“Kita tidak bisa mengajarkan yang kita mau. Kita hanya bisa menga-
jarkan yang kita punya”
Anonim
II. INTI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN:
C. URAIAN MATERI
b. Pengkondisian di Kelas
Setiap pengamalan nilai pembentuk perilaku berintegritas harus bersifat sub-
stantif, bukan sekadar istilah, melainkan dipraktekkan secara nyata dalam sikap
dan perilaku individu. Oleh karena itu, guru harus melakukan pengkondisian
agar nilai-nilai tersebut diamalkan seluruh peserta didik.
c. Pengkondisian di Sekolah
Pengkondisian yang dilakukan di tiap kelas, harus diikuti dengan hal yang sama
di sekolah. Dengan demikian, pengkondisian yang dilakukan di sekolah sejalan
dengan yang dilakukan di kelas, antara lain:
• Luaskan simbol integritas. Selain di kelas, simbol-simbol integritas juga
ditampilkan di sekolah, baik berupa simbol-simbol, teks, gambar, lagu, yel-
yel, dan lain sebagainya;
• Bangun komitmen dengan warga sekolah. Membangun komitmen ber-
sama dengan warga sekolah dan peserta didik dalam lingkup sekolah yang
konsisten di semua kelas. Misalnya komitmen untuk jujur, peduli, menjaga
kebersihan, ramah pada sesama dan lainnya.
• Lakukan sepanjang waktu di sekolah. Penerapan nilai dilakukan dalam
beragam kegiatan sepanjang waktu di sekolah. Dimulai sejak peserta didik
datang ke sekolah, melakukan proses pembelajaran, hingga pulang;
• Perbanyak kegiatan. Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita,
film, atau bentuk lainnya yang mendorong anak membiasakan perilaku se
suai dengan nilai-nilai integritas yang telah dipelajari di kelas;
• Beri dorongan. Memberikan dorongan pada peserta didik dalam lingkup
sekolah secara terus menerus dan konsisten dan meyakinkan manfaatnya
baik untuk dirinya dan sesama. Misalnya ucapan selamat datang tiap pagi,
ajakan untuk senantiasa jujur, dan lain sebagainya.
Pendidik menun- Buat komitmen bersama peserta Dorong peserta didik untuk
jukkan perilaku didik untuk membiasakan peri- membuat komitmen serupa di
berintegritas dalam laku berintegritas dalam semua rumah atau lingkungannya.
kehidupan sebagai aktivitas di kelas. Kesepakatan
potret utuh dirinya, berlaku untuk semua.
sehingga peserta
didik dapat mene- Perbanyak simbol integritas dalam Dorong peserta didik membuat
ladani. pembelajaran, baik berbentuk karya terkait simbol dalam
teks, gambar, audio, audio visual, bentuk teks, audio, visual,
atau gerakan (Contoh: slogan dan lain-lain dalam kegiatan
Jujur itu Hebat, film-film tentang dengan teman bermain dan
kejujuran, kepedulian, empati dll). masyarakat.
Secara lebih terinci pengkondisian pada setiap titik pusat pendidikan dapat disa-
jikan sebagai berikut:
3) Koneksi ke masyarakat
Pada akhirnya semua anak akan kembali ke masyarakat. Guru dapat memberi
bekal pembiasaan hidup berintegritas di masyarakat sejak mereka masih berse-
kolah, bahkan sejak tingkat dasar. Caranya dengan melakukan koneksi kegiatan
penguatan di sekolah dengan keseharian anak di masyarakat. Secara lengkap
bagaimana koneksi ke teman bermain dapat dilihat pada Gambar 3.2
1) Susun RPP
RPP dalam konteks penguatan integritas tidak memiliki format khusus dan
tidak mengubah format RPP yang sudah ada dan digunakan oleh guru. Yang
menjadi fokus perhatian dalam kaitan RPP Penguatan Integritas adalah RPP
dibuat sendiri oleh guru, bukan menjiplak. Prinsip lainnya sesuai dengan
uraian di Pembelajaran 2.
2) Tahapan Penguatan
Penguatan integritas dilakukan sesuai rencana yang disusun, dengan
penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan sesuai kondisi. Bagaimana tahap
annya mulai dari pemahaman, penyadaran dan memperkuat keyakinan,
pengamalan hingga deklarasi, telah dibahas di Pembelajaran 2. Akan tetapi,
guru senantiasa menjaga konsistensi dalam setiap kegiatan pembelajaran,
dan melakukan penyesuaian manakala muncul hal-hal yang tidak terduga.
PENGONDISIAN DI KELAS 1
Guru mengondisikan proses pembelajaran di kelas sehingga peserta didik terbiasa mempraktek-
kan perilaku berintegritas, melalui:
• Guru secara konsisten menampilkan diri sebagai sosok berintegritas;
• Menampilkan contoh perilaku berintegritas secara konsisten melalui cerita tentang tokoh,
peristiwa dan simbol-simbol, audio, visual, serta gerakan yang bisa membuat peserta didik
memahami dan meyakini perlunya perilaku berintegritas;
• Mengadakan berbagai kegiatan, permainan, cerita, film, atau bentuk lainnya yang mendorong
peserta didik mengenali penerapan nilai-nilai karakter penguat integritas sehingga makin me
nguatkan keyakinan;
• Menguatkan peserta didik untuk menerapkan perilaku berintegritas di manapun, kapanpun dan
dalam suasana bagaimanapun.
• Melakukan evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif sehingga peserta
didik menganggap tidak ada gunanya berperilaku tak berintegritas. Misalnya evaluasi dengan
ceklis indikator oleh guru pada setiap siswa, ulangan dengan soal berbeda, teknis ulangan lain
yang tidak memungkinkan menyontek.
• Guru mendorong anak untuk menjadi contoh bagi teman-teman sebayanya di lingkungan tempat
tinggal dalam menerapkan perilaku berintegritas yang sudah dia pahami melalui berbagai cara;
• Guru mendorong anak untuk menolak ajakan siapapun untuk melakukan hal-hal yang melanggar
perilaku berintegritas;
• Guru memberikan apresiasi dan dorongan agar anak selalu menceritakan pengalaman di
lingkungannya kepada orang tua/guru.
KONEKSI KE KELUARGA
3 Orang tua didorong untuk melakukan kegiatan yang secara prinsip sejalan dengan yang
dilakukan di sekolah, dan mengkondisikan suasana keluarga yang mendukung semua
aktivitas anak dalam pembiasaan perilaku berintegritas. Jika di sekolah lebih mengutam-
akan kejujuran ketimbang nilai tinggi, maka orang tua harus menguatkan hal yang sama.
Jika kebersihan dibiasakan di sekolah, maka di rumah melakukan hal serupa. Adapun
target koneksi antara lain:
• Guru menjalin komunikasi, menyamakan persepsi, serta menyepakati kegiatan bersama, tentang lang-
kah-langkah pembiasaan perilaku berntegritas di rumah dan dalam kegiatan bermain anak;
• Anak mendorong orang tua dan seluruh anggota keluarganya untuk menerapkan perilaku berintegritas
sehingga orang dewasa menjadi figur contoh bagi anak;
• Di rumah, anak didorong untuk menghadirkan simbol-simbol baik berupa teks, audio, audio visual
yang terkait dengan pengenalan dan pemahaman perilaku berintegritas;
• Di rumah, anak didorong untuk membuat kesepakatan aturan untuk menerapkan perilaku berintegritas,
sehingga dapat diikuti seluruh anggota keluarga;
• Secara terjadwal membuat kegiatan bersama anak dan orang tua di sekolah untuk menguatkan pembi-
asaan perilaku berintegritas. Secara rutin sekolah juga melakukan komunikasi dengan keluarga terkait
perkembangan pengamalan perilaku berintegritas pada peserta didik.
e. Pendekatan Kewilayahan
Penguatan integritas harus dilakukan dengan pendekatan kewilayahan (zonasi)
yang bergerak seperti bola salju. Dilakukan terus menerus, konsisten, pelibatan
D. FORUM DISKUSI
III. PENUTUP
A. RANGKUMAN
• Penguatan integritas dimulai dengan komitmen diri yang dilakukan secara bersa-
ma-sama;
• Perlu upaya kreatif untuk membangun komitmen diri yang sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan;
• Komitmen diri secara bersama-sama ini diperlukan untuk mewujudkan suasana ber-
integritas yang konsisten;
B. TES FORMATIF
C. DAFTAR PUSTAKA
Adler, M. 2009. Program Paedia: Silabus Pendidikan Humanistik (Terj.). Indonesia Pub-
lishing. Bandung
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anas, Z. 2019. Guru untuk Kehidupan. Jakarta: AMP Press.
Dewey, J. 2009. Pendidikan Dasar Berbasis Pengalaman (Terj.). Indonesia Publishing.
Bandung
Joyce, A., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Model of Teaching: Model-Model Pengajaran.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Kohn, A. 2009. Memilih Sekolah terbaik untuk Anak, Mendobrak Cara Ajar Tradidion-
al. Buah Hati: Tangerang.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017. Pendidikan Antikorupsi untuk Pendidikan Dasar
dan Menengah. . KPK, Jakarta.