PAPER
Disusun Oleh :
Ketua : Zidan Muhamad R. CMR0180065
Anggota : Ali Firmansyah CMR0180034
Elina Haqie CMR0180040
Marisa Hasna CMR0180046
Nita Agustina Sari CMR0180051
Tia Setiawati CMR0180063
Kelompok 2
Kesehatan Masyarakat Reguler B Semester 4 tk. II
1. Pengertian Anemia
( Elina Haqie – CMR0180040-Kelompok 2)
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada
penderita anemia,lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya adalah kurangnya zat besi untuk
pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi
(Rukiyah, 2010).
3. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal,
dan hati.
3. Penyebab Anemia
(Penyebab Anemia-Zidan Muhamad Rizki-CMR0180065-Kel 2)
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang.
Sekitar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah
hemoglobin .Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia
antara lain gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebiasaan
sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin,
umur dan wilayah . Wilayah perkotaan atau pedesaan berpengaruh melalui
mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas
kesehatan maupun ketersediaan makanan yang pada gilirannya
berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi.Remaja laki-
laki maupun perempuan dalam masa pertumbuhan membutuhkan energi,
protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak dibanding dengan
kelompok umur lain. Pematangan seksual pada remaja menyebabkan
kebutuhan zat besi meningkat. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih
tinggi dibanding remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk mengganti zat
besi yang hilang pada saat menstruasi .Anemia dapat menyebabkan lekas
lelah, konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu juga menurunkan
daya talian tubuh sehingga mudah terkena infeksi . Anemia dapat
mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang. Permaesih
menemukan 25% remaja di Bandung mempunyai kesegaran jasmani
kurang dari normal, sementara Kristanti menjumpai keadaan yang kurang
lebih sama untuk remaja di Jakarta.Keadaan ini berpengaruh terhadap
konsentrasi dan prestasi belajar serta mempengaruhi produktivitas kerja di
kalangan remaja. Mengingat dampak yang terjadi sebagai akibat anemia
sangat merugikan untuk masa mendatang, maka usaha pencegahan
maupun perbaikan perlu di-lakukan.Untuk melakukan upaya pencegahan
dan perbaikan yang optimum diperlukan informasi yang lengkap dan tepat
tentang status gizi pada remaja, serta faktor yang mempengaruhinya.Studi
morbiditas pada SKRT 2001 mengumpulkan data mengenai faktor-faktor
risiko yang mencakup kebiasaan merokok, minuman beralkohol,
kebiasaan sarapan pagi, penggunaan waktu untuk aktivitas fisik, hasil
pengukuran antropometri dan kadar hemoglobin.
4. Epidemiologi Anemia
(Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi-Nita Agustina Sari-
CMR0180051-Kel 2)
Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada
anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak
usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak perempuan 2,6% dan
gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika serikat sekitar 6% anak berusia
1 – 2 tahun diketahui kekurangan besi, 3 % menderita anemia. Lebih
kurang 9% gadis remaja di Amerika serikat kekurangan besi dan 2%
menderita anemia, sedangkan pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan
besinya berkurang saat pubertas. 1 Prevalensi ADB lebih tinggi pada anak
kulit hitam dibanding kulit putih. Keadaan ini mungkin berhubungan
dengan status sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di indonesia
prevalensi ADB pada anak balita sekitar 25-35%. Dari hasil SKRT tahun
1992 prevalensi ADB pada anak balita di indonesia adalah 55,5%.1 Hasil
survai rumah tangga tahun 1995 ditemukan 40,5% anak balita dan 47,2%
anak usia sekolah menderita ADB.
Volume &
Halaman Vol. 23 No. 1 Januari - April : 33-36
Tahun 2015
Penulis Pratiwi Hariyani Putri, Agus Sulistyono, Mahmudah.
Reviewer Marisa Hasna (CMR0180046)
Tanggal 13 Mei 2020
Latar Kehamilan pada masa remaja akan meningkatkan risiko
Belakang kematian 2-4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
perempuan yang hamil pada usia 20-30 tahun. Demikian
juga dengan risiko kematian bayi akan mencapai 30%
lebih tinggi pada ibu yang hamil di usia remaja
dibandingkan pada ibu hamil usia 20-30 tahun atau
masa reproduksi sehat. Kehamilan pada masa remaja
mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena pada
masa remaja alat reproduksi belum cukup matang untuk
Metodologi Observational AnalitikSemakin
melakukan fungsinya. dengan desain case control.
muda umur ibu hamil, semakin
a. Status anemia
Terdapat 9 (15,0%) sampel yang memiliki kadar Hb <12 mmhg sehingga
status anemia yaitu mengalami anemia dan terdapat 51 (85,0%) sampel
memiliki kadar Hb ≥12 mmhg sehingga status anemia yaitu tidak
mengalami anemia.
c. Siklus Menstruasi
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 32 sampel yang
memiliki siklus men-struasi normal (53,3%) dan terdapat 28 sampel
(46,7%) yang memiliki siklus menstruasi tidak normal.
Putri, P. H., Sulistyono, A., & Mahmudah. (2015). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan Usia Remaja. Majalah Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga , Vol. 23 No. 1 .3
halaman
Sri Hidayati L, Estri Kusumawati, Nova Lusiana, Ika Mustika. (2019). Anemia
Defisiensi Besi dan Indeks Masa Tubuh Terhadap Siklus Menstruasi
Remaja.jurnal kesehatan Vol 12 No 1