Anda di halaman 1dari 9

KESEHATAN REPRODUKSI

Analisis Praktek Bidan pada Pelayanan Ibu


Bersalin dan Bayi Baru Lahir

Alhafiza Putra*

Abstrak
Sekitar tigapuluh persen kematian bayi terjadi pada periode neonatal yang 80 % di antaranya terjadi pada minggu pertama. Hal tersebut mengindikasikan
status kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang rendah serta akses dan kualitas pelayanan persalinan masih rendah. Tahun 2006, kematian neonatal di
Kabupaten Solo adalah 47 dari 8.250 kelahiran hidup dan di Kecamatan Lembah Gumanti adalahi 23 kematian neonatal dari 1,091 kelahiran hidup. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh praktek bidan di wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang terhadap pelayanan ibu bersalin dan bayi baru lahir pas-
ca persalinan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan observasi. Informan adalah seluruh bidan
yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang, ibu bersalin yang persalinannya ditolong oleh informan bidan tersebut. Informan kunci adalah
pimpinan dan koordinator program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Alahan Panjang. Masih ada praktek yang tidak sesuai dengan Standar pela-
yanan kebidanan, terutama penyuluhan pada ibu bersalin. Supervisi yang dilakukan Pimpinan dan Koordinator Program KIA Puskesmas Alahan Panjang ma-
sih kurang. Bidan yang pernah mengikuti pelatihan fungsi bidan dalam pelayananan KIA sarana mendukung atau tindakan bidan dalam pelayanan KIA ku-
rang.
Kata kunci : Praktek bidan, kesehatan ibu dan anak

Abstract
In Indonesia both Maternal and Infant Mortality Rates (MMR & IMR) has been significantly reduced. However, those figures were still higher than those of oth-
er ASEAN countries. About a third of infant deaths took place in the neonatal period, while 80% of the neonatal deaths happened during the first week of life.
This was partly caused by both low accessibility and quality of care. The objective of this study was to assess the midwives’ practice during the provision of
services in the post partum and early neonatal period. In addition, this study at Puskesmas Alahan Panjang was also aimed to identify supporting factors in
delivering the above services. The design of this study was qualitative research design. The methods of data collection were focus group discussions (FGD),
in-depth interview and observation. Results of the study showed that there were many practices of the midwives during postpartum and early neonatal peri-
od which did not follow the standard midwifery care by the Ministry of Health. Health education was not properly implemented and oftenly did not even take
place. Supervision from the Puskesmas chief or midwife responsible for Maternal and Child Health (MCH) services was insufficient. There were very few mid-
wives who ever joined training in improving their midwifery skills. It is urged that both District Health Office (Dinkes) of Solok and Puskesmas Alahan Panjang
improve the competency of the midwives through appropriate training, supervision and provision of equipment and facilities. In addition, strengthening mid-
wives in conducting effective health education program is also strongly recommended. In line with this effort, socialization of recent MCH programs and sup-
port for the development of “jorong” (Desa Siaga) is also of outmost importance.
Key words : Midwives’ practice, maternal and child health

*Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promkes Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat, Jl. Raya Solok Padang Km 20 Arosuka, Sumatera Barat (hp. 08116604118)

30
Putra, Analisis Praktek Bidan pada Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir

Kehadiran ibu dan anak merupakan tonggak utama Metode


mencapai keluarga yang bahagia dan sejahtera, sehingga Penelitian ini merupakan studi kasus di Puskesmas
kematian mereka menjadi bencana bagi keluarganya. Alahan Panjang dengan menggunakan pendekatan kuali-
Indikator penting derajat kesehatan suatu negara antara tatif untuk menggali informasi mendalam tentang prak-
lain adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka tek bidan dalam pelayanan kepada ibu bersalin dan bayi
Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu akibat kehamilan baru lahir 0–7 hari pasca persalinan. Informan dalam
dan persalinan berhubungan sangat erat dengan peno- penelitian ini adalah semua bidan yang bertugas di
long persalinan. Semakin tinggi cakupan pertolongan wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang Kecamatan
persalinan oleh tenaga kesehatan, maka semakin rendah Lembah Gumanti yang dibagi dalam 2 (dua) kelompok
AKI. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga ke- DKT kemudian dilanjutkan dengan wawancara men-
sehatan bervariasi sangat besar antar negara seperti dalam dengan 4 (empat) orang bidan yang terdiri dari
Afrika (39%), Asia (56%), Amerika Latin dan Karibia dua orang bidan senior dan dua orang bidan yunior.
(81%) serta negara maju (99%).1 Di negara berkem- Untuk klarifikasi dan pengumpulan informasi lain yang
bang, satu dari empat kematian maternal terjadi pada mendukung, dilakukan juga wawancara mendalam kepa-
proses persalinan dan 24 jam pasca persalinan.2 da tujuh orang informan ibu bersalin yang persalinannya
Pada beberapa dekade terakhir, AKB di Indonesia dilayani oleh bidan tersebut, pimpinan puskesmas dan
telah mengalami penurunan yang bermakna, tetapi pengelola Program Kesehatan Ibu dan Anak serta telaah
tingkat kematian bayi tersebut masih tergolong tertinggi dokumen yang mendukung. Selain itu, dilakukan juga
di antara negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali satu kali pengamatan (observasi) praktek bidan yang
lebih tinggi dari Malaysia,1,3 kali lebih tinggi dari menjadi peserta DKT dalam pelayanan terhadap ibu
Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.3 Sekitar bersalin dan bayi baru lahir mulai dari proses persalinan
sepertiga kematian bayi terjadi dalam satu bulan perta- sampai 24 jam pasca persalinan.
ma setelah kelahiran dan sekitar 80% kematian neona- Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
tal ini terjadi pada minggu pertama. Hal tersebut Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti
mengindikasikan status kesehatan ibu dan bayi baru Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini
lahir yang masih rendah serta akses dan kualitas dilaksanakan pada awal bulan Maret sampai awal bulan
pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa dan Mei 2007. Data hasil DKT dan wawancara mendalam
segera setelah persalinan masih rendah. 4 Berbagai dengan informan, segera dilanjutkan dengan membuat
penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang transkrip dengan cara melengkapi catatan lapangan (field
menemukan bahwa dua dari empat kematian perinatal notes), menambahkan dengan mendengarkan rekaman
terjadi pada saat persalinan sampai 24 jam pasca per- pembicaraan yang direkam dengan alat perekam (tape
salinan.2 recorder). Setelah tercatat dengan baik, kemudian data
Propinsi Sumatera Barat ditemukan 31,87% balita, diurutkan berdasarkan kelompok pertanyaannya. Pada
belum pernah mendapat pelayanan kesehatan dari fasili- penelitian ini, analisis data yang digunakan adalan analisa
tas kesehatan sewaktu berumur 0–7 hari; 41,18% hanya isi (content analysis). Secara teknik, analisis isi men-
satu kali; 13,72% sebanyak dua kali dan 13,23% se- cakup upaya-upaya klasifikasi lambang-lambang yang di-
banyak tiga kali atau lebih. Secara tidak langsung hal pakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam
tersebut dapat menggambarkan bahwa di Kabupaten klasifikasi dan menggunakan teknik analisis tertentu
Solok pelayanan kesehatan bagi bayi 0–7 hari masih dalam prediksi.6 Secara mudahnya adalah dengan cara
sangat rendah.5 Pada tahun 2006, terjadi 8.250 persali- melihat keterkaitan antara masing-masing jawaban dari
nan dengan kematian ibu 7 orang dan jumlah kematian informan dan melihat persamaan atau perbedaan data,
perinatal dan kematian bayi 101 orang. Kecamatan menginterpretasikan data serta menarik kesimpulan dari
Lembah Gumanti merupakan salah satu kecamatan di keseluruhan yang muncul. Penyajian data dalam peneli-
Kabupaten Solok. Kontribusi Puskesmas Alahan Panjang tian ini berbentuk teks naratif dan untuk pengamatan
cukup besar pada kematian bayi di Kabupaten Solok. berbentuk gambar atau foto pada lampiran.
Menurut laporan tahun 2006, pada Puskesmas Alahan
Panjang dari 1.091 persalinan dengan jumlah kematian Hasil
ibu sebanyak satu orang kematian perinatal dan bayi se- Karakteristik Informan
banyak 47 orang dan 23 kematian diantaranya pada Dalam penelitian yang menjadi informan adalah
umur 0-7 hari. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bidan, ibu nifas yang melahirkan ke bidan, secara
dan menganalisa praktek bidan dalam pelayanan ibu rincinya dapat dilihat pada tabel 1.
bersalin dan bayi baru lahir 0–7 hari (minggu pertama) Selain itu, dikumpulkan informasi dan data dengan
pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Alahan cara dan karakteristik informan berikut: wawancara
Panjang. mendalam dengan koordinator program Kesehatan Ibu

31
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

Tabel 1. Rincian Informan Peserta DKT, WM dan Ibu Bersalin

Kode Bidan Lama Kerja Bidan Kode DKT Informan WM Informan Ibu Bersalin Pengamatan

Bidan a 16 tahun DKT 1 Bulin 2 Observasi 1


Bidan b 12 tahun DKT 1 Bulin 1
Bidan c 12 tahun DKT 1
Bidan d 10 tahun DKT 1
Bidan e 9 tahun DKT 1
Bidan f 11 tahun DKT 1
Bidan g 10 tahun DKT 1 Bulin 3
Bidan h 11 tahun DKT 1
Bidan i 9 tahun DKT 1 Bidan WM 1 Bulin 5
Bidan j 10 tahun DKT 1
Bidan k 14 tahun DKT 1 Bidan WM 2 Bulin 6
Bidan l 11 tahun DKT 2
Bidan m 2 tahun DKT 2 Bidan WM 4 Bulin 4
Bidan n 1 tahun DKT 2 Bidan WM 3
Bidan o 12 tahun DKT 2
Bidan p 9 tahun DKT 2 Bulin 7
Bidan q 16 tahun DKT 2
Bidan r 12 tahun DKT 2

dan Anak Puskesmas Alahan Panjang, dengan karak- faktor yang juga berkontribusi kepada kematian ibu dan
teristik pendidikan D3 Kebidanan, 14 tahun bekerja se- bayi adalah faktor keterlambatan mengambil keputusan
bagai Bidan di Desa ditambah 2 tahun sebagai koordina- terutama dari pihak pasien/klien dalam merujuk sedang-
tor program KIA. Wawancara mendalam dengan kan jarak rumah sakit rujukan jauh. Tenaga bidan belum
Pimpinan Puskesmas Alahan Panjang, dengan karak- merata disetiap jorong/desa, dari 34 jorong/desa, baru
teristik pendidikan terakhir sarjana Kedokteran, sudah 4 17 jorong yang ada bidan. Dalam mengatasi kekurangan
tahun jadi pimpinan Puskesmas Alahan Panjang ditam- tenaga bidan tersebut, jorong yang tidak ada bidan, di-
bah 3 tahun masa Pegawai Tidak Tetap (PTT). layanai oleh bidan dari jorong terdekat. Jorong yang be-
Pengamatan langsung pelaksanaan persalinan sampai 24 rada dekat atau di sekitar puskesmas induk, dilayani oleh
jam pasca persalinan dengan video recorder (handycam). bidan yang bertugas di puskesmas induk.
Pengamatan yang dilakukan merupakan pasien peserta Untuk pelayanan bagi nifas, sejak tahun 2005 dilak-
DKT dengan kode a. sanakan kebijakan baru yang mewajibkan bidan mem-
berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (HB-uniject) pa-
Gambaran Umum da kunjungan neonatal pertama (KN1). Bidan juga di-
Permasalahan kesehatan ibu dan anak di wilayah wajibkan mengawasi dan memperlakukan bayi dengan
kerja Puskesmas Alahan Panjang menurut informan yaitu Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dengan
kematian ibu dan kematian bayi. Puskesmas Alahan mengisi format MTBM.
Panjang menjadi penyumbang tertinggi kematian ibu dan Supervisi oleh Puskesmas kepada bidan di jorong di-
terutama kematian bayi di Kabupaten Solok. Hasil lakukan berdasarkan jadwal Posyandu dan dilaksanakan
wawancara mendalam dan telaah dokumen diketahui pa- secara mendadak (sidak). Supervisi dilakukan berbentuk
da tahun 2004, terjadi 3 kematian ibu dan 24 kematian tim dari masing-masing program dan tidak khusus untuk
bayi, tahun 2005 terjadi 3 kematian ibu dan 46 kematian supervisi pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak
bayi pada tahun 2006 terjadi 1 kematian ibu dan 47 ke- saja. Pelaksanan Audit Standar Pelayanan Kebidan
matian. Untuk pencapaian program KIA tahun 2006, K1 maupun Audit Maternal dan Perinatal selama ini, belum
102% , K4 83%, dan KN 100%. Jumlah persalinan yang pernah dilakukan.
dilayani atau ditangani oleh tenaga kesehatan sebanyak Dalam mendukung peningkatan pengetahuan dan
70% dan sisanya sebanyak 30% ditangani oleh dukun keterampilan bidan, biasanya dilakukan dengan
bersalin. Deteksi dini resiko tinggi oleh tenaga kesehatan mengirim bidan untuk mengikuti pendidikan dan pelati-
yang masih sebesar 22,5 %. han, hasil wawancara mendalam yang dilakukan, bidan
Penyebab kematian ibu umumnya adalah eklampsi di wilayah kerja Puskesmas Alahan Panjang, sudah sering
dan pendarahan pos-partum, penyebab kematian bayi mengikuti pelatihan yang dilakukan di tingkat kabupaten
adalah asfiksia, premature dengan BBLR dan penyebab maupun di tingkat propinsi. Akan tetapi, dari hasil telaah
kematian bayi 1- 12 bulan adalah pneumonia. Selain itu, dokumen yaitu dokumen resmi biodata bidan, untuk

32
Putra, Analisis Praktek Bidan pada Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir

keperluan kepegawaian, ternyata hanya sebagian kecil bidan meletakan bayi didalam box bayi yang dilengkapi
bidan yang pernah mengikuti pelatihan. dengan lampu penghangat. Ada perbedaan pendapat di-
antara bidan tentang membungkus tali pusat bayi. Ada
Sarana Penujang bidan yang memberikan antiseptik seperti betadin atau
Persedian obat-obatan untuk pelayanan kesehatan ibu alkohol pada tali pusat dan kasa pembungkus, ada juga
dan anak, khususnya untuk pelayanan persalinan sudah yang tidak memberikan apa-apa dan langsung mem-
cukup kualitas dan kuantitasnya, tetapi memang ada obat bungkus tali pusat bayi dengan kain kasa steril.
tertentu yang kadang-kadang macet karena kehabisan Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir menurut bidan
stok. Peralatan pelayanan kesehatan ibu dan anak seper- adalah kulit bayi berwarna biru atau kuning, bayi tidak
ti timbangan bayi, tensimeter, termometer digital dan menangis spontan dan kejang. Bidan pernah menangani
lain-lain, memang masih kurang, bahkan sungkup untuk bayi dengan tanda bahaya seperti asfiksia dan hypother-
membantu proses resusitasi pada janin dengan asfiksia, mi, dan jika tidak berhasil segera dirujuk. Tanda bahaya
boleh dikatakan tidak ada satupun bidan yang memi- pada bayi juga diberitahukan kepada ibu bersalin dan
likinya. Selain itu, masih banyak peralatan lain yang su- keluarga yang mendampingi. Penyuluhan tanda bahaya
dah rusak dan sampai saat sekarang tidak ada peng- bayi kepada ibu dan keluarga yang mendampingi, tidak
gantian. Untuk mengatasinya, bidan melengkapi perala- semua sesuai dengan yang diutarakan hampir semua ibu
tan mereka dengan membeli secara pibadi sesuai ke- bersalin. Menurut ibu bersalin yang dilayani bidan, dike-
mampuan yang mereka miliki. tahui bahwa tanda bahaya bayi baru lahir adalah bayi
menangis terus menerus tanpa diketahui sebabnya dan
Praktek Kebersihan dan Pencegahan Infeksi sebagian kecil ibu bersalin mengatakan kalau suhu tubuh
Menurut bidan, kebersihan yang berhubungan bayi panas dan kalau kulit bayi berwarna kuning. Setelah
dengan proses persalinan dan pasca persalinan, meru- proses persalinan selesai, dari hasil DKT, semua bidan
pakan suatu keharusan karena dapat mencegah infeksi membantu ibu menyusui bayinya sebelum satu jam, tan-
baik terhadap ibu bersalin, neonatus maupun terhadap pa berusaha untuk memberikan susu bantu. Tetapi hal
bidan sendiri. Kebersihan yang harus dilakukan adalah berbeda ditemui dari hasil wawancara mendalam, di-
bersih tempat, alat, penolong dan pasien yang ditolong. mana sebagian bidan mengakui pernah memberikan susu
Bidan membersihkan alat dengan Disinfektan Tingkat bantu kepada bayi, dengan indikasi apabila dalam dua
Tinggi (DTT) seperti membilas semua peralatan dengan jam belum juga keluar ASI, dengan alasan takut terjadi
air bersih atau clorin 0,2 % lalu direbus atau dikukus. hypoglikemi. Dalam menyusui segera, tidak ada kontak
Ibu bersalin biasanya mandi sebelum bersalin dan apabi- kulit ke kulit antara ibu dan bayi karena bayi diberikan ke
la tidak sempat diminta berganti pakaian dengan yang ibu dalam keadaan sudah terbungkus.
bersih. Setelah persalinan, tempat langsung disapu dan di Sampai 2 jam pasca persalian, bidan membantu
pel dan sebelum menolong persalinan, bidan mencuci melahirkan plasenta, dan memeriksa kelengkapannya,
tangan dengan air bersih dan sabun lalu menggunakan mengamati kontraksi uterus, memeriksa laserasi pada
sarung tangan. Akan tetapi, pada observasi ditemui se- jalan lahir, memeriksa pendarahan. Pemeriksaan tekanan
baliknya, setelah tali pusat bayi dipotong dan diikat ke- darah, nadi dan suhu ibu dilakukan setiap 15 menit pada
mudian, membungkus tali pusat dan membungkus bayi. satu jam pertama, dan setiap 30 menit pada satu jam ke-
Penanganan tersebut dilakukan oleh asisten bidan tanpa dua. Setelah 2 jam persalinan, bidan memasang kain gu-
menggunakan sarung tangan. Kondisi yang sama juga rita dan duk kepada ibu bersalin, tetapi sebagian kecil
ditemui sewaktu wawancara mendalam, sebagian kecil bidan menyatakan bahwa pemasangan gurita dan duk,
bidan ada yang menyatakan, hanya membakar peralatan langsung dilakukan segera setelah plasenta lahir setelah
serta bak intrumen dengan menggunakan alkohol. mengetahui kondisi umum ibu baik.
Sebelumnya, peralatan hanya dicuci saja dan tidak dire- Menurut bidan tanda bahaya adalah pendarahan
bus atau dikukus, hal tersebut dilakukan bila kondisi banyak, demam tinggi, penglihatan kabur, kejang-kejang
mendesak. dan lain-lain. Semua bidan menyatakan memberitahu
Segera setelah bayi lahir, bidan membersihkan tanda bahaya kepada ibu bersalin atau keluarga yang
hidung, mulut dan muka bayi dari cairan atau lendir mendampingi. Hampir semua bidan mengakui pernah
dengan kasa steril dan bayi diletakan diperut ibu untuk mengalami dan menangani bahaya pada ibu bersalin
dibersihkan dengan handuk atau kain yang kering dan karena pendarahan. Penyebab pendarahan yang dita-
bersih. Selanjutnya, tali pusat dipotong dengan gunting ngani meliputi, atonia uteri, retensio plasenta, sitosel,
dan diikat lalu bayi dibungkus dengan handuk atau kain plasenta kembar dan lain-lain. Hasil wawancara men-
yang kering dan bersih sampai kepala bayi dan diberikan dalam dengan ibu bersalin yang persalinannya dilayani
kepada ibu. Jika kondisi ibu masih lemah, bayi diletakan oleh bidan, ternyata lebih dari setengah ibu bersalin tidak
disamping ibu atau diberikan kepada keluarga. Beberapa mengetahui tanda bahaya ibu habis bersalin, yang sesuai

33
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

dengan penyuluhan yang diberikan bidan. jungan rumah pada minggu pertama pasca persalinan
kepada ibu atau keluarganya, tidak ditemui pernyataan
Praktek Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir bidan secara langsung mengenai penyuluhan yang
Setelah dua jam persalinan bidan mengontrol kondisi diberikan, yang dilakukan bidan hanya memeriksa ibu
ibu bersalin dan bayi baru lahir, memandikan bayi sete- bersalin dan bayi baru lahir dan hanya memesankan
lah enam jam persalinan dan mengawasi buang air kecil kepada ibu bersalin atau keluarga yang mendampinginya,
dan buang air besar bayi serta mengawasi daya hisap bayi apabila terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan, segera
sewaktu menyusui. Bayi yang lahir sore atau malam, di- panggil atau hubungi bidan. Sewaktu konfirmasi dengan
mandikan besok pagi dan bayi lahir pagi hari, di- ibu bersalin, memang tidak ada penyuluhan yang spesi-
mandikan siang harinya. Yang dilakukan bidan terhadap fik mengenai perawatan pasca persalinan yang diketahui
ibu bersalin setelah 2 jam sampai 24 jam pasca bersalin, ibu. Hasil pengamatan peneliti saat ikut mendampingi
sama dengan apa yang dilakukan bidan terhadap ibu bidan kunjungan rumah, memang tidak dilakukan secara
segera sampai 2 jam persalinan, yaitu pemeriksaan pen- khusus penyuluhan kepada ibu bersalin mengenai, ke-
darahan, tinggi fundus, keadaan umum ibu seperti bersihan, istirahat, makanan bergizi, kesehatan ibu dan
denyut nadi, tekanan darah dan suhu. Dalam pemerik- bayi secara umum. Bidan hanya menjawab apabila ibu
saan suhu ibu, bidan menyatakan hanya melakukan bersalin menanyakan kepada bidan keluhan atau per-
sekali sewaktu proses persalinan dan besok harinya se- tanyaan mengenai kondisi bayi dan kondisi ibu, dan apa-
belum ibu bersalin pulang. bila kondisi ibu atau bayi ada masalah, bidan menya-
Penyuluhan yang dilakukan oleh bidan setelah 2 jam rankan ibu untuk datang ke tempat bidan. Selain itu, se-
sampai 24 jam pasca persalinan, adalah sama dengan waktu kunjungan rumah, bidan tidak membawa perala-
penyuluhan yang dilakukan kepada ibu dan keluarga tan penunjang pemeriksaan seperti stetoskop, tensi me-
yang mendampinginya sewaktu segera setelah ter, timbangan bayi dan lain-lain. Bidan hanya membawa
melahirkan sampai 2 jam pasca persalinan, yaitu menge- termos vaksin, untuk membawa vaksin Hepatitis dalam
nai tanda bahaya ibu bersalin dan tanda bahaya bayi baru bentuk HB uniject.
lahir. Selain itu, bidan juga memberi penyuluhan menge-
nai kebersihan ibu, gizi ibu, istirahat, cara merawat payu- Pembahasan
dara dan cara merawat bayi. Setelah dikonfirmasi dengan Gambaran Umum Pelayanan KIA
ibu bersalin yang dilayani bidan tersebut, dengan wawan- Jika dilihat dari pelaksanaan kebijakan dan program
cara mendalam, ternyata pernyataan dari ibu bersalin, kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Alahan Panjang
tidak mendukung semua pernyataan bidan tersebut. Ibu sebenarnya masih belum optimal karena trend kematian
bersalin menyatakan bahwa nasehat atau penyuluhan bayi dari tahun 2004-2006 ada kecendrungan semakin
yang diberikan bidan seperti jangan terlalu banyak ber- meningkat. Penyebab kematian ibu yang utama karena
gerak, kalau tali pusat bayi basah segera diganti, sering pendarahan setelah melahirkan atau Haemoragic Pos-
menyusui bayi, jangan memberi minuman atau makanan Partum (HPP), eklamsi dan infeksi, sedangkan penyebab
apapun kepada bayi selain air susu ibu. utama kematian bayi adalah asfiksia, BBLR karena pre-
matur, dan untuk bayi berumur satu sampai dua belas bu-
Praktek Kunjungan Minggu Pertama Pasca Persalinan lan adalah pneumonia. Selain penyebab langsung terse-
Hasil DKT dan wawancara mendalam, bidan akan but, juga ada faktor lain yang juga berkontribusi ter-
mengunjungi ibu dan bayi tergantung pada kondisi ibu hadap kematian ibu dan bayi di Puskesmas Alahan
dan bayi sewaktu proses persalinan dan segera setelah Panjang, seperti keterlambatan dalam mengambil kepu-
lahir. Kalau kondisi ibu dan bayi normal, bidan mengun- tusan, kondisi geografi daerah yang berupa pegunungan,
jungi pada hari ketiga untuk pemeriksaan dan perawatan sulitnya transportasi, masih ada jorong/desa yang ter-
seperti yang dilakukan sebelumnya (follow up) ditambah pencil, masih ada jorong/desa yang fanatik kepada
melihat bagaimana bayi menyusu dan pada hari ketujuh dukun.
untuk melakukan hal sama sambil melihat perkem- Resiko keterlambatan tersebut sebenarnya bisa diku-
bangan ibu dan bayi. Selain itu, ada juga bidan yang rangi dengan cara mengoptimalkan peran Puskesmas
menyatakan bahwa mereka mengujungi ibu bersalin dan Alahan Panjang sebagai Pelayanan Obstetrik dan
bayi baru lahir setiap dua hari sekali untuk melakukan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang sekarang
imunisasi Hepatitis B pada hari kedua atau keempat, pe- masih belum optimal dimana fasilitas yang ada, masih
meriksaan pemberian ASI oleh ibu, pemeriksaan lochia, belum didukung oleh sumber daya yang memadai kare-
pola makan dan memeriksa luka jahitan, apakah infeksi na tenaga bidan di puskesmas belum dilatih PONED.
atau tidak. Alternatif lainnya adalah dengan pembentukan dan
Hasil DKT dan wawancara mendalam dengan bidan, pelaksanaan Jorong Siaga, yang pada saat sekarang di
dalam hal penyuluhan yang dilakukan bidan saat kun- Kecamatan Lembah Gumanti sudah terbentuk 10 Jorong

34
Putra, Analisis Praktek Bidan pada Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir

siaga tahun 2006 dan pada tahun 2007 ditargetkan su- sesuai dengan standar. Hal tersebut didukung oleh Noe
dah terbentuk 25 Jorong Siaga. Selain dengan menben- dalam Hadi,10 yang menyatakan bahwa pelatihan meru-
tuk Jorong Siaga, untuk mengurangi resiko keterlamba- pakan suatu upaya terencana yang memfasilitasi orang
tan bisa juga dengan kampanye dan sosialisasi secara in- mempelajari perilaku tertentu, baik berupa pengetahuan,
tensif program kesehatan ibu dan anak ke masyarakat sikap maupun ketrampilan sehingga dapat melakukan tu-
terutama mengenai resiko dan dampak yang dihadapi. gasnya sehari-hari dengan baik. Hasil penelitian
Suganda, 11 yang menemukan bahwa ada hubungan
Supervisi dari Atasan bermakna antara pelatihan dengan kinerja bidan di desa
Dari penelitian yang dilakukan, supervisi dan bimbi- dan penelitian Fauzi,12 menyatakan bahwa bidan yang
ngan teknis yang dilakukan pimpinan dan koordinator pernah mengikuti pelatihan mengenai pencegahan infek-
program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Alahan si pada pertolongan persalinan berpeluang 16,67 kali un-
Panjang, hanya bersifat insidentil yang dilakukan pada tuk berperilaku baik dalam pencegahan infeksi daripada
saat pelaksanaan Posyandu. Pelaksanaannya tidak di- bidan yang belum pernah mengikuti pelatihan.
lakukan khusus terhadap program terkait seperti Audit
Standar Pelayanan Kebidanan dan Audit Maternal dan Sarana Penunjang
Perinatal. Hal yang serupa juga dilakukan oleh koordi- Dalam menjalankan tugas, bidan didukung dengan
nator program dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok. sarana, diantaranya obat-obatan dan peralatan.
Menurut peneliti, apabila supervisi dilakukan pada saat Ketersedian dan kelengkapan obat-obatan yang dibu-
dilaksanaan Posyandu berarti Puskesmas hanya akan tuhkan dalam melayani persalinan dan pasca persalinan
mengawasi dan membimbing pelaksanaan program di secara umum sudah terpenuhi, tetapi kadang-kadang me-
Posyandu saja, tidak mendalam terhadap pelaksanaan tu- mang terganggu yang sering terjadi karena stok.
gas pokok dan fungsi bidan. Sebaiknya dilakukan super- Sebenarnya ada kebijakan untuk mengantisipasi kebu-
visi atau pengawasan terhadap tugas dan fungsi bidan se- tuhan darurat dengan meminta langsung ke gudang far-
cara khusus dan menyeluruh, serta posyandu hanya masi kabupaten, tetapi karena jarak yang jauh dan butuh
bagian dari tugas dan fungsi bidan. Secara teori dan hasil kendaraan dan biaya tambahan, maka bidan biasanya di-
penelitian-penelitian yang dilakukan, telah membuktikan tanggulangi secara pribadi dengan meminjam pada
bahwa supervisi akan membantu bidan untuk bekerja sesama bidan atau membelinya di apotik terdekat.
lebih baik dan tidak terjadi penyimpangan terhadap tugas Peralatan penunjang dalam persalinan dan pasca persali-
pokok dan fungsi yang telah ditetapkan, yang dibuktikan nan dari penelitian yang dilakukan, dianggap bidan ku-
dari hasil penelitian Rosidin,7 di Kabupaten Karawang rang memadai seperti sungkup untuk tidakan resusitasi
menyimpulkan bahwa supervisi yang baik adalah enam bayi, termometer digital, tabung oksigen, peralatan untuk
kali dalam satu tahun. Sulastini,8 menemukan bahwa ada mensterilkan alat, inkubator bayi dan lain-lain. Kondisi
hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kiner- ini akan mengganggu praktek atau tindakan yang di-
ja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi lakukan bidan dalam melakukan tugas dan fungsinya
mempunyai resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja ku- dalam pelayanan KIA. Hal tersebut didukung oleh per-
rang. Kemudian hasil penelitian Elytha,9 menyimpulkan nyataan Green,13 yaitu ketersedian sumber daya dan
bahwa bidan yang mendapat pembinaan atau bimbingan sarana merupakan faktor pendukung seseorang dalam
teknis atau supervisi 1 sampai 5 kali dalam enam bulan, berperilaku. Hal tersebut juga didukung oleh Sarwoto,14
mempunyai tingkat kinerja dua kali lebih baik dibanding menyatakan bahwa, untuk mencapai hasil kerja yang
yang tidak mendapat pembinaan. lebih baik, sarana dan peralatan yang disediakan harus
mencukupi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Penelitian
Pelatihan Fungsional Fauzi,12 yang dilakukan di Kota Jambi juga membuktikan
Mengenai pelatihan yang diikuti bidan yang bahwa ada hubungan yang bermakna antara fasilitas pe-
berhubungan dengan fungsi mereka sebagai bidan dan ralatan praktek bidan dengan perilaku pencegahan infek-
dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, ditemui hal si. Bidan yang mempunyai peralatan yang lengkap
yang berlawanan antara hasil wawancara mendalam berpeluang 16,1 kali untuk berperilaku baik dalam
dengan telaah dokumen (biodata bidan) dan pem- pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan, diban-
bicaraan secara informal diluar penelitian sewaktu DKT. ding bidan yang mempunyai peralatan yang kurang.
Ternyata hanya sebagian kecil saja bidan yang pernah
mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan tugas dan Praktek Kebersihan dan Pencegahan Infeksi
fungsi bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dalam penelitian ini, praktek atau tindakan bidan
Kondisi tersebut menurut peneliti, berkontribusi ter- mengenai kebersihan yang berhubungan dengan proses
hadap tindakan atau praktek bidan dalam melaksanakan persalinan dan proses sesudah persalinan masih ada se-
tugas dan fungsinya dalam pelayanan KIA, yang tidak bagian bidan yang tidak melakukan dengan benar karena

35
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

hanya dengan membakar peralatan dan bak instrumen- menambah beban kerja dan biaya perawatan pos natal
nya dengan menggunakan alkohol tanpa dilakukan ste- karena harus sering berkunjung ke bidan.
rilisasi. Selain itu, sewaktu dilakukan observasi asisten Selain itu, ada beberapa hal yang merupakan bagian
bidan tersebut tidak menggunakan sarung tangan se- dari standar pelayanan kebidanan yaitu, setengah dari
waktu merawat bayi baru lahir. Praktek yang dilakukan bidan menyatakan hanya mengukur suhu bayi dilakukan
tersebut menurut peneliti membuktikan bahwa sebe- sekali setelah lahir sedangkan menurut standar dian-
narnya bidan belum mempraktekan secara baik dan be- jurkan pemeriksaan suhu tubuh bayi setiap satu jam sam-
nar mengenai standar kebersihan dalam proses persali- pai kondisi suhu tubuh bayi stabil. Masih ada bidan yang
nan dan pasca persalinan, kejadian tersebut dalam mengukur suhu bayi melalui dubur yang menurut stan-
penelitian ini dianggap masih beresiko pada terjadinya dar hal tersebut berbahaya bagi bayi. Penyuluhan bidan
infeksi. tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir hanya dije-
Kondisi tersebut juga didukung oleh hasil penelitian laskan secara sekilas seperti kulit bayi biru, tidak
Fauzi,12 pada bidan di Kota Jambi bahwa praktek bidan bernafas spontan sewaktu lahir, tidak menangis dan ke-
pada kebersihan dan pencegahan infeksi, katagori ku- jang. Setelah dikonfirmasi dengan ibu yang persalinannya
rang (50,9%) dan pada katagori baik 49,1%, dari be- dilayani oleh bidan tersebut ternyata hanya setengah dari
berapa indikator kebersihan dalam penelitian yang di- ibu bersalin yang mengetahui tanda bahaya pada bayi.
lakukan, indikator pemakaian sarung tangan ditemui Penyuluhan merupakan standar pertama atau standar 1
bahwa sebagian besar respondennya berperilaku kurang. yaitu “Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepa-
da perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala
Pelayanan Bersalin dan Bayi Baru Lahir hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyu-
Dalam pemasangan gurita masih ada bidan yang luhan kesehatan umum, gizi dan keluarga berencana, ke-
melakukan tidak sesuai dengan standar pelayanan ke- siapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon
bidanan dimana beberapa bidan langsung memasang gu- orang tua, menghidari kebiasaan yang tidak baik dan
rita sesaat setelah plasenta lahir dan yang kebanyakan mendorong kebiasaan yang baik”. Semua bidan tidak da-
bidan sudah mematuhi standar yaitu setelah dua jam per- pat menjelaskan semua tanda bahaya pada ibu pasca per-
salinan baru dipasang gurita. Setelah menangani bayi, salinan sesuai standar pelayanan. Setelah dikonfirmasi
kemudian bidan menangani si ibu untuk melahirkan dengan ibu bersalin klien/pasien bidan ternyata lebih dari
plasenta dan melakukan perawatan dan menyuruh si ibu setengah informan tidak mengetahui tanda bahaya pada
istirahat sambil belajar menyusui si bayi, semua bidan ibu pasca persalinan. Informan mengetahui tanda bahaya
menyatakan bayi disusui ke ibunya sebelum satu jam ke- tersebut hanya secara umum. Padahal, semua bidan
lahiran. Tetapi setelah konfirmasi melalui wawancara menyatakan pernah menangai ibu bersalin dengan tanda
mendalam ternyata setengah dari informan, pernah bahaya.
memberikan susu bantu atau susu formula kepada bayi Tindakan atau praktek yang dilakukan bidan kepada
baru lahir dengan alasan, setelah dua jam air susu ibu bayi setelah 2 jam sampai 24 jam pasca persalinan adalah
tidak juga keluar dengan alasan takut terjagi hypoglike- mengontrol kondisi bayi, memandikan bayi setelah enam
mi pada si bayi. Selain itu, dalam melakukan inisiasi jam persalinan dan mengawasi buang air kecil dan buang
segera, bidan tidak melakukan kontak kulit ke kulit air besar bayi serta mengawasi daya hisap bayi sewaktu
seperti yang dianjurkan standar. menyusui. Umumnya bidan sudah melakukan hal terse-
Dalam penanganan tali pusat bayi baru lahir, masih but tersebut secara memadai dan sesuai dengan standar.
ada perbedaan pendapat antara bidan dalam hal pem- Tentang penyuluhan terhadap perawatan ibu dan bayi,
berian bahan antiseptik pada bekas potongan tali pusat, setelah konfirmasi, ternyata ibu bersalin tidak menge-
dimana sebagian bidan memberikan bahan antiseptik se- tahuinya dengan baik. Kondisi tersebut mengungkapkan
belum membungkus tali pusat dan sebagian lagi lang- bahwa bidan tidak memberikan penyuluhan dan kon-
sung membungkus dengan kasa steril. Menurut seling dengan baik tentang tanda bahaya ibu dan bayi
Depkes,15 perbedaan tersebut sebenarnya tidak masalah baru lahir, kesehatan secara umum, kebersihan perora-
asalkan saat pemberian bahan antiseptik seperti alkohol ngan, gizi, istirahat, imunisasi dan lain-lain. Bidan hanya
atau betadin jangan sampai tali pusat dan kasa steril melakukan penyuluhan secara sepintas saja. Hal yang
menjadi lembab atau basah, cukup diusapkan saja. Tetapi sama ditemui pada penelitian Gandhi,17 terhadap kete-
dari hasil penelitian Salarya dalam Hasnerita,16 menya- rampilan bidan di Kota Palembang yang menyatakan
takan bahwa penambahan atau pemberian antimikroba bahwa 91.7% bidan tidak terampil melakukan penyu-
menambah atau memperpanjang puput tali pusat. Secara luhan.
medis memang belum terbukti konsekuensinya tetapi Penyuluhan atau konseling merupakan aspek yang
lambatnya pelepasan tali pusat, tidak disukai orang tua sangat penting dalam pelayanan kesehatan kepada
karena kondisi ini menambah kekawatiran mereka dan pasien/klien. Berarti bidan telah membantu pasien/klien

36
Putra, Analisis Praktek Bidan pada Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir

memecahkan masalah kesehatan mereka sehingga mem- masalahan adalah mengapa ibu bersalin tidak membaca
buat pasien/klien merasa puas dan percaya diri. dan memahaminya. Padahal, bidan hanya menjelaskan
Penyuluhan atau konseling juga mempengaruhi interak- dan membahas isi buku KIA dan meminta ibu membaca
si antara bidan dan pasien/klien dengan meningkatkan dan mempelajarinya dan dievaluasi setiap kunjungan ke-
hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. Namun, las ibu atau kunjungan rumah sewaktu melaksanakan
konseling sering diabaikan dan tidak dilaksanakan KN1.
dengan baik karena bidan tidak mempunyai waktu. Namun demikian, pada kenyatannya penyuluhan atau
Mereka tidak mengetahui bahwa dengan konseling konseling yang dilakukan bidan kepada ibu bersalin,
pasien/klien akan lebih mudah mengikuti nasihat. Teknik tidak sesuai dengan standar. Pernyataan senada juga
konseling yang baik dan informasi yang memadai harus didukung oleh Budiarso dalam Ibrahim S,19 yang menya-
diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang takan bahwa pengetahuan yang baik dan sikap yang posi-
kunjungan bidan ke pasien/klien atau sebaliknya dengan tif, tidak selamanya diikuti oleh praktek yang baik juga.
cara yang sesuai dengan budaya yang ada. Hal serupa juga ditemui dari hasil penelitian Djaya
Prawira dalam Ibrahim S,19 yang menyatakan bahwa
Praktek Kunjungan Neonatal ke Satu tidak ada hubungan yang bermakna antara kualitas
Pelaksanaan kunjungan rumah pada minggu pertama pelayanan Antenatal Care (ANC) dengan pengetahuan
pasca persalinan masih berbeda antara yang dilakukan petugas, sebaliknya dari kedua pernyataan diatas
bidan dengan SPK. Perbedaan yang tersebut dalam arti Green,13 menyatakan bahwa perilaku seseorang dipenga-
positif, pada SPK standar 15 menyatakan bahwa bidan ruhi oleh pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai.
melakukan pelayanan kepada ibu dan bayi sedikitnya pa-
da hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam pasca Kesimpulan
persalinan, sedangkan sebagian besar bidan di Di Puskesmas Alahan, cakupan program KIA tahun
Puskesmas Alahan Panjang melakukan pelayanan kepa- 2006 cukup baik kecuali persalinan dan deteksi dini
da ibu bersalin dan bayi pasca persalinan pada hari kedua risiko tinggi oleh tenaga kesehatan yang sangat rendah.
untuk memandikan bayi, hari ketiga sambil memberikan Jumlah kematian ibu tahun 2004, 2005 dan 2006 cen-
imunisasi Hepatitis B dengan HB Uniject dan pada hari derung menurun, tetapi jumlah kematian bayi
ketujuh untuk memantau kondisi ibu dan pelepasan tali meningkat. Faktor yang berkontribusi terhadap kematian
pusat bayi. Selanjutnya, bidan juga melakukan kunju- ibu dan bayi antara lain keterlambatan mengambil kepu-
ngan pada minggu kedua, tetapi untuk kunjungan ming- tusan, persalinan dukun yang tinggi, jarak ke tempat ru-
gu keenam sangat tergantung pada ibu karena kebiasaan jukan jauh, transportasi sulit, tenaga bidan kurang,
di daerah Alahan Panjang dan daerah minang pada fungsi PONED belum optimal di Puskesmas Alahan
umumnya yaitu kebiasan turun mandi yang dilakukan pa- Panjang. Kemitraan bidan dan dukun bayi belum ber-
da minggu kelima atau keenam tergantung kesiapan kelu- jalan dengan baik. Faktor yang berkontribusi meliputi su-
arga si ibu. pervisi dan bimbingan teknis spesifik pada fungsi dalam
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan penyuluhan pelayanan persalinan dan kesehatan ibu dan anak. Audit
yang dilakukan bidan sewaktu kunjungan rumah. Hal standar pelayanan kebidanan dan audit maternal perintal
tersebut tidak jauh berbeda dilakukan. Yang mereka ke- belum pernah dilakukan. Bidan yang pernah mengikuti
tahui hanya sebagian kecil dari yang seharusnya dike- pendidikan dan pelatihan tentang fungsi bidan dalam
tahui. Ibu bersalin hanya mengandalkan bidan, apabila pelayanan keehatan ibu dan anak sangat kecil. Obat-
terjadi hal-hal di luar, yang biasa dialami atau hal-hal obatan sudah mencukupi, tetapi peralatan untuk
yang mengkawatirkan mereka. Seharusnya ibu bersalin pelayanan kesehatan ibu dan anak masih kurang dan
wajib mengetahui informasi tentang kesehatan dan hal menjadi beban bidan karena harus dipenuhi sendiri.
lain yang berhubungan pasca persalinan karena dengan Masih banyak tindakan atau praktek bidan yang tidak
informasi yang baik juga akan merubah perilaku ibu sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan. Praktek
bersalin tersebut seperti pernyataan Neil Niven dalam pelayanan ibu bersalin dan bayi baru lahir setelah dua
Ambun,18 informasi yang diperoleh secara baik dan be- jam sampai 24 jam pasca persalinan secara umum sudah
nar, memberikan dampak yang lebih konsisten, sehingga memadai, tetapi penyuluhan tidak dilakukan dengan baik
dapat menimbulkan perubahan sikap ke arah yang lebih karena menganggap para pasien langsung dalam pe-
baik pula. Perubahan sikap ke arah yang baik dapat ngawasan mereka. Praktek kunjungan neonatal pada
merubah perilaku seseorang ke arah yang lebih baik ju- minggu pertama pasca persalinan belum baik karena
ga. Semua informasi tentang kehamilan, persalinan dan tidak dilaksanakan dengan baik dan benar. Bidan hanya
pasca persalinan tersedia dalam buku Kesehatan Ibu dan memeriksa dan memesankan pada ibu bersalin untuk
Anak (KIA) yang dimiliki oleh hampir semua ibu bersalin menghubungi mereka kalau terjadi hal yang meng-
yang menjadi informan penelitian ini. Yang menjadi per- kawatirkan. Pada kunjungan tersebut, bidan tidak mem-

37
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 1, Agustus 2008

bawa peralatan standar, seperti tensi meter, termometer, rapan standar pelayanan bidan.
timbangan bayi, stetoskop, tetapi hanya membawa
vaksin Hepatitis B. Faktor pemudah pelayanan ibu dan Daftar Pustaka
bayi pada minggu pertama pasca persalinan adalah ke- 1. Suryaningsih, Damaryanti. Analisis kualitatif pendampingan bidan di
wajiban HB uniject pada bayi 0-7 hari, kewajiban desa pada persalinan yang di tolong oleh dukun bayi di Kec. Cicurug,
MTBM, wajib membuka kelas ibu di tiap jorong karena Sukabumi, Jawa Barat [tesis]. Depok: FKM UI; 2001.
penggantian transport bidan. Faktor penghambat adalah 2. Koblinsky, A. Marjorie. Community-based pospartum care : an urgent
kualitas memberikan penyuluhan kepada ibu bersalin unmet need. USAID & Catalyst; 2005.
atau keluarga kurang, tindakan bidan tidak sesuai de- 3. GOI-UNICEF. Challenges for a new generation: the situation of children
ngan standar pelayanan kebidanan, pelatihan fungsional and women in indonesia. Jakarta: GOI-UNICEF; 2000.
kurang serta peralatan persalinan yang kurang. 4. UNDP. Laporan perkembangan pencapain tujuan pembangunan milini-
um indonesia. Edisi 2005. http//www.undp.ac.id, 7 April 2006.
Saran 5. Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik kesehatan 2004 (hasil survey
Dinas Kesehatan disarankan melatih seluruh bidan sosial ekonomi nasional 2004). Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia;
mencakup penyegaran sampai mahir tentang fungsi 2004.
bidan pasca persalinan seperti, Komunikasi Inter 6. Bungin, Burhan. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: Raja
Personal/Konseling, Asuhan Persalinan Normal (APN), Grafindo Persada; 2005.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Juga pelatihan 7. Rosidin, Yusup. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan
PPGDON dan GDON bagi petugas Puskesmas PONED di desa kab.upaten karawang tahun 2001. Depok: FKM UI; 2001.
dan pelatihan fungsional kebidanan yang lain. Pemda 8. Sulastini. Hubungan faktor internal dan eksternal dengan kepatuhan
perlu mengeluarkan Perda kemitraan bidan dan dukun bidan terhadap standar ANC (tesis). Depok: FKM UI; 2001.
bayi yang memungkinkan semua persalinan yang dito- 9. Elytha, Fauziah. Hubungan faktor individu, motivasi sosial budaya dan
long dukun bayi didampingi oleh bidan. Perlu meng- penunjang kegiatan dengan penampilan kerja bidan di desa di Jabar,
galang kemitraan dengan organisasi profesi seperti IBI, Jateng, Sumut 1993. Depok: FKM UI; 1994.
IDI, POGI, IDAI dan sektor terkait lain seperti badan 10. Hadi, Ela Nurlela. Pelatihan manajemen asfiksia bayi baru lahir dan
diklat, rumah sakit daerah, klinik bersalin swasta dan dampaknya terhadap ketrampilan bidan di desa serta angka kematian
lain-lain. Meningkatkan kuantitas dan kualitas supervisi neonatal akibat asfiksia di kabupaten cirebon, jawa barat [disertasi].
dan evaluasi kinerja puskesmas dan kinerja bidan. Depok: FKM UI; 2007.
Melengkapi kebutuhan peralatan kebidanan dan perala- 11. Suganda, H. Sadeli. Faktor-faktor yang berhubungan denga kinerja
tan pendukung lainnya. Bagi manejemen puskesmas, bidan desa di kab. tasikmalaya jawa barat tahun 1997. Depok: FKM UI;
meningkatkan kuantitas dan kualitas supervisi dan eva- 1997.
luasi kinerja bidan dengan cara audit standar peyanan ke- 12. Fauzi, Ahmad. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pence-
bidanan dan audit maternal perinatal. Meningkatkan in- gahan infeksi pada pertolongan persalinan oleh bidan di kota jambi
tensitas sosialisasi terhadap dukun bersalin tentang ke- th.2001. Depok: FKM UI; 2002.
sehatan maternal dan neonatal. Meningkatan kualitas 13. Green. L.W. Health education planning a diagnostic approach.
kerjasama dengan dukun dalam penyelenggaraan kelas California: Myfield Publising Company; 1980.
ibu di masing-masing jorong. Meningkakan kualitas 14. Sarwoto. Dasar-dasar organisasi dan manajemen. Jakarta: Ghalia
penyuluhan di masyarakat terutama kelas ibu dan se- Indonesia 1981; 1991.
waktu kegiatan posyandu dan puskesmas keliling. Untuk 15. Departemen Kesehatan RI. Manajemen asfiksia bayi baru lahir untuk
bidan, meningkatan kualitas dan frekuensi konseling ibu bidan (buku panduan pelatih) 2005b. Jakarta: Departemen Kesehatan
nifas dan keluarganya sewaktu kunjungan rumah dan RI; 2005.
penyuluhan pada kelas ibu dengan mengevaluasi dan 16. Hasnerita. Efektivitas perawatan tali pusat metode asuhan persalinan
menjelaskan semua informasi pada buku KIA dan infor- normal (APN) dibandingkan dengan metode alkohol terhadap lama
masi lain yang menunjang. Meningkatkan kerja sama puput tali pusat di Kel.Penjaringan Jakut. th.2003. Depok: FKM UI;
dengan dukun bersalin dalam kelas ibu dan menolong 2003.
persalinan. Meningkatkan kepatuhan pada SPK dan stan- 17. Gandhi, Aini. Analisa keterampilan bidan dalam melakukan pelayanan
dar lain dengan belajar dan berlatih kembali. Bagi peneli- antenatal di puskesmas kota palembang tahun 2001 [tesis]. Depok:
ti, melakukan pengembangan disain pertanyaan yang FKM UI; 2001.
lebih fokus pada satu topik yang lebih terfokus dan 18. Kadri, Ambun. Perilaku pencarian pengobatan tersangka penderita TB
melakukan pengamatan berkali-kali terhadap objek yang paru di wilayah puskesmas tanjung paku kota solok sumatera barat (stu-
sama, untuk meningkatkan konsistensi dan validitas. di kualitatif tahun 2005). Depok: FKM UI; 2006.
Pada program pendidikan pra servis, menguatkan 19. Ibrahim. Syafriani. Analisa terhadap konseling kehamilan oleh bidan di
kurikulum akademi bidan dan penerapannya, terutama puskesmas jakarta timur tahun 2004 [tesis]. Depok: FKM UI; 2004.
materi komunikasi interpersonal, konseling dan pene-

38

Anda mungkin juga menyukai