Anda di halaman 1dari 3

Definisi Marketing Myopia Marketing myopia atau myopia pemasaran (rabun jauh

pemasaran) adalah istilah pemasaran yang diambil dari judul makalah pemasaran yang ditulis
oleh Theodore Levitt yang diterbitkan pada tahun 1960 di Harvard Business Review. Istilah
myopia ini berarti perusahaan mencari pendekatan secara mendalam terhadap konsep
pemasaran yang semata-mata berfokus pada kebutuhan perusahaan dalam jangka pendek,
tetapi melupakan prediksi perubahan market share dimasa yang akan datang, atau perusahaan
bukannya menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan melainkan memfokuskan pada
strategi keuntungan perusahaan. Jadi intisari dari marketing myopia ini adalah kesalahan
akibat perusahaan lebih memperhatikan produk tertentu dari perusahaannya alih-alih manfaat
dan pengalaman yang dihasilkan oleh produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau
demand dari customer. b.Contoh Marketing Myopia Sekitar awal tahun 2012 usaha Cupcake
di Jakarta sempat menjamur dan laris manis sampai para penjualnya bisa membanderol harga
yang tinggi untuk setiap Cupcake nya dengan varian rasa seperti red velvet dan rainbow,
namun ketika mereka terfokus pada produk Cupcake yang mereka jual dan pasar mulai jenuh,
di situlah mereka mulai stuck atau stagnan hingga akhirnya para pemain tersebut mulai
berguguran. Seharusnya mereka mengklaim diri mereka bukan sebagai penjual Cupcake, tapi
pelaku bisnis Cake and Bakery yang akan selalu dibutuhkan oleh pasar. Oleh karena itu,
sesuai konsep marketing, hendaknya kita selalu ingat bahwa fokus kita adalah kebutuhan dan
keinginan konsumen, bukan sekedar menjual produk yang laris saat ini. c.Cara Menghindari
Marketing Myopia Menurut saya marketing myopia dapat dihindari oleh perusahaan jika
mereka memfokuskan bisnisnya pada kebutuhan pelanggan dan bukan hanya menjual produk
ke konsumen. Pada umumnya, marketing myopia dapat dihindari dengan beberapa cara, yaitu:
1.Dengan mengidentifikasi dan memperhatikan nilai-nilai yang melekat pada konsumen atau
kebutuhan customer atau consumer value (seperti: efisiensi dan efektivitas biaya, kesehatan
dan keselamatan, kenyamanan, simbolisme dan status) dari fitur sosial-ekologi sebuah
produk/jasa. Dengan kata lain, perusahaan harus menyoroti manfaat personal bagi pelanggan
secara pribadi yang berasal dari fitur sosial-ekologi produk/jasa tersebut. 2.Aliansi antara
atribut sosial-ekologi dengan manfaat inti dari produk/jasa untuk menciptakan "motif aliansi".
Manfaat inti dari produk dapat terdiri dari fungsionalitas, kinerja, desain, daya tahan, rasa,
kesegaran, keunikan, estetika, fashion. Aliansi motif adalah adanya koneksi antara manfaat
inti seperti halnya atribut sosial-ekologi yang tertanam secara relevan dalam produk, atau di
sebut juga dengan bundling.
0114J - Marketing Management53.Jangan pernah berhenti untuk berkembang, karena sifat
bisnis atau bisnis nature adalah dinamis, tidak pernah berhenti berkembang dan
mengeksplorasi adanya pilihan baru.

Anda mungkin juga menyukai