Anda di halaman 1dari 49

PENGELOLAAN PELAYANAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER HIPERTENSI DENGAN PEMBERIAN
TERAPI PIJAT KAKI TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH TINGGI DI
RSUD.Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2020

PBLK

Oleh :

DAMIA ARDINI LUBIS, S.Kep


1914901363

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI NERS


STIKES FLORA
MEDAN
2020
LAPORAN PBLK

PENGELOLAAN PELAYANAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER HIPERTENSI DENGAN PEMBERIAN
TERAPI PIJAT KAKI TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH TINGGI DI
RSUD.Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2020

Disusun dalam rangka menyelesaikan


Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK)

Oleh:

DAMIA ARDINI LUBIS, S.Kep


1914901363

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI NERS


STIKES FLORA
MEDAN
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah

berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya,

karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa

mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan

gagal jantung (Willy, 2018).

Hipertensi merupakan penyakit asimptomatik yaitu seringnya tidak

menunjukkan tanda gejala sebelum menyerang organ lain seperti serangan jantung

atau stroke. Hal ini juga yang menyebabkan banyak pendapat bahwa hipertensi

adalah the silent killer (Rohatami, 2015).

Hipertensi merupakan penyakit yang serius dan harus dapat di kontrol.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol

merupakan faktor resiko 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar

terkena congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung

(Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 didapatkan bahwa penyakit

kardiovaskuler merupakan pembunuh nomor 1 di dunia untuk usia diatas 45 tahun

dan diperkirakan 12 juta orang meninggal tiap tahunnya. Secara global, hipertensi

diperkirakan menjadi penyebab 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh

1
kematian. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama pada penyakit

jantung koroner dan stroke iskemik serta hemoragik. (WHO, 2014).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya.

Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,

Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5

(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health

Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab

kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit

Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis, diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi

saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan

bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu

pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3

Triliun rupiah.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan

Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi


pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-

64 tahun (55,2%).

Menurut Kemenkes RI (2014), sampai saat ini, hipertensi masih

merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang

sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Di samping itu,

pengontrolan hipertensi belum kuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak

tersedia.

Di Sumatera Utara rangking proporsi kejadian 10 besar penyakit tidak

menular tahun 2016 yaitu Hipertensi 53,4%, DM 20,4% Asma Bronkiale

Gestasional 7,3%, Osteoporosis 6,4%, Penyakit Jantung Koroner 3,6%, Obesitas

2,6%, Ppdk 2,3%, Stroke 2,0%, Ginjal Kronis 1,4% dan Neoplasma 0,5%. (Hery,

2017).

Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat

dicegah dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90

mmHg. Intervesi yang dilakukan salah satunya dengan tehnik nonfarmakologis.

Tehnik nonfarmakologis yaitu intervensi dengan selain obat-obatan, dimana salah

satunya yaitu dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat menurunkan denyut

jantung dan TPR dengan cara menghambat respons stres saraf simpatis (Corwin,

2009).

Teknik relaksasi memiliki pengaruh yang sama dengan obat antihipertensi

dalam menurunkan tekanan darah. Prosesnya yaitu dimulai dengan membuat otot-

otot polos pembuluh darah arteri dan vena menjadi rileks bersama dengan otot-
otot lain dalam tubuh. Efek dari relaksasi otot-otot dalam tubuh ini akan

menyebabkan kadar norepinefrin dalam darah menurun (Mills, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014), massage

ekstremitas dengan aroma terapi lavender berpengaruh terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh

Nugroho (2012), menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding

hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan dalam 6 bulan terakhir di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Agustus 2019 s.d. Januari 2020, ditemukan 10 penyakit

fenomena kasus terbanyak adalah Diabetes Melitus, CHF, Hipertensi, Stroke, TB

Paru, Asma Bronchial, Kanker Payudara, Sirosis Hepatis, Pneumonia dan

Apendik. Hipertensi berada pada urutan ke-tiga dalam sepuluh penyakit terbesar

dari penderita yang dirawat inap Di RSU Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.

Latar belakang diatas penyakit hipertensi haruslah segera diobati agar

tidak menimbulkan gangguan masalah kesehatan lainnya, untuk itu diperlukan

penanggulangan yang serius dalam memberikan Asuhan Keperawatan. Perawat

memegang peranan penting terutama dalam pencegahan, perforasi, dan

komplikasi. Pasien sebagai fokus keperawatan mempunyai kebutuhan bio, psiko,

sosial dan spiritual sehingga dibutuhkan pendekatan yang komprehensif.

Keperawatan sebagai praktek profesional diharapkan mampu mengimbangi

pengetahuan tim kesehatan lainnya dalam memberikan Asuhan Keperawatan

sehingga dapat mencapai tujuan bersama yaitu memenuhi kebutuhan pasien

melalui keperawatan.
Data tersebut menggambarkan bahwa masalah hipertensi perlu

mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik. Mengingat prevalensi yang

tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat. Oleh karena itu, penulis

berminat memperdalam ilmu pengetahuan mengenai kardiovaskuler (hipertensi)

di RSU Daerah Dr. Pirngadi Medan, agar lebih memahami dan mengetahui

tindakan keperawatan yang akan diberikan pada pasien tersebut.

Disini perawat dan tim kesehatan lain dapat memberikan pelayanan yang

efektif dan efisien baik secara bio, psiko, sosial dan spiritual. Demikian juga kita

sebagai perawat profesional mampu meningkatkan kualitas kesehatan baik dalam

pelayanan dan pencegahan agar jumlah penderita kardiovaskuler (hipertensi)

dapat berkurang.

Dengan melakukan Asuhan Keperawatan yang seoptimal mungkin,

berdasarkan penyakit diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut

mengenai “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi dengan Pemberian Terapi Pijat Kaki

terhadap Penurunan Tekanan Darah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020”.

1.2. Perumusan Masalah

Mahasiswa dapat menemukan permasalahan selama praktek belajar sistem

kardiovaskular terutama dengan masalah hipertensi dengan bentuk penerapan

yang dilakukan adalah “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi dengan Pemberian Terapi

Pijat Kaki terhadap Penurunan Tekanan Darah di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2020”.
1.3. Tujuan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif

1.3.1. Tujuan Umum

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa/i dan mendapatkan pendidikan yang jelas

dan mampu dalam mengelola kasus secara mandiri maupun professional tentang

“Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler Hipertensi dengan Pemberian Terapi Pijat Kaki terhadap

Penurunan Tekanan Darah di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020”.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan penyakit Hipertensi

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit

Hipertensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.

3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

penyakit Hipertensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit

Hipertensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.

5. Mampu membuat evaluasi pada pasien dengan penyakit Hipertensi di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.

6. Mampu menerapkan Evidence Based Nurshing pada pasien dengan

penyakit Hipertensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.


1.4. Manfaat Praktek Belajar Lapangan Komprehensif

1.4.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan

gambaran menjadi perawat professional yang dapat memberikan asuhan

keperawatan komprehensif pada pasien Hipertensi. Selain itu juga melatih

mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efesien.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan

kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya

tulis ilmiah.

1.4.3. Bagi Lahan Praktek

Selama kegiatan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK)

maka lahan praktek dapat menggunakan tenaga mahasiswa sebagai sumber

pengembangan ilmiah agar dapat meningkatkan mutu pelayanan latihan praktek

dengan penerapan intervensi kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah

intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada

pasien secara komprehensif khususnya dengan masalah asuhan keperawatan pada

pasien Hipertensi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis Hipertensi

2.1.1. Defenisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu

periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2013).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal Yang

diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seseorang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90

mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M, 2012).

Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg

(Arif Muttaqin dalam Ardiansyah M, 2012).


2.1.2. Etiologi

Berdasarkan faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

a. Hipertensi Essensial atau Hipertensi Primer

Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor resiko yang

diduga kuat adalah karena beberapa faktor berikut ini (Riyadi S, 2011) :

1) Keluarga dengan riwayat hipertensi

2) Pemasukkan sodium berlebih

3) Konsumsi kalori berlebih

4) Kurangnya aktivitas fisik

5) Pemasukkan alkohol berlebih

6) Rendahnya pemasukkan potasium

7) Lingkungan

Selain faktor-faktor diatas adapula faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial diantaranya (Ardiansyah, M. 2012) :

1) Genetik

2) Kelamin

3) Diet tinggi garam atau kandungan lemak

4) Berat badan atau obesitas

5) Gaya hidup mengkonsumsi alkohol dan merokok

b. Hipertensi Renal atau Hipertensi Sekunder

Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti : penggunaan

ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan (Riyadi, S, 2011).


Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.

Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian

obat tertentu (misalnya pil KB) (Kemenkes RI, 2014).

Penyebab hipertensi esensial belum diketahui secara pasti. Banyak sekali

faktor yang dapat menyebabkan hipertensi sehingga dapat dikatakan penyebab

hipertensi adalah “multiple factors”. Adanya interaksi kompleks antara faktor

genetik dan faktor lingkungan dapat memicu terjadinya hipertensi (Muchtadi,

2013). Faktor genetik yaitu ketidakmampuan ginjal untuk mensekresi kelebihan

garam sedangkan faktor lingkungan meliputi asupan garam yang berlebihan dan

peningkatan kadar angiotensinogen plasma. Tingkat stress diketahui memperberat

hipertensi tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa stress memunculkan gejala

hipertensi (Purnomo, 2007).

Beberapa faktor penyebab hipertensi yang telah diketahui adalah sebagai berikut :

a. Pola Konsumsi

Konsumsi tinggi natrium (Na) terutama yang berasal dari garam (NaCl)

diketahui menjadi salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, natrium juga

terdapat dalam penyedap makanan (MSG, monosodium glutamate) dan soda

kue (NaHCO3, natrium bikarbonat) (Muchtadi, 2013). Konsumsi garam

berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi. Hipertensi tidak

terjadi jika asupan garam dibatasi hingga <50-100 mmol/hari.

b. Kelainan Ginjal

Adanya kelainan atau kerusakan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan

pengaturan tekanan darah melalui produksi renin oleh sel juxtaglomerular


ginjal. Renin merupkan enzim yang berperan dalam lintasan metabolisme

sistem RAA (Renin Angiotensin Aldosteron). Renin penting untuk

mengendalikan tekanan darah, mengatur volume ektraseluler plasma darah

dan vasokonstriksi arteri (Muchtadi, 2013).

c. Penuaan

Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hampir setiap

orang mengalami peningkatan tekanan darah pada usia lanjut. Hal ini terkait

dengan salah satu perubahan yang terjadi karena proses penuaan yaitu

berkurangnya kecepatan aliran darah dalam tubuh. Dengan bertambahnya

usia, dinding pembuluh darah arteri menjadi kaku dan menurun elastisitasnya

(arteriosklerosis) sehingga terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah

yang menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah,

akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik (Muchtadi, 2013).

d. Obesitas

Pada sebagian besar penderita, peningkatan berat badan yang berlebihan dan

gaya hidup memiliki peran utama dalam menyebabkan hipertensi. Tiap

kenaikan berat badan ½ kg dari berat badan normal yang direkomendasikan

dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah sistolik 4,5 mmHg (Muchtadi,

2013).

Hipertensi primer dengan kenaikan berat badan berlebih dan obesitas bisa

terjadi karena peningkatan curah jantung akibat aliran darah tambahan yang

diperlukan untuk jaringan adiposa ekstra dan meningkatnya laju metabolik

seiring dengan peningkatan berat badan (Guyton & Hall, 2014).


d. Stress

Hipertensi dapat juga disebabkan oleh karena stress (fisik atau mental),

dimana pada kondisi ini kelenjar adrenal akan merilis hormon epinefrin atau

adrenalin. Pelepasan hormon epinefrin atau adrenalin mengaktivasi reseptor

β-adrenergik yang menyebabkan peningkatan influks kalsium kedalam sel

jantung sehingga mengakibatkan denyut jantung meningkat dan berhubungan

dengan adanya peningkatan tekanan sistolik.

2.1.3. Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi

hipertensi primer (hipertensi essensial) dan hipertensi sekunder. Hampir lebih dari

90-95% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Hipertensi primer adalah

hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui (Guyton & Hall, 2014). Belum

ada teori yang jelas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Namun,

faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.

Selanjutnya, dikatakan hipertensi sekunder jika terjadinya hipertensi

disebabkan oleh penyakit lain. Hanya sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan

sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Banyak penyebab hipertensi sekunder baik endogen maupun

eksogen. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis

atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-

obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi

atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab

sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan


atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah

merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.

Disamping itu, terdapat klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (The

Eighth Joint National Committe) yang didasarkan pada rata-rata pengukuran dua

tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis untuk pasien

dewasa (umur ≥ 18 tahun). Klasifikasi tekanan darah tersebut mencakup empat

kategori dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan

tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai

kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien yang tekanan darahnya

cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang.

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VIII

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mm/hg) (mm/Hg)
Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-159 90-99

Hipertensi stage II > sama dengan 160 > sama dengan 100

2.1.4. Manifestasi Klinis

Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun ada

kalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini

biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan

pengukuran tensi atau melalui pemeriksaaan tambahan terhadap ginjal dan

pembuluh (Kirana, Rahardja dan Tan Hoan Tjay, 2010).


Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.

Penderita hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempunyai risiko

besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskuler seperti stroke, serangan

jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain sakit

kepala (rasa berat di tengkuk), nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan,

tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga

berdenging), serta kesulitan tidur (Udjianti, 2013).

2.1.5 Patofisiologi

(Artjatmo Tjokronegoro, 2010)


2.1.6 Tanda dan Gejala

Biasanya tanda gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan

sering disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami

klien antara lain : sakit kepala (rasa berat di tekuk), palpitasi, kelelahan, nausea,

vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis,

pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur.

(Wajan Juni Udjianti, 2012).

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi hipertensi terhadap organ-organ :

a) Mata : Perdarahan retina, gangguan penglihatan, kebutaan.

b) Jantung : Gagal jantung, penyakit jantung koroner, miokard.

c) Otak : Perdarahan otak, tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

d) Ginjal : Gagal ginjal, sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama

dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

a. Farmakologi

Terapi obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu obat

berikut (Ardiansyah. M, 2012) :

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis tunggal pada pagi

hari (pada hipertensi dalam keadaan kehamilan, hanya digunakan bila

disertai hemokonsentrasi atau udem paru).

2) Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.


3) Propanolol mulai dari 10 mg 2xsehari yang dapat dinaikkan 20 mg

2xsehari (kontraindikasi untuk penderita asma).

4) Kaptropil 12,5-25 mg sebanyak 2-3xsehari (kontra indikasi pada

kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).

5) Nifedepin mulai dari 5mg 2xsehari, bisa dinaikkan 10mg 2x sehari.

b. Non Farmakologi

Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni

dengan cara (Ardiansyah. M, 2012) :

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar

kolesterol darah tinggi.

3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gr natrium atau 6 gr

natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,

magnesium dan kalium yang cukup).

4) Mengurangi konsumsi alkohol.

5) Berhenti merokok.

6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial

tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali).


2.1.9. Mind Mapping

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
Etiologi :
Obesitas dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Manifestasi Klinis : Stress Genetik Usia 1. Hipertensi Essensial :
tidak diketahui
 Sakit kepala/pusing penyebabnya
 Lemas/kelelahan 2. Hipertensi Primer :
 Sesak nafas Hipertensi Perubahan status kesehatan disebabkan oleh pemyakit
 Gelisah
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
 Mual, muntah *Noc : Cemas*Nic :
 Epistaksis Perubahan Struktur Kontrol kecemasan Setelah dilakukan tindakan Gunakan pendekatan yg menenangkan
 Kesadaran menurun Penyumbatan pembuluh darah keperawatan selama 3x24 jam Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pasien
Jelaskan semua prosedur
Vasokonstriksi kecemasan kriteria hasil
teratasi
: dengan Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Gangguan sirkulasi Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
Vital sign dalam batas normal
Dengarkan dengan penuh perhatian
Postur tubuh,ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitasmenunjukkan berkurangnya cemas
Otak Pembuluh darah Identifikasi tingkat kecemasan
Kelola pemeberian obat anti cemas

Resistensi pembuluh darah otak meningkat Sistemik

Vasokonstriksi
Nyeri Kepala
Afterload Meningkat Fatique Paparan informasi kurang
*Noc : *Nic : Intoleransi aktivitas
Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan 2. Observasi reaksi non verbal Resiko tinggi penurunan curah jantung *Noc : *Nic : Kurang pengetahuan
tindakan keperawatan 3. Bantu klien Setelah dilakukan 1. Observasi adanya
pasien tidak mengalami menemukan *Noc : *Nic : asuhan keperawatan pembatasan klien dalam *Noc : *Nic :
nyeri dengan kriteria dukungan Setelah dilakukan 1. Evaluasi adanya nyeri dada klien bertoleransi melakukan aktivitas Setealah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
hasil : 4. Kontrol lingkungan yg asuhan keperawatan 2. Catat adanya terhadap aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang asuhan keperawatan 2. Jelaskan patosfisiologi penyakit
1. Mampu dapat mempengaruhi penurunan kardiak disritmia jantung dengan kriteria hasil menyebabkan klien menunjukkan 3. Gambarkan tanda dan gejala
mengontrol nyeri nyeri output kilen teratasi 3. Catat adanya gejala : kelelahan pengetahuan tentang yg biasa muncul
2. Melaporkan bahwa 5. Kurangi faktor dengan kriteria hasil : penurunan cardiac 1. Berpartisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan proses penyakit dengan 4. Gambarkan proses penyakit
nyeri berkurang prespitasi nyeri 1. Tanda vital dalam output aktivitas fisik sumber energi yg adekuat kriteria hasil : 5. Identifikasi
3. Mampu mengenali nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri rentang normal 4. Monitor status kardiovaskuler disertai peningkatan 4. Monitor pasien akan 1. Klien dan keluarga kemungkinan penyebab
4. Menyatakan rasa nyaman 7. Ajarkan 2. Dapat mentoleransi 5. Monitor balance cairan tekanan darah, nadi adanya kelelahan fisik menyatakan pemahaman dgn cara tepat
5. Ttv dalam teknik aktivitas, tidak ada 6. Monitor respon dan RR dan emosi secara tentang penyakit 6. Sediakan informasi pada
rentang normal nonfarmakol kelelahan pasien terhadap 2. Mampu melakukan berlebihan 2. Klien dan keluarga klien tentang kondisi dgn
6. Tidak ogi 3. Tidak ada edema paru pengobatan aktivitas sehari-hari 5. Monitor respon mampu melaksanakan cara tepat
mengalami 8. Berikan analgetik 4. Tidak ada penurunan 7. Monitor adanya (ADLs) secara kardiovaskuler prosedur yg dijelaskan 7. Hindari harapan kosong
gangguan tidur 9. Tingkatkan istirahat kesadaran dispneu, fatique, mandiri terhadap aktivitas secara benar 8. Sediakan bagi keluarga
10. Berikan informasi ttg nyeri takipneu 6. Monitor pola tidur informasi ttg kemajuan
11. Monitor tanda-tanda vital 8. Monitor tanda-tanda vital klien
9. Minimalkan stres lingkungan 9. Diskusikan terapi/penanganan

17
2.1.10. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin) : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel

terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko

seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

c) Glukosa : Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

d) Kalium serum : Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan

hipertensi.

f) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).

g) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi.

h) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab).

i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

j) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.

k) Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

19
l) EKG 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel

kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana

luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

m)Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan

yang pertama) :

a) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim

ginjal, batu ginjal / ureter.

b) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

2.2 Pengkajian Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui

kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna

mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Aziz Alimul, 2009).

Pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes (2001) adalah :

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.


2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan

penyakit serebrovaskular, episode palpitasi, perspirasi.

Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah

diperlukan untuk menegakan diagnostik)

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, defresi, euphoria, atau

marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).

Tanda : Letupan suasan hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan

yang meledak, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat,

pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

5. Makanan/Cairan

Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) ,

gula-gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori. Mual, muntah.

Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun). Riwayat penggunaan

diuretic.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau

tertentu), kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah

diabetik).
6. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi

saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode

kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,

penglihatan kabur). Episode epistaksisi.

Tanda : Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, proses

pikir atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

tangan atau refleks tendon dalam. Perubahan-perubahan retina optik dari

sklerosisi/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik

dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada

berat/lamanya hipertensi.

7. Nyeri/Ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang

timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas

bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang terjadi sebelumnya. Nyeri

abdomen/massa (feokromositoma).

8. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal paroksisimal. Batuk dengan/tanpa pembentukkan sputum.

Riwayat merokok.

Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan. Bunyi nafas

tambahan sianosis.
9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, episode parastesis unilateral

transien. Hipotensi postural.

10. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal. Faktor-faktor

resiko etnik seperti : orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan pil

KB atau hormone lain : penggunaan obat/alkohol.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

oksigen

3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan

afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia

miokard

4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang proses

penyakit.

5. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan

berlebihan

6. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung.

7. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya

hipertensi yang diderita oleh klien.

8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.


9. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama

jantung, stroke volume.

10. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kecemasan, kelemahan

dan kelelahan.

11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan sekitar.

12. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan

sirkulasi.

13. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan

perfusi ventilasi.

14. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

2.2.3. Intervensi NOC dan NIC

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : Sensori yang 1. Tingkat nyeri Pain Management
tidak menyenangkan dan 2. Konrol rasa nyeri 1. Lakukan
pengalaman emosional 3. Tingkat pengkajian nyeri
yang muncul secara kenyamanan secara
aktual atau potensial komprehensif
kerusakan jaringan atau Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
menggambarkan adanya 1. Mampu karakteristik,
kerusakan (Asosiasi mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
Studi Nyeri (tahu penyebab kualitas dan
Internasional) : serangan nyeri, mampu faktor presipitasi
mendadak atau pelan menggunakan 2. Observasi reaksi
intensitasnya dari ringan tehnik nonverbal dari
sampai berat yang dapat nonfarmakologi ketidaknyamanan
diantisipasi dengan akhir untuk mengurangi 3. Gunakan teknik
yang dapat diprediksi dan nyeri, mencari komunikasi
dengan durasi kurang bantuan) terapeutik untuk
dari 6 bulan. 2. Melaporkan bahwa mengetahui
Batasan karakteristik : nyeri berkurang pengalaman nyeri
Laporan secara verbal dengan pasien
atau non verbal menggunakan 4. Kaji kultur yang
1. Fakta dari observasi manajemen nyeri mempengaruhi
2. Posisi antalgic untuk 3. Mampu mengenali respon nyeri
menghindari nyeri nyeri (skala, 5. Evaluasi
3. Gerakan melindungi intensitas, pengalaman nyeri
4. Tingkah laku berhati- frekuensi dan masa lampau
hati tanda nyeri) 6. Evaluasi bersama
5. Muka topeng 4. Menyatakan rasa pasien dan tim
6. Gangguan tidur (mata nyaman setelah kesehatan lain
sayu, tampak capek, nyeri berkurang tentang
sulit atau gerakan 5. Tanda vital dalam ketidakefektifan
kacau, menyeringai) rentang normal kontrol nyeri
7. Terfokus pada diri masa lampau
sendiri 7. Bantu pasien dan
8. Fokus menyempit keluarga untuk
(penurunan persepsi mencari dan
waktu, kerusakan menemukan
proses berpikir, dukungan
penurunan interaksi 8. Kontrol
dengan orang dan lingkungan yang
lingkungan) dapat
9. Tingkah laku mempengaruhi
distraksi, contoh : nyeri seperti suhu
jalan-jalan, menemui ruangan,
orang lain dan/atau pencahayaan dan
aktivitas, aktivitas kebisingan
berulang-ulang) 9. Kurangi faktor
10. Respon autonom presipitasi nyeri
(seperti diaphoresis, 10. Pilih dan
perubahan tekanan lakukan
darah, perubahan penanganan
nafas, nadi dan nyeri
dilatasi pupil) (farmakologi,
11. Perubahan autonomic non farmakologi
dalam tonus otot dan inter
(mungkin dalam personal)
rentang dari lemah ke 11. Kaji tipe dan
kaku) sumber nyeri
12. Tingkah laku untuk
ekspresif (contoh : menentukan
gelisah, merintih, intervensi
menangis, waspada, 12. Ajarkan tentang
iritabel, nafas teknik non
panjang/berkeluh farmakologi
kesah) 13. Berikan
13. Perubahan dalam analgetik untuk
nafsu makan dan mengurangi
minum nyeri
14. Evaluasi
Faktor yang berhubungan keefektifan
: Agen injuri (biologi, kontrol nyeri
kimia, fisik, psikologis) 15. Tingkatkan
istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil.
17. Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri)

2. Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


kelemahan, 1. Koservasi Energi Activity Therapy
ketidakseimbangan 2. Toleransi aktifitas 1. Kolaborasikan
suplai dan kebutuhan 3. Prawatan diri dengan Tenaga
oksigen. Rehabilitasi
Definisi : Kriteria Hasil : Medik dalam
Ketidakcukupan energu 1. Berpartisipasi merencanakan
secara fisiologis maupun dalam aktivitas progran terapi
psikologis untuk fisik tanpa disertai yang tepat.
meneruskan atau peningkatan 2. Bantu klien untuk
menyelesaikan aktifitas tekanan darah, nadi mengidentifikasi
yang diminta atau dan RR aktivitas yang
aktifitas sehari hari. 2. Mampu melakukan mampu dilakukan
Batasan karakteristik : aktivitas sehari 3. Bantu untuk
1. Melaporkan secara hari (ADLs) secara memilih aktivitas
verbal adanya mandiri konsisten
kelelahan atau yangsesuai
kelemahan. dengan
2. Respon abnormal dari kemampuan fisik,
tekanan darah atau psikologi dan
nadi terhadap aktifitas social
3. Perubahan EKG yang 4. Bantu untuk
menunjukkan aritmia mengidentifikasi
atau iskemia dan mendapatkan
4. Adanya dyspneu atau sumber yang
ketidaknyamanan saat diperlukan untuk
beraktivitas. aktivitas yang
diinginkan
Faktor factor yang
5. Bantu untuk
berhubungan :Tirah
mendpatkan alat
Baring atau imobilisasi
bantuan aktivitas
1. Kelemahan
seperti kursi roda,
menyeluruh
krek
2. Ketidakseimbangan
6. Bantu untuk
antara suplei oksigen
mengidentifikasi
dengan kebutuhan
aktivitas yang
3. Gaya hidup yang
disukai
dipertahankan.
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
9. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual

3. Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :


penurunan curah 1. Aktivitas pompa 1. Cardiac Care
jantung b/d jantung 2. Evaluasi adanya
peningkatan afterload, 2. Status relaksi nyeri dada
vasokonstriksi, 3. Status tanda tanda (intensitas,lokasi,
hipertrofi/rigiditas vital sign durasi)
ventrikuler, iskemia 3. Catat adanya
miokard disritmia jantung
4. Catat adanya
tanda dan gejala
penurunan
cardiac putput
5. Monitor status
kardiovaskuler
6. Monitor status
pernafasan yang
menandakan
gagal jantung
7. Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan
perfusi
8. Monitor balance
cairan
9. Monitor adanya
perubahan
tekanan darah
10. Monitor respon
pasien terhadap
efek pengobatan
antiaritmia
11. Atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
12. Monitor
toleransi
aktivitas pasien
13. Monitor adanya
dyspneu,
fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
14. Anjurkan utk
menurunkan
stress
4. Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Pengetahuan : 1. Teaching :
kurangnya informasi proses penyakit disease Process
tentang proses penyakit 2. Pengetahuan : 2. Berikan penilaian
prilaku kesehatan tentang tingkat
pengetahuan
Kriteria Hasil : pasien tentang
1. Pasien dan proses penyakit
keluarga yang spesifik
menyatakan 3. Jelaskan
pemahaman patofisiologi dari
tentang penyakit, penyakit dan
kondisi, prognosis bagaimana hal ini
dan program berhubungan
pengobatan dengan anatomi
2. Pasien dan dan fisiologi,
keluarga mampu dengan cara yang
melaksanakan tepat.
prosedur yang 4. Gambarkan tanda
dijelaskan secara dan gejala yang
benar biasa muncul
3. Pasien dan pada penyakit,
keluarga mampu dengan cara yang
menjelaskan tepat
kembali apa yang 5. Gambarkan
dijelaskan proses penyakit,
perawat/tim dengan cara yang
kesehatan lainnya. tepat
6. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
cara yang tepat
7. Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
8. Hindari harapan
yang kosong
9. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
10. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
11. Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
12. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
13. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
14. Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas
lokal, dengan
cara yang tepat
15. Instruksikan
pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
5 Ketidak seimbangan NOC : NIC :
nutrisi 1. Status nutrisi : Weight
makanan dana Management
asupan cairan 1. Diskusikan
2. Status nutrisi : bersama pasien
asupan nutrisi mengenai
3. Pengendalian berat hubungan antara
intake makanan,
Kriteria Hasil : latihan,
1. Mengerti factor peningkatan BB
yang dan penurunan
meningkatkan BB
berat badan 2. Diskusikan
2. Mengidentfifikasi bersama pasien
tingkah laku mengani kondisi
dibawah kontrol medis yang dapat
klien mempengaruhi
3. Memodifikasi diet BB
dalam waktu yang 3. Diskusikan
lama untuk bersama pasien
mengontrol mengenai
berat badan kebiasaan, gaya
4. Penurunan berat hidup dan factor
badan 1-2 herediter yang
pounds/mgg dapat
5. Menggunakan mempengaruhi
energy untuk BB
aktivitas sehari 4. Diskusikan
hari bersama pasien
mengenai risiko
yang
berhubungan
dengan BB
berlebih dan
penurunan BB
5. Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
6. Perkirakan BB
badan ideal
pasien

Nutrition
Management
1. Kaji adanya
alergi makanan
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien.
3. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5. Berikan substansi
gula
6. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan.

6. Potensial perubahan NOC NIC


perfusi jaringan 1. Situasi sikulasi Weigh
2. Situasi perfusi Management
jaringan 1. Pertahankan tirah
baring.
Kriteria Hasil : 2. Kaji tekanan
1. Mengerti penyebab darah saat masuk.
terjadinya 3. Pertankan cairan
kerusakan perfusi dan obat sesuai
jaringan pesanan.
2. Aktivitas pompa 4. Amati adanya
jantung hipotensi
3. Observasi ttv mendadak
5. Ukur masukan
dan pengeluaran
6. Pantau elektrolit
7. Ambulasi sesuai
kemampuan :
hindari kelelahan

7. Cemas berhubugan NOC NIC


dengan psikososial, 1. Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
stres, perubahan status 2. Koping 1. Gunakan
kesehatan. pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan
mengidentifikadan jelas harapan
mengungkapkan terhadap klien
gejala cemas 3. Jelaskan semua
2. Mengidentifikasi prosedur dan apa
dan tehnik untuk yang dirasakan
mengontrol cemas. selama prosedur
3. Vital sign dalam 4. Temani klien
batas normal. memberikan
4. Postur tubuh keamanan dan
ekspresi wajah mengurangi
batas dan tingkat takut.
aktivitas 5. Libatkan
menunjukkan keluarga untuk
berkurangnya mendapingi klien.
kecemasan 6. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
7. Identifikasi
tingkat
kecemasan
8. Dorong klien
untuk
mengungkapkan
perasaan
ketakutan,
persepsi
9. Kelola pemberian
obat anti cemas.
8. Pola nafas tidak efektif NOC NIC
1. Respiratory status : 1. Posisikan klien
ventilation untuk
2. Air way memaksimalkan
3. Vital sign status ventilasi
2. Pasang mayo bila
Kreteria Hasil : perlu
1. Mendemonstrasika 3. Lakukan
n nafas agar tidak fisioterpi dada
sesak, mampu 4. Keluarkan sekret
bernafas dengan dengan batuk
mudah tidak ada 5. Berikan
sesak. pelembab udara
2. Menunjukkan jalan kassa basah
nafas yang paten. 6. Auskultasi suara
3. Tanda tanda vital nafas, catat
dalam rentang adanya suara
yang normal. tambahan
7. Monitor pada
nafas.

9. Penurunan curah NIC NOC


jantung berhubungan 1. Cardiac pump 1. Evaluasi adanya
dengan gangguan effectiveness nyeri dada.
irama jantung, stroke 2. Sirculation status 2. Catat adanya
dan volume, kontraksi 3. Vital sign status disritmia jantung
jantung 4. Tissue perfusion ; 3. Catat adanya
perifer tanda dan gejala
penurunan
Kreteria Hasil ; cardiac putput
1. Tanda vital dalam 4. Monitor status
rentang normal pernafasan yang
2. Dapat menoleransi menandakan
aktivitas, tidak ada gagal jantung
kelelahan. 5. Monitor balence
3. Tidak ada edema cairan
paru, perifer. Dan 6. Monitor respon
tidak ada asites. klien
4. Tidak ada 7. Atur periode
penurunan latihan dan
kesadaran istirahat untuk
5. Agd dalam batas menghindari
normal kelelahan
6. Tidak ada distensi 8. Monitor toleransi
leher aktivitas klien.
9. Anjurkan untuk
menurunkan
stress.

10. Defisit perawatan diri NOC NIC


berhubungan dengan 1. Self Care ; activity Self Care Assistane
penurunan atau of daily living :
kurangnya motivasi, (adls) 1. Monitor klien
hambatan lingkungan, untuk melakukan
kerusakan. Kriteria Hasil : perawatan diri
2. Klien terbebas dari yang mandiri
bau badan 2. Monitor
3. Menyatakan kenutuhan klien
kenyamanan untukn alat-alat
terhadap bantu untuk
kemampuan untuk kebersihan diri,
melakukan Adls berpakain,
4. Dapat melakukan berhias, dan
Adls dengan makan
bantuan 3. Sediakan bantuan
sampai klien
mampu secarah
utuh untuk
melqakukan self
care
4. Dorong klien
untuk melakukan
aktivitas sehari-
hari yang normal
sesuaikemampua
n yang dimiliki
5. Berikan aktivitas
rutin sehari-hari
sesuai
kemampuan
6. Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari.

11 Gangguan pola tidur NOC NIC


berhubungan dengan 1. Anxity Control Sleep Enhancement
psikologis 2. Confort level 1. Determinasi efek-
3. Pain level efek medikasi
terhadap pola
tidur
Kriteria Hasil : 2. Jelaskan
1. Jumlah jam tidur pentingnya tidur
dalam batas yang adekuat
normal 3. Fasilitas untuk
2. Pola tidur, kualitas mempertahankan
dalam batas aktivitas sebelum
normal tidur
3. Perasaan fresh 4. Ciptakan
sesudah limgkungan yang
tidur/istirahat nyaman
4. Mampu 5. Kolaborasi
mengidentifikasi pemberian obat
hal-hal yang dapat tidur.
meningkatkan tidur
12. Kerusakan integritas NOC NIC
jaringan berhubungan 1. Tissue integrity : 1. Anjurkan klien
dengan gangguan skind and mucous untuk
sirkulasi, iritasi kimia, membranes menggunakan
cairan. 2. Wound healing : pakaian yang
primary and longgar
secondary 2. Jaga kulit agar
intention tetap kering dan
bersih
Kriteria Hasil : 3. Mobilisasi klien
1. Perfusi jaringan 4. Monitor kulit
normal akan adanya
2. Tidak ada tanda- kemerahan
tanda infeksi 5. Oleskan lution
3. Ketebalan dan atau oiln pada
tekstur jaringan daerah yang
normal tertekan.
4. Menunjukkan 6. Monitor aktivitas
pemahaman dalam dan mobilisasi
proses perbaikan klien
kulit dan 7. Monitor status
mencegah nutri klien
terjadinya cidera 8. Memandikan
berulang klien dengan
sabun dan air
hangat
9. Cegah
kontaminasi feses
dan urine
10. Lakukan teknik
perawatan luka
dengan steril

13. Gangguan pertukaran NOC NIC


gas 1. Respiratory satus : 1. Berikan
gas exchange pelembab udara
2. Keseimbangan 2. Atur intake untuk
asam basah, cairan
elektrolit mengoptimalkan
keseimbangan
Kriteria Hasil : 3. Monitor respirasi
1. Mendemonstrasika dan status O2
n peningkatan 4. Catat pergerakan
ventilasi dan dada, amati
okdigenasi yang kesimetrian,
adekuat penggunaan otot
2. Memelihara tambahan,retraksi
kebersihan pari- otot
paru dan beban 5. Monitor pola
dari tanda distres nafas
pernafasan 6. Auskultasi suara
3. Agd dalam batas nafas.
normal 7. Observasi
4. Status neorologis sianosis
dalam batas khususnya
normal. membran
mukosa.
8. Auskultasi bunyi
jantung, irama
dan denyut
jantung.
14. Ansietas berhubungan NOC NIC
dengan krisis 1. Ansietas berkurang Pengkajian :
situasional 2. Menunjukan 1. Kaji dan
pengendalian diri dokumentasikan
terhadap ansietas ; tingkat
yang dibuktikan kecemasan klien,
oleh indikator. termasuk reaksi
fisik.
2. Kaji untuk faktor
budaya yang
menjadi
penyebab
ansietas.
3. Gali bersama
klien tentang
tehnik yang
berhasil dan tidak
berhasil
menurunkan
ansietas dimasa
lalu.
4. Sediakan
informasi factual.

(Sumber : Buku Diagnosa Keperawatan Noc dan Nic Tahun 2013)


2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang

dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry (2015). Tahapannya yaitu :

1) Mengkaji kembali klien/klien.

2) Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada.

3) Melakukan tindakan keperawatan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.

Adapun tahapannya, yaitu :

1) Membandingkan respon klien dengan kriteria.

2) Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi.

3) Memodifikasi rencana asuhan.

4) Syarat Dokumentasi Keperawatan (Potter & Perry (2015).

2.2.6 Penerapan EBN (Evidence Based Nurshing)

Dalam jurnal keperawatan “pengaruh terapi pijat refleksi telapak kaki

terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi” oleh Agus Arianto

dkk, disimpulkan bahwa pemberian terapi pijat refleksi telapak kaki dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.


Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji paired t test untuk

tekanan darah sistolik dan uji Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik pada sesi

pagi dan sore menunjukan bahwa masing-masing memiliki nilai p value = (0,00 <

0,050) sehingga H1 diterima yang artinya terapi pijat refleksi telapak kaki

berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di RT 06

RW 07 Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Malang.

Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan

terapi pijat. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan

secara teratur bisa menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan

kadar hormon stress cortisol, menurunkan sumber depresi dan kecemasan,

sehingga tekanan darah akan terus turun dan fungsi tubuh semakin membaik. Hal

ini sejalan dengan Penelitian Zunaidi (2014) didapatkan hasil bahwa pijat refleksi

mampu menurunkan tekanan darah sistol sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3

mmHg. Setelah dilakukan terapi pijat refleksi kaki didapatkan beberapa orang

responden mengatakan badan lebih ringan dan sakit kepala berkurang.

Pijat refleksi merupakan suatu metode memijat titik-titik tertentu pada

tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu

diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk

mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah berbagai

penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stress,

meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan

mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan. Teknik-teknik dasar yang


sering dipakai dalam pijat refleksi diantaranya: teknik merambatkan ibu jari,

memutar tangan dan kaki pada satu titik, serta teknik menekan dan menahan.

Rangsangan-rangsangan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat

memancarkan gelombang-gelombang relaksasi ke seluruh tubuh (Wahyuni, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014), massage

ekstremitas dengan aroma terapi lavender berpengaruh terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh

Nugroho (2012), menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif dibanding

hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Rezki, Hasneli, dan Hasanah (2015) tentang pengaruh terapi pijat refleksi kaki

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer yang dilakukan Pada

kedua kelompok tekanan darah sistolik dan diastolik dihitung dengan

menggunakan alat sphygmomanometer digital. Penelitian dilakukan pada jam

yang sama, dimana peneliti telah menentukan rentang waktu pengambilan data

untuk setiap responden yaitu dari jam 15.00 – 17.00 WIB menunjukan pijat

refleksi dapat menurunkan tekanan darah, namun reponden masih dalam kategori

hipertensi.

Hal ini sesuai dengan teori yakni Pijat secara luas diakui sebagai tindakan

yang memberikan relaksasi yang dalam dikarenakan sistem saraf simpatis yang

mengalami penurunan aktivitas sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah

serta pijat merupakan suatu bentuk latihan pasif yang mampu meningkatkan

sirkulasi darah pada tubuh (Safitri, 2009).

Anda mungkin juga menyukai