Anda di halaman 1dari 14

yang dialami ltu, la merasai aecara mental inti obyek yang

Tentu saja praktek ini sebenamya bukan keterangan fwafat: dihadapinya sehingga ia dapat mencapai ha1 yang tidak
Dagi ahli ilmu, yang mengetahui persoalan r osofis dt hanya secara kebetulan saja terdapat pada obyek ttu me·
alas lalu merumuskan nilai hukum dalam ilmu 1tu dengan lain.kan yang haldki, jadi berlaku umum dan mutlak.
catatan : sepanjang penyelidikan hingga selcarang. Catatan Dengan istilah kita d.alam logika : manuaia tidak hanya
ini membuka kemungldnan bahwa nanti, jika penyelidikan mencapl1 aksidens tetapl dapatlah ia ampai kepada
menunjukkan hal lain, hukum itu akan b.erub j ga, substanal. Dengan mencapai yang mutlak pula obyek ltu,
sampai ada tagi penemuan lain secara lnduktif lagi! Sikap maka manulla Wu dapat juga membuat definisi, (Uhat no.
ter akhir ini si.kap yang bijak sana, tetapi sekall·kali tidak 19) sorta membuat hu· kwn) yang berlaku umum dan
menyangkut bidang fllsafat. . . mutlak.
Kami katalcan itu bijaksana karena ilmu menyadan Pertanyaan berikut ialah : berapa kalikah manusla barUI
benar keil.muaMya dengan menda.sarkan keslmpulannya mempunyaii pe.ngalarnan, sampe.i ia berani dan berhat me
melu- lu melalui pengalaman lnduksi). 19> Pertanya an ngambil putusan umum itu? lni tidak dapat dibtalcan. lnl
filsafat , apa dasarnya manusia dapat mencapai putusan tergantung dari kecerdasan orang yang mengamat.xnati
umum dari yang khusus tidak terjawab. gejala. Konon khabarnya ahli ilmu-&lam Newton setelah me
Kami tak terlalu pcsimjstis sepcrti ahll Umu . lihat apel jatuh, Jalu dapat mengetahui dan merumuabn
Benda· hukwn gravita.si . Begitu juga Archimedes setelah la bere·
benda alam mem.ang mempunyai hukum-alam : artinya nang, segera merumuskan atau paling sedikit tahu aJcan
benda-alam itu, yang tidak menentukan sendiri tindakan adanya hukum tek.a.nan barang cair ke atu, yang kemudian
nya, mempw1yai sifat-sifat tertentu, yang mengikatnya. terkenal sebagai hukum Archimedes. Benyak orang meng
Ikatan itu boleh juga disebut kebbsaan , tetapi kebisaan
alaJni barang jatuh atau rnerua.kan, bahwa badannya lebfh
yang mullak berlaku bagi benda-alam itu serta yang
rlngan lcalau ia berenang di tempat yang dalaJn, tida.lc bebe·
semacam dengan dia. Kita ambil contoh kami di atas rapa kall saja, mungkin malahan ribuan kali tanpa dapat
tcnlang sifat air yang membeku pada suhu nol derajat mengetahul hukum itul Tak ubahnya blau guru meneruia·
Celsius. hu suatu sikap air, air ini dan air pada umumnya, ka.n sesuatu kepada murid-muridnya . Ada yang segera
sikap yang mengikat . Air ta.k memilih sikap laln, ia dapat mcnangkap , ad& yang lama 1ekali buu mengertl, Ida
harus (dengan mutlak) mom· beku pada suhu tertentu ltu. yang hampir-harnplr tidak mengcrtil Dalain penen.np.n
la tak mernllih bahkan tak dapat memilih, karena juga kepada murid itu pun lllku scbli mengatakan 1ebelumnya.
ddak tahu (tidal< sadar) akan pembekuannya itu, ia murid A atau B mengerti setelah dlterangkan sclcian atau
membeku, lain tidak! Itulah alamnya . sckian-blinya . Guru hanya tahu saja bahwa aebrang murid
Ada pun manusia yang mengalami_pembekuan .clan tahu itu mengertl. Begitu pu1a dalam induksJ; setelah w pen&·
syarat-syarat pembckuan di luar kesadaran air - yang me· alaman beberapa kali, ma.lea on.ng beran1 menybnpuDcan
mang tidalc memlliki kesadaran -, memutuskan secara ya.n3 umwn itu.
umum adanya lf!at atau kebiasaan !tu dalam air (pada Tentu aja lni mengandung lcemungldnan untuk koUN,
umumnya). ltu memang daya manusla yang discbut daya Itu memang nasil> manusi.a, ia bisa keJJru, justru karem
tthu yang dapat bertindak antara lain secara lnduktif ltu ; ii. bia keliru ltu maka 1ebenamya tahulah, bahwa ia
setelah ia rnempunyai pengalaman (yang khusus) dalam keliru. dan karma itu lalu mengulang penyelidDcannya.
jumlah banyak atau sedikit, la seakan-akan menyelami hal Ia.di ke·

72 73
keliruannya tidaklah menghilangkan daya-tahu manusia, 74
pun terhadap tahu yang mengenai inti. Kemungkinan keliru
itu hanya merupakan dorongan bagl penyelidik saja supaya
jangan tergesaesa mengambil kesimpulin yang dianggap·
nya benar. Hendaklah kesimpulan c:tisajikan sebagai hipo·
t.esa dan terserah.lah kepada khalayak ilmiah untuk meng
akui kcbenarannya. Tetapl tetaplah kaml pertahanka.n bahwa
manusia demi induksi dapat mengetahui yang umum, wa.lau
pun induksi ltu tidak sempuma. Sckaligus dapat c!Jtegaskan
bahwa pengetahuan umum bukanlah sama dengan pcrjumlah·
an pengalaman.
Dalam ilmu-ilmu yang obycknya memang tidak ikut
me
nentulaan kejadian-kejadian yang nanti merupaka,n bahan
kesimpulan umum yang merupak.an hukum atau aturan
umum, pada prlnsipnya memang dapat tercapai yang mu t
lak. Oleh karena ilmu yang demi.kJan itu mcninjau benda·
ala.m (ilmunya lalu .kami sebut ii.mu alam), maka ke
paslian dan kemutlakan lni tcntu hanya berlaku dalam
bidang alamiah.
2. Jika ilmu mempunyai obyek yang terjadinya bisa
kena pengaruh darJ manusia yang sedikit-banyaknya dapat
ikut mene'ntukan kejadla.n-kejadian yang menjadi
pandangan an ilmu,maka lalu lain pula halnya. Umunya
kami sebut ilmu sosi.al serta obyek penyelidikannya
mungkln terpenga tuhi oleh kehendak manusia. Oleh
karena manusia mem punyai daya-memllih dan sebab itu
mungkin bcrtindak atau tidak bertindak, malahan mungkin
juga bertindak lain dan rangsang a1am sekitamya dan
alamnya sendirl niaka ke· umuman hal-hal yang kena
pengaruh manusla itu juga tidak mutlak dan tldak dapat
dipastikan sebelwnnya. Ada juga semacam huku:m terdapat
pada tindakan-tindakan manusla, tetapi tldaklah mutlak
umum. Selalu ada kemungkinan lain, jadi ada kekecuallan.
!Wau pada prinsipnya hukum-alam tidak ada
kekecuaUannya, hukum·hukum pada ilmu sosial selalu adt
kemwiginan kekecualiannya.
Jadi pada lhnu sosial dan pada pengetahuan , - pun pada pengetahuan yang ialah deduksi : jadi deduksi itu jalan plkiran dari putusan
bukan ilmiah -jika segcra ada faktor kehendak nwmaia, mak.a orang harus hati-hati wnum kepada putusan khusus Kalau sudah dilcetahui
benar untuk mengajukan bahwa putusan umum yang menjadi titik-tolak jalan pikiran
kesimpulan umum yang dicapai dengan 1nduksi (tldak sempuma) itu : walau pun itu bcnar, sehingga bedaku bagi semua dan tiap-uap
sudah diadakan penyelldikan sebaik- individu, yang dapat dimasuklcan ke· dalarn wilayah
bailcnya, haruslah diaJrui, bahwa seb.lu maslh ada kekecualiannya, apa 1agi kalau putusan umum itu, mak.a putusan khusus yang mcrupakan
pcnyelidikan itu hanya serampang ma.ka keputusan urnum ltu tentulah tidak kesimpula.Mya itu akan mw1cul dengan sendirinya, dan
berlaku mutlak. Jika dikatakan karebn diketahuf , bahwa misalnya orang su.atu benar pula. Konldusl hanya merupabn penegasan saja
kota besar, ada yang suka makan di rcstoran, m.alahan banyak yang suka makan di dart yang telah tersimpulkan pada putusan umum itu
iestoran, jangan segera diambil putusan umum, bahwa orang dikotn bcsar itu mungkin caranya saja kurang tega.s atau
semuanya suka makan di restoran tanpa ada kecualinya. Makan atau tidak mab.n di kurang jelas -. MisaJnya kalau orang mempunyai kepu
restoran ltu sanu sekaU bukan sifat mutlak bagl manusia di mana pun tusan (khusua), bahwa A akan mati, karen.a. ia manusia.
juga, sedangkan a.ir yang membeku dalam situasi tertentu i tu mernang sifatnya yang Sebetulnya jal.an pikirannya ialah dari yang wnum : semua
mu tlak berl.aku . 10) dan tiap manusia !tu akan mati, jadi si A pun (karena ia
manusia) akan matl. Kcsimpulan si A akan mati adalah
32. Deduksi. I

Caia kcrja untuk mengambil kesin1pulan yang merupa· kan kebalikan dari induksi 75
suatu putusan yang dicapaJ orang secara deduktff atau me
lalui dedukai. dan manfaatnya jalan pikiran. Putusan yang timbul itu
Jalan pildran aecara deduktif ini pun ada kesulitannya bukanlah lahir dari 'tiada' semata-mata.
yang paling masyhur ialah yang dikemukakan seorang ahli Kami ajukan suatu jalan pikiran yang amat sederhana
pilcir Inggri.s John Stuart Mill (1806 - 1873). K.esulitan dan mudah-mudahan mcnjelaskan lcbih lanjut apa yang
nya adalah aebaga.i berikut : Kesimpulan khusus yang ter k.ami utarakan di atas taru. Ada beberapa pu1usan :
capai oleh orang demi deduksi itu mungkin telah ada ter l. Semua orang akan mati. Jni suatu putwan umum.
dapat pada putusan urnwn yang mendahuluinya atau tidak. Putusan ini dicapai orang dari induksi, terutama dalam
Ka.I.au 1e1ah tercantum, maka untuk apa kita memakai pra.ktek ; aecara ftlsafat mungk:in dapat ditinjau a priori,
deduk:sl toh t.elah tahu ! Jika sekiranya kesimpulan khusus
1 tetapi marilah kita tinggaJ pada induksi itu saja, karcna
itu tak terdapat pada putusan (umum) yang mendahuJui lni pun merupakan bukti yang cukup,. Serta dalam praktek
nya, ma.k.a aJcan ala-sla jalan pikiran kita, scbab yang tidak nya pula tak S;COrang pun - dalarn kalangan iJ.miah juga
ada tentu takkan melahlrkan sesuatu! Dagaimana pun apa - yang sangsi akan nilai kebenaran putusan di atas. -
kesimpulan yang merupakan putusan khusw itu, tersimpul Sekallgus dapat dilihat n1lai induksi -
kan pada putusan wnwn apa tidak, jalan piklran talc ber 2. si X itu manusia. lnl putusan Jchusus, hanya me
alasan. ngenai Ii X saja. Putusan ini tida.k timbul darl putusan pcr
Menurut pendapat kami kesulitan John Struat Mill tama , buka.nlah itu kesimpuJan ; la bcrdampingan atau me
itu kwang meyakinkao, dan tetaplah bmi tegaskan, bah mang didampinglcan dengan putusan pertama t.ersebut. Darl
penarikan kelimpulan dari putusan yang mendahului 1tu manakah putusan ltu?
beralasan, sehingga jalan pikiran itu memang benar ada Karena sudah jeJas , penycUdikan ilmiah mau pun
da.sarnya. secara filsa.fat tidak diadakan. Dalam menghadapi obyek
Kami ambil bagian pertama dari apa yang dJutarakan yang di panggll sl X lni orang tahu dengan la118$ung dan
dalam kesulltan itu : jclu, bahwa ia manusia. Putusan ltu diambil orang demi
Putuaan dalazn konJdusi itu telah tercantum dala.in kejelas· annya (evidensi).
pu tusan yang mendahuluinya atau tidak, makl jawabnya: 3. Kalau dua putusan pertama itu memang sudah di-
ke simpulan itu memang tercanturn pada putusan yang men dampingkan dan dihubungkan, maka dengan sendirinya
dahuluJnya, h&nya caranya aja lain : kurang terang, muncul putusan : 'sl X akan mati'. Boleh disebut bahwa
kurang tegu bhu dibanding dengan putusan baru yang putusan ketiga {yang berlaku khusus) itu ditarik dui putu>
merupa kan ketimpulan . Tindakan manuaia yang kita sebut an {dua) yang mendahuJuinya, jadi demi tindakan budi yang
jaian pildran itu menepskan dan meneran&Jcan apa yang kami sebut jalan pikiran. Maka untuk kembali kepada
kurang teg11dan Jcurang terang Jtu, hasflnya kesimpulan . persoaJan yang diajukan oleh John Stuart Mill : putusan
Secara fllllfat dapat dikatakan: dalaro putusan yang khusus ·(si X akan ma ti), memang sudah tersimpul pada
menjadi titik·tdak jalan pildran, kesimpulan 1udah tcrcan putusan umum (semua orang akan mati), sebab arti putusan
tum 1eear1 potenaial. Dalam putuaan yang merupakan ke umum memang: putusan itu berlaku bagi semua dan tiap
sbnpulan, maka putusan yang ternula potensial, sekanng tiap dari macamnya. Tetapf itu hanya umum saja, belumlah
meojadi aktual. Inilah alalln yang·menjadi duar berlakunya jelu dan terang sungguh bagf ai X. Setelah ada jalan plkir
an, maka jelaslah dan secara ekspl.isit, bahwa sf X akan mati.
76
77
Jahn pikilan seperti kaml gambarkan di atas dengan
mengurutkan putwan demi putusan, ltu tidak selalu ialah P. Baik si X mau pun 'ma ti' dibandingkan dengan
dlnyatakan oteh manusia. Biua saja dikatakan oleh orang: 'si pe· ngertian 'manusia' . Term 'manusia' inilah yang
X abn matt, bukankah ia manusia ' Walau pun bentuknya menjacil pene ngah antara sl X dan 'ma ti, sebab juga dapat
dikatakan si X itu akan mati karena ia manusfa. Term yang
demikian, &lean tetapi Jcalau dlanllsa, mtka bentuk yang
menjadi
te.m.ng adalah 1eperti yang kami utarakan diatas, yang dapat
penengah daJam silogisme discbut tenn tengah , disinglcat M.
kami ajukan sebagalberlkut :
Sccara matematis dapat dir,ambarkan perbandingan di
semua manusia akan atas itu sebagai . S "" M, M = P,jadi :S = P
mati, si X manusia,
jadi siX akan mati. 34. Bentuk silogiJme
33. Stlog/lmt.
Mengingat (menurut bentuknya), bahwa ada putusan
Bebaapa putu1an yang demikian llfnw sma ncgatif , maJca ada juga gambar iilogisme S .. M, M P,
demlldan wllayahnya lag/ pula iustmannya, sehingga jadi
mtngaldbatkan punuan baru, disebut dloglsme. Tidak acmua S 'I- P. Dengan dcmilcian mungldn ada bermacam-maca.m silo·
slloglsme bentuknya seperti contoh lcami di atas, mungldn gisme menurut bentuknya. Susunan ltu kamJ gambukan sccara
lebih ruwct, matem3tis pula :
tetapi paling tedildt memang harus ada putusan dua yang MP : SM PM : MP : PM : MS
mengaldbatkan putusan yana keti_ga itu. Kami ambil Jagi SM MS
contoh ki1a di atu, Wltuk menyclidlki sllogisme lebih lanjut:
SP
SP SP SP
semua manusia abn mati,
siX manusla, Yang di atas garis menunjuk susunan perbandingan <la·
jadi :al X akan matt. lam premisse yang mengandung S dan P daiam konklus1(dl
ba wah garis); S dan P dalam premise dinyatakan bagaimana
Putusan-putusan yang menjadi sumber putusan terakhir
hu bungannya dan susunarutya dengan M. Oleh bren.a tiap-
disebut pcemilw. Prcmisse yang wilayahnya umum disebut
premlsse mayor, sedangka.n yang wilayahnya tldak/kurang dap putusan itu mungkin wnum atau .khusw dan da1arn
umum disebut premi.sse minor. ('ula pun putusan yang di pada ltu
mungkln juga positif atau ncgatif, maka rnungkin menurut
tarllc darl premisse ini disebut 'konklusi atau kesimpulan. =
bentuknya ada macam silogisme 4 X 4 X 4 64.
• Kedua premJsse itu sering disebut juga antesedens , sedang·
Bagalmana pun bcntuk jaJan pikiran, semuanya harus
lean konklusi lalu dinamai konsekwens.
dapat dlkembalikan kepada bentuk silogismc yang sederhana
Oleh karena putusan itu paling sedikit terdiri dari dua
pengertian, yang fungsinya ma1ing·maslng sebagai S dan itu. Kalau ini sudah terjadi, maka lalu mudah rneneliti bbe
P, pengertian yang menjadi bagian putusan dan merupakan narannya. Sebab dasarnya memang amat 1edcrhana, yaitu
bahan siloglsme itu discbut term . (lihat no. 23.a}. Sebagal pcrbandingan antara dua hal (yang ternyata sama), satu (yang
putuaan konlclusi ltu pun rnempwiyai dua term, berfungsl pertama) dari kedua hal itu sama puJa dengan hal ketip, ma·
juga sebagai S. dan P.; aJ X mcrupakan S scdangkan 'mati' ka hal yang kcdua pun sama dengan ha1 ketiga ttu. Untulc
jelnsnya kamJ gambarkan seperti dibawah ini :
78
79
A -B
C-A manulia (aJcan mati
- terang dalam jalan plkicannyn, terutama kalau ia mempergu
C-B Ii x manusia
(akan) mati
nalcan bah asa dengan kata-katanya. Seperti telah. be
rulang kali kami katakan, pikir ma.nusia yang menghasilkan
11 x
putusan
Ini perbandinpn Dmu puti yang amat sederhana dan tidak terlalu
dapat diilcuti olch tiap orang. Akan tctapi jangan sangb
babwa perbandingan da1arn logika ltu persls sama dengan
perbandlngan dalarn llmu puti. Dengan sengaja tak karnl 80
paJc.ai tanda • untulc 'aama dengan'. Dalam ilmu pasti,
kalau ada kebeaaran (jwnlah) yang sama, memang sarna
betul. 2 + 4 "' 6. lid mengenai realitas yang kami scbut
ideal, jadi tidak menghiraukan yang tidak a.ma, talc peduli
apa yang di jwnlahbn ttu kerbau ataukah apl, manusia
ataukah pohon. Dal.am realftal 1ebena.mya tak.mungldn yang
satu sama dengan yang lain demi prinlip lndividuatl onis
(lib.at no. 9). Dalam
perbandinpn logi.Jca lni adalah perbandlngan pengertian, te
tapl a.ma 1ebli tidak. menyamakan seperti dalam ilmu pasU
. Memang betul pengertian 'llWlusia' itu disamakan
dengan
peogertian · 11· tetapi artinya: manusia itu mempunyai
upek mati. Lebih terang, dan dalam contoh kami di ates as
pek kernaltan kmnanuaiaan itu mempunyai aspck kematian
ltu melebt pada kemanuslaan dengan keharuun . Dan kalau
dikatakan blhwa si X itu manusia maksudnya ialah : si X
berupek kemanuaiaa n. Jadi si X bertemu dengan ma ti
atas duar kemanuaiaan .
Wllaupun ada perbedaan tetapl tetap juga ada persa·
mun dalun keaederhanaan dan bentuk yang skematis itu.
ltulah sebabnya maka bentuk silogismo yang sedcrhana mudah
diselidiki kebenarannya . Dengan demikian dapat dipahamJ
bagaimana para ahll-pikir menguu.hakan menelaah sifat
silogis· me, 1ebab hanya silogisme yang benar saja dapat
dJpakal dan dapat n;iembawa orang kepada tujuannya
berpikir, ialah pengetahuan yang benar.
Bagaimana pentingnya kita harus waspada dalam
menga dakan jalan pildran atau mengik uli jaJa n pikirnn
orang lain, ltu temyata darl sifat manusia sendiri yang
itu, kalau hendaJc disampaikan kcpada orang lain , haruslih dikatakan . Bahasa memang bahwa
suatu alat untuk mengcluarkan pikiran itu, dan diantara alat-alat yang dapat ia benar-benar tidak dapa t menemukan kata bagi pengertian
dipergunakan, memang bahasa (dengan katanya) harus diakui merupnkan alal yang amat (maksud)nya karena meman g tak ada katanya alau 1a hdak
baik, barangkali yang paling baik . Tetapi bagaimana baiknya, bahasa itu bukanlah alat segera tahu. Jalan pikirdn kita sering juga lebih pcsa t
yang scmpur na, pun kata-katanya tidak. dari kemampuan kita berbicru"a , seh.i.ngga pcmbicaraan k1t
·Bcnar kat.a menunjuk pengertian, tetapi tH.lak presis, a ber loncat-loncat ; dalam hal ini berlaku juga ungkapan
{lihat no. 4). Dalam logiJca dikehcnda ki yang seroo presis, tetapi kata tidak dapat sclalu :sepandai pandal tupai melompat, ia tel)atuh JUga.
mengimbangi keperluan logika, tidak semua kata amat terang artinya dan tidak semua Bagi manusla ia talc janmg tergelincir dalam jalan pikiran
pc· ngertian ada kata.nya. Waiau pun harus jug a diakui, bnhwa banyaklah kata yang nya . Pun da.lam mcngikuti pembicaraan, kita sering juga
sudah ter tenlu artin}•a , tetapi bagai· mana kekurangan kita scndiri dalam memilih kata tidak dapnt mengikuli lonca tan itu, maka kitalah - sebagai
·k.ata yang tepat, untuk menga takan ud kita! pcnde nga1 - yang tergelinclr dan adalah salah paharn. Ma·
Lagi pula kernam puan ki ta untuk berbicara keraplcali juga tidak scimbang dengan lahan ada kem ungkinan, bahwa pembicara yang pandai
jaJan pikiran kita. Jika i ta harus berkata banyak , dalam pidato, dalam pcmbicaraan atau
da· lam pengaj aran, kcrapkali kita merasa terganggu karena kata kita lidak tcrang dan 81
berapa kali orang mcngataka n dalam pidatonya 'apa itu' atau 'apa namanya.' l tu buktl saja,
dengan sengaja menyalahgunakan keteledoran kit:i dan de 82
ngan sengaja mcmbuat loncatan un tuk menggellncirkan
para pendcnga r! 21)
Bentuk silogisme yang sederhana hcndakJah merupakan
lat.at belakang dan dasar pemikiran kita ka.lau berbicara.
Bagi pcm\>lcara dapat dijadlkan alat pengontrol untuk dlri
sendiri, bagi yang mendengarkan juga untuk rneneliti jalan
pikiran pembicara, supaya dapat mengerli maksudnya,
terutama juga supaya, entah sengaja atau tldak sengaja,
janga n mengi kuti kesalahan pemblcara yang mungkin
meloncat-loncat sam pai kepada kesimpulan yang tidak
benar. KaJau pembi cara sengaja membawa pendengar
kcpada kesimpulannya sendiri yang tidak benar, janganlah
lalu menclan saja apa yang disajikannya, dan terpelcscllah
ia ja tuh ke dalam jurang kekeliruan . Scbaea1 pendeng:ir
orang p1m h.arus kritis.

35. /Jukum silogisme

Supaya silogisme dapat mcrupa kan jalan pikiran


yang baik, h.arus taat akan beberapa hukum. llukum ini
buko.n lah buatan para ahli-piki r, hanya dirumuskan oleh
para altli itu. Di bawah ini kami kemuk a.kan huku m-
hukum itu :
Hukwn pertama :Dalam suatu silogisme huuslah hanya
ada Liga term. Ual ini sebetulnya amal
terang dari inti silogisme ltu sendiri. Seperti kami katakan
di ntas, silogisme itu merupakan suatu perbandingan antara
dua term (dalam putusan terakhir) yang haru s sama dengan
satu term yang meru paka11 term tengah. Jumlahnya jadi
harus ada tga. Jika sckiranya ada empat term, apakah yang
akan menjacli pok ok perbanclingan, tidak mungkinlah
orang memuandingkan dua hal dcngan dua hal pula, dan
lenyap Jah dasar perbandingan. Nampaknya tidak mungkin
ada silogismc yang bcrterm empat, Jan kala u ada,
tcntunya se gcra nampak saJahnya. Tetapi dalam praktcknya
tldaklah demiklan, scuab ada kemungkinan satu kata
menunjuk lebih
dari satu pengertian.
Kalau orang tJdak waspad a, maka ada kemungkinan, i3 hanya memperhatilcan kata saja
dan lupa akan pengertian (artl) yang dua itu .Perhatikan contoh di bawah ini :
madu itu marus, maksutlnya : madu itu sesuatu yang rnanis, (siapa ya.ng ak:an menyangkal!)
si A mempunyal madu, (benar, mungkin dari evidensi) ja di:
si A mempunyai sesuatu yang marus.
Dalam silogisrue di atas itu hanya dapat dikatakan bahwa ailoglsme mentaati hukum
pertama, jika kata 'madu' inf maksudnya sama. Kalau dalam mayor: artinya dari lebah dan itu
memang manis -, clan dalam minor itu pun yang dimalaud, maka benarlah putusan tcrakhir
(konklusi), scbab dasar jala n pikiran benar, sedangk.an silogjsmenya menurut aturan.
Tetapi kalau dalam minor bukan madu-lebah yang di maksud , tetapi arti lain, yaitu isteri
kedua, mah bukan lagi ada tiga term, melainkan dalam silogismc ada empat term. Siloglsme itu
lalu tidak mcnuru t aturan, dan walau pun ba1k mayor, mau pun minor mungkin bcnar, maka
putusan yang merupakan kon.klusi belum tentu benar.
Tentu saja tidak semua silogisme yang berterm empat di tuangka.n dalam bentuk demikian,
serta pula ka tanya pun tidak seterang kllta yang kami pergunakan d1 atas sebagai con toh. Tetapi
berapa bllkah kita mendengar kalima t seperti: 'kita lurus membantu negara X, yang mcmbe la
demokrasi'. Kalimat itu kalau dl-silogisme-kan , akan berben tuk dcmikian: Kita harus membantu
tiap negara yang membcla demokrasi, negara X membela demokrasi,
jadi :kitaharus membantu negara X, yang mcmbel.a deinok rasL Siloglsme ill atas itu hanya
sungguh mengi.kuti huk um perta ma, jika kata 'demokrasi' dalam prcmi3se mayor dan pre
misse minor itu menunjuk pengertian yang sama. Oleh kare na kita tahu, bahwa kata demolcmsi i
tu mungkin menunjuk pengertian yang berbeda -beda maka silogisme tersebut harus

83
sinar itu gerak,
diselidiki benar, unluk menerima konklusinya. Mungkinlah panas bukan
silogisme Lersebu t di atas ilu silogisme yang bcrterm sinar,
empat. Oaru aJa silogisme yang berterm tiga, jika jadi :panas bukan gerak.
maksudnya sebagai berikut :
Tiap negara yang membela dernokrasi {maksudnya: yang sesual Kita tahu bahwa panas gerak juga .Di smi salahnya
dengan demokrasi kita) harus Id.ta bantu, dalam sllogisme, ialah bahwa wilaya11 sinar dalam
Negara X membela demokrasi (maksudnya: yang sesuai de- premisse mayor itu tidak terlalu umum. Itu bukan putusan
ngan demokrasi kita) universal. Dan pada itu bukan definisi sebenamya, tandanya
jadi: kita harus membantu negara X, yang rnembela demo· juga lidak da pat dibolak-balilckan. Sedangkan dalam
krasi. konklusi 'ger3.k' Ji. amblllah secara universal, sebab
Hukum kedua : Tenn tengah (M) tidak boleh termuat pada maksudnya : gerak itu lldak meliputi panas juga, wilayah
kon.klusi. 'gerak' dalam konklusi lebih luas daripada premi.sse :
Funi M ini mcmang menjadi pengantara. la menjadi sinar itu hanya salah suatu gerak; yang bukan sinar mungkin
dasar perbandingan antara pcngertian satu dengan Jainnya . juga gerak!
S dan P dalam konklusi itu dipcroleh kllrena balk S mau pun Ucapan yang merupakan putusan yang berlebih-lebih.an ,
P 'sama' dengan M. Maka dengan scndirinya Udo.le boleh M itu sumbemya k.erapkall terdapat pada penyalah-gunaan wi·
itu terdapat pada kesimpulan, tempatnya hanya pada pre· layah pada kon.klusi yang temyata lelnh luas daripada
misse .lngat kcpa da perbandingan daJam ilmu pasti : wilayah premwe. Kalau dikatakan orang, bahwa si A itu
A = B orang baJk, maka ia ramah. Sepintas lalu jalan pikiran ini
C- B rupanya tak ada salahnya. Tapi kaJau disilogismckan :
Jaili : A = C. B yang menjadi term tcngah (M), tidak boleh Uap orang yang baik, orang
muncul pada konklusi. Kalau sekiranya muncul, hanya dalam ramah si A orang baik,
perbandingan: A = B atau C = B; keduanya itu Lelah jadi :la ramah.
diketa
Mungkln saja si A itu ramah, akan tetap1 tidak olch
hui dalarn premisse!
kare· na penuikan konklusi dari silogisme itu. Kalau
Uukum ketiga : Wilayah term dalam konklus1 Udak boleh ditinJaU agak telid, segera nampak bahwa silogisme itu
lebih Juas dart wilayah term itu dalam melanggar aturan ketiga ini, sebab daJa.m premisse : tiap
premissc. orang yang baik itu ramah, hanya mcrupakan putusan yang
• l lukwn ini merupo.kan peringatan, supaya daJam kon partikular; sebab memang tidaklah smua orang baik (mnpa
klusi orang tldak mclebih-leblhkan wllayah yang telah diaju· kecuali) ramah.
kan dalam premisse. Sering dalam praktek orang tahu juga, Hukum keempat: Tenn tengah {M) harus berlalru wnum da·
bahwa k onklusl tJdak benar, oleh karcna tidak logis {tidak Jam satu atau kedua premisse .
menurut aturan logika), tetapi tldak selalu mudah menunjuk, Kalau term tenga.h dalarn kedua premisse itu dalam wiJa.
apa salalmya itu. Kami utarakan dulu contoh yang sederha· yah par tikular, mak.a ada empat te rm, dan tcrlanggarlah hu·
na : kwn pertarna. Sering hanya rupanya saja m.irip dengan silogb·
me, dan konJdusl diambil dari premisse, tetapi sebetulnya
lidaklah demikJan. Perhatibn contoh di bawah ini :
84
85
kesejahteraan buruh adalah urusan b
Negara (malcsud: salah satu urusan i
Negara) n
keselamatan pedagang adaJah urusan Negara a
(maksud :salah satu urusan Negara) t
wilayah 'urusan Negara' ini parU.kular , a
kare· n
na ini hanya scbagian dart urusan Negara. g
Jadl: kescjahteraan buruh mau punkeselamatan pcdagang ,
ada lah urusan Negara. jadl : balk lntan mau pun
lni benar, dan mcmang semacam konklusi, tetapi bukan emas bukan binatang.
ilogisme, hanya perjumlahan, sama daJam prinsipnya:
si A itu 8
pandal si Biru
pandai
6
jad1 :baik si A mau pun si B pandai
Kalau si A dan si D itu digan ti dengan orang Bandung
dan orang Jakarta maka wilayah 'pandai' adalah pattikular.
Hukum kellma : Dari premisse posHlf tak akan timbul kon
klusl negatif.
Konklusi itu timbul dari premisse: maka akan
melanggar hukum contradictionis, jlka yang terdapat pada
prernisse lalu lidak terdapat pada konklusi. Dengan ka ta
lain dapat di utarakan apa yang sungguh (benar) ada pada
premisse, tak mungldn (henar) dlingkari bcgitu saja pada
konkl usi.
Hukum kcenam : Dari premissc·:yang negatif ta
mpngkin timbul sualu konklusi.
Dalam putusan negatif !tu pads prinsipnya hanya tidak
/· dlketahui sesuatunya. S bukan (tidak) P. Oleh karena silogis
me ltu merupakan perbandlngan, maka harus ada pcrban·
d1ngan dengan sesuatu, dan 'sesuatu' ini p06ltif. .Tentu saja
putusan dua atau lebih yang negatlf dapat bcrdarnpingan
dan kemudlan ada pcrjwnlahan, bukanlah itu konklusi
yang kita maksud, yailu putusan bo.ru yang timbul dad
premisse. MisaJ.nya :
inta.n bukan blnatang
cmas bukan
. Ternyata dalam pu tusan yang merupakan perjumlahan mi tak ada sesuatu yang barn,
sebab pu tusan : baik cmas ilu bukan binatang, rnau pun m tan itu bukan bina tan<> telah dike·
tahui se::araeksplisit ,tcrang dan tegas, pada premiss .
.Lain Jya dengan putusan , yang hanya kata4<atanya
nega tif, tctap1 sebetulnya men uru t isinya adaL1h posilif. Mi· salnya :
hipotesa ialah pu tusan ilmiah yang belum dianggap cukup buk tinya ,
putusan yang belum <tiangsap cukup buktinya lidak perlu dlterima,
jad.i :hipotesa tidak perlu d.iterima.
Hukum ketujuh : Dari kedua prcmisse yang pa rtl.kular atau kolcklif talc timbul uatu
konklusi .
Dahm pada premissc yang semuanya par ti kular atau ko· lcktif ada tiga kemungkinan.
Dalam ketiga-tiganya tak timbul konklusi .J\da pun kemungkinan itu ialah :
a. Prenlisse itu keduanya positif. Ini ndak memung- kinkan kesimpulan, karcna ada
empa t term.
b. Premlsse kedua-duanya nega tif · ini tak mengaki- batka.n suatu konklusi menurut
h ukum yang keenam.
. c. IIanya salah satu dari premisse negatif atau positif:
baga.unana pun selalu ada empat tcnn.
Hukum kedelapan :Dalam bentuk dan wilayah, konJdusi se.
lalu mengiku tf bentuk dan wilayah prc missc yang lernah.
(maksudnya: kalau
dalam prem.isse ada bentuk ncgatif, maka negatiflah konkJusl-
nya, dan kalau dalam prentisse ada wilayah yang tidak unlver· sal (singula r atau par tikular),
maka wilayah konkJusl akan singular atau partikular).
Semua hukum silogismc ini, kaim tegaskan sekali tagi , bukanlah buatan ahli loglka, ini
hukum berpikir yang (harus) scsuai dengan hukum reallta.s . Dari pada itu rumusan hukum
terse.bu di atas hanya penegasan darl hukum realitas yang menjad.i dastr hukum berpikir.
Orang yang menttati hukwn

87

Anda mungkin juga menyukai