas kesehatan terdekat.

2.2.4 Prinsip Pertolongan Pertama

Prinsip yang harus ditanamkan pada Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan menurut

Margareta (2012), Andryawan dan amin (2013) adalah

a. Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum menolong

1) Bersikaplah tenang, jangan pernah panik.

2) Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas dan tepat

tanpa menambah kerusakan.

b. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.

c. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada kecelakaan disitu.

d. Usahakan menghubungi ambulan, petugas medis atau dokter, rumah

sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan setempat).

e. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat

Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan

luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dll.

22
2.2.5 Tahap Pertolongan Pertama

Langkah-langkah pemeriksaan korban kecelakaan menurut Margareta (2012) adalah

a. Periksa kesadaran

Apakah korban sadar atau tidak, pingsan, gelisah, acuh tak acuh. Hilangkan penyebab

gangguan kesadaran, istirahatkan dan tenangkan korban yang gelisah, bila korban tidak

sadar selama 30 menit, korban langsung diangkut ke dokter atau puskesmas/ rumah sakit.

b. Periksa pernafasan

Apakah pernafasan korban berhenti, cepat, lambat, tidak teratur, amati korban. Tindakan

awal adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankan saluran pernafasan.

c. Periksa tanda-tanda perdarahan.

Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat menyebabkan kematian.

Tindakan yang harus dilakukan dengan segera 15adalah menghentikan perdarahan. Kalau

lokasi luka memungkinkan, meletakkan bagian perdarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

d. Periksa keadaan lokal apakah ada patah tulang, luka dan perhatikan apa keluhannya.

Apakah korban ada rasa nyeri, linu, sakit. Minta korban tunjukkan tempat yang sakit.

Beritahu korban bahwa ia akan ditolong dan ajaklah bercakap-cakap.

e. Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan

keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan.

Bila korban hendak dipindahkan, perdarahan harus dihentikan dahulu dan tulang yang

23
patah dibidai. Dalam memindahkan korban usahakan supaya kepala korban tetap terlindung

dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasan tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

f. Segera transportasikan korban ke pusat pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu

diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi

kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau

tenaga medis yang berkompeten.

2.3 Kecelakaan Lalu Lintas

2.3.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Masyarakat awam merupakan masyarakat pertama yang mengetahui

kejadian kecelakaan sebelum ditangani pihak rumah sakit. Masyarakat yang

paham tentang penanganan korban kecelakaan akan mampu menolong nyawa

korban sebelum ditangani pihak medis sedangkan masyarakat yang memiliki

pengetahuan kurang dalam penanganan korban kecelakaan akan tidak bisa

menangani korban tersebut sebelum ditangani pihak medis, padahal pertolongan

pertama perlu dilakukan untuk menyelamati nyawa manusia. Pertolongan

kecelakaan pertama sering ditangani oleh masyarakat awam yang sudah

berkeluarga seperti kalangan suami dan istri karena dalam keluarga pasti pernah

terjadi kecelakaan lalu lintas (Anwar, 2014). .

Bhaswata (2009) menjelaskan kecelakaan adalah kejadian yang tidak

direncanakan dan terjadi secara tiba-tiba dan dapat dikarenakan oleh manusia,

24
situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal tersebut yang

mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan,

kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya.

menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang peraturan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, menjelaskan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan

yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dan

pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta

benda.

Dalam pengertian secara sederhana, bahwa suatu kecelakaan lalu lintas

terjadi apabila semua faktor keadaan tersebut secara bersamaan pada satu titik

waktu tertentu bertepatan terjadi. Hal ini berarti memang sulit memprediksisecara

pasti dimana dan kapan suatu kecelakaan akan terjadi.

2.3.2 Faktor- faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Faktor-faktor penyebab kecelakaan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (Swari,

2013)

1. Faktor pemakai jalan (manusia)

Pemakai jalan merupakan unsur yang terpenting dalam lalu lintas, karena

manusia sebagai pemakai jalan adalah unsur yang utama terjadinya

pergerakan. Pemakai jalan dapat digulongkan manjadi dua yaitu:

Pengemudi (termasuk pengemudi kendaraan tak bermotor) dan pejalan

kaki (termasuk para pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan lain-lain.)

2. Faktor kendaraan Kendaraan adalah sarana angkutan yang membantu

manusia dalam mencapai tujuan. Karena itu, tuntutan utama pengguna

25
kendaraan adalah keselamatan bagi pengemudi dan muatannya (penumpang

maupun barang). Kendaraan sebagai produk industri harus mampu

memberikan jaminan atas keamanan dan kenyamanan melalui standar-

standar perlengkapan kendaraan. Sebab-sebab kecelakaan yang disebabkan

oleh faktor kendaraan antara lain: kecelakaan lalu lintas yang disebabkan

oleh perlengkapan kendaraan, 12 penerangan kendaraan, pengamanan

kendaraan, mesin kendaraan.

3. Faktor jalan dan lingkungan

Kondisi jalan juga sangat berpengaruh penyebab kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor jalan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh perkerjaan jalan, alinyemen

jalan, pemeliharaan jalan, penerangan jalan, rambu-rambu lalu lintas.

2.3.3 Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 menjelaskan tentang

peraturan Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, menjelaskan karakteristik

kecelakaan lalu lintas dapat dibagi sebagai 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Kecelakaan Lalu Lintas yang bersifat ringan, yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2. Kecelakaan Lalu Lintas yang bersifat sedang, yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan Lalu Lintas yang bersifat berat, yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

26
2.4 Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi

Menurut Herjulianti (2012) Motivasi berasal dari kata motif yang berarti

dorongan atau rangsangan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang

menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan atau aktivitas.

Menurut Uno (2016) Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan dari

dalam diri individu tersebut, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau

berbuat. Motif tidak dapat diamatisecara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan

dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga

munculnya suatu tingkat laku tertentu. Motivasi merupakan suatu dorongan yang

berasal dari dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku

yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam motivasi terdapat dua unsur utama yaitu kebutuhan dan unsur

tujuan yang saling berinteraksi didalam tubuh manusia. Proses interaksi kedua unsur

tersebut dapat dipengaruhi oleh hal – hal lain yang berada diluar manusia. Secara

umum motivasi dibedakan atas 2 macam yaitu :

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu

yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam diri tanpa harus menunggu

rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau rangsangan yang

bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar.

b. Motivasi ekstrinsik

27
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya

rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan

bermacam–macam sesuai dengan karateristik seseorang. Pendidikan dan latar

belakang orang bersangkutan kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa

didukung oleh lingkungan, fasilitas dan orang yang mengawasi karena kesadaran dari

dalam diri individu belum tumbuh (Bachtiar, 2012)

Motivasi menggambarkan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

suatu tingkah laku seseorang agar bergerak hatinya untuk bertindak melakukan

sesuatu untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu dimana motivasi juga merupakan

penggerak, keinginan, rangsangan atau dorongan yang membuat orang bertindak

atau berperilaku dengan cara motivasi yang mengacu pada sebab munculnya sebuah

perilaku (Siagian, 2012).

Motivasi merupakan kata yang berasal dari kata motif yang dapt diartikan

sebagai kekuatan yang berasal dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat kita diamati secara langsung,

akan tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,

dorongan, atau pembangkit tenaga dan munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif

merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.

Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang berasal dalam diri seseorang

untuk berusaha membuat perubahan untuk tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya.

Menurut Hamzah (2013) menyimpulkan dari beberapa psikolog menyebutkan

motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan,

28
arah intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Motivasi

merupakan proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku

hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan, dengan kata lain perilaku

seseorang dirancang untuk mencapai tujuan.

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata (dalam Djaali 2013 hlm 101) merupakan

“ suatu keadaan yang terjadi dalam diri seseorang dan mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan”. Adapun Greenberg

(dalam Djaali 2013 hlm 101) menyebutkan bahwa “motivasi adalah proses

membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan”

Mc. Donald (dalam Sardiman 2012 hlm 73) mengartikan motivasi sebagai “

suatu inovasi yang berasal dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya feeling

dan didahului dengan tanggapan terhadap suatu tujuan”. Menurut Kompri (2016

hlm. 4) motivasi merupakan “suatu gerakan dari dalam diri seseorang untuk

melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan yang

direncanakan.

Motivasi merupakan masalah sentral dalam dunia psikologi. Motivasi

Merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial. Hal lain yang

lebih penting adalah motivasi memiliki nilai sangat tinggi dalam kehidupan manusia.

Individu dapat digerakkan untuk melakukan suatu tindakan, disebabkan oleh faktor-

faktor yang berbeda. Individu akan termotivasi karena mereka dapat menilai suatu

kegiatan, atau adanya paksaan yang kuat dari luar (Deci 2010).

29
2.4.2. Tujuan Motivasi

Secara umum nya dapat diartikan bahwa tujuan dari motivasi adalah untuk

menggerakkan atau mengubah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan

tertentu. Tujuan motivasi juga adalah untuk merealisasikan citra pribadi (self-

concept) yaitu, untuk hidup dalam cara yang sesuai dengan peranan yang

diinginkan, untuk diperlakukan dalam cara yang sesuai dengan kedudukan, dan

untuk dihargai dalam cara yang mencerminkan tingkat kemampuan. Dengan

demikian, semua orang berada dalam upaya untuk memburu apapun yang

dipandang sebagai peran yang diinginkannya, dan mencoba untuk merealisasi ide

subyektif tentang diri sendiri menjadi kebenaran obyektif.

2.4.3 Konsep Motivasi

Konsep motivasi yang artikan oleh suwanto yaitu sebagai berikut:

a. Model Tradisional

Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem

insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.

b. Model Hubungan Manusia

Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan

mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan

penting.

c. Model Sumber Daya Manusia

30
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi

juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.

2.4.4 Faktor yang mempengaruhi motivasi menolong

Menurut (Irawati Hidayah, Titiak Hidayah, 2013) dan (Faturochman, 2006)

faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pertolongan adalah :

1. Situasi social

Adanya korelasi negatif antara pemberian pertolongan dengan jumlah

pemerhati, makin banyak orang yang melihat suatu kejadian yang memerlukan

pertolongan makin kecil munculnya dorongan untuk menolong.

2. Biaya menolong

Dengan dorongan hati memberi pertolongan berarti akan ada pengeluaran

tertentu yang harus dikeluarkan untuk menolong. Pengeluaran untuk menolong bisa

berupa materi kita (biaya, barang), tetapi yang lebih sering adalah pengeluaran

psikologis (memberi perhatian lebih, ikut sedih, turut berduka dan lainnya).

3. Karakteristik orang-orang yang terlibat

Kesamaan antara penolong dengan korban. Semakin banyak kesamaan

antara kedua belah pihak, semakin besar peluang untuk munculnya pemberian

pertolongan. Ada kecenderungan orang lebih senang memberi pertolongan pada

orang yang disukai. Di samping hubungan yang tidak langsung tersebut, ada

kecenderungan bahwa orang lebih suka memberi pertolongan pada orang yang

memiliki daya tarik tinggi karena ada tujuan tertentu di balik pemberian pertolongan

tersebut.

31
4. Mediator internal

Ada kecendrungan bahwa orang yang baru melihat kesedihan lebih sedikit

memberi bantuan daripada orang yang habis melihat hal-hal yang baru melihat

kesenangan (Mood). Ada hubungan antara besarnya empati dengan kecenderungan

menolong (Empati). Ketika melihat suatu kejadian yang membutuhkan pertolongan

orang dihadapkan pada dilema menolong atau tidak menolong. Salah satu

pertimbangan yang menjadi pertimbangan untuk menolong atau tidak menolong

adalah biaya untuk menolong disbanding biaya tidak menolong. Pertimbangan ini

meliputi situasi saat terjadinya peristiwa, karakteristik orang-orang yang ada di

sekitar, karakteristik korban, dan kedekatan hubungan antar korban dengan

penolong (Aurosal).

5. Latar belakang kepribadian

Individu yang mempunyai orientasi sosial yang tinggi cenderung lebih

mudah memberi pertolongan, demikian juga orang yang memiliki tanggung jawab

sosial tinggi.

6. Pengetahuan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang dalam melakukan

pertolongan pertama pada kecelakaan maka semakin tinggi pula motivasi dalam

melakukan pertolong pada korban kecelakaan.

32
2.4.5 Masyarakat

Masyrakat awam merupakan masyarakat pertama yang mengetahui kejadian

kecelakaan sebelum ditangani pihak rumah sakit. Masyarakat yang paham tentang

penanganan korban kecelakaan akan mampu Menolong nyawa korban sebelum

ditangani pihak medis sedangkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan

motivasi yang kurang dalam penanganan korban kecelakaan akan tidak bisa

menangani korban tersebut sebelum ditangani pihak medis, padahal pertolongan

pertama perlu dilakukan untuk menyelamati nyawa manusia. (Anwar, 2014).

Masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang dalam penanganan korban

kecelakaan akan tidak bisa menangani korban tersebut sebelum ditangani pihak

medis, padahal pertolongan pertama perlu dilakukan untuk menyelamati nyawa

manusia. Penanganan tindakan awal gawat darurat yang cepat dan akurat dapat

menekan morbiditas dan mortalitasnya. Penanganan yang tidak optimal dan

terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk

dan berkurangnya kemungkinan pemulihan fungsi (Kozier, 2009).

33

Anda mungkin juga menyukai