2/Feb/2019
22
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
khususnya yang diatur dalam Undang-Undang metode penelitian yang digunakan ialah
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. penelitian hukum normatif, atau juga disebut
Sesuai ketentuan Kompilasi Hukum Islam sebagai penelitian doctrinal.
pada Buku I tentang Perkawinan dalam Pasal 4,
bahwa “Perkawinan yang sah, apabila dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 A. Keabsahan Nikah Siri
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 10
tentang Perkawinan”.5Ditentukan pula dalam Tahun 2008 tentang Nikah di Bawah Tangan,
Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 6 ayat (2), memutuskan Pertama : Nikah di Bawah Tangan
bahwa “Perkawinan yang dilakukan di luar yang dimaksud dalam fatwa ini adalah
pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak “Pernikahan yang terpenuhi semua rukun dan
mempunyai kekuatan hukum.”6Dengan syarat yang ditetapkan dalam fiqh(hukum
demikian, tidak memiliki keabsahannya. Islam) namun tanpa pencatatan resmi di
Pencatatan perkawinan penting sekali dalam instansi berwenang sebagaimana diatur dalam
rangka mencapai suatu keabsahan perkawinan peraturan perundang-undangan.” Kedua :
yang juga terkait erat dengan aspek Ketentuan Hukum :
administratif. a. Pernikahan Di Bawah Tangan hukumnya
Mengingat nikah siri tidak tercatat sah karena telah dipenuhi syarat dan
sebagaimana yangditentukan dalam peraturan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat
perundang-undangan, konsekuensi hukumnya madharrat.
adalah perkawinan atau pernikahan tersebut b. Pernikahan harus dicatatkan secara resmi
tidak sah, dan hal ini pun dapat berakibat lain pada instansi berwenang, sebagai
seperti terhadap status hukum anak oleh langkah preventif untuk menolak dampak
karena orangtuanya tidak memiliki legalitas negatif/madharrat(saddanlidz-dzari’ah).8
(keabsahan) dalam perkawinan. Demikian pula
mengenai status harta benda dalam Keabsahan perkawinan bagi kedua calon
perkawinan yang dilakukan tanpa pencatatan mempelai yang beragama Islam secara hukum
(nikah siri) dipertanyakan, oleh karena Islam, apabila telah dipenuhi rukun dan syarat
keabsahan perkawinan itu sendiri tidak tercatat yang ditentukan, sudah dianggap sah.Namun
dan tidak pula mendapat perlindungan hukum perkawinan itu pun perlu dicatat sebagaimana
dari negara.Hukum Perkawinan menentukan ditentukan dalam peraturan perundang-
harta bersama yang mempunyai akibat pada undangan.
nikah siri sebagaimana dijelaskan oleh Rosnidar Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Sembiring bahwa harta bersama adalah harta tentang Perubahan atas Undang-Undang
yang diperoleh sepanjang perkawinan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
berlangsung sejak Perkawinan dilangsungkan Kependudukan, dalam Pasal 34 ayat-ayatnya,
hingga perkawinan berakhir atau putusnya menyatakan sebagai berikut :
perkawinan akibat perceraian, kematian (1) Perkawinan yang sah menurut
maupun putusan pengadilan.7 peraturan perundang-undangan wajib
dilaporkan oleh penduduk kepada
B. Rumusan Masalah Instansi Pelaksana di tempat terjadinya
1. Bagaimanakah keabsahan perkawinan perkawinan paling lambat 60 (enam
nikah siri menurut Hukum ? puluh) hari sejak tanggal perkawinan.
2. Bagaimana akibat hukum dari nikah siri? (2) Berdasarkan laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Pejabat
C. Metodologi Penelitian Pencatatan Sipil mencatat pada
Metode penelitian merupakan suatu sarana Register Akta Perkawinan dan
pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
dan teknologi serta seni. Pada penelitian ini
5
Lihat Kompilasi Hukum Islam (Pasal 4)
6 8
Lihat Kompilasi Hukum Islam (Pasal 6 ayat (2) Lihat Fatwa MUI No. 10 Tahun 2008 Tentang Nikah Di
7
Rosnidar Sembiring, Op Cit, hlm. 91-92 Bawah Tangan
23
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana peristiwa hukum dan ditandatangani oleh
dimaksud pada ayat (2) masing-masing pembuatnya.
diberikan kepada suami dan istri. Menurut Salim HS,11 suatu tanda bukti
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada merupakan tulisan yang menyatakan
ayat (1) bagi penduduk yang beragama kebenaran suatu peristiwa atau perbuatan
Islam dilakukan oleh KUAKec. hukum. Isi akta berupa pernyataan resmi
(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa artinya bahwa apa yang tertulis dalam akta itu
sebagaimana dimaksu pada ayat (4) dan merupakan pernyataan yang sah dari pejabat
dalam Pasal 8 ayat (2) wajib atau pada pihak. Dibuat menurut peraturan
disampaikan oleh KUAKec, kepada yang berlaku artinya bahwa akta yang dibuat di
Instansi Pelaksana dalam waktu paling muka pejabat atau dibuat oleh para pihak,
lambat 10 (sepuluh) hari setelah didasarkan kepada peraturan perundang-
pencatatan perkawina dilaksanakan. undangan yang berlaku.
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana Pembahasan tentang pencatatan
dimaksud pada ayat (5) tidak perkawinan berkenaan dengan suatu Akta
memerlukan penerbitan kutipan Akta Perkawinan, dalam Pasal 67 ayat-ayatnya
Pencatatan Sipil. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
(7) Pada tingkat kecamatan laporan Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tahun 2005 tentang Administrasi
dilakukan pada Unit Pelaksana Teknis Kependudukan, ditentukan bahwa :
Dinas Instansi Pelaksana.9 (1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat
Ketentuan tersebut memperjelas dan seluruh data Peristiwa Penting.
mempertegas kewajiban pencatatan (2) Data Peristiwa Penting yang berasal
perkawinan dan pelaporannya, serta dari KUAKec, diintegrasikan ke dalam
menentukan dua instansi yang berwenang database kependudukan dan tidak
yakni KUA Kecamatan (KUAKec), dan Pegawai diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan
Pencatatan Sipil. Undang-Undang Nomor 24 Sipil.
Tahun 2013 lebih lanjut menentukan pada (3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan
Pasal 35 bahwa: dan dirawat oleh Instansi Pelaksana.
“Pencatatan Perkawinan sebagaimana (4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat :
dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi: a. Jenis Peristiwa Penting;
a. Perkawinan yang ditetapkan oleh b. NIK dan status kewarganegaraan;
Pengadilan; dan c. Nama orang yang mengalami
b. Perkawinan Warga Negara Asing yang Peristiwa Penting;
dilakukan di Indonesia atas permintaan d. Nama dan identitas pelapor;
Warga Negara Asing yang bersangkutan.” e. Tempat dan tanggal peristiwa;
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 juga f. Nama dan identitas saksi;
menentukan di dalam Pasal 36 bahwa “Dalam g. Tempat dan tanggal dikeluarkannya
hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta; dan
Akta Perkawinan, pencatatan Perkawinan h. Nama dan tanda tangan Pejabat
dilakukan setelah adanya penetapan yang berwenang.12
Pengadilan.” Ketentuan ini terkait erat dengan
suatu Akta Perkawinan sebagai suatu bentuk Pembahasan tentang pencatatan
Akta yang dalam Kamus Hukum,10 Akta perkawinan yang terkait erat dengan masalah
diartikan sebagai sebuah tulisan yang dibuat administrasi kependudukan tersebut, adalah
dengan unsur kesengajaan menurut peraturan suatu hal dan aspek yang lebih bersifat
yang berlaku dan disaksikan oleh pejabat resmi administratif.Keabsahan perkawinan harus pula
untuk dijadikan sebagai bukti tentang suatu
11
Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu (Konsep Teoritis,
Kewenangan Notaris, Bentuk dan Minuta Akta),
9
Lihat UU No. 24 Tahun 2013 jo. UU No. 23 Tahun 2006 RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm. 6
12
tentang Administrasi Kependudukan (Pasal 34) Lihat UU No. 24 Tahun 2013 jo. UU No. 23 Tahun 2006
10
Charlie Rudyat, Op Cit, hlm. 30 tentang Administrasi Kependudukan (Pasal 67)
24
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
13 14
D.Y. Witanto, Op Cit, hlm. 207-209 Rosnidar Sembiring, Op Cit, hlm. 121-122
25
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
26
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
Penulis temukan bahwa konsep dan ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan
ketentuan Kompilasi Hukum Islam, ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat
sama dengan konsep penarikan hubungan anak bukti lain menurut hukum mempunyai
luar nikah hanya secara perdata dengan ibunya hubungan darah, termasuk hubungan perdata
atau keluarga ibunya pada Pasal 100 Kompilasi dengan keluarga ayahnya.”
Hukum Islam, yang berbunyi “Anak yang lahir di Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut
luar perkawinan hanya mempunyai hubungan berkaitan dengan duduk perkara yang diajukan
mashab dengan ibunya dan keluarga ibunya.” oleh Hj. AisyahMochtar alias
Ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang MachicaMochtarbinti H. Mochtar Ibrahim dan
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Muhammad IqbalRamadhan bin Moerdiono
tersebut yang dijadikan alasan dan dasar sebagai Para Pemohon, melawan Drs.
pengajuan ke Mahkamah Konstitusi yang Moerdiono, seorang mantan pejabat di era
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Orde Baru yang melakukan pernikahan siri dan
Nomor 46/PUU-VIII/2010, yang berbunyi melahirkan seorang anak bernama Muhammad
sebagai berikut :18 IqbalRamadhan bin Moerdiono, berdasarkan
“Mengabulkan permohonan para Pemohon ketentuan Pasal 43 ayat (1) dianggap anak
untuk sebagian. tersebut sebagai anak luar kawin dan hanya
Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 mempunyai hubungan perdata dengan ibunya
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran dan keluarga ibunya.
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor Menurut D.Y. Witanto,19 persoalan sahnya
1, Tambahan Lembaran Negara Republik perkawinan adalah murni ranah hukum agama
Indonesia Nomor 3010), yang menyatakan dan kepercayaan yang dianut oleh calon
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempelai. Syarat dan rukun pernikahan sudah
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dianggap baku, tidak boleh ditambah atau pun
dan keluarga ibunya”, bertentangan dengan dikurangi. Oleh karena itu, jika pemerintah mau
Undang-Undang Dasar Negara Republik menambah lagi syarat yang lain, maka jelas,
Indonesia Tahun 1945 sepanjang dimaknai kalangan ulama tidak akan bisa menyetujuinya.
menghilangkan hubungan perdata dengan laki- Jika perkawinan sudah dilaksanakan
laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu menurut kaidah fiqh, maka dianggap sah.Tidak
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti perlu syarat-syarat ditambah-tambah oleh
lain menurut hukum ternyata mempunyai siapapun.Akan tetapi, terkait dengan
hubungan darah sebagai ayahnya. perkawinan itu di luar hukum agama yang
Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 mengaturnya, maka pemerintah juga merasa
Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran berkepentingan untuk melindungi warga
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor negaranya.Salah satu caranya adalah
1, Tambahan Lembaran Negara Republik melakukan pencatatan peristiwa akad nikah
Indonesia Nomor 3010) yang menyatakan yang dilangsungkan. Perkawonan oleh karena
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya prosesnya melibatkan orang lain, maka harus
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dicatat, sehingga hal-hal yang terkait dengan
dan keluarga ibunya”, tidak memiliki kekuatan peristiwa itu dan juga akibatnya menjadi jelas.
hukum mengikat sepanjang dimaknai Selanjutnya, melalui Kementerian Agama,
menghilangkan hubungan perdata dengan laki- pemerintah menerbitkan akta nikah. Atas dasar
laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu tersebut, maka perkawinan antara suami istri,
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti selain sah menurut hukum agama, juga akan
lain menurut hukum ternyata mempunyai diakui legal oleh pemerintah.
hubungan darah sebagai ayahnya, sehingga Perkawinan siri dalam pengertian
ayat tersebut harus dibaca, “Anak yang perkawinan yang tidak dilakukan pencatatan
dilahirkan di luar perkawinan mempunyai sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
hubungan perdata dengan pihak ibunya dan undang-undang, sebenarnya baik menurut para
keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ulama maupunpihak akademisi memiliki
18
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-
19
VIII/2010 D.Y. Witanto, Op Cit, hlm. 154-155
27
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
persamaan pandangan, bahwa perkawinan siri perceraian, harta bersama dibagi berdasar pada
adalah perkawinan yang sah. Namun, oleh hukum yang telah berlaku sebelumnya bagi
karena kewajiban undang-undang dalam suami dan istri, yaitu hukum agama, hukum
persoalan administrasi pencatatan tidak adat, hukum KUH.Perdata atau hukum
dilakukan oleh pihak yang berkepentingan, lainnya.20
maka hukum tidak bisa melindungi perkawinan
seperti itu dicatatkan di kantor pegawai PENUTUP
pencatat perkawinan yang telah ditunjuk oleh A. Kesimpulan
undang-undang. 1. Nikah siri atau nikah dibawah tangan,
Dari perspektif hukum Islam, perkawinan adalah praktik perkawinan yang tidak
jika telah memenuhi syarat dan rukun yang dilakukan pencatatan perkawinan.
ditentukan, sudah dianggap sah.Namun, karena Keabsahan perkawinan bagi kedua calon
peraturan perundangan juga mewajibkan mempelai yang beragama Islam secara
perkawinan dicatat, tentunya keabsahan hukum Islam apabila telah dipenuhi rukun
perkawinan baru dicapai apabila sudah dan syarat yang ditentukan sudah dianggap
dicatatkannya perkawinan tersebut kepada sah, namun perkawinan itu pun perlu
instansi dan/atau pejabat yang berwenang. dicatat sebagaimana ditentukan dalam
Sebagai konsekuensi pencatatan perkawinan peraturan perundang-undangan.
tersebut maka di kemudian hari perkawinan itu Pencatatan perkawinan merupakan proses
bubar misalnya karena perceraian, hukum akan guna melengkapi keabsahan perkawinan
memberikan jaminan perlindungan hukum dalam rangka perlindungan hukum oleh
terhadap hak-hak istri, anak-anak serta harta hukum dan negara terhadap para pihak
bersama dalam perkawinan. yang melangsungkan perkawinan.
Akibat hukum nikah siri dengan sendirinya 2. Akibat hukum nikah siri dengan sendirinya
hanya merupakan pernikahan di bawah tangan hanya merupakan pernikahan dibawah
atau tidak dicatat sesuai ketentuan yang diatur tangan atau tidak dicatat sesuai ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.Bahwa yang diatur dalam peraturan perundang-
dalam suatu perkawinan, harta benda dapat undangan. Akibat hukum yang melemahkan
saja merupakan harta bawaan maupun harta posisi istri, anak-anak dan harta benda
bersama.Manakala timbul perceraian, status dalam perkawinan tersebut, oleh karena
hukum harta benda tersebut dikaitkan dengan perkawinan itu tidak memiliki
tidak dicatatkannya perkawinan tersebut, keabsahannya menurut hukum, karena
hanya merugikan pihak istri yang bercerai terutama tidak dicatat menurut ketentuan
tersebut. peraturan perundang-undangan yang
Persoalan harta bersama dalam suatu berlaku.Konsekuensi dari pernikahan di
perkawinan menjadi bagian penting dalam bawah tangan (nikah siri) maka perkawinan
pembahasan ini berkaitan dengan keabsahan tersebut tidak sah, dan seakan-akan hidup
nikah siri.Tentang harta bersama, diartikan bersama tanpa ikatan hukum.Apabila
sebagai harta kekayaan yang diperoleh suami kemudian melahirkan seorang anak, yang
dan istri selama dalam ikatan perkawinan.Harta menurut Undang-Undang perkawinan
bersama dikuasai oleh suami dan istri.Suami hanya memiliki hubungan perdata dengan
atau istri dapat bertindak terhadap harta ibunya, ini berkaitan erat dengan hasil
bersama atas persetujuan kedua belah pihak putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
(Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan. 46/PUU-VIII/2010.
Terhadap harta bersama, suami dan istri
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. B. Saran
Jika perkawinan putus karena perceraian, 1. Dua instansi yang berwenang yakni KUA
harta bersama diatur menurut hukumnya dan Kantor Catatan Sipil untuk lebih
masing-masing (Pasal 37 Undang-Undang memperjelas dan mempertegas kewajiban
Perkawinan). Maksud hukumnya masing- tentang pencatatanperkawinan.
masing adalah hukum agama, hukum adat, dan
hukum-hukum lain. Ini berarti, jika terjadi
20
Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hlm. 109
28
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
29
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 2/Feb/2019
Sumber-Sumber Lainnya
Bahan Kuliah Hukum Perdata
Bahan Kuliah Hukum Islam
30