cindiamilatulfaseha@gmail.com, Manajemen
ABSTRAK
ABSTRAK...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
3. Faktor Pemicu.........................................................................................5
Kesimpulan..............................................................................................8
Saran........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini finansial adalah salah satu bidang yang mendukung
kekuatan perekonomian suatu negara. Sektor keuangan memegang
peranan yang sangat signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi
suatu negara.Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil
via kumulasi kapital dan inovasi teknologi. Baru-baru ini telah muncul
inovasi terbaru dalam bidang keuangan yang sering disebut financial
technology (FinTech). Fintech telah membawa warna baru dalam dunia
finansial. Dengan kemajuan teknologi dan keinginan pemenuhan
kebutuhan nasabah atau masyarakat mendorong terciptanya sebuah
terobosan baru yang memudahkan dan mempercepat semua transaksi
pinjam meminjam, kredit, pembelian atau yang berhubungan dengan
transaksi keuangan. Namun dengan kemajuan fintech saat ini banyak
fintech yang illegal dan bodong. Menurut hasil pendataan dari OJK, saat
ini ada 63 fintech P2PL yang legal, sementara ditemukan pula sebanyak
227 penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
informasi tidak terdaftar di regulator dan tidak berijin usaha atau ilegal.
Bagian perlindungan konsumen dari OJK telah melakukan tindakan nyata
untuk fintech yang ilegal. Karena banyaknya keluhan nasabah terhadap
pelayanan fintech ilegal, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta
membuka posko pengaduan terkait kasus pinjaman online yang menjerat
ratusan nasabah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka permasalahan
yang hendak dikaji adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan fintech?
2. Bagaimana kondisi bisnis keuangan digital saat ini ?
3. Apakah faktor pemicu dari adanya fintech ilegal?
4. Bagaimana membatasi ruang gerak rentenir daring?
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui dan memahami:
1. Pengertian fintech.
2. Kondisi bisnis keuangan digital saat ini.
3. Faktor pemicu dari adanya fintech ilegal.
4. Cara membatasi ruang gerak rentenir daring.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi FinTech
Menurut definisi yang dijabarkan oleh National Digital Research
Centre (NDRC), FinTech adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
suatu inovasi di bidang jasa finansial. Kata FinTech sendiri berasal dari
kata financial dan technology yang mengacu pada inovasi finansial dengan
sentuhan teknologi modern.
Walaupun belum memiliki definisi baku, pada dasarnya fintech
adalah sebuah segmen dari dunia startup yang memiliki fokus untuk
memaksimalkan penggunaan teknologi guna mengubah, mempercepat atau
mempertajam berbagai aspek dari layanan keuangan yang tersedia saat ini.
Mulai dari metode pembayaran, transfer dana, pinjaman, pengumpulan
dana, hingga pengelolaan aset.
Layanan yang diberikan oleh startup fintech pastinya berkaitan
dengan finansial.Namun, setiap startup fintech memiliki fokus yang
berbeda-beda.Ada startup yang fokus terhadap bisnis mikro, dengan
menyediakan penjualan pulsa, pembayaran tagihan, dan layanan
keuangan.Kemudian ada juga startup yang fokus menyediakan payment
gateway untuk memudahkan berbagai macam urusan pembayaran. Ada
juga startup fintech yang fokus menyediakan produk finansial, seperti
kartu kredit, asuransi, dan investasi.
C. Faktor Pemicu
Menjamurnya fintech ilegal di Indonesia pada saat ini dipicu oleh
dua faktor yang fundamental. Pertama, erat kaitannya dengan rendahnya
porsi kredit UMKM pada perbankan yang ada di Tanah Air. Meskipun
Bank Indonesia (BI) selaku regulator telah mewajibkan setiap bank untuk
memenuhi 20% porsi kredit UMKM pada akhir 2018, kenyataannya
sampai dengan saat ini masih banyak bank yang kesulitan memenuhi
ketentuan yang diatur. Salah satu penyebabnya karena profil sebagian
besar UMKM kita justru berasal dari golongan ultra mikro (sangat kecil)
yang dianggap tidak dapat memenuhi syarat perbankan (unbankable).
Data Kementerian Keuangan menyebutkan dari sekitar 60 juta
UMKM yang ada, 44 juta atau sekitar 73 persen di antaranya belum
mendapatkan akses terhadap pembiayaan kredit, meskipun banyak di
antara mereka yang memiliki prospek usaha yang layak (feasible).
Kebanyakan pelaku UMKM yang feasible tetapi unbankable ini adalah
para pelaku usaha mikro yang berada pada lapisan terbawah seperti
penjual di pasar tradisional, pemilik bengkel motor, penjahit, pedagang
kaki lima, pemilik warung dan lain sebagainya. Ceruk inilah yang
dijadikan sasaran empuk oleh pelaku fintech ilegal asing yang sedang
marak.
Faktor yang juga patut disorot sebagai pemicu adalah masih
rendahnya indeks literasi keuangan masyarakat dewasa di Tanah Air.
Meskipun tingkat inklusi keuangan nasional sudah mencapai 67,8%,
tingkat literasi keuangan masih berada pada level 29-30%. Hal ini berarti
70% lebih masyarakat dewasa kita masih dikategorikan financially
illeterate atau belum melem keuangan.
Lebih parahnya lagi masih banyak masyarakat yang sudah
tersentuh inklusi keuangan, tetapi tidak memiliki pemahaman yang baik
tentang produk atau akses keuangan yang dimiliki. Masyarakat yang
masuk pada golongan ini sangatlah rentan terhadap berbagai praktik
penipuan. Maka tak heran jika pelaku fintech ilegal asing melihat
Indonesia sebagai target pasar yang ideal.
B. Saran
OJK hendaknya lebih berperan untuk mengawasi, mengatur
industri fintech, dan melindungi nasabah dengan mengeluarkan aturan
yang lebih ketat sehingga tidak ada lagi fintech ilegal yang bebas
bergerak di masyarakat. Masyarakat pun hendaknya lebih berhati-hati
sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa perusahaan fintech
atau dalam menentukan jenis fintech yang akan membantunya untuk
melakukan pinjaman.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.wartaekonomi.co.id/read185261/mencegah-fintech-jadi-rentenir-digital
https://news.detik.com/kolom/d-4496464/menangkal-jebakan-rentenir-digital
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181108114808-78-344927/1001-masalah-
di-balik-rentenir-era-digital
https://www.ayobandung.com/read/2019/04/12/49515/mewaspadai-rentenir-digital
http://widyakirana09.blogspot.com/2018/01/tugas-akhir-semester-6-makalah-
tentang.html
https://business-law.binus.ac.id/2019/03/19/sekilas-perkembangan-fintech-di-
indonesia/
https://www.academia.edu/38428877/Illegal_Financial_Technology_dan_Regulasi_yang
_mengaturnya_dalam_Industri_Perbankan_Indonesia