Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Supervisi Akademik

1) Konsep Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007).

Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam

mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi

praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat

kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,

misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang

sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-

aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna

bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai

tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara

mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran.

2) Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru

mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, dan

mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian

6
7

tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).

Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential

function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973;

Alfonso dkk. 1981; dan Glickman, et al; 2007).

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan (2000)

disebutkan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan

perkembangan proses belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa

tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu guru, tetapi juga membina

pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya

pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan, kepemimpinan dan pembinaan

human relation yang baik kepada semua pihak yang terkait.

Soewardji Lazaruth (1991: 84) menjelaskan bahwa tujuan dari

supervisi yaitu mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif

antara lain dengan:

a. Membantu guru agar dapat membantu murid-murid dalam proses

belajar mengajar.

b. Membantu guru agar dapat melihat dengan jelas tujuan pendidikan.

c. Membimbing guru agar dapat mengefektifkan penggunaan sumber-

sumber belajar.

d. Membantu guru agar dapat mengevaluasi kemajuan belajar murid.

e. Membantu guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan perasaan

penuh tanggungjawab.

3) Bentuk Proses Supervisi

Ada lima bentuk proses supervisi yang kita ketahui, yaitu:


8

a. Supervisi Korektif, adalah suatu bentuk bimbingan dan bantuan yang

berkaitan dengan upaya perbaikan (koreksi);

b. Supervisi Preventif, kegiatan bimbingan dan bantuan dalam rangka

mengantisipasi suatu dampak (bisa kebijakan, ataupun kondisi) agar

efektivitas pencapaian tujuan bisa dicapai.

c. Supervisi Konstruktif, adalah suatu kegiatan supervisi yang

dimaksudkan untuk mengembangkan suatu operasionalisasi pencapaian

tujuan pendidikan menjadi lebih baik dan lengkap.

d. Supervisi Kooperatif, adalah bentuk supervisi yang dilakukan bersama

antara supervisor dengan guru. Satu sama lain memiliki insiatif untuk

memperbaiki proses, meningkatkan kualitas, dan produktivitas.

e. Supervisi Kreatif, bentuk supervisi yang mencoba mengembangkan hal

yang betul-betul baru, inovatif.

4) Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kepala sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang

mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu.

Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang

bertanggungjawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan

pendidikan pada level sekolah masing-masing. Di Indonesia, kepala

sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi

menduduki jabatan itu.

Wahjosumidjo (2003) mendefinisikan kepala sekolah sebagai

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat


9

terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang

menerima pelajaran. Untuk menjamin kelangsungan proses pendidikan,

kepala sekolah menunaikan dua peran yang sama pentingnya, yaitu

sebagai pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan; dan

pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam kapasitas yang disebut

pertama, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan

penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan

administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu,

bertanggung jawab pula terhadap mutu dan kemampuan sumberdaya

manusia yang ada untuk menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena

itu, kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan memiliki tugas

untuk mengembangkan kinerja guru ke arah kompetensi profesional yang

diharapkan.

Dalam kapasitas sebagai pemimpin formal, kepala sekolah

bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya

menggerakkan bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-

fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian

tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi

terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Seorang

kepala sekolah harus mempunyai dasar kepemimpinan yang terdiri dari

sepuluh dimensi (Dadi Permadi, 2001) antara lain :

a. Visi yang utuh.


10

b. Membangun kepercayaan dan tanggung jawab, pengambilan

keputusan dan komunkasi (hubungan sekolah)

c. Pelayanan terbaik.

d. Pengembangan orang

e. Membina rasa persatuan dan kekeluargaan.

f. Fokus pada siswa

g. Manajemen yang memperhatikan praktek.

h. Penyesuaian gaya kepemimpinan.

i. Pemanfaatan kekuasaan.

j. Keteladanan, ekstra inisiatif, jujur, berani dan tawakal.

Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat

dipisahkan satu sama lain karena saling terkait dan saling mempengaruhi,

serta menyatu dalam pribadi seorang Kepala Sekolah professional. Kepala

Sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi

dalam paradigma baru manajemen pendidikan.

a. Kepala sekolah sebagai Educator (Pendidik). Peran kepala sekolah

sebagai Educator (Pendidik) dapat memberikan pengaruh yang cukup

besar kepada para peserta didik terutama dalam konteks belajar

mengajar antara guru dan siswa. Peran kepala sekolah sebagai

educator dituntut untuk memberikan motivasi dan meningkatkan

profesionalisme guru sehingga proses belajar mengajar dapat lebih

baik, misalnya dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif,

memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan

kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model


11

pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan

mengadakan program akselerasi (occeration) bagi peserta didik yang

cerdas di atas kelas.

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer. Kepala sekolah sebagai manajer

merupakan peran yang sangat kompleks, di dalamnya terdapat tugas-

tugas kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Dengan demikian,

dalam menjalankan perannya sebagai manajer kepala sekolah

membutuhkan strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi

kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan

dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator. Mulyasa (2003) menyatakan

bahwa Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang

sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang

bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program

sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan

untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,

mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana-

prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola

administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara

efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor. Kepala sekolah sebagai

supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan


12

melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan

hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus

diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas,

pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler,

pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan

ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus

diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program

supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstrakurikuler.

Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan

harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk

meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil

supervisi untuk mengembangkan sekolah.

e. Kepala Sekolah sebagai Leader. Wahjosumidjo (1990)

mengemukakan bahwa: “kepala sekolah sebagai leader memiliki

karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,

pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan

administrasi dan pengawasan”. Kemampuan kepala sekolah sebagai

leader akan tercermin dalam sifat-sifat a) jujur, b) percaya diri, c)

tanggung jawab, d) berani mengambil resiko dan keputusan, e)

berjiwa besar, f) emosi yang stabil, dan g) teladan.

f. Kepala Sekolah sebagai Inovator. Dalam rangka melakukan peran dan

fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi

yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan

lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,


13

memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah,

dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia

melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif,

integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta

adaptabel dan fleksibel.

g. Kepala Sekolah sebagai Motivator. Sebagai motivator, kepala sekolah

harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada

para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan

fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan

suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan

penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat

Sumber Belajar (PSB).

Menurut pendapat Mulyasa (2003), terdapat beberapa prinsip yang

dapat diterapkan kepala sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan

agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya prinsip-prinsip

tersebut adalah :

a) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan

yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan.

b) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan

kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan

dia bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam

penyusunan tujuan tersebut.


14

c) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari

setiap pekerjaannya.

d) Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-

waktu hukuman juga diperlukan.

e) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan

jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,

menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka,

mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai

pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.

2. Kompetensi Guru

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi. (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen). Standar Kompetensi Guru adalah beberapa indikator yang

dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara

profesional. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan

personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara menyeluruh

membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan

materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi, dan profesionalisme.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan


15

berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi

Pedagogik adalah:

1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami

peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan

kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar

awal peserta didik.

2. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan

untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan

pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan

strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,

kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun

rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting)

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi

merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil

belajar secara berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis

hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat

ketuntasan belajar (mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian

pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara

umum.

5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan


16

berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub

kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :

1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan

norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam

bertindak sesuai dengan norma.

2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.

3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan

pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan

menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang

berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku

yangh disegani.

5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai

dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan

memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum


17

mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung pelajaran yang dimampu.

2. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang pengembangan yang dimampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

1. Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial keluarga.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki

keragaman sosial budaya.

4. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.


18

Kompetensi oleh Spencer dalam Moeheriono (2009) didefinisikan

sebagai karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan

efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar

individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab-akibat dengan kriteria

yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat

kerja atau pada situasi tertentu (competency is an underlying

characteristic of an individual that is causally related to criterian

referenced effective and or superior performance in a job or situation).

Sudarmanto (2009) mengutarakan dalam tulisannya bahwa kompetensi

merupakan suatu atribut untuk melekatkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan unggul. Atribut tersebut adalah kualitas yang diberikan pada

orang atau benda, yang mengacu pada karakteristik tertentu yang diperlukan

untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif. Atribut tersebut terdiri

atas  pengetahuan, keterampilan, dan keahlian atau karakteristik tertentu.

Secara rinci, ada 5 dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua

individu, yaitu :

1. Task skills, yaitu keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin

sesuai dengan standar ditempat kerja.

2. Task management skills, yaitu keterampilan untuk mengelola serangkaian

tugas yang berbeda yang muncul dalam pekerjaan.

3. Contigency management skills, yaitu keterampilan mengambil tindakan

yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah dalam pekerjaan.

4. Job role environment skills, yaitu keterampilan untuk bekerja sama serta

memelihara kenyamanan lingkungan kerja.


19

5. Transfer skill, yaitu keterampilan untuk beradaptasi dengan lingkungan

kerja baru.

3. Kinerja Guru

1) Konsep Kinerja Guru

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja

pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja

yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap

pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan

untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini,

2001). Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil

dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari

tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau

fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu

pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe, A Dale,

1992).

Fatah (1996) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai

ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi

dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Dari beberapa penjelasan tentang

pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja guru adalah


20

kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau

pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang

dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 

2) Indikator-Indikator Kinerja Guru

Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka

dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja

guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni

keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal (Sulistyorini,

2001). Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa

seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-

kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik. Upaya tersebut diungkap

sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas

pekerjaannya. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana

kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.

Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut Castetter

(dalam Mulyasa, 2003) mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu:

(1). Karakteristik individu, (2). Proses, (3). Hasil dan (4) Kombinasi antara

karakter individu, proses dan hasil.

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara

pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan

guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya

secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai

dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil


21

pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri

mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja

guru. Menurut Pidarta (1999) bahwa moral kerja positif ialah suasana

bekerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang

dipaksakan melainkan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja

yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki

nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara

memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya.

Hal ini dipertegas oleh Munandar (1992) yang mengatakan bahwa

kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang

menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak

faktor diantaranya kecerdasan.

Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkrit

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan

seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam

penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang

sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya

dan cara berkomunikasi maupun tehknik mengevaluasinya.

b. Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang

terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya. (Daryanto,

2001).

Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan

individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan bathin kepada


22

seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan digeluti dengan baik.

Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau

penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang

ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien seperti produktivitasnya,

efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak

terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan dengan cara

membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman

sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah

atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan

dengan orang lain. Hal ini diperkuat oleh pendapat As’ad (1995) dan

Robbins (1996) yang menyatakan bahwa dalam melakukan evaluasi

kinerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam

kriteria yaitu: (1). Hasil tugas, (2). Perilaku dan (3). Ciri individu. Evaluasi

hasil tugas adalah mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja individu dengan

beberapa kriteria (indikator) yang dapat diukur. Evaluasi perilaku dapat

dilakukan dengan cara membandingkan perilakunya dengan rekan kerja

yang lain dan evaluasi ciri individu adalah mengamati karaktistik individu

dalam berprilaku maupun berkerja, cara berkomunikasi dengan orang lain

sehingga dapat dikategorikan cirinya dengan ciri orang lain. Evaluasi atau

Penilaian kinerja menjadi penting sebagai feed back sekaligus sebagai

follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya.

Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang

meliputi: (1). Unjuk kerja, (2). Penguasaan Materi, (3). Penguasaan

profesional keguruan dan pendidikan, (4). Penguasaan cara-cara


23

penyesuaian diri, (5) Kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan

baik (Sulistyorini, 2001).

Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi

karena guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat

dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program

pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat

dikelompokkan yaitu: (1). Guru sebagai pengajar, (2). Guru sebagai

pembimbing dan (3). Guru sebagai administrator kelas. (Danim S, 2002).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja guru antara lain:

a. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.

b. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa

c. Penguasaan metode dan strategi mengajar

d. Pemberian tugas-tugas kepada siswa

e. Kemampuan mengelola kelas

f. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.

4. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung

serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

Winarno (1983) bahwa: pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan

belajar dan membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah

interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran

kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut

diketahui bahwa dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur


24

diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk

membelajarkan siswa di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi

proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan

yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pandangan lain yang sejalan dengan hal tersebut adalah yang

dikemukakan oleh Ali (1992) bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah

pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Strategi, pendekatan, prinsip-prinsip dari metode pembelajaran

diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif.

Berdasarkan kedua batasan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa

proses pembelajaran adalah merupakan suatu bentuk kegiatan yang

dilaksanakan oleh guru dengan siswa dengan menjalin komunikasi edukatif

dengan menggunakan strategi-strategi, pendekatan, prinsip dan metode

tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembeljaaran yang efektif dan efisien

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu,

kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan optimal sehingga

tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan optimal pula.

Efektivitas pembelajaran dapat tercapai sangat tergantung dari

kemampuan guru untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran tersebut.

Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat proses belajar, yaitu proses

terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, informasi, kemampuan dan

keterampilan yang sifatnya permanent melalui pengalaman.


25

Jadi, proses pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang

menjadi inti dari kegiatan transfer of knowledge dan transfer of action dari

guru kepada siswa di sekolah. Secara sederhana proses pembelajaran adalah

merupakan interaksi antara guru dengan siswa secara langsung dalam kelas,

dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi dari guru kepada

siswa.

Selain unsur interaksi, dan transfer pengetahuan dan sikap, secara

umum kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan mengajar yang dilakukan

oleh guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Jika ditinjau dari

segi etimologisnya ”belajar” berasal dari kata “ajar” yang berarti memberi

pelajaran. Jadi belajar adalah upaya untuk mendapatkan suatu perubahan.

Secara khusus pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2003) yaitu:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Definisi tersebut mengandung pemahaman bahwa belajar berarti bukan hanya

sekedar pengetahaun tentang fakta-fakta, melainkan sekaligus terjadi suatu

proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar tersebut.

Selain pandangan Slameto pandangan lain dikemukakan oleh Sardiman

(1992), bahwa belajar adalah ‘berubah yang berarti bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan lebih khusus adalah

berubah terhadap tingkah laku.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka belajar dapat diartikan

sebagai suatu aktivitas individu yang berkelanjutan melalui kegiatan dan


26

pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan

terjadinya perubahan pada individu, baik sikap maupun prilakunya.

Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, kemahiran,

keterampilan, kepribadian, sikap, kebiasaan yang akhirnya mampu untuk

melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik.

Menurut Suryosubroto (1988) belajar jika ditinjau dari spek hukum

pertautan adalah “hubungan antara perangsang dan reaksi tingkah laku.

Dengan demikian maka proses belajar adalah merupakan suatu proses dimana

terjadi suatu ransangan dari seseorang yang akan ditanggapi berupa reaksi

terhadap ransangan tersebut berupa tingkah laku yang akan berubah

sedemikian rupa sesuai dengan perubahan ransangan yang diperolehnya. Jadi,

proses belajar adalah merupakan proses asosiasi atau hubungan dan pertautan

antara ransangan dan respon dari seseorang kepada orang lain yang

menyebabkan terjadinya suatu perubahan. Dengan demikian, maka hasil dari

belajar itu adalah perubahan yang terjadi dari seseorang yang tleah mengikuti

proses belajar (Edy B Mulyana, 2015).

B. Kerangka Berfikir

Secara sederhana kerangka berpikir dalam penelitian tindakan sekolah dapat

penulis gambarkan dalam flow chart sebagai berikut.


27

Kondisi awal :
Guru belum mendapatkan bimbingan supervisi akademik oleh kepala sekolah
Kompetensi dan kinerja guru belum maksimal dalam KBM
KONDISI AWAL

Dalam pembimbingan
Dilaksanakan Supervisi akademik terhadap guru guru dikaitkan dengan fakta kesehariannya

TINDAKAN

Melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam KBM

KONDISI AKHIR

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis penelitian ini dapat

di rumuskan sebagai berikut “melalui supervisi akademik oleh Kepala Sekolah

dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam Kegiatan Belajar

Mengajar di SDN Taras Padang Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten

Hulu Sungai Tengah”.


28

Anda mungkin juga menyukai