Anda di halaman 1dari 12

MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MEMANFAATKAN MEDIA

DAN SUMBER BELAJAR MELALUI KERJA KELOMPOK DAN SUPERVISI


AKADEMIK DI SD NEGERI 3 LABUNGANAK

Hj. Miriani Zahra, S.Pd


SDN 3 Labunganak Kab Hulu Sungai Tengah

ABSTRAK

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru SD


Negeri 3 Labunganak dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar yang ada
di sekolah. Di samping itu penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam memilih media dan sumber-sumber belajar yang relevan dan
mengetahui kendala-kendala guru dalam memilih media dan sumber belajar. Penelitian
ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan berlangsung selama dua siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Data hasil penelitian berupa data kualitatif yang diperoleh
dari hasil observasi. Subjek penelitian adalah guru di SD Negeri 3 Labunganak dengan
jumlah 5 orang, terdiri dari guru kelas satu, kelas dua, kelas tiga, kelas empat, dan kelas
lima. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa kinerja guru SD
Negeri 3 Labunganak dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar yang ada
di sekolah dapat ditingkatkan sebesar 15,20% dari 68,80% (cukup) pada siklus I
menjadi 84,00% (baik). Kemampuan guru dalam memilih media dan sumber-sumber
belajar dapat ditingkatkan sebesar 8,50% dari 67,50% (cukup) pada siklus I menjadi
76,00% (baik). Untuk itu disarankan kepada Kepala Sekolah untuk dapat melakukan
supervisi melalui kolaborasi dengan pengawas pendidikan karena dapat menambah
motivasi, wawasan dan pengetahuan guru terutama dalam kaitannya dengan media dan
sumber belajar sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan.

Kata kunci: media, sumber belajar, supervisi akademik

PENDAHULUAN
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan
bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satu yang paling utama adalah guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Di
samping itu ketersediaan media dan sumber belajar, pengelolaan dan pemanfaatannya
dalam proses pembelajaran cukup besar kontribusinya dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang bermutu.
Peranan guru sangatlah komplek, apalagi di zaman yang semakin maju dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat ini.
Perkembangan dunia pendidikan saat ini, menuntut guru untuk dapat lebih berperan
sebagai mediator dan fasilitator. Sehubungan dengan hal tersebut guru diharapkan
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Berkaitan dengan kompetensi profesional guru diharapkan mampu memanfaatkan
media dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik siswa maupun mata
pelajaran yang diampunya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh
(Depdiknas,2007:37).
Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medium yang berarti tengah atau
perantara atau pengantar. Dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirin kepada penerima pesan. Menurut Sadiman (2002: 6) media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Djamarah (1995: 136) adalah media
adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagi penyalur pesan guna mencapai
tujuan pembelajaran. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001: 4)
yang dikutip oleh Kusumah (2009) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses
belajar. Dalam aktivitas pembelajaran media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara
pendidik dan siswa.
Belajar tidak selamanya bersentuhan dengan hal-hal konkrit, baik dalam konsep
maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-
hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitas. Karena itu, media
memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang
tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat
mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Namun perlu
diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan
dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran
harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan,
maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Fathurrohman dan Sutikno, 2009: 65-66).
Media belajar sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah
suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah
yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan-pesan
atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media,
maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama
materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada
satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media belajar, tetapi di lain
sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media belajar. Materi pembelajaran yang
mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh
siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan (Kusumah, 2009).
Melalui penggunaan media dan sumber belajar yang relevan diharapkan
pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa karena media dan
sumber belajar dapat membantu guru dalam menyampaikan bahan ajar agar lebih
mudah dipahami oleh siswa. Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur yang
terkandung, yaitu (a) pesan atau bahan pengajaran yang akan disampaikan atau
perangkat lunak, dan (b) alat penampil atau perangkat keras. Sebagai contoh guru akan
mengajarkan bagaimana urutan gerakan melakukan sholat. Kemudian guru tersebut
menuangkan ide-idenya dalam bentuk gambar ke dalam selembar kertas, ia
menggambarkan setiap gerakan sholat tersebut dalam kertas tersebut, saat di kelas ia
menjelaskannya kepada siswa bagaimana gerakan sholat tersebut dengan cara
memperlihatkan poster yang bergambarkan gerakan-gerakan yang telah ia buat
sebelumnya. Kemudian siswapun melakukan gerakan sholat dengan apa yang terdapat
dalam poster tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya poster ini termasuk ke dalam
media sederhana. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Fathurrohman dan Sutikno
(2009:65) bahwa media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan
menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu
media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran.
Dalam banyak kasus penggunaan media dan sumber belajar masih banyak
diabaikan oleh para guru kelas di Sekolah Dasar (SD), padahal media dan sumber
belajar di sekolah pada masing-masing kelas umumnya sudah cukup tersedia. Menurut
pengamatan peneliti selama menjabat sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri 3
Labunganak, para guru belum memanfaatkan media dan sumber belajar yang ada secara
maksimal. Hal demikiam terlihat dari RPP yang dibuat oleh guru yang pada umumnya
belum mencantumkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Disamping itu dalam beberapa kali kunjungan
(supervisi) di kelas terlihat para guru tidak terbiasa menggunakan model-model
pembelajaran dan hanya sekedar menyajikan bahan ajar dan kurang didukung dengan
media dan sumber belajar yang relevan, mereka hanya terpaku pada satu sumber buku
paket.
Pembelajaran yang kurang memanfaatkan media dan sumber belajar menjadikan
pelajaran menjadi kurang menarik dan bahan ajar yang disajikan menjadi bersifat
abstrak sehingga sulit dipahami siswa. Cara mengajar guru yang demikian tentu tidak
boleh dibiarkan, karena di samping akan mempengaruhi kualitas pendidikan,
kemampuan guru sebagai tenaga pengajar juga tidak akan bisa meningkat sesuai dengan
tuntutan standar kompetensi guru.
Dari segi kualitas pendidikan di SDN 3 Labunganak masih banyak perlu
ditingkatkan. Misalnya berkaitan dengan pemahaman dan hasil belajar siswa. Dari kelas
satu sampai kelas enam sudah cukup tersedia media dan sumber belajar ternyata setiap
kali guru melaksanakan ulangan, sebelum dilakukan remedial masih banyak siswa yang
tidak tuntas belajar karena nilainya masih banyak yang di bawah KKM. Menurut
penuturan guru-guru setiap kali ulangan rata-rata siswa memerlukan remedial adalah
60-65%, hal yang demikian berlaku dari kelas satu sampai kelas enam rata-rata adalah
55-60% siswa yang perlu diremidial.
Sebagai seorang pendidik sekaligus Kepala Sekolah, peneliti berupaya
melakukan perubahan terhadap cara mengajar guru di atas, yakni melalui kegiatan kerja
kelompok dan supervisi akademik terhadap penggunaan media dan sumber belajar
dalam proses pembelajaran. Kerja kelompok yang dimaksud adalah kerja kelompok di
antara guru kelas dalam menentukan media dan sumber belajar yang sesuai. Sedangkan
supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan dalam membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman,et al; 2007).
Supervisis akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak
terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987)
menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik
adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,
misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan
oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas
di dalam kelas itu yang bermaksna bagi guru dan siswa?, apa yang telah dilakukan oleg
guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan
bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertaanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kompetensinya, mengembangkan kurikulum, dan mengembangkan kelompok kerja
guru, dan membimbing Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Glickman, dkk., 2007,
Sergiovanni, 1987). Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar
(essential function) dalam keseluruhan program sekolah. Dalam buku Pedoman
Pelaksanaan Supervisi Pendidikan (2000: 11) disebutkan bahwa tujuan supervisi
pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, ini
berarti bahwa tujuan supervisi tidah hanya memperbaiki mutu guru, tetapi juga
membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan
fasilitas-fasilitas, pelayanan, kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik
kepada semua pihak yang terkait.
Lazaruth (1991:84) menjelaskan bahwa tujuan dari supervisi yaitu
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif antara lain dengan: (a)
membantu guru agar dapat membantu siswa-siswa dalam proses belajar mengajar. (b)
Membantu guru agar dapat melihat dengan jelas tujuan pendidikan. (c) Membimbing
guru agar dapat mengefektifkan penggunaan sumber-sumber belajar. (d) Membantu
guru agar dapat mengevaluasi kemajuan siswa. (e) Membantu guru agar dapaat
menjalankan tugasnya dengan perasaan penuh tanggung jawab.
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan utama penelitian ini adalah
untuk: Meningkatkan kinerja guru SDN 3 Labunganak memanfaatkan media dan
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran
melalui kerja kelompok dan supervisi akademik. Sedangkan tujuan lain dalam
penelitian ini adalah untuk: (1) Meningkatkan kemampuan guru dalam memilih media
dan sumber-sumber belajar yang relevan, serta (2) mengetahui kendala-kendala guru
dalam memilih media dan sumber belajar yang sesuai serta penggunaannya dalam
kegiatan belajar mengajar.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), yaitu penelitian
yang dilaksanakan di sekolah untuk peneliti lebih profesional terhadap pekerjaannya,
memperbaiki praktik-praktik kerja, melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan
ilmu pengetahuan terapan. PTS terdiri rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a)
perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan
sebagai berikut:

Perencanaan-I Pelaksanaan
Tindakan-I
SIKLUS-I

Permasalahan baru, Pengamatan/


hasil Refleksi Refleksi-I Pengumpulan Data-I

Pelaksanaan
Perencanaan-II Tindakan-II

SIKLUS-II

Pengamatan/
Bila Permasalahan Refleksi-II Pengumpulan Data-II
Belum Terselesaikan

Dilanjutkan ke Siklus
Berikutnya

Gambar 1 Langkah-langkah PTS (Depdiknas, 2009:23)

Subjek penelitian yang dikenai tindakan ada 5 orang guru. Kelima subjek
tersebut mewakili guru kelas satu, sampai kelas lima. Penelitian ini dilaksanakan di
SDN 3 Labunganak yang beralamat di desa Labunganak, Kecamatan Barabai,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi kalimantan Selatan. Penelitian ini
dilaksanakan di sini karena peneliti adalah Kepala Sekolah di sekolah ini sehingga lebih
mengetahui seluk beluk dan karateristik sekolah serta guru-guru yang ada. Dengan
begitu akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian
dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, mulai dari kegiatan persiapan
sampai pembuatan laporan hasil penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari
bulan Juli sampai bulan Desember 2017.
Penelitian ini dikatakan berhasil dengan indikator sebagai berikut: (1)
Kemampuan rata-rata guru memilih media dan sumber belajar setidaknya mencapai
70% (baik). (2) Kinerja rata-rata guru menggunakan media dan sumber belajar
setidaknya mencapai 70% (baik).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Siklus I
a. Pemilihan Media dan Sumber Belajar
Hasil observasi terhadap pemilihan media dan sumber belajar yang dilakukan
guru pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Hasil Observasi Pemilihan Media dan Sumber Belajar Siklus I

No Prinsip Pemilihan Media dan Sumber Skor Guru Rata-


Belajar rata
1 2 3 4 5
Relevan dengan maksud dan tujuan
1 4 4 5 3 4 4
pembelajaran
Relevan dengan materi yang akan
2 4 4 4 4 4 4
disajikan
Relevan dengan karakteristik peserta
3 3 3 3 3 3 3
didk
4 Praktis dan ekonomis 3 3 3 4 3 3,2
Mudah didapat/tersedia di sekolah atau
5 4 3 3 3 2 3
lingkungan sekitar
Memaksimalkan ketersediaan yang
6 3 3 4 3 4 3,4
sudah ada di sekolah
Mencantumkan dalam komponen/sub
7 4 4 4 4 4 4
komponen RPP
Terinfiltrasi secara nyata ke dalam
8 3 3 3 2 2 2,6
langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Jumlah 28 27 29 26 26 27,2
Persentase (%) 70 67,5 72,5 65 65
Rata-rata 68%
Kategori Cukup

Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 1 diketahui bahwa kemampuan rata-rata


guru dalam memilih media dan sumber belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada,
pada siklus I adalah 68% dengan kategori cukup. Terlihat ada 2 orang guru dengan
kemampuan baik dengan pencapaian 70,00% dan 72,50% selebihnya dikatakan cukup.

Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (Kunjungan Kelas)


kemampuan rata-rata guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
siklus I adalah 71,80% dengan katergori baik. Terlihat hanya ada satu orang dengan
kemampuan di bawah 70% atau kategori cukup.

Kinerja Guru memanfaatkan Media dan Sumber Belajar dalam Kegiatan


Pembelajaran
Hasil observasi terhadap kinerja guru dalam memanfaatkan media dan sumber
belajar yang ada di sekolah pada siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Kinerja Guru Memanfaatkan Media dan Sumber Belajar Siklus I


No Aspek yang Di amati Skor Guru Rata-
rata
1 2 3 4 5
1 Menyiapkan media dan sumber belajar
5 4 4 4 4 4
yang diperlukan
2 Menggunakan media maupun sumber
belajar sebagai sarana untuk memotivasi 3 3 3 3 3 3
siswa
3 Menguasai media maupun sumber
4 4 4 3 4 4
belajar yang digunakan
4 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
3 3 3 3 3 3
media maupun sumber belajar
5 Menggunakan media maupun sumber
3 3 4 3 3 3
belajar secara efektif dan efisien
Jumlah 18 17 18 16 17 17
Persentase (%) 72,00 68,0 72,0 64,0 68,0 68,00
0 0 0 0
Rata-rata 68,80%
Kategori Cukup

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kinerja dalam memanfaatkan


media dan sumber yang ada di sekolah pada siklus I adalah 68,80% dengan kategori
cukup. Namun ada 2 orang dengan kategori baik dengan kinerja di atas 70%.

Refleksi siklus I
Dari hasil refleksi bersama guru diketahui bahwa mereka menghadapi beberapa
kendala, di antaranya adalah mereka masih kurang memahami di antara prinsip yang
harus diperhatikan dalam memilih media dan sumber belajar, guru belum terbiasa
memasukkannya secara nyata ke dalam RPP kecuali hanya sekedar dimasukkan ke
dalam komponen sumber pembelajaran, itupun tidak terinci secara baik. Untuk itu
diperlukan lagi pembimbingan dengan melibatkan pengawas mata pelajaran dari Dinas
Pendidikan Kabupaten. Kegiatan lain yang juga harus diperbaiki guru adalah dalam
melakukan refleksi dan umpan balik dan membimbing siswa membuat
rangkuman/kesimpulan. Kedua kegiatan ini kurang maksimal dilakaukan guru. Dari
hasil refleksi ini diketahui bahwa guru masih menghadapi kendala dalam melaksanakan
kedua kegiatan pembelajaran tersebut, yakni mereka merasa kekurangan waktu untuk
melaksanakannya. Untuk itu pada siklus berikutnya guru diharapkan dapat memberi
mengatur alokasi waktu dengan baik agar kedua kegiatan ini dapat terlaksana lebih
maksimal lagi. Pada umumnya guru cenderung memanfaatkan khususnya media belajar
hanya pada saat melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. Untuk itu pada pelaksanaan
siklus berikutnya diharapkan guru dapat memanfaatkan media maupun sumber belajar
tidak hanya terpaku pada pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran saja, namum bisa pada
kegiatan awal bahkan pada kegiatan akhir.

Siklus II
Pemilihan Media dan Sumber Belajar
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3 Hasil Observasi Pemilihan Media dan Sumber Belajar Siklus II


No Prinsip Pemilihan Media dan Sumber Skor Guru Rata-
Belajar rata
1 2 3 4 5
1 Relevan dengan maksud dan tujuan
5 5 5 4 4 5
pembelajaran
2 Relevan dengan materi yang akan
5 5 5 5 5 5
disajikan
3 Relevan dengan karakteristik peserta
4 3 3 3 3 3
didk
4 Praktis dan ekonomis 3 3 4 3 3 3
5 Mudah didapat/tersedia di sekolah atau
3 3 4 3 3 3
lingkungan sekitar
6 Memaksimalkan ketersediaan yang
4 3 4 5 4 4
sudah ada di sekolah
7 Mencantumkan dalam komponen/sub 4 4 4 4 4 4
komponen RPP
8 Terinfiltrasi secara nyata ke dalam
3 4 3 3 3 3
langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Jumlah 31 30 32 30 29 30
Persentase (%) 77,50 75,00 80,00 75,00 72,50 76,00
Rata-rata 76.00%
Kategori Baik

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 3 diketahui bahwa kemampuan rata-rata


guru dalam memilih media dan sumber belajar sesuai dengan yang diharapkan pada
siklus II meningkat menjadi adalah 76,00% dengan kategori baik.

Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (Kunjungan Kelas)


Kemampuan rata-rata guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
siklus II mengalami peningkatan menjadi 82,00% dengan kategori baik, walaupun
masih ada beberapa kegiatan terlihat masih perlu adanya.

Kinerja Guru Memanfaatkan Media dan Sumber Belajar dalam Kegiatan


Pembelajaran
Hasil observasi yang dilakukan terhadap kinerja dalam memanfaatkan media
dan sumber belajar yang ada di sekolah pada siklus II ditunjukkan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 4 Kinerja Guru memanfaatkan Media dan Sumber Belajar Siklus II


Rata-
Skor Guru
No Aspek yang Di amati rata
1 2 3 4 5
Menyiapkan media dan sumber
1 5 4 5 5 5 5
belajar yang diperlukan
Menggunkana media maupun sumber
2 belajar sebagai sarana untuk 4 4 4 4 4 4
memotivasi siswa
Menguasai media maupun sumber
3 4 4 5 4 4 4
belajar yang digunakan
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
4 4 4 5 4 4 4
media maupun sumber belajar
Menggunakan media maupun sumber
5 4 4 4 4 3 4
belajar secara efektif dan efisien
Jumlah 21 20 23 21 20 21
Persentase (%) 84,00 80,00 92,00 84,00 80,00 84,00
Rata-rata 84,00%
Kategori Baik

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kinerja guru dalam memanfaatkan


media dan sumber belajar yang ada di sekolah pada siklus II meningkat menjadi 84,00%
dengan kategori baik.

Refleksi Siklus II
Berdasarkan atas hasil yang tercapai, maka penelitian pada siklus II ini sudah
dapat dikatakan berhasil, karena rata-rata kemampuan guru dalam memilih media dan
sumber belajar sudah dapat mencapai batas kemampuan yang telah ditetapkan pda
indikator keberhasilan penelitian ini, yakni setidaknya mencapai 70% dengan kategori
baik. Adapun hasil yang tercapai 76,00% dengan kategori baik. Secara umum
kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan
dengan pelaksanaan yang semakin baik. Beberapa kegiatan perlu dilakukan perbaikan,
seperti kegiatan guru dalam melakukan refleksi dan umpan balik. Kegiatan ini
seharusnya dapat dilakukan guru dengan baik, namun kenyataannya guru kurang bisa
melakukannya. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II ini guru terlihat semakin
mampu dalam memanfaatkan media dan sumber belajar yang ada di sekolah.
berdasarkan atas hasil yang telah tercapai, maka penelitian pada siklus II ini sudah dapat
dikatakan berhasil, karena rata-rata kemampuan guru sudah dapat mencapai batas
kemampuan yang telah ditetapkan pada indikator keberhasilan penelitian ini, yakni
setidaknya mencapai 70% dengan kategori baik. Hasil yang tercapai bahkan dapat
melampauinya yakni 84,00% dengan kategori baik.

Pembahasan
1. Pemilihan Media dan Sumber Belajar
Siklus I
Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.1 diketahui kemampuan rata-rata guru
dalam memilih media dan sumber belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada
siklus I adalah 65,50% dengan kategori cukup. Oleh karena itu penelitian pada siklus I
ini belum bisa dikatakan berhasil, karena kemampuan rata-rata guru dalam memilih
media dan sumber belajar masih di bawah batas kemampuan yang sudah ditetapkan
pada indikator keberhasilan penelitian ini, yakni sebesar 70% dengan kategori baik.
Dari hasil yang sudah tercapai dan hasil pelaksanaan refleksi siklus I ini dijadikan dasar
untuk melakukan penelitian siklus II.
Kemampuan rata-rata guru dalam memilih media dan sumber belajar dapat dibilang
cukup baik. Beberapa prinsip dalam memilih media dan sumber belajar sudah dapat
dilakukan dengan baik oleh guru, seperti relevansi dengan maksud, tujuan
pembelajaran, dan materi yang akan disajikan, memaksimalkan ketersediaan yang sudah
ada di sekolah, dan mencantumkan dalam komponen/ sub komponen RPP.
Dari hasil pelaksanaan refleksi siklus I bersama guru diketahui bahwa mereka
menghadapi beberapa kendala, di antaranya adalah mereka masih kurang memahami di
antara prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih media dan sumber belajar, guru
belum terbiasa memasukkannya secara nyata ke dalam RPP kecuali hanya sekedar di
masukkan ke dalam komponen sumber pembelajaran, itupun tidak terinci secara baik.

a. Siklus II
Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.4 dan gambar 4.1 diketahui bahwa
kemampuan rata-rata guru dalam memilih media dan sumber belajar pada siklus II
meningkat sebesar 8,50% dari 67,50% kategori cukup menjadi 76,00% kategori baik.
Dengan hasil ini, maka penelitian pada siklus II ini bisa dikatakan berhasil, karena
kemampuan rata-rata guru dalam memilih media dan sumber belajar dapat mencapai
batas kemampuan yang sudah ditetapkan pada indikator keberhasilan penelitian ini,
yakni sebesar 70% dengan kategori baik.
Kemampuan rata-rata guru dalam memilih media dan sumber belajar mengalami
peningkatan dan dapat dikategorikan baik. Bahkan pada prinsip relevansi dengan
maksud dan tujuan pembelajaran dan relevansi dengan materi yang akan disajikan
sudah baik sekali.
Pada beberapa prinsip pemilihan yang ada pada pelaksanaan siklus I masih
memerlukan banyak perbaikan, pada pelaksanaan siklus II menunjukkan adanya
kemajuan. Peningkatan atau kemajuan tersebut disebabkan karena guru mulai bisa
memahami prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih media dan sumber
belajar. Dalam hal ini supervisi yang dilakukan peneliti dan kehadiran pengawas
pendidikan kabupaten memberikan kontribusi yang ccukup berarti.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran


Siklus I
Berdasarkan hasil observasi kemampuan rata-rata guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran pada siklus I dapat dikategorikan baik. Beberapa langkah
kegiatan pembelajaran seperti kegiatan prapembelajaran, pengusaan materi
pembelajaran, penggunaan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar dapat
ditunjukkan guru dengan sangat baik.
Sebagian besar langkah kegiatan pembelajaran sudah cukup baik dilaksanakan
guru. Hanya ada satu langkah yang masih kurang, yakni memantau kemajuan belajar
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal demikian patut disayangkan karena
kegiatan ini, sebenarnya dapat digunakan sebagai sarana guru dalam memberi motivasi
siswa dalam belajar. Melalui kegiatan ini guru dapat memberikan reward terhadap siswa
yang berprestasi maupun dorongan/bimbingan bagi siswa yang masih terlihat
mengalami kesulitan, sehingga para siswa akan merasa termotivasi. Kegiatan lain yang
perlu mendapat perhatian guru adalah pelaksanaan kegiatan akhir pembelajaran.
Dari hasil refleksi diketahui bahwa guru masih menghadapi kendala dalam
melaksanakan kedua kegiatan pembelajaran tersebut, yakni mereka merasa kekurangan
waktu untuk melaksanakannya. Untuk itu pada siklus berikutnya guru diharapkan dapat
memberi mengatur alokasi waktu dengan baik agar kedua kegiatan ini dapat terlaksana
lebih maksimal lagi.

Siklus II
Kemampuan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II terlihat
semakin meningkat. Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.5 dan gambar 4.2
kemampuan guru meningkat sebesar 10,20% dari 71,80% kategori baik pada siklus I
menjadi 82,00% kategori baik paad siklus II ini.
Peningkatan pembelajaran pada siklus II ini terjadi karena guru berhasil
melakukan perbaikan pada beberapa langkah pembelajaran terutama langkah-langkah
yang masih kurang baik. Perbaikan maupun kemajuan yang terlihat pada siklus II ini
adalah semua guru sudah terlihat dengan daftar nilainya sebagai alat untuk memantau
kemajuan siswa selama proses pembelajaran. Semua guru sudah dapat dengan baik
mengatur alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka dapat melaksanakan semua
kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir dengan lebih baik.

3. Kinerja Guru Memanfaatkan Media dan Sumber Belajar dalam Kegiatan


Pembelajaran
Siklus I
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata kinerja guru dalam memanfaatkan
media dan sumber belajar yang ada di sekolah pada siklus I dapat dikategorikan cukup
baik. Dalam hal persiapan dan pengusaan media dan sumber belajar rata-rata sudah
baik dilakukan guru. Sementara dalam penggunaannya sebagai sarana untuk memotivasi
siswa, melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, dan secara efektif dan efisien
masih perlu perbaikan.
Apabila guru dapat memanfaatkan media dan sumber belajar secara efektif dan
efisien, baik pada kegiatan awal, inti, maupun akhir pembelajaran maka pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan dapat memotivasi siswa sehingga dapat mempercepat
pemahaman dalam proses pemelajaran.
Dari hasil pelaksanaan refleksi siklus I diketahui bahwa umumnya guru
cenderung memanfaatkan khususnya media belajar hanya pada saat melaksanakan
kegiatan inti pembelajaran. Untuk itu pada pelaksanaan siklus berikutnya diharapkan
guru dapat memanfaatkan media dan sumber belajar tidak hanya terpaku pada
pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran, namun bisa pada kegiatan awal bahkan pada
kegiatan akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.3 diketahui kemampuan rata-rata guru
dalam memanfaatkan media dan sumber belajar pada siklus I adalah 68,80% dengan
kategori cukup. Oleh karena itu penelitian pada siklus I ini belum bisa dikatakan
berhasil, karena kemampuan rata-rata guru masih di bawah batas kemampuan yang
sudah ditetapkan pada indikator keberhasilan penellitian ini, yakni sebesar 70% dengan
kategori baik.

Siklus II
Kinerja guru memanfaatkan media dan sumber belajar pada siklus II ini
meningkat sebesar 15,20% dari 68,80% kategori cukup menjadi 84,00% kategori baik.
Peningkatan kinerja ini disebabkan karena berhasil mengadakan perbaikan terutama
dalam penggunaan media dan sumber belajar sebagai sarana untuk memotivasi siswa,
melibatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Guru juga dapat menggunakannya
lebih efektif dan efisien. Apabila yang demikian dapat dilakukan guru pada setiap kali
melaksanakan kegiatan pembelajaran maka akan sangat membantu siswa dalam
memahami materi yang diajarkannya.
Begitu besarnya fungsi dan manfaat media dan sumber belajar, baik bagi guru
itu sendiri maupun bagi siswa maka seharusnya guru dapat selalu meningkatkan
kompetensinya berkaitan dengan pengetahuan dan penguasaannya terhadap kedua
sarana pembelajaran ini.
Berdasarkan hasil yang telah tercapai pada siklus II ini, maka penelitian ini bisa
dikatakan berhasil, karena kinerja rata-rata guru dalam memanfaatkan media dan
sumber belajar dapat mencapai batas kemampuan yang sudah ditetapkan pada indikator
keberhasilan penelitian ini, yakni sebesar 70% dengan kategori baik.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Kinerja guru SDN 3 Labunganak dalam memanfaatkan media dan
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah dapat ditingkatkan sebesar 15,20% dari
68,80% (cukup) pada siklus I menjadi 84,00% (baik) melalui kerja kelompok dan
supervisi akademik. (2) Kemampuan guru dalam memilih media dan sumber-sumber
belajar dapat ditingkatkan sebesar 8,50% dari 67,50% (cukup) pada siklus I menjadi
76,00% (baik) melalui kerja kelompok dan supervisi akademik. (3) Kendala-kendala
yang dihadapi guru dalam memilih media dan sumber belajar yang sesuai serta
penggunaannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: (a) Kurangnya pengetahuan dan
pemahaman guru terhadap prinsip-prinsip pemilihan media dan sumber belajar. (b)
Guru belum terbiasa memasukkan media dan sumber belajar secara nyata ke dalam RPP
kecuali hanya sekedar dimasukkannya sebagai komponen sumber pembelajaran, itupun
tidak terinci secara baik. (c) Guru masih mengalami kesulitan memilih media dan
sumber belajar yang bersifat praktis dan ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2009). Bahan Belajar Mandiri Kelompok Kerja Pengawas Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah. Dirjen PMPTK.
Djamarah, S.B. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fathurrohman, P., & Sutikno, M.S. (2009). Strategi Belajar Mengajar; Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum &
Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Harjanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kusumah (2009). Pengertian Media dan sumber belajar. (Online), (http://media-
grafika.com/pengertian-media-pembelajaran#more-323, diakses pada tanggal 10
Pebruari 2009).
Lazaruth, S. (1991). Kepala Madrasah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta: Kanisius.
Pidarta, M. (1997). Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Surabaya: Sarana Press.
Purnamawati & Eldarni. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali.
Sadiman. (2002). Media Pendidikan Pengaertian, Pengembangan dan.
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soetopo, H., & Wasty. (1998). Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta : Gadjah Mada
University.

Anda mungkin juga menyukai