Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL

“EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ANEMIA”

PAPER

Ditulis untuk memenuhi tugas Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Dosen Pengampu: Hamdan, SKM, MKM

Disusun Oleh :
Ketua : Zidan Muhamad R. CMR0180065
Anggota : Ali Firmansyah CMR0180034
Elina Haqie CMR0180040
Marisa Hasna CMR0180046
Nita Agustina Sari CMR0180051
Tia Setiawati CMR0180063

Kelompok 2
Kesehatan Masyarakat Reguler B Semester 4 tk. II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


Jalan Lingkar Kadugede No.02 Kuningan-Jawa Barat
Telp.0232-875847 Fax.0232-875123
E-mail : infostikeskuningan.ac.id Website : http;//stikeskuningan.ac.id
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ANEMIA

1. Pengertian Anemia
( Elina Haqie – CMR0180040-Kelompok 2)
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada
penderita anemia,lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya adalah kurangnya zat besi untuk
pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi
(Rukiyah, 2010).

a. Pada Ibu Hamil


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin kurang dari 10,0 gram/ 100 milimeter (10 gram / desiliter)
(Varney, 2006). Sebagian besar wanita hamil mengalami anemia yang
tidak membahayakan. Tetapi anemia akibat kelainan bawaan pada
hemoglobin bisa mempersulit kehamilan. Kelainan tersebut
meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada bayi baru lahir dan
meningkatkan penyakit pada ibu (Maulana, 2008). Faktor-faktor dapat
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor dasar
(sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan, dan budaya), faktor tidak
langsung (Kunjungan Antenatal Care, paritas, umur, dan dukungan
suami), faktor tidak langsung (pola konsumsi tablet Fe, penyakit
infeksi, dan perdarahan) (Wiknjosastro, 2007).
b. Pada Remaja
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen kejaringan. Perempuan
lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki Kebutuhan zat
besipada perempuan adalah 3 kali lebih besardaripada pada laki-laki.
Anemia pada remaja dapat membawa dampak kurang baik bagi
remaja, anemia yang terjadi dapat menyebabkan menurunnya
kesehatan reproduksi, perkembangan motorik, mental, kecerdasan
terhambat, menurunnyaprestasi belajar, tingkat kebugaran menurun,
dantidak tercapainya tinggi badan maksimal(Andriani M. dan
Wirjatmadi B, 2013).
Prevalensi nasional anemia di Indonesia berdasarkan data
Riskesdas (2013), yaitu mencapai 21,7%. Proporsi kejadian anemia di
Indonesia menurut karakteristik jenis kelamin perempuan lebih
mendominasi jika dibandingkan dengan laki-laki, presentasi pada
perempuan 23,9% dan laki-laki 18,4% serta berdasarkan karakteristik
kelompok umur 5-14 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan
remaja umur 15-21 tahun, pada umur 5-14 Tahun 26,4% Kejadian
anemia dan umur 15-21 tahun 18,4% kejadian anemia (Kemenkes RI,
2013).
Arisman (2010), menyebutkan terdapat 3 penyebab anemia
defisiensi besi: 1) kehilangan darah secara kronis; 2) asupan zat besi
dan penyerapan yang tidak adekuat; 3) peningkatan kebutuhan asupan
zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung
pada masa pubertas. Anemia juga dapat disebabkan adanya faktor-
faktor lain seperti lama haid, kebiasaan sarapan pagi, status gizi,
pendidikan ibu, asupan zat besi dan protein tidak sesuai dengan
kebutuhan serta adanya faktor inhibitor penyerapan mineral zat besi
yaitu tanin dan oksalat.

2. Ruang Lingkup Anemia


(Ruang Lingkup Anemia Pada Ibu Hamil - Tia Setiawati -
CMR0180063_Kel 2)
Secara morfologis, ruang lingkup anemia menurut ukuran sel dan
hemoglobin yang dikandungnya.
1. Makrositik

Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar


dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik yaitu :

a. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam


folat dan gangguan sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat
dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik

Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh


defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan
metabolisme besi lainnya.

3. Normositik

Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,
dan hati.

3. Penyebab Anemia
(Penyebab Anemia-Zidan Muhamad Rizki-CMR0180065-Kel 2)
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang.
Sekitar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah
hemoglobin .Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia
antara lain gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebiasaan
sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin,
umur dan wilayah . Wilayah perkotaan atau pedesaan berpengaruh melalui
mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas
kesehatan maupun ketersediaan makanan yang pada gilirannya
berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi.Remaja laki-
laki maupun perempuan dalam masa pertumbuhan membutuhkan energi,
protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak dibanding dengan
kelompok umur lain. Pematangan seksual pada remaja menyebabkan
kebutuhan zat besi meningkat. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih
tinggi dibanding remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk mengganti zat
besi yang hilang pada saat menstruasi .Anemia dapat menyebabkan lekas
lelah, konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu juga menurunkan
daya talian tubuh sehingga mudah terkena infeksi . Anemia dapat
mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Permaesih
menemukan 25% remaja di Bandung mempunyai kesegaran jasmani
kurang dari normal, sementara Kristanti menjumpai keadaan yang kurang
lebih sama untuk remaja di Jakarta.Keadaan ini berpengaruh terhadap
konsentrasi dan prestasi belajar serta mempengaruhi produktivitas kerja di
kalangan remaja. Mengingat dampak yang terjadi sebagai akibat anemia
sangat merugikan untuk masa mendatang, maka usaha pencegahan
maupun perbaikan perlu di-lakukan.Untuk melakukan upaya pencegahan
dan perbaikan yang optimum diperlukan informasi yang lengkap dan tepat
tentang status gizi pada remaja, serta faktor yang mempengaruhinya.Studi
morbiditas pada SKRT 2001 mengumpulkan data mengenai faktor-faktor
risiko yang mencakup kebiasaan merokok, minuman beralkohol,
kebiasaan sarapan pagi, penggunaan waktu untuk aktivitas fisik, hasil
pengukuran antropometri dan kadar hemoglobin.

4. Epidemiologi Anemia
(Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi-Nita Agustina Sari-
CMR0180051-Kel 2)

Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada
anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak
usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak perempuan 2,6% dan
gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika serikat sekitar 6% anak berusia
1 – 2 tahun diketahui kekurangan besi, 3 % menderita anemia. Lebih
kurang 9% gadis remaja di Amerika serikat kekurangan besi dan 2%
menderita anemia, sedangkan pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan
besinya berkurang saat pubertas. 1 Prevalensi ADB lebih tinggi pada anak
kulit hitam dibanding kulit putih. Keadaan ini mungkin berhubungan
dengan status sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di indonesia
prevalensi ADB pada anak balita sekitar 25-35%. Dari hasil SKRT tahun
1992 prevalensi ADB pada anak balita di indonesia adalah 55,5%.1 Hasil
survai rumah tangga tahun 1995 ditemukan 40,5% anak balita dan 47,2%
anak usia sekolah menderita ADB.

5. Resume Jurnal Anemia


(Resume Jurnal Anemia-Marisa Hasna-CMR180046-Kel.2)

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan


Judul
Usia Remaja
Majalah Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Jurnal
Airlangga

Volume &
Halaman Vol. 23 No. 1 Januari - April : 33-36

Tahun 2015
Penulis Pratiwi Hariyani Putri, Agus Sulistyono, Mahmudah.
Reviewer Marisa Hasna (CMR0180046)
Tanggal 13 Mei 2020
 
Latar Kehamilan pada masa remaja akan meningkatkan risiko
Belakang kematian 2-4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
perempuan yang hamil pada usia 20-30 tahun. Demikian
juga dengan risiko kematian bayi akan mencapai 30%
lebih tinggi pada ibu yang hamil di usia remaja
dibandingkan pada ibu hamil usia 20-30 tahun atau
masa reproduksi sehat. Kehamilan pada masa remaja
mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena pada
masa remaja alat reproduksi belum cukup matang untuk
Metodologi Observational AnalitikSemakin
melakukan fungsinya. dengan desain case control.
muda umur ibu hamil, semakin

Populasi Sampel penelitian berjumlah 52 ibu hamil dengan dibagi


dan Sample menjadi 2 kelompok yaitu kasus (ibu hamil usia remaja dengan
anemia) dan kelompok kontrol (ibu hamil usia remaja yang tidak
mengalami anemia)
Hasil Terdapat hubungan antara kepatuhan minum tablet Fe dengan
anemia kehamilan usia remaja, namun kepatuhan minum tablet
Fe tidak berpengaruh terhadap anemia kehamilan usia remaja;
Ibu hamil dengan pola makan kurang dari angka kecukupan gizi
(AKG) kemungkinan anemia 6,321 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu hamil yang pola makannya lebih dari
sama dengan angka kecukupan gizi (AKG); Ibu hamil yang
tidak teratur melakukan pemeriksaan kehamilan kemungkinan
anemia 4,421 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil
yang teratur melakukan pemeriksaan kehamilan.
Kesimpula Faktor yang berpengaruh terhadap anemia pada
n kehamilan usia remaja adalah kepatuhan minum tablet Fe, pola
makan, dan keteraturan pemeriksaan kehamilan.

6. Evidence Based Anemia


(Evidence Based Anemia-Ali Firmansyah-CMR0180034-Kel.2)
Pengaruh status anemia terhadap siklus menstruasi remaja putri dan
pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap siklus menstruasi remaja putri
didapatkan sebagai berikut :

a. Status anemia
Terdapat 9 (15,0%) sampel yang memiliki kadar Hb <12 mmhg sehingga
status anemia yaitu mengalami anemia dan terdapat 51 (85,0%) sampel
memiliki kadar Hb ≥12 mmhg sehingga status anemia yaitu tidak
mengalami anemia.

b. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Terdapat 31 sampel yang memiliki IMT normal (51,7%) dan terdapat 29
sampel (48,3%) yang memiliki IMT tidak normal.

c. Siklus Menstruasi
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 32 sampel yang
memiliki siklus men-struasi normal (53,3%) dan terdapat 28 sampel
(46,7%) yang memiliki siklus menstruasi tidak normal.

d. Variabel status anemia dan siklus menstruasi

Dari 9 sampel yang mengalami anemia terdapat 5 orang (55,6%) yang


memiliki siklus menstruasi tidak normal dan siklus menstruasi normal
sebanyak 4 orang (44,4%). Sedangkan sampel yang tidak mengalami
anemia. Sedangkan dari 51 sampel yang tidak mengalami anemia, terdapat
23 orang (45,1%) yang memiliki siklus men-struasi tidak normal, dan
sebanyak 28 orang (54,9%) yang memiliki siklus menstruasi normal. Hasil
analisis statistik diperoeh nilai p = 0,721 (α > 0,05), ini berarti Ho diterima
sehingga tidak ada hubungan antara status anemia dengan sikus mentruasi.

e. Variabel Indeks Massa Tubuh dan siklus menstruasi

Dari 29 sampel yang termasuk IMT kurang terdapat 13 orang (44,8%)


yang memiliki siklus menstruasi tidak normal dan siklus menstruasi
normal sebanyak 16 orang (55,2%). Sedangkan dari 31 sampel yang tidak
mengalami anemia, terdapat 15 orang (48,4%) yang memiliki siklus
menstruasi tidak normal, dan sebanyak 16 orang (51,6%) yang memiliki
siklus menstruasi normal. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p = 0,986
(α > 0,05), ini berarti Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara
IMT dengan siklus menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Amalia., Rahmalia Afriyani., Siska Putri Utami. (2017). Faktor Risiko
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit BARI Palembang. Jurnal
Kesehatan.Vol. 8. No. 3.

Mahmut Jaelani. (2017). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan. Vol. 8. No. 3.

Putri, P. H., Sulistyono, A., & Mahmudah. (2015). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan Usia Remaja. Majalah Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga , Vol. 23 No. 1 .3
halaman

Masrizal. (2017). ANEMIA DEFISIENSI BESI. Jurnal Kesehatan Masyarakat ,


Vol. 2 No.1, 140-145 (5 halaman).

Fitriany, J., & Saputri, A. I. (2018). ANEMIA DEFISIENSI BESI. Jurnal


Avverous , Vol. 4 No.2, 14 halaman.

Sri Hidayati L, Estri Kusumawati, Nova Lusiana, Ika Mustika. (2019). Anemia
Defisiensi Besi dan Indeks Masa Tubuh Terhadap Siklus Menstruasi
Remaja.jurnal kesehatan Vol 12 No 1

Anda mungkin juga menyukai