Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA ANSIETAS, DEPRESI, DAN KETIDAKNYAMANAN

FISIK DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA BALOK


KECAMATAN KENDAL

Kitri Aristantini1, Rina Anggraeni N,1Novi Indrayati1


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email : Kitrimohabath98@gmail.com

ABSTRAK

Insomnia dapat terjadi akibat adanya masalah fisik dan psikologis seperti, ansietas, depresi,
dan ketidaknyamanan fisik sehingga insomnia pada lansia memerlukan perhatian khusus.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara ansietas, depresi, dan ketidaknyamanan
fisik dengan kejadian insomnia pada lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
52 responden dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Alat ukur berupa kuesioner.
Analisa data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas usia lansia adalah 62 tahun, mengalami ansietas, banyak yang tidak depresi,
mengalami ketidaknyamanan fisik, mengalami insomnia, ada hubungan antara ansietas
dengan kejadian insomnia dengan nilai p-value 0,000, tidak ada hubungan antara depresi
dengan kejadian insomnia dengan nilai p-value 0,322. terdapat hubungan antara
ketidaknyamanan fisik dengan kejadian insomnia dengan nilai p-value 0,001. Diharapkan
lansia dapat mengetahui beberapa fakor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya insomnia .

Kata Kunci: Ansietas, Depresi, Ketidaknyamanan Fisik, Insomnia Lansia


Kepustakaan : (2007 - 2019)

ABSTRACT
Insomnia can occur due to physical and psychological problems such as anxiety, depression,
and physical discomfort, so insomnia in the elderly requires special attention. The purpose of
this study was to determine the relationship between anxiety, depression, and physical
discomfort with the incidence of insomnia in the elderly. The research design used is
descriptive correlation with cross sectional approach. The sample in this study amounted to
52 respondents with a total sampling technique. Measuring instruments in the form of a
questionnaire. Data analysis uses univariate and bivariate. The results showed that the
majority of elderly people were 62 years old, experienced anxiety, many were not depressed,
experienced physical discomfort, experienced insomnia, there was a relationship between
anxiety and the incidence of insomnia with a p-value of 0,000, there was no relationship
between depression and insomnia events with values p-value of 0.322. there is a relationship
between physical discomfort with the incidence of insomnia with a p-value of 0.001. It is
expected that the elderly can find out some trigger factors that can cause insomnia.

Keywords: Anxiety, Depression, Physical Discomfort, Elderly Insomnia


Bibliography : (2007-2019)

1
PENDAHULUAN
Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun Masalah psikologis depresi merupakan
disebut lanjut usia (elderly) (World Health masalah yang sudah sangat luas di masyarakat
Organization, 2016). Menurut data dari WHO dan masih banyak lanjut usia yang terabaikan
(World Health Organization) tahun 2014 keberadaannya karena masalah depresi (Nofus
diseluruh dunia jumlah orang dengan lanjut & Sutanta, 2018). Angka prevalensi depresi
usia diperkirakan sebanyak 629 juta dengan pada lanjut usia diseluruh dunia pada tahun
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada 2014 berkisar 13,5% dari seluruh jumlah lanjut
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. usia dengan perbandingan wanita sebanyak
JawaTengah menempati posisi ketiga yaitu 8,4% dan pria sebanyak 5,1% (WHO, 2014).
dengan jumlah (10,34%). Diperingkat pertama Berdasarkan data Depkes RI tahun 2014 di
yang menduduki jumlah lansia tertinggi adalah Indonesia prevalensi lanjut usia sebanyak
DIY yakni (13,02%), dan diurutan kedua 20.893.000 jiwa dengan jumlah lanjut usia
adalah Jawa Timur (10,40%) (BPS,2015). yang mengalami depresi ringan sampai berat
sebanyak 32% (Depkes RI, 2014). Penelitian
Lansia sangat rentan mengalami penurunan yang dilakukan oleh Hatmanti dan Muzdalifah
status kesehatan. Penurunan status kesehatan (2019) menunjukkan bahwa tingkat depresi
pada lansia dapat mengganggu kualitas tidur berpengaruh secara signifikan terhadap
pada lansia. Sehingga dapat menyebabkan kejadian insomnia pada lansia yang dilakukan
terjadinya masalah gangguan tidur atau di Griya Werdha Jambangan Surabaya. Hal ini
insomnia. Gangguan tidur (Insomnia) adalah terjadi ketika lansia mengalami penurunan
kesulitan untuk memulai tidur atau kesulitan fisik dan masalah psikologis cenderung akan
untuk tetap tidur, atau gangguan tidur yang mengalami susah tidur yang dapat
membuat penderita merasa belum cukup tidur mengakibatkan terjadinya insomnia ( Hatmanti
pada saat terbangun (Yuli, 2014). Di dunia, & Muzdalifah, 2019). Hasil lain dari Nofus dan
angka prevalensi insomnia pada lansia Sutanta (2018) menunjukan adanya hubungan
diperkirakan sebesar 13-47% dengan proporsi antara depresi dengan insomnia pada lansia
sekitar 50-70% terjadi pada usia diatas 65 yang dilakukan di Panti Werdha Budhi
tahun. Di Indonesia, angka prevalensi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.
insomnia pada lansia sekitar 67% (Suastari, Hal ini dikarenakan meningkatnya tingkat
Tirtayasa, Aryana, & Kusumawardhani, 2014). depresi pada lansia di Panti Wredha Budhi
Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta,
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara Yang akan berakibat pada semakin beratnya
lain : usia, status kesehatan fisik, lingkungan, tingkat insomnia yang dialami lansia.
stres psikologis. Stres Psikologis seperti
cemas, dapat disebabkan karena kondisi cemas Masalah psikologis Ansietas dapat
sendiri akan meningkatkan norepinefrin darah mempengaruhi tidur pada lansia. Ansietas
melalui sistem saraf simpatis (Yuli, 2014). merupakan perasaan tidak nyaman atau
Penyebab kekhawatiran yang samar disertai respon
insomnia yang lain diantaranya masalah perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
penggunaan obat- obatan (seperti alkohol, terhadap bahaya (Nanda, 2018-2020). Hal ini
banyak mengkonsumsi kafein), dan sosial didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
(seperti gangguan kecemasan, nyeri fisik atau oleh Fatmasari dan Sudyasih (2018). Diketahui
ketidaknyaman, gangguan bipolar atau depresi) adanya hubungan antara Tingkat Kecemasan
(Bhasin, 2016; Shrestha, Roka, Shrestha, & dengan Kualitas Tidur pada lansia di Dusun
Shakya, 2017). Gangguan insomnia pada lansia Celungan Sumberagung Moyudan Sleman
tidak boleh dianggap penyakit yang ringan. Yogyakarta. Responden yang memiliki tingkat
Karena insomnia pada lansia dapat kecemasan panik, paling banyak mengalami
mengakibatkan dampak yang cukup berat kualitas tidur sedang sebanyak 20 respoden
seperti, merasa kelelahan, pusing, gangguan (87,0%) dan kualitas tidur ringan sebanyak 3
emosi, sulit berkonsentrasi dll. Bahkan hal ini responden (16,7%). Hal ini dikarenakan
sering berakibat menimbulkan resiko jatuh semakin tingkat kecemasan yang dialami
pada lansia. (Mehmet dan Roizen, 2009 dalam lansia maka lansia tersebut akan
Hanisa, 2014)

2
mengalami gangguan kualitas tidur. Begitupula mengatakan terbangun dimalam hari rata-rata
sebaliknya semakin rendah tingkat ansietas 3-4 kali. 6 dari 10 orang lansia mengatakan
yang dialami lansia maka semakin berkurang sulit untuk tertidur kembali. Lama waktu tidur
resiko gangguan tidur yang dialami oleh lansia. lansia yang mengalami gangguan tidur akibat
nyeri rata-rata 3-4 jam. 4 lansia yang lain
Ketidaknyamanan fisik dapat mempengaruhi mengeluhkan sering merasa kurang segar dan
kualitas tidur pada lansia. Ketidaknyamanan merasa kurang terpenuhi akan kebutuhan
fisik yang sering ditemukan pada klien tidurnya.
penderita insomnia adalah nyeri kronik atau
penyakit fisik (Hartono dkk, 2017). Menurut Studi pendahuluan lain, 8 dari 10 lansia juga
Dewi (2014) gambaran penyakit fisik yang mengatakan penyebab terjadinya gangguan
sering terjadi pada lansia yaitu hipertensi, tidur lain yang dialaminya karena sering
CHF, PPOM, osteoarthritis, dan penyakit sendi merasa cemas. Cemas akan adanya proses
degenaratif. Penelitian yang dilakukan oleh penuaan, cemas dengan mulai menurunya
Hartono, Februanti, Cahyati (2017) pada status kesehatan, dan cemas akan datangnya
lansia, terdapat hubungan antara penyakit fisik suatu kematian yang akan dialaminya. Rata-
dengan kejadian insomnia pada lansia di rata lama waktu tidur lansia yang mengalami
RPTSW Garut. Hal ini dikarenakan lansia yang cemas 3-4 jam. Dengan waktu pergi tidur
memiliki penyakit fisik beresiko terkena diatas jam 10 malam. Sering terbangun
masalah gangguan tidur baik gangguan tidur dimalam hari sebanyak 3-4 kali. Sering
sedang maupun gangguan tidur berat. Hal ini terbangun lebih awal sekitar jam 4 pagi. 8 dari
dikarenakan nyeri kronik atau penyakit fisik 10 lansia yang mengalami cemas juga
merupakan keluhan yang cukup sering mengatakan sering sulit tertidur kembali jika
ditemukan pada pasien insomnia dan sudah terbangun atau membutuhkan waktu
berhubungan dengan kondisi yang tidak kurang lebih 1 jam untuk memulai tidur
nyaman akibat nyeri. Penelitian lain yang kembali. 7 dari 10 lansia mengatakan jarang
dilakukan oleh Rusmilawaty dan Darmayanti tidur di siang hari, dan 3 lansia yang lain sering
(2014), menunjukan adanya hubungan nyeri tidur di siang hari dengan rata-rata lama waktu
kepala dengan gangguan tidur pada lansia di tidur kurang lebih 1 jam. Berdasarkan
panti sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera fenomena diatas perlu dilakukan penelitian
Banjarbaru. Hal ini dikarenakan faktor nyeri lebih lanjut. Tentang penelitian yang terkait
kepala secara langsung dapat mempengaruhi dengan “Hubungan Ansietas, Depresi, dan
tidur lansia. Rasa tidak nyaman pada seluruh Ketidaknyamanan fisik dengan kejadian
area kepala dengan batas dari dagu sampai ke insomnia pada lansia di Kelurahan Balok Kec.
daerah belakang kepala yang membuat lansia Kendal.
mengalami tidur yang tidak adekuat baik
kuantitas maupun kualitas tidurnya. Berdasarkan fenomena dan latar belakang
diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Studi pendahuluan yang dilakukan di “Hubungan Antara Ansietas, Depresi dan
Kelurahan Balok Kec. Kendal terhadap 10 ketidaknyamanan Fisik dengan Kejadian
orang lansia. Mengatakan sering mengalami Insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan
masalah gangguan tidur. Waktu pergi tidur Kendal”
lansia rata-rata pada jam 9-10 malam. 6 orang
lansia mengatakan cukup membutuhkan waktu METODE
kurang lebih 20 menit untuk memulai tidur, Desain penelitian yang digunakan peneliti
dan 4 lansia membutuhkan waktu tidur kurang adalah deskriptif korelasi dengan
lebih 1 jam. Penyebab gangguan tidur lansia pendekatan cross sectional. Sampel dalam
berbeda-beda pada setiap individunya. 6 orang penelitian ini adalah semua lansia yang ada
dari 10 lansia mengatakan mengalami susah di Desa Balok Kecamatan Kendal
tidur dimalam hari karena sering mengalami
Kabupaten Kendal karena terdapat 27
nyeri di kepala dan 4 orang yang lain
mengatakan sulit mengalami tidur dimalam lansia yang tidak memenuhi kriteria inklusi
hari karena sering mengalami nyeri pada lutut sehingga sampel menjadi 52 lansia. Teknik
dan badannya terasa pegal-pegal. Semua lansia sampling dalam penelitian ini adalah

3
menggunakan total sampling. Alat penelitian responden yang nilainya kurang dari 10 yaitu
ini menggunakan kuesioner Ansietas, Depresi sebanyak 21 responden (40,4%), dengan nilai yang
dan Ketidaknyamanan fisik serta kuesiober 10 sebanyak 24 responden (46,2%), dan nilai yang
lebih dari 10 yaitu 7 responden (13,4%). Dengan
insomnia. Analisis data menggunakan
nilai Maksimumnya 14 dan nilai minimumnya 7.
univariat dan bivariat.
Tabel 4
HASIL Tendensi sentral Ketidaknyamanan Fisik, di
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kelurahan Balok Kecamatan Kendal, Januari
2020 (n=52)
Tabel 1
Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Variabel Median SD min max
Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Ketidaknya 1,00 0,670 1 3
Balok Kecamatan Kendal (n=52) manan Fisik

Varia Mean Media SD min max Tabel 4 menunjukkan bahwa Hasil tendensi
bel n sentral ketidaknyamanan fisik di Kelurahan
Balok Kecamatan kendal didapatkan hasil nilai
Usia 62, 96 62,00 60 72 median 1,00. Dengan nilai 1 sebanyak 29
responden (55,8) dan nilai yang lebih dari 1
Tabel 1 menunjukkan bahwa Hasil sebanyak 23 respoden (44,2%). Nilai nya 1 dan
distribusi frekuensi Responden Berdasarkan maksimumnya 3.
Usia di Kelurahan Balok Kecamatan Kendal,
menunjukkan bahwa dari 52 responden rata- Tabel 5
rata berusia 62 tahun, usia termuda 60 tahun Tendensi Sentral Insomnia, di Kelurahan
dan usia tertua yaitu 72 tahun. Balok Kecamatan Kendal, Januari 2020 (n=52)

Tabel 2 Variabel Median SD min max


Tendensi Sentral Tingkat Ansietas di Insomia 8,00 4,253 3 18
Kelurahan Balok Kecamatan Kendal, Januari
2020 (n=52) Tabel 5 menunjukkan bahwa Hasil tendensi
sentral insomnia di Kelurahan Balok
Variabel Media SD min max Kecamatan kendal didapatkan nilai median
n 8,00. Didapatkan nilai yang kurang dari 8 yaitu
Tingkat 18,00 4,720 8 22 22 responden (42,3%), dengan nilai yang 8
ansietas sebanyak 6 responden (11,5%), dan yang lebih
dari 8 yaitu sebanyak 24 responden (46,2).
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai tingkat Didapatkan nilai median (8,00), nilai
ansietas pada lansia median 18,00. Dari 52 minimum 3 dan nilai maksimum 18.
responden yang nilainya kurang dari 18 yaitu
sebanyak 20 responden (38,3%), dengan nilai Tabel 6
yang 18 sebanyak 13 responden (25,0%), dan Hubungan Antara Ansietas dengan Kejadian
nilai yang lebih dari 18 yaitu 19 responden Insomnia Pada Lansia di Kelurahan Balok
(36,5%). Dengan nilai Maksimumnya 22 dan Kecamatan Kendal (n=52)
nilai minimumnya 8.
INSOMNIA
Tabel 3
Tendensi Sentral tingkat depresi di Kelurahan r = 0,574
Balok Kecamatan Kendal, Januari 2020 (n=52)
ANSIETAS p < 0,000
Variabel Median SD min max
n = 52
Tingkat 10,00 4,720 7 14
depresi
Tabel 6 menunjukan bahwa Berdasarkan
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai, tingkat output ansietas di atas diketahui nilai
depresi mediannya yaitu 10,00. Dari 52 signifikansi atau Sig, (2-tailed) sebesar 0,000.
4
Karena nilai signifkansi lebih kecil <0,05, n = 52
maka artinya ada hubungan yang signifikan
antara ansietas dengan insomnia di Kelurahan
Balok. Hasil ouput spss didapatkan nilai angka Tabel 8 menunjukan bahwa Berdasarkan dari
koefisien korelasi Ansietas yaitu (0,574), dari output ketidaknyamanan fisik di atas diketahui
hasil tersebut tingkat kekuatan hubungan nilai signifikansi atau Sig, (2-tailed) sebesar
Ansietas (0,574) artinya berkorelasi kuat. 0,001. Karena nilai signifkansi lebih kecil
Berdasarkan hasil pada angka correlation <0,05, maka artinya ada hubungan yang
coefficient atau r bernilai positif, maka signifikan antara ketidaknyamanan fisik
hubungan antara ansietas dengan kejadian dengan insomnia di Kelurahan Balok. Dari
insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan ouput spss hasil nilai angka koefisien korelasi
Kendal yaitu variabelnya searah. Ketidaknyamanan Fisik (0,465). Berdasarkan
hasil tersebut tingkat kekuatan
Tabel 7 Ketidaknyamanan Fisik (0,465) artinya
Hubungan Antara Depresi dengan Kejadian berkorelasi cukup. Berdasarkan hasil nilai
Insomnia Pada Lansia di Kelurahan Balok angka correlation coefficient atau r bernilai
Kecamatan Kendal positif, maka hubungan antara
ketidaknyamanan fisik dengan kejadian
INSOMNIA insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan
Kendal yaitu variabelnya searah.
r = 0,140

DEPRESI p > 0,322


PEMBAHASAN
n = 52 Usia Responden
Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal
13, 14 dan 26 Januari 2019 tentang
Tabel 7 menunjukan bahwa Berdasarkan karakteristik usia responden antara Ansietas,
output depresi di atas diketahui nilai Depresi, dan Ketidaknyamanan Fisik dengan
signifikansi atau Sig, (2-tailed) sebesar 0,322. Kejadian Insomnia di Kelurahan Balok
Karena nilai signifkansi lebih besar >0,05, Kecamatan Kendal bahwa usia rata-rata
maka artinya tidak ada hubungan yang responden berusia 62 tahun. Pada usia 60 ke
signifikan antara depresi dengan insomnia di atas mengalami proses degeratif dan
Kelurahan Balok. Hasil ouput spss didapatkan menurunnya status kesehatan. Mengakibatkan
nilai angka koefisien korelasi Depresi (0,140), berbagai penyakit, baik fisik
dari hasil tersebut tingkat kekuatan hubungan (ketidaknyamanan fisik) maupun mental
Depresi (0,140) artinya berkorelasi lemah. (ansietas dan depresi) (Hawari, 2013).
Berdasarkan hasil pada angka correlation
coefficient atau r bernilai positif, maka Hasil penelitian tersebut didukung oleh
hubungan antara depresi dengan kejadian Heningsih (2014) tentang gambaran tingkat
insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan ansietas pada lansia di panti wredha dharma
Kendal yaitu variabelnya searah. bhakti kasih Surakarta. mengungkapkan bahwa
usia 60 tahun keatas sangat rentan mengalami
Tabel 8 masalah psikologis. Ansietas merupakan
Hubungan Antara Ketidaknyamanan Fisik masalah yang paling sering terjadi pada lansia.
dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia di Hal ini dikarenakan proses penuaan yang
Kelurahan Balok Kecamatan Kendal (n=52) dialami akan mengakibatkan penurunan
kondisi fisik, sosial maupun psikologis
INSOMN (ansietas).
IA
Penelitian lain oleh Payatni (2017), tentang
Perbedaan Tingkat Depresi sebelum dan
KETIDAKNYAMANAN r = 0,465 setelah diberikan terapi murottal Al-Qur’an
QS. Al-Fajr pada Lansia di Desa Mijen.
FISIK p > 0,001 Diketahui hasil bahwa usia 65-70 tahun rentan
mengalami depresi. Karena pada usia 60 tahun
5
ke atas lansia mengalami proses degeneratif antara ansietas dengan kejadian insomnia di
sehingga menyebabkan timbulnya berbagai Kelurahan Balok Kecamatan Kendal. Hal ini
penyakit, baik fisik maupun mental (depresi). dikarenakan hasil nilai signifikansi atau Sig,
Berdasarkan dengan teori Perry dan Potter (2-tailed) yaitu sebesar 0,000 lebih kecil <0,05.
(2009) bahwa usia 60 tahun keatas beresiko Berdasarkan kategori umum ansietas Hamilton
terkena penyakit yang menyebabkan didapatkan 11 responden (21,1%) dengan
ketidaknyamanan (seperti nyeri dan rentang nilai <14 tidak mengalami
pernafasan) sehingga sering kali mengganggu ansietas/normal, 24 responden (46,1%)
tidur dan siklus tidur pada lansia. Alisa, mengalami ansietas ringan dengan rentang
Despitasari, dan Efendi (2019) dalam nilai 14-20, dan 17 responden (32,8%)
penelitiannya yang berjudul “pengaruh latihan mengalami ansietas sedang dengan rentang
gerak pinggul terhadap tingkat nyeri punggung nilai 21-27.
bawah lansia di panti sosial tresna werdha
sabai nan aluih sicincin” di Padang, didapatkan Hasil analisis penelitian ini diketahui bahwa
hasil bahwa semakin bertambahnya usia ada hubungan antara ansietas dengan insomnia
manusia akan menyebabkan ketidaknyamanan di Kelurahan Balok Kecamatan Kendal. Hasil
fisik pada diri lansia tersebut. Hal ini terjadi tersebut sesuai dengan pendapat Puspitosari
karena adanya proses penuaan secara (2011) pada jurnalnya yang berjudul
degeneratif yang akan berdampak pada “Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia
perubahan diri manusia. Seperti perubahan Lanjut di maguwoharjo Yogyakarta” bahwa
pada sistem muskuloskletal, adanya nyeri ansietas dapat menyebabkan gangguan pola
punggung bawah yang dialami lansia. Apabila tidur pada lansia. Ansietas yang dialami dapat
nyeri ini tidak ditangani lebih lanjut tidak merangsang sistem saraf simpatis yang dapat
hanya mengakibatkan nyeri saja melainkan menstimulasi fungsi RAS (Reticular
dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada Activating System) yang mangatur seluruh fase
diri lansia tersebut. siklus tidur. Sehingga dapat meningkatkan
sleep latency dan menurunkan efisiensi tidur
Sejalan dengan pendapat Nugroho (2010) yang meliputi peningkatan frekuensi bangun
bahwa diperkirakan lebih dari setengah jumlah dimalam hari.
lansia yang berusia 60 tahun keatas mengalami
kesulitan tidur dan terjadi perubahan pola Menurut Marini (2015) dalam penelitian
tidur, Hal ini dikarenakan adanya dampak “hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian
akibat adanya proses penuaan dan perubahan insomnia pada lansia di Balai Sosial Panti
perubahan tubuh yang dialami pada lansia. Tresna Werda Ilomata” terdapat adanya
Menururt Dewi (2013) dalam penelitiannya hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian
yang berjudul “Angka kerjadian serta faktor- insomnia. Hubungan kecemasan dengan
faktor yang mempengaruhi gangguan tidur insomnia ini disebabkan karena adanya
(insomnia) pada lansia dipanti sosial tresna peningkatan kerja pada sistem saraf simpatis.
werda wana seraya denpasar bali tahun 2013” Peningkatan perubahan kimia ini menyebabkan
berpendapat bahwa semakin bertambahanya terjadinya gangguan waktu tidur pada tahap IV
usia pada lansia, semakin sulit pula untuk NREM dan tidur REM. Seseorang yang
mendapatkan kualitas dan kuantitas tidur yang mengalami ansietas cenderung banyak
efektif. Hal tersebut dikarenakan banyaknya memikirkan masalah pribadi yang
faktor yang mempengaruhi seperti faktor stres, mengakibatkan seseorang tersebut menjadi
serta kecemasan yang dapat menimbiulkan tidak rileks saat sedang tidur. Pendapat Dariah
adanya gangguan tidur atau insomnia. dan Okatiranti (2015) dalam penelitiannya
yang berjudul “Hubungan Kecemasan Dengan
Hubungan antara Ansietas dengan Kualitas Tidur Lansia Di Posbindu Anyelir
Insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung
Kendal Barat” terdapat hubungan antara ansietas
Hasil penelitian menunjukan nilai median dengan kualitas tidur. Pada sebagaian besar
tingkat ansietas dengan kejadian insomnia di responden (60,6%) mengalami kecemasan
Kelurahan Balok yaitu 18,00. Berdasarkan sedang, dan hampir setengahnya (54,6%)
hasil penelitian tersebut terdapat hubungan responden mengalami kualitas tidur yang
buruk. Penyebab hal ini adalah beratnya beban
6
yang dihadapi lansia, banyaknya stresor Kelurahan Balok. Nugroho (2012)
pencetus yang menyebabkan lansia menjadi mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan
cemas sehingga waktu tidur pada lansia faktor terpenting yang dapat berpengaruh
menurun dengan tajam yang menjadikan tidak terhadap kualitas tidur. Menurut Sumirta dan
tercapainya kualitas tidur yang adekuat. Laraswati (2015) dalam penelitiannya yang
berjudul faktor yang menyebabkan gangguan
tidur insomnia pada lansia di Ubud Denpasar
Menurut Sohat, Bidjuni, dan Kallo (2014) Bali, mengungkapkan bahwa faktor-faktor
dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan yang dapat mempengaruhi insomnia pada
Tingkat Kecemasan dengan Insomnia pada lansia di Ubud Denpasar Bali antara lain usia,
Lansia di Balai Penyantunan Lansia Senja jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado” perkawinan, status kesehatan, gaya hidup, dan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat faktor lingkungan.
kecemasan dengan insomnia di wilayah
tersebut. Kecemasan yang dialami lansia di Ernawati dan Sudaryanto (2010) dalam
wilayah Kecamatan Mapanget dapat penelitiannya yang berjudul tentang faktor-
menimbulkan masalah pikiran seseorang faktor yang berhubungan dengan terjadinya
menjadi kacau, takut, gelisah, dan insomnia pada lanjut usia di Desa Gayam
tidaknyaman. Masalah yang dihadapi lansia Kecamatan Sukoharjo meneyebutkan bahwa
tersebut akan membuat lansia sulit untuk hasil penelitiannya menunjukan faktor gaya
memulai tidur dan mempertahankan tidurnya, hidup yang buruk mempengaruhi tingkat
sehingga rasa kecemasan yang dialami lansia insomnia di Desa Gayam Kecamatan
dapat mengganggu tidur para lanjut usia di Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo sebanyak 153
wilayah Kecamatan Mapanget. responden (68%). Hal ini disebabkan karena
kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan
Hubungan antara Depresi dengan Insomnia oleh lansia di Desa Gayam antara lain
di Kelurahan Balok Kecamatan Kendal kebiasaan minum-minuman yang mengandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai xanthine dan kafein (seperti kopi dan teh) di
median tingkat depresi dengan kejadian waktu senja atau sore hari, kebiasaan merokok,
insomnia di Kelurahan Balok yaitu 10,00. Pada kebiasaan kurang olahraga dan tidur malam
hasil penelitian tersebut tidak terdapat merupakan contoh gaya hidup yang buruk pada
hubungan antara depresi dengan kejadian lansia di Desa Gayam tersebut. Sehingga dapat
insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan disimpulkan adanya hubungan yang signifikan
Kendal. Hal ini dikarenakan hasil nilai antara gaya hidup dengan tingkat insomnia
signifikansi atau Sig, (2-tailed) yaitu sebesar pada lansia di Desa Gayam Kecamatan
0,322 lebihbesarl >0,05. Berdasarkan kategori Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya
umum depresi dari kuesioner GDS didapatkan berdasarkan tabulasi silang tingkat insomnia
45 responden (86,6%) dengan rentang nilai 0- ditinjau dari gaya hidup menunjukan bahwa
10 tidak mengalami depresi/normal, dan 7 semakin baik gaya hidup lansia maka semakain
responden (13,4%) mengalami depresi sedang rendah tingkat insomnianya.
dengan rentang nilai 11-20.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Hubungan antara Ketidaknyamanan Fisik


tidak ada hubungan antara depresi dengan dengan Insomnia di Kelurahan Balok
insomnia. Hal ini dikarenakan dari 52 Kecamatan Kendal
responden didapatkan sebanyak 45 responden Hasil menunjukan bahwa nilai median
di Kelurahan Balok tidak mengalami depresi ketidaknyamanan fisik dengan kejadian
atau normal. Sedangkan sisanya 7 responden insomnia di Kelurahan Balok yaitu 1,00. Pada
hanya mengalami depresi sedang. Serta tidak hasil penelitian tersebut terdapat hubungan
didapatkan responden yang mengalami depresi antara ketidaknyamanan fisik dengan kejadian
berat. Sehingga tidak terdapat hubungan antara insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan
depresi dengan insomnia pada lansia di Kendal. Hal ini dikarenakan hasil nilai
Kelurahan Balok. Kemungkinan hal ini dapat signifikansi atau Sig, (2-tailed) yaitu sebesar
disebabkan karena adanya faktor lain yang 0,001 lebih kecil <0,05. Berdasarkan nilai
menyebabkan terjadinya insomnia di median terdapat 29 responden (55,8%) dengan
7
nilai 1 dan 23 responden (44,2%) nilainya tingkat ansietas di Kelurahan Balok
lebih dari 1. Kecamatan Kendal didapatkan nilai median
18,00, dengan hasil rata-rata responden
Berdasarkan hasil analisis diketahui mengalami ansietas. Berdasarkan hasil
bahwa ada hubungan antara ketidaknyamanan penelitian tentang tingkat depresi di Kelurahan
fisik dengan insomnia. Hasil ini sesuai dengan Balok Kecamatan Kendal didapatkan nilai
pendapat Khasanah dan Hidayati (2012) dalam median 10,00, dengan hasil rata-rata responden
jurnalnya yang berjudul “Kualitas Tidur Lansia banyak yang tidak depresi. Berdasarkan hasil
Balai Rehabilitasi Sosisal”MANDIRI” penelitian tentang tingkat ansietas di
Semarang” banyak lansia yang mengalami Kelurahan Balok Kecamatan Kendal
gangguan tidur akibat ketidaknyamanan didapatkan nilai median 1,00, dengan hasil
kondisi lingkungan yang tidak kondusif, rata-rata sebagian besar responden mengalami
ruangan yang terlalu panas atau dingin . Hal ini ketidaknyamanan fisik. Besrdasarkan hasil
dikarenakan lingkungan yang kurang kondusif, penelitian tentang tingkat ansietas di
terlalu dingin menyebabkan seseorang tidak Kelurahan Balok Kecamatan kendal
nyaman dalam tidurnya. Suhu ruangan yang didapatkan nilai median 8,00, dengan hasil
panas sehingga tidurnya terganggu akibat sebagian besar responden mengalami
banyak berkeringat. Suhu ruangan insomnia.
panas/dingin dapat berdampak pada
meningktanya terbangun pada malam hari Hasil penelitian di Kelurahan Balok terkait
sehingga dapat mempengaruhi kuantitas ansietas dengan kejadian insomnia pada lansia,
maupun kualitas tidur lansia. terdapat hubungan antara ansietas dengan
kejadian insomnia dengan nilai p-value 0,000
Menurut Gustimigo (2015) dalam ≤ α (0,05). Hasil penelitian di Kelurahan Balok
jurnalnya yang berjudul “kualitas tidur terkait deprei dengan kejadian insomnia pada
penderita diabetes melitus” di Lampung, lansia, tidak terdapat hubungan antara depresi
berpendapat bahwa faktor lingkungan ventilasi dengan kejadian insomnia dengan nilai p-value
yang tidak baik dapat membuat ruangan 0,322 ≥ α (0,05). Hasil penelitian di Kelurahan
menjadi lembab. Kelembapan dalam ruangan Balok terkait ketidaknyamanan fisik dengan
perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena kejadian insomnia pada lansia, terdapat
kelembapan ruangan tidak diatur maka hubungan antara ketidaknyamanan fisik
seseorang akan merasa tidaknyaman pada saat dengan kejadian insomnia dengan nilai p-value
akan tidur. Saat tidur seseorang akan terbangun 0,001 ≤ α (0,05).
dengan kerongkongan kering seakan-akan
seseorang tersebut menderita radang amandel. Saran
Ruang tempat tidur yang kotor ataupun bau Bagi Lansia, Diharapkan lansia dapat
maka bisa dikatakan sebagai faktor utama dari mengetahui beberapa fakor pencetus yang
susahnya tidur. Cahaya atau lampu yang terlalu dapat mengakibatkan terjadinya insomnia,
terang, tingkat cahaya yang ditimbulkan oleh seperti gaya hidup yang kurang baik (konsumsi
lampu dapat mempengaruhi kemampuan untuk minuman yang mengandung kafein, merokok
tidur. Biasanya juga pada seseorang yang dll), stres, adanya sakit atau nyeri . Bagi
terbiasa dengan lampu yang redup disaat tidur Peneliti Lain, Peneliti lain diharapkan
akan mengalami kesulitan tidur jika sorot melakukan penelitian lebih lanjut yang
lampu saat tidur yang terlalu terang. berkaitan dengan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian insomnia di
Kelurahan Balok, Seperti faktor gaya hidup
SIMPULANDAN SARAN
yang kurang baik dan sehat yang menyebabkan
Simpulan
terjadinya insomnia di Kelurahan Balok. Bagi
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Petugas Kesehatan, Petugas kesehatan
karakteristik usia responden antara Ansietas,
diharapkan dapat melakukan intervensi yang
Depresi, dan Ketidaknyamanan Fisik dengan
dapat mengurangi kejadian insomnia pada
kejadian Insomnia di Kelurahan Balok
lansia di Kelurahan Balok, Seperti melakukan
Kecamatan Kendal menunjukkan bahwa
pendidikan kesehatan tentang faktor penyebab
mayoritas usia lansia adalah 62 tahun dari 52
insomnia, dampak dari insomnia, dan cara
responden. Berdasa hasil penelitian tentang
untuk mengurangi angka kejadian insomnia.
8
Bagi Institusi Pendidikan, Sebagai tambahan Hatmanti, N.M., & Muzdalifah, L. (2019).
referensi dan pengembangan penelitian tentang Hubungan Tingkat Depresi Dengan
hubungan ansietas, depresi, dan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia
ketidaknyamanan fisik dengan kejadian di Griya Werdha Jambangan
insomnia di Kelurahan Balok Kecamatan Surabaya. Journal Health of Science,
Kendal. Vol. 12 (1), 67-77.

Hawari, H.D. (2013) Manajemen Stress Cemas


Dan Depresi. Jakarta: FK UI
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Heningsih. (2014). “Gambaran Tingkat
lansia di Desa Balok Kecamatan Kendal yang Ansietas pada Lansia di Panti
telah berpartisipasi dan bersedia menjadi Wredha Dharma Bhakti Kasih
responden dalam pelaksanaan penelitian ini. Surakarta.” Skripsi. Surakarta:
Peneliti juga mengucapkan terima kasih Program Studi S-1 Keperawatan,
kepada Kawi, SKM.,M.Kes, selaku Ketua Stikes Kusuma Husada Surakarta.
STIKES Kendal, Kepala Desa Balok Nofus, M., & Sutanta. (2018). Hubungan
KecamatanKendalyang telah memberikan ijin Tingkat Depresi Dengan Insomnia
untuk melakukan penelitian, dan keluarga Pada Lanjut Usia Lebih Dari 60
besar tercinta, serta teman-teman seperjuangan Tahun. Jurnal kebidanan, Vol. X (2),
khususnya PSIK A dan teman satu bimbingan. 116-126.

DAFTAR PUSTAKA Nugroho, 2010, Keperawatan gerontik dan


Bhasin, H. (2016). Chronic insom nia geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku
&itsimpactamongstadolescent. The Kedokteran EGC.
International Journalof
IndianPsychology, 3(4). Nugroho, Wahjudi. (2012). Keperawatan
Retrievedfrom Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.
https://books.google.co.id/books? Jakarta : EGC.
hl=id&lr=&id=JUojDQAAQBAJ&oi
=fnd&pg=PA70&dq=physical+disea Perry &Potter, 2009, Buku Ajar Fundamental
se, Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
+environmental+caues+insomnia&ot Praktik. Jakarta: EGC.
sWXstiRv_Zn&sig=MV137Jq6sJQC Suastari, N. M. P., Tirtayasa, P. N. B., Aryana,
bP41RRbBXVNULI&redir_esc=y#v I. G. P. S., & Kusumawardhani, R. T.
=onepage&q=physicaldisease (2014). Hubungan antara sikap
%2Cenvironmentalcausesinsomnia& sleepgygiene dengan derajat
f=false insomnia pada lansia di poliklinik
Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan geriatri RSUP Sanglah, Denpasar.
Gerontik. Yogyakarta : Deepublish EJ Medika Udayana, 3(9)

Hanisa, Lutfi. 2014. Kejadian Gangguan Tidur


(Insomnia) pada Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Magetan Kabupaten Ponorogo..
Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Hartono, D., Februanti, S., & Cahyati, A.
(2019). Penyakit Fisik dan
Lingkungan Terhadap Insomnia bagi
Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan, Vol.
13 (1).

Anda mungkin juga menyukai