BAB I
STATUS PASIEN
1.2 ANAMNESIS
Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB jenis apapun.
Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah selama 1 tahun dengan satu kali pernikahan.
Pertama kali menikah pasien berusia 21 tahun dan suami 25 tahun.
Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri, perdarahan pervaginam
diluar menstruasi disangkal.
1.4 RESUME
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada
tanggal 26 Desember 2019 pukul 16.40 WIB atas rujukan dari Puskesmas Karang
wareng dengan G1P0A0 parturien aterm kala 1 fase laten dengan KPD 16 jam.
Saat datang ke RS pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul
01.00 WIB. Keluar air-air dirasakan tiba-tiba saat pasien tidur, air yang keluar
menyembur seperti balon air yang pecah, berwarna jernih dan tidak berbau.
Keluhan disertai dengan mulas-mulas sejak 8 jam SMRS, mulas dirasakan hilang
timbul dan semakin kuat. Keluhan keluar air-air tidak disertai darah maupun
lendir. Gerakan janin dirasakan aktif. Pasien mengaku malamnya sempat
bersenggama dengan suaminya. Keluhan lain seperti keputihan, demam,
pandangan kabur, nyeri kepala dan nyeri ulu hati disangkal.Karena keluhan
tersebut pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Karang wareg pada pukul 14.30
WIB, kemudian dirujuk ke RSUD Waled.
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit serupan riwayat oprasi
sebelumnya di sangkal. Pasien mengaku menstruasi pertama saat usia 12 tahun
dengan siklus yang teratur 28 hari, lama 7 hari dengan 2-3 pembalut per hari.
Riwayat obstetri hamil saat ini HPHT 17 Maret 2019, HPL 24 Desember 2019,
HPL : 24 Desember 2019. Riwayat ANC setiap bulan ibu selalu kontrol
kehamilan di bidan puskesmas. Riwayat imunisasi TT pada kehamilan ini sudah
di dapatkan sebanyak 2x di bidan puskesmas. Pasien mengaku melakukan USG
satu kali di dr. haris saat usia kehamilan 8 bulan dengan hasil, janin tunggal hidup,
presentasi kepala, ketuban cukup, DJJ (+). Riwayat KB Pasien belum pernah
menggunakan KB jenis apapun. Riwayat Pernikahan, Pasien sudah menikah
selama 1 tahun dengan satu kali pernikahan. Pertama kali menikah pasien berusia
21 tahun dan suami 25 tahun. Riwayat obstetri Riwayat kanker, kista ovarium,
mioma uteri, perdarahan pervaginam diluar menstruasi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik Keadaan Umum Baik, Kesadaran Composmentis,
Tinggi badan 158 cm, Berat badan 60 kg. Tanda-tanda vital : Tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 90 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu 37,5° C. Status
generalisdalam batas normal. Pada status obstetri, Pemeriksaan fisik luar TFU 32
cm, DJJ 150x/menit, reguler, His 1x10’10”. Palpasi Leopold I Teraba bagian
6
lunak berbentuk bulat (bokong). Leopold II Bagian kecil janin teraba di kiri ibu
(ekstremitas), punggung janin teraba di sebelah kanan ibu, DJJ 150x/menit.
Leopold III presentasi kepala, Leopold IV Sudah masuk PAP (divergen).
Pemeriksaan fisik dalam, V/V Tidak ada kelainan, Pemeriksaan Inspekulo
Dinding vagina tidak ada massa, portio livid, tampak keluar cairan jernih dari
ostium uteri eksternum. Vagina Touche Dinding vagina licin, portio tebal dan
lunak, letak di anterior, Ø 1 cm, ketuban(-), kepala Hodge I. Bishop Score total
bishop skor 7. Tes Nitrazin(+) , Tes PH 8.
1.6 DIAGNOSIS
G1P0A0 parturien aterm kala I fase laten dengan ketuban pecah dini 16 jam.
1.7 PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Observasi Keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Observasi Denyut jantung janin dan kemajuan persalinan
7
1.8 PROGNOSIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Ketuban Pecah Dini
2.1.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadinya persalinan.(1)
Dibedakan menjadi 2:
- PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes): ketuban
pecah pada saat usia kehamilan ≤37 minggu.
- PROM (Premature Rupture of Membranes) : ketuban pecah
pada saat usia kehamilan ≥37 minggu.
2.1.2 Epidemiologi
Kejadian ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada 10-12% dari
semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya 6-19%, sedangkan
pada kehamilan preterm 2-5%. Insiden KPD di seluruh dunia bervariasi
antara 5-10% dan hampir 80% terjadi pada usia kehamilan aterm.(1)
Sementara itu, insiden KPD preterm diperkirakan sebesar 3-8%
Dalam keadaan normal, 8-10% wanita hamil aterm akan mengalami
KPD dan hanya 1% terjadi pada usia kehamilan preterm. Prevalensi dari
KPD preterm di dunia adalah 3-4,5% kehamilan dan merupakan
penyumbang dari 6-40% persalinan preterm atau prematuritas. Di China
dilaporkan insiden KPD lebih tinggi sekitar 19,53% dari seluruh
kehamilan, sedangkan di Indonesia berkisar antara 4,5-7,6%. Kejadian
persalinan dengan KPD pada usia kehamilan aterm (≥37 minggu) yaitu
179 kasus (84,43%), sedangkan pada preterm sebanyak 33 kasus
(15,57%). Ketuban pecah dini preterm dikaitkan dengan 30 - 40%
kelahiran prematur dan merupakan penyebab utama kelahiran prematur.
Ketuban pecah dini preterm yang terjadi sebelum usia kehamilan 24
minggu, disebut sebagai KPD preterm previable, kejadiannya kurang
dari 1% kehamilan dan berhubungan dengan komplikasi yang berat pada
ibu ataupun janin.(1)
2.1.3 Etiologi
9
meningkat pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini. Sedangkan pada
preterm didapatkan kadar protease yang meningkat terutama MMP-9 serta
kadar TIMP-1 yang rendah.(3)
Gangguan nutrisi merupakan salah satu faktor predisposisi adanya gangguan
pada struktur kolagen yang diduga berperan dalam ketuban pecah dini.
Mikronutrien lain yang diketahui berhubungan dengan kejadian ketuban pecah
dini adalah asam askorbat yang berperan dalam pembentukan struktur triple
helix dari kolagen. Zat tersebut kadarnya didapatkan lebih rendah pada wanita
dengan ketuban pecah dini. Pada wanita perokok ditemukan kadar asam
askorbat yang rendah.(3)
Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan ketuban pecah dini melalui beberapa mekanisme.
Beberapa flora vagina termasuk Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus dan
Trikomonas vaginalis mensekresi protease yang akan menyebabkan terjadinya
degradasi membran dan akhirnya melemahkan selaput ketuban. Respon
terhadap infeksi berupa reaksi inflamasi akan merangsang produksi sitokin,
MMP, dan prostaglandin oleh netrofil PMN dan makrofag. Interleukin-1 dan
tumor nekrosis faktor α yang diproduksi oleh monosit akan meningkatkan
aktivitas MMP-1 dan MMP-3 pada sel korion. Infeksi bakteri dan respon
inflamasi juga merangsang produksi prostalglandin oleh selaput ketuban yang
diduga berhubungan dengan ketuban pecah dini preterm karena menyebabkan
iritabilitas uterus dan degradasi kolagen membran. Beberapa jenis bakteri
tertentu dapat menghasilkan fosfolipase A2 yang melepaskan prekursor
prostalglandin dari membran fosfolipid. Respon imunologis terhadap infeksi
juga menyebabkan produksi prostaglandin E2 oleh sel korion akibat
perangsangan sitokin yang diproduksi oleh monosit. Sitokin juga terlibat dalam
induksi enzim siklooksigenase II yang berfungsi mengubah asam arakidonat
menjadi prostalglandin. Sampai saat ini hubungan langsung antara produksi
prostalglandin dan ketuban pecah dini belum diketahui, namun prostaglandin
terutama E2 dan F2α telah dikenal sebagai mediator dalam persalinan mamalia
dan prostaglandin E2 diketahui mengganggu sintesis kolagen pada selaput
ketuban dan meningkatkan aktivitas dari MMP-1 dan MMP-33. Indikasi terjadi
14
infeksi pada ibu dapat ditelusuri metode skrining klasik, yaitu temperatur rektal
ibu dimana dikatakan positif jika temperatur rektal lebih 38°C, peningkatan
denyut jantung ibu lebih dari 100x/menit, peningkatan leukosit dan cairan
vaginal berbau.(3)
DAFTAR PUSTAKA