Anda di halaman 1dari 34

BAHAN AJAR

PENGUKURAN GAMBAR TEKNIK

PPG Prajab Teknik Mesin UNIMED 2017


Doni Ardi Yunus Ndraha
P
e
n
g
u
k
u
r
a
PENDAHULUAN
n
di
Bahan ajar ini diharapkan dapat membantu
d siswa dalam mempelajari kompetensi dasar
mengevaluasi hasil pemberian ukuran pada al gambar. Dengan demikian siswa diharapkan
a
memiliki pengetahuan dan wawasan tentang pemberian ukuran pada gambar dalam bekerja
sehari-hari baik di rumah, workshop, maupun mdi tempat kerja nantinya sehingga akan tercipta
sumber daya manusia G
T yang dapat bekerja dengana aman, sehat, selamat, handal, berkualitas dan
memiliki produktivitas yang tinggi.
U m
J
U
A pembelajaran selesai diharapkan:
Setelah

1. N didik dapat memahami ketentuan-ketentuan dasar pencantuman ukuran


Peserta
pada gambar dengan benar
2. Peserta didik dapat menjelaskan pemberian ukuran yang benar pada gambar
3. Peserta didik dapat membedakan pemberian ukuran pada gambar bagian dalam
dan luar dengan benar
4. Peserta didik dapat mengklasifikasikan jenis-jenis pencantuman ukuran dengan
benar
5. Peserta didik dapat mengklasifikasi simbol-simbol pada pengukuran sesuai dengan
bentuknya dengan benar
6. Peserta didik dapat menjelaskan jenis-jenis susunan ukuran dengan benar
7. Peserta didik dapat mengklasifikasikan peletakan susunan ukuran sesuai dengan
bentuk gambar kerja secara benar
8. Peserta didik dapat membaca dan menafsirkan ukuran-ukuran yang ada pada
gambar
9. Peserta didik dapat memberi ukuran gambar sesuai dengan karakteristik benda
kerja secara benar
10. Peserta didik dapat menyusun susunan ukuran pada bidang gambar dengan benar
11. Peserta didik dapat memberi ukuran pada bagian-bagian gambar yang telah
disusun dengan benar
B
A
H
A
N
B
1.1 Memberi ukuran dimensi linear
A
Pada dasarnya ukuran-ukuran linear harus diperinci oleh garis bantu, garis ukur dan
angka ukur, seperti pada Gambar 1.1 Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk
menempatkan anak panah, anak panahnya dapat diganti dengan titik (Gambar 1.2). Dalam hal
ini dianjurkan untuk membuat gambar detail yang diperbesar. Dengan demikian, ukuran-
ukurannya dapat diberikan dengan jelas pada gambarnya (Gambar 1.3).

Dalam beberapa hal garis ukur dapat langsung ditarik antara garis gambar, tanpa garis
bantu (Gambar 1.4). Garis gambar atau garis sumbu dapat digunakan sebagai garis bantu, tetapi
tidak boleh dipakai sebagai garis ukur.

Gambar 1.1 Contoh memberi ukuran

Gambar 1.2 Ruang ukur yang sempit


Gambar 1.3 Gambar detil Gambar 1.4 garis gambar sebagai garis bantu

1.2 Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan secara khusus


Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang yang diream, dsb. Diberi
ukuran dengan garis penunjuk, beserta ukuran catatannya. Garis penunjuk harus berujung anak
panah, yang berakhir pada titik poong antara garis sumbu dan garis gambar untuk gambar
berbentuk silinder, dan berakhir pada garis gambar untuk gambar lingkaran. Garis penunjuk
harus diarik miring, dan dianjurkan untuk membuat kemiringan kira-kira 60 o dengan garis
horizontal (Gambar 1.5).

Gambar 1.5 Memberi ukuran lubang


Garis penunjuk juga digunakan untuk memberi nomor bagian, atau untuk memberi
keterangan tentang pengerjaan khusus, dsb. Dalam hal ini garis penunjuk berakhir dengan anak
panah, jika garis penunjuk ini berakhir pada garis gambar, dan berakhir pada titik, jika garis
penunujuk berakhir di dalam gambar (Gambar 1.6)

Gambar 1.6 Garis petunjuk

1.3 Angka-angka ukur


- Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira di tengah-tengah dan sedikit di
atas garis ukur, seperti yang telah diuraikan pada bagian b (Gambar 1.7).
- Angka ukur tidak boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis gambar lain. Jika dianggap
perlu angka ukur baleh ditempatkan di pinggir, supaya jelas (Gambar 1.8).Jika angka
ukur harus ditempatkan pada bagian yang diarsir, arsirnya harus dihilangkan untuk
memberi tempat untuk angka (Gambar .1.9).
- Dalam keadaan-keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak dekat pada salah
satu anak panah, untuk mencegah bertumpuknya angka-angka ukur, dan jika terdapat
banyak ukuran, garis ukurnya boleh ditarik hanya sebagian agar angka uurnya tidak
terlalu jauh dari bagian yang diberi ukuran (Gambar 1.10).
- Pada bagian-bagian yang sempit angka ukuranny dapat ditempatkan dil luar garis ukur.
Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih diutamakan perpanjangan ke sebelah kakan,
dan angka ukurnya di atas garis perpanjangan ini (Gambar 1.21).

Gambar 1.7 Garis ukur dan angka


Gambar 1.8 Angka diletakan di pinggir

Gambar 1.9 Angka dan arsiran

Gambar 1.10 Garis ukur sebagian


Gambar 1.11 Angka diatas perpanjangan angka

1.4 Memberi ukuran benda yang tirus


Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis bantu horizontal maupun
vertical menjadi tidak jelas. Dalam hal demikian garis-garis bantu digambar miring dan sejajar.
Gambar 1.12 memperlihatkan bagaimana caranya yang baik.

Gambar 1.12 Garis bantu miring

1.5 Garis-garis bantu khusus


Jika dua bidang miring berpotongan dan bagian yang lancip ini kemudian dibulatkan
atau dipotong, ukuran harus diberikan seperti pada Gambar 1.13, dengan bantuan garis bantu
khusus. Yang dimaksud garis bantu khusus, tidak lain adalah garis-garis perpanjangan bidang-
bidang miring yang bersangkutan. Titik potong dari garis-garis bantu khusus ini yang akan
menentukan ukuran yang menentukan bentuk benda.
Gambar 1.13 Garis bantu khusus

1.6 Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut


Tali busur, busur dan sudut diberi ukuran seperti pada Gambar 1.14 (a), (b) dan (c). pada
tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus dan tegak lurus pada garis bantu. Untuk
busur caranya sama hanya garis ukurnya di sini berbentuk lengkung, sejajar dengan busurnya.
Ukuran sudut ditempatkan di atas garis ukur yang berbentuk lengkung, dan garis bantunya
adalah perpanjangan sisi-sisi sudut.

Gambar 1.14 Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut

1.7 Ukuran gambar sebagian dari benda-benda simetris


Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetri boleh digambar separuh
saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak dapat digambar lengkap pula. Untuk ini dibuat garis
ukur yng lebih sedikit melebihi garis sumbu benda (Gambar 1.15).
Gambar 1.15 Memberi ukuran benda simetris

1.8 Huruf Dan Lambang Yang Ditambahkan pada Angka Ukur


 Lambang diameter”φ”
Lambang diameter diletakkan di depan angka ukur, dan menyatakan sekaligus
bentk permukaan yang bersangkutan. Lambing ini harus ditulis sama besar dengan angka ukur
(Gambar 1.16). dengan menggunakan lambing ini, gambar pandangan samping tidak diperlukan
lagi. Jika bentuknya sudah tampak jelas pada gambar, lambing tersebut tidak perlu dipakai lagi.

Gambar 1.16 Lambang diameter

 Lambang jari-jari “R”


Ukuran busur ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini merupakan garis ukur di mana
angka ukurnya harus diletakkan, dengan huruf “R” di depannya. Di sini garis ukurnya hanya
mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yg lain adalah titik pusat busur tersebut (Gambar
1.17). Untuk jari-jari yang besar, di mana titik pusatnya terletak di luar kertas gambar, garis
ukurnya dapat dipotong dan digambar seperti pada Gambar 1.18, R250, atau ditekuk seperti
R300. Di sini titik pusatnya tidak perlu ditunjukkan.
Gambar 1.17 Lambang jari-jari Gambar 1.18 Lambang jari-jari

Huruf “R” harus ditempatkan di depan angka ukur, sebesar angka ukur. Jika garis ukurnya
terlalu pendek untuk penempatan angka ukur, angka ukurnya dapat ditempatkan pada
perpanjangan garis ukur. Anak panah garis ukur diletakkan di dalam, jika perpanjangan ke
dalam, dan diletakkan di luar jika perpanjangannya ke luar.

 Lambang bujur sangkar “□”


Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat diperlihatkan pada pandangan tertentu saja.
Jika bentuknya tidak jelas dari gambar, maka dengan menggunaka lambing bujur sangkar “□”,
dapat dihemat gambar dan waktu (Gambar 1.19).

Gambar 1.19 Lambang bujur sangkar

 Lambang bola atau “SR”


Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang dalam gambar hanya tampak sebagai
lingkaran atau busur lingkaran, dijelaskan pada gambar dengan menempatkan “SR” untuk jari
jari bola, dan “So” untuk diameter bola (Gambar 5.30). perlu dicatat di sini bahwa ukuran benda
sangat berbeda bila ukurannya dinyatakan sebagai jari-jari atau sebagai diameter.
Gambar 1.20 Lambang bola

 Lambang kemiringan (chamfer) “x * 45o”


Kemiringan, yaitu bagian ujung benda yang dipotong miring, biasanya dengan sudut
45o, ukurannya dicantumkan sebagai “x x 45o”. di sini huruf x menyatakan ukuran dalamnya
potongan (Gambar 1.21). di negeri Jepang, sesuai dengan standar JIS hal ini diberikan lambing
“C”, sebagai penyederhanaan cara di atas, dan lambing ini harus ditempatkan di depan ukuran
dalam pemotongan (Gambar 1.22). huruf “C” diambil dari huruf pertama dari perkataan
chamfer, yang artinya dipotong miring.

Gambar 1.21 Kemiringan

Gambar 1,22 Lambang kemiringan “C”


 Lambang tebal “t’
Untuk memberi ukuran benda-benda tipis, seperti plat dsb., kadang-kadang
menimbulkan kesulitan. Pada umumnya kesulitan yang timbul adalah sempitnya ruangan untuk
menempatkan angka ukurnya. Oleh karena itu dipakai lambing “t” di depan angka ukur, yg
ditempatkan di dalam gambar atau dekat dengan gambit (Gambar 1.23). lambing ini juga
ditentukan oleh standar Jepang JIS. Lambing ini diambil dari huruf pertama perkataan
“thickness” yang kebetulan sekali juga merupakan huruf pertama dari perkataan “tebal”.

Gambar 1.23 Lambang tebal “t”

 Lambang jari-jari tanpa angka ukur


Di mana ukuran dari lengkungan sudah ditentukan oleh ukuran lain, ukuran jari-jari
tersebut dapat dijelaskan hanya dengan lambing R saja tanpa diikuti oleh angka ukur. Ini hanya
jika diperlukan. Pada umumnya hal ini tidak dilakukan. Sebagai contoh diambil gambar dari
alur pasak (Gambar 1.24). dari bentuk gambar sudah jelas bahwa ujung-ujung alur pasak berupa
setengah lingkaran, yang jari-jarinya dapat diambil dari lebar pasak. Sebenarnya tanpa atau
dengan lambing R ini sudah jelas.

Gambar 1.24 “R” tanpa ukuran


1.9 Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf referensi
Di mana diperlukan, dan agar tidak mengulang-ulang ukuran yang sama atau untuk
menghindari garis-garis penunjuk yang panjang, digunakan huruf-huruf referensi, yang
ditabelkan atau diberi catatan (Gambar 1.25). cara ini sangat berguna untuk pembuatan dengan
mesin-mesin N.C.

Gambar 1.25 Memberi ukuran dengan huruf referensi

1.10 Memberi ukuran bagian-bagian yang dikerjakan secara khusus


Baigan-bagian benda tertentu, sesuai fungsinya harus dikerjakan secara khusus,
umpamanya harus dipoles, disepuh, dsb. Bagian bagian tersebut harus dijelaskan pada gambar.
Bagian yang akan dikerjakan khusus diberi tanda dengan garis sumbu tebal, dan dengan garis
penunjuk dijelaskan dengan dijelaskan pengerjaan khusus yang diinginkan (Gambar 1.26).
ujung panah dari garis penunjuk harus berhenti pada garis sumbu tebal.

Gambar 1.26 Penunjukan khusus dengan ukuran-ukuran


Bilamana letak dan luasnya bagian yang akan dikerjakan khusus sudah jelas dari
gambar, tidak perlu diberi ukuran. Cara penunjukannya sama dengan garis sumbu tebal dengan
garis penunjuk, seperti pada Gambar 1.27.

Gambar 1.27 Penunjukan khhusus tanpa ukuran

1.11 Angka ukur yang tidak sesuai dengan ukuran gambar


Angka ukur dari bagian benda yng tidak sesuai dengan ukuran gambarnya harus
dijelaskan dengan menggaris bawahi angka ukur yang bersangkutan (Gambar11.28). hal ini
tentunya tidak perlu bila gambarnya dibuat dengan skala tertentu. Artinya bila gambar dibuat
dengan skala 1:5, ukuran 50 mm, pada gambar harus menjadi 5 mm. jikalau ternyata ukuran
gambar tidak 5 mm melainkan 15 mm, maka ukuran terakhir ini harus digaris bawahi dengan
garis sumbu tebal.

Lain halnya jika gambarnya dipendekkan, lihat bagian 9.5. di sini sudah jelas bahwa
ukuran benda dan ukuran gambar tidak sama. Jika dirasakan perlu, ukuran tersebut boleh juga
digaris awahi.

Jika seluruh gambar dibuat tidak menurut skala, biasanya diberi keterangan “TIDAK
SESUAI SKALA” pada kotak nama, atau di tempat lain dalam gambar secara jelas.
Gambar 1.28 Ukuran tidak sesuai gambar

1.12 Pandangan Yang Terutama Diberi Ukuran


Ukuran-ukuaran harus ditempatkan pada pandangan atau potongan yang memberikan
bentuk benda kerja yang paling jelas. Pandangan depan pada umumnya dipilh demikian rupa,
yang menunjukan bentuk khas atau fungsi benda, seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya.

Gambar 1.29 memberi ukuran bagian berbentuk silinder

Oleh karena itu ukuran-ukuran harus ditempatkan sebanyak mungkin pada pandangan
depan, dan ukuran-ukuran lain yang tidak dapat ditempatkan disisni, dapat ditempatkan pada
pandangan-pandangan lain seperlunya. Gambar 1.29 menunujukan sebuah contoh dimana
ukuran-ukuran loengkap dapat ditempatkan hanya pada pandangan depan saja.

1.13 Ukuran-Ukuran Dalam Toleransi


Pada bab ini dan yang ditunujukan pada Gambar 1.8, telah dikatakan , bahwa semua
ukuran pada gambar mempunyai toleransi, walaupun hal ini tidak selalu dinyatakan dalam
gambar pada ukurannya. Untuk toleransi linear dan sudut lihat ISO/R 406; toleransi geometric
lihat ISO 151; toleransi yang tidak dinyatakan atau toleransi umum lihat ISO 2768.

1.14 Ukuran-ukuran Dalam Gambar


Semua ukuran, toleransi dan keterangan yang diperlukan untuk dapat menjelaskan cara
kerja, atupun keterangan mengenai letak komponen satu terhadap yang lain secara lengkap,
harus ditempatkan pada gambar selengkap-lengkapnya. Ukuran-ukuran, termasuk toleransi
harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung. Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk
pembuatan atau oemeriksaan harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung, dan akan
menghemat waktu. Oleh karena itu , pengabaian persyaratan fungsional dari benda kerja, berarti
toleransinya harus dibagi kembali, dan pada umumnya memerlukan toleransi yang lebih ketat.
Ini tidak berarti menghalangi pemberian ukuran lubang, pusat ke pusat, walaupun ukuran-
ukuran fungsionalnya mungkin adalah tepi ke tepi.

Ukuran-ukuran non fungsional harus diletakkan ditempat yang paling mudah dibaca
oleh pembuat maupun untuk pengawas.

Gambar 1.30 Proses pembuatan bagian berbentuk silinder


Gambar 1.31 Macam-macam ukuran dan toleransinya

1.15 Ukuran-Ukuran Yang Ditambahkan


Tiap ukuran hanya boleh diberikan sekali dalam gambar, kecuali sebagai ukuran bantu.
Tiap ukuran harus diberikan seperlunya untuk menentukan benda kerja, atau satu besaran
ditempatkan oleh tidak lebih dari datu ukuran dengan toleransinya dalam arah mana saja.
Betapapun juga penyimpangan dalam keadaan berikut dapat dilakukan :

a. Dalam keadaan-keadaan khusus dimana diperlukan pemberian ukuran-ukuran yang dipakai


pada tahap-tahap pembuatan (misalnya untuk ukuran bagian benda yang akan disepuh dan
kemudian disempurnakan (finish) sesuai ukurannya).

b. Jika diinginkan menambah ukuran-ukuran tambahan walaupun tidak mutlak untuk


menentukan benda kerja, tetapi berguna sebagai keterangan tambahan bagi pekerja atau lain
petugas, agar supaya tuidak menghitung. Ukuran-ukuran bantu demikian tidak diberi toleransi,
dan bila diperlukan toleransi umum, ukuran-ukuran bantu ini harus diletakan diantara kurung ( )
untuk menunjukan bahwa hal ini tidak terikat pada toleransi tersebut, dan tidak menjamin
diterimanya benda kerja tersebut atau bagiannya.
c. Benda yang digambar pada beberapa lembar, beberapa ukuran mungkin dinyatakan lebih dari
sekali pandangan depan dan pandangan-pandangan lain (pada kertas gambar tersendiri) yang
ada hubungannya satu dengan lain, supaya menjamin arti dan maksud dari gambar (lihat
Gambar 1.32). Dalam hal demikian dianjurkan supaya hal ini dinyatrakan dalam gambar
sejelas-jelasnya.

Gambar 1.32 Ukuran-ukuran ganda

1.16 Garis Ukur dan Garis Bantu


Garis sumbu, garis simetri dan garis gambar tidak boleh dipakai sebagai garis ukur
(Gambar 1.33) tetapi dapat dipergunakan sebagai garis bantu (Gambar 5.44). jika garis sumbu
atau gari gambar diperpanjang untuk dipakai sebagai garis bantu, garis perpanjangan tersebut
harus ditarik dengna garis tipis.

Gambar 1.33 Garis ukur dan garis bantu

Garis bantu dan garis ukur tidak boleh saling memotong, kecuali bila hal tersebut tidal
dapat dihindari (Gambar 1.34).

Gambar 1.34 Garis sumbu sebagai garis bantu


Gambar 1.35 Garis bantu tidak saling memotong kecuali garis sumbu

Jika beberapa ukuran dinyatakan berturt-turut, garis ukur demikian sedapatnya harus
diletaka segaris (Gambar 1.36, 1.37).

Gambar 1.36 Ukuran segaris


Gambar 1.37 Ukuran segaris

Gambar 1.38 garis ukur sejajar untuk diameter

1.17 Susunan Ukuran


a. Ukuran berantai
Ukuran berantai, lihat Gambar 1.39 (a) dan Gambar 1.40 (a), hanya boleh
diterapkan, bilamana kemungkinan pengumpulan toleransi tidak akan mempengaruhi
persyaratan fungsional dari benda bersangkutan. Cara pemberian ukuran demikian akan
mengumpulkan toleransi seperti tampak pada Gambar 1.40 (b). lagi pula pada Gambar 1.40 (b)
sisi kiri benda kerja merupakan bidang referensi, tetapi tidak dinyatakan dengan jelas pada
gambar. Oleh karena itu, gambar tersebut meragukan dan tidak tegas.
Gambar 1.39 Macam-macam cara pemberian ukuran

c. Ukuran sejajar

Pemberian ukuran secara sejajar menggunakan ukuran-ukuran terpisah untuk tiap


elemen terhadap suatu garis referensi atau titik dasar, seperti pada Gambar 1.40 (b) dan (c).
Pada cara pemberian ukuran demikian bidang referensinya ditentukan dan toleransinya tidak
mengumpul seperti tampak pada Gambar 1.40 (d). olenh karena itu, cara pemberian ukuran ini
cukup jelas dan tegas. Walaupun demikian cara ini memerlukan banyak waktu dan tempat.
Gambar 1.40 Ukuran dan diagram toleransinya

d. Ukuran-ukuran berimpit

Untuk kesederhanaan dan ruang gambar yang terbatas, atau jika tidak menimbulkan
persoalan kejelasan pembacaan, ukuran-ukuran beberapa unsur dapar ditumpangkan satu pada
yang lain, seperti tampak pada Gambar 1.39 (c), Gambar 1.40 (c), Gambar 1.41).

Gambar 1.41 ukuran berurutan


Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang referensi harus
dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat dengan anak panah searah dengan garis bantu
bersangkutan.

d. Ukuran-ukuran kombinasi

Ukuran-ukuran kombinasi terjadi akibat penggunaan ukuran berantai dan ukuran sejajar
bersama-sama (Gambar 1.39 (d).

e. Pemberian ukuran dengan koordinat

Untuk proses-proses pembuatan tertentu kadang-kadang lebih menguntungkan bila


digunakan ukuran berimpit dalam dua arah seperti pada Gambar 1.42. Titik nol dari dasar
bersama dapat berupa tepi dari benda, titik pusat dari sebuah lubang atau sembarang unsur yg
menonjol.

Gambar 1.42 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat

Dalam hal-hal tertentu, penggunaan sebuah tabel yang menentukan koordinat-koordinat


sekelompok titik pusat dari beberapa lubang seperti pada Gambar 1.43 lebih menguntungkan.
Gambar 1.43 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat

1.18 Memberi Ukuran Bentuk-Bentuk Tertentu


a. Profil

Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur lingkaran mengutamakan
pemberian ukuran dengan jari-jari dan kedudukan titik pusatnya, atau dengan garis singgung
lengkungnya seperti pada Gambar 1.44. bentuk-bentuk lengkungan lain dapat diberi ukuran
dengan cara koordinat (Gambar 1.45). cara ini dapat dilakukan juga untuk garis-garis lengkung
lainnya, jika cara demikian dianggap lebih praktis.

Gambar 1.44 Memberi ukuran dengan jari-jari


Gambar 1.45 Memberi ukuran dengan ordinat

b. Jari-jari atau diameter

Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari, jika sudutnya kuang dari
180o, dan oleh diameter jika sudutnya lebih besar dari 180o (Gambar 1.46). Ukuran busur
diberikan juga sebagai diameter walaupun suwalaupun sudutnya kurang dari 180o, bila ukuran
tersebut diperlukan untuk proses pemesinan (Gambar 1.47). benda kerja yang karena alasan
simetri hanya digambar setengah diberi ukuran penuh. Gambar 1.48 menunjukkan contoh
sebuah benda berbentuk silinder, yang digambar setengah. Dalam hal demikian tanda o tetap
harus dibubuhkan di depan angka ukurnya
Gambar 1.46 Jari-jari atau diameter

Gambar 1.47 Diameter diperlukan untuk proses pengerjaan

Gambar 1.48 Diameter pada separuh dari bagian simetris

c. Ukuran lubang dengan garis penunjuk.

Ukuran lubang dapat ditempatkan diluar gambar tanpa garis bantu dan garis ukur seperti
tampak pada Gambar 1.49. Ukuran diameter bagian silinder dari benda kerja tersebut hanya
dihubungkan dengan garis penunjuk. Garis penunjuk tersebut ujung permulannya harus diberi
titik bila berada dalam batas gambar dan harus diberi anak panah jika berada pada batas gambar.
Gambar 1.49 ukuran diameter dengan garis petunjuk

d. Ukuran Sudut

Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik pusatnya pada titik
sudutnya, dan berujung pangkal pada kedua buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya
(Gambar 1.50).

Gambar 1.50 Pemberian ukuran sudut

e. Memberi ukuran bagian yang sama

Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama, seperti misalnya plenes dari
sebuah sambungan T, lemari katup, dsb, hanya diberi ukuran pada salah satu bagian saja
(Gambar 1.51). dalam hal ini bagian yang tidak diberikan ukuran harus diterangkan dengan
pernyataan kesamaannya.
Gambar 1.51 Ukuran dari bagian-bagian yang sama

Ukuran lubang dengan laur pasak

Jika sebuah lubang laur pasak digambar sebagai gambar potongan, maka ukurannya diberikan
seperti pada Gambar 1.52.

Gambar 1.52 Diameter dalam dengan alur pasak


Ukuran lubang
Ukuran ukuran lubang baut, lubang ulir, lubang pen, lubang palu keeling dan sejenis, harus
dinyatakan dengan jumlah lubang didepan ukuran lubang, yang dihubungkan oleh garis
penunjuk pada salah satu lubang (Gambar 1.53). Jumlah lubang hanya menyatakan kelompok
lubang yang sma besarnya pada bagian yang bersangkutan (contoh sebuah lemari katup jumlah
luubang hanya berlaku sebuah plenes). Jika hanya terdapat sebuah lubang, jumlahnya tidak
perlu dicantumkan.

Gambar 1.53 Ukuran lubang

Jika Beberapa Elemen Yang Berjarak Sama

Jika elemen yang berjarak sama, atau disususn secara teratur, cara cara berikut untuk
penyederhanaan dapat dipakai. Ukuran-ukuran linear dapat ditentukan menurut Gambar 1.54
jika hal demikian menimbulkan keraguan, maka sebuah ukuran jarak boleh dicantumkan,
seperti pada Gambar1.55. Jarak antara lubang dan elemen lain pada sebuah lingkaran dapat
diberi ukuran seperti pada gambar 1.56. ukuran jarak boleh ditiadakan bila dari gambar sudah
cukup jelas (gambar 1.57).

Gambar 1.54 memberi ukuran bagian yang berjarak sama


Gambar 5.65 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama

Gambar 5.66 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama

Gambar 5.67 Memberi ukuran lubang


Gambar 1.58 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama pada lingkaran

Gambar 1.59 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama pada lingkaran

Gambar 1.60 Memberi ukuran letak lubang terhadap Bidang referensi


Gambar 1.61 Memberi ukuran lubang

Jarak anatara melengkung (circular) dapat dinyatakan secara tidak langsung dengan
memberikan jumlah elemen, seperti tampak pada Gambar1.58 dan 1.59. Jika dalam hal-hal
tertentu diperlukan ketentuan jumlah elemen, umpamnya untuk menghindari pengulangan
ukuran yang sama, jumlah elemen dapat dinyatakan seperti pada Gambar 1.60 dan Gambar
1.61.

Cara Memberi Ukuran Bagian-Bagian Yang Disusun

Jika beberapa bagian digambar dalam susunan, ukuran-ukuran dari tiap bagian sedapatnya harus
dipisahkan (Gambar 1.62).

Gambar 1.62 Memberi ukuran bagian-bagian yang disusun


D
A
F
T
A
R
P
U
Hartanto, N. Sugiarto. (2013). Menggambar Mesin Menurut Standar ISO. Jakarta Timur, PT.
S
Balai Pustaka (Persero).

T Teknik, https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&
Direktorat Pembinaan SMK, Gambar
esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi2sdO5yM7XAhUGs48
KHforCHkQFghHMAU&url=https%3A%2F%2Fbsd.pendidikan.id%2Fdata
%2F2013%2Fkelas_10smk
%2FKelas_10_SMK_Gambar_Teknik_1.pdf&usg=AOvVaw3si5Lp8_oAMqo6BycbD
M4P (diakses tanggal 21 November 2017)

Buku Sekolah Elektronik, Widarto, Teknik Pemesinan, https://www.google.co.id /url?bse.go.id


(diakses 14 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai