Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018

Politeknik Negeri Banjarmasin

ANALISIS REGULASI ATAS ZAKAT PERUSAHAAN


PADA NEGARA INDONESIA, MALAYSIA, DAN ARAB
SAUDI
Rizky Amalia Rahmadani¹, Siti Bulkis², M. Yassir Fahmi3
Politeknik Negeri Banjarmasin1,2,3
rzkyamalia67@gmail.com1, sitibulkis3@gmail.com2, myassirfahmi@gmail.com3

ABSTRACT
Corporate zakat is zakat imposed on the corporate. The corporate zakat potential in
Indonesia is essentially high, but the funds collected by the National Zakat Agency
and other zakat management institutions are still very small. In contrast, Malaysia
and Saudi Arabia can collect a big amount of this corporate zakat each year.
Therefore, this study aims to discuss and compare the regulations of corporate zakat
in Indonesia, Malaysia, and Saudi Arabia. This study uses a comparative-descriptive
method to find the similarities and differences in establishing regulations on the
corporate zakat in these countries. The data obtained from the library research. The
results of this study indicate that the corporate zakat in Indonesia, Malaysia, and
Saudi Arabia is actually equally obligatory. However, there are several differences
between these countries, namely the provisions of the ulama, the basis of accounting
records and its relations to tax. Keywords: zakat, corporate, Indonesia, Malaysia,
Arab Saudi

ABSTRAK
Zakat perusahaan adalah zakat yang dikenakan pada perusahaan. Potensi zakat
perusahaan di Indonesia pada dasarnya tinggi, tetapi dana yang dikumpulkan oleh
Badan Zakat Nasional dan lembaga pengelolaan zakat lainnya masih sangat kecil.
Sebaliknya, Malaysia dan Arab Saudi dapat mengumpulkan sejumlah besar zakat
perusahaan ini setiap tahun. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membahas
dan membandingkan peraturan zakat perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Arab
Saudi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif untuk menemukan
persamaan dan perbedaan dalam menetapkan peraturan tentang zakat perusahaan di
negara-negara ini. Data diperoleh dari hasil penelitian pustaka. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa zakat perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi
sebenarnya sama-sama wajib. Namun, ada beberapa perbedaan antara negara-negara
ini, yaitu ketentuan ulama, dasar catatan akuntansi dan hubungannya dengan pajak.
Kata Kunci: Zakat, Perusahaan, Indonesia, Malaysia, Arab Saudi

PENDAHULUAN
Dalam prinsip syariah terdapat ibadah zakat yang merupakan ibadah dengan
nilai sosial yang tinggi (Warno, 2016). Sebab, zakat merupakan pungutan yang
mendorong kehidupan ekonomi hingga tercipta padanya pengaruh–pengaruh
tertentu (Nasrudin, 2013).

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentaskan


kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk
pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha
dan mengharap pahala dari Allah semata (Khoirunnisa, 2013). Zakat juga
merupakan manifestasi dari kegotongroyongan antara para hartawan dengan fakir
miskin. Pengeluaran zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dari bencana
kemasyarakatan, yaitu kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun mental
(AshShiddieqy, 2009). Zakat merupakan salah satu metode dan instrumen yang
bisa memberdayakan masyarakat miskin,dan memberikan kemudahan masyarakat
miskin untuk mendapatkan akses modal untuk berusaha (Pratama, 2015).
Sebenarnya potensi zakat di Indonesia tergolong tinggi, hanya saja belum
maksimal penghimpunannya. Salah satu zakat yang belum terhimpun adalah zakat
yang dikenakan atas perusahaan yang memiliki kekayaan sendiri dan memiliki
kemampuan secara hukum (Badan Amil Zakat Nasional, 2014; Badan Amil Zakat
Nasional, 2017 ). Sebagai contoh, potensi zakat dari sektor industri di negara
Indonesia mencapai Rp22 triliun pertahun. Belum dari sektor perdagangan, jasa
dan sektor usaha lainnya yang terus berkembang (Firdaus, Beik, Irawan, &
Juanda, 2012). Begitu tinggi potensi zakat nasional, terutama zakat perusahaan.
Namun, dana zakat perusahaan yang bisa dihimpun oleh Badan Amil Zakat
Nasional dan Lembaga Pengelola Zakat masih sangat kecil (Badan Amil Zakat
Nasional, 2014).
Berbeda dengan di Malaysia, di mana melalui Pungutan-Pungutan Zakat (PPZ)
di wilayah persekutuan, setiap tahunnya terkumpul penerimaan zakat perusahaan
yang cukup besar (Badan Amil Zakat Nasional, 2014).
Perhatian yang besar terhadap zakat perusahaan juga dilakukan pemerintah
Arab Saudi yang pengelolaan zakatnya berada dalam satu atap dengan pajak
dibawah
Kementerian Keuangan dengan nama Maslahatuz Zakat wal Dakhil atau Badan
Zakat dan Pajak (Badan Amil Zakat Nasional, 2014). Penghimpunan zakat diarab
saudi diterapkan pada semua jenis asset atau kekayaan (Nadhari, 2013). Inilah
yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis lebih mendalam mengenai
Regulasi Atas Zakat Perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini bersifat kualitatif. Dengan metode pendekatan penelitian
deskriptif komparatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang apa saja
dan bagaimana regulasi-regulasi zakat perusahaan di negara-negara yang
penduduknya mayoritas seorang muslim dan memberikan perbandingan satu sama
lainnya terkait apa saja perbedaan dan persamaan negara-negara tersebut dalam
menetapkan regulasi zakat perusahaan di negaranya masing-masing.
Dalam penelitian ini, penulis memilih negara Indonesia, Malaysia, dan Arab
Saudi sebagai subjek penelitian atas regulasi zakat perusahaan. Karena 3 negara
tersebut termasuk negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Dengan
sumber data didapat melalui studi kepustakaan (library research).

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

PEMBAHASAN PENELITIAN
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada 4 aspek, yaitu Pro dan Kontra
zakat perusahaan, regulasi zakat Perusahaaan yang diterapkan di Indonesia,
Malaysia, dan Arab Saudi.
Pro dan Kontra Zakat Perusahaan
Menurut Ramli, Rosele, dan Abdullah (2013) bahwa syarikat (perusahaan)
merupakan syaksiyah al-I’tibariyah dalam syariat islam. Yang mana maksud dari
syaksiyah al-I’tibariyah adalah kumpulan manusia yang bersatu untuk menuju
objek tertentu atau kumpulan harta yang diurus untuk tujuan tertentu yang dapat
melakukan transaksi dan layak untuk membayar zakat. Ini menunjukkan bahwa
syarikat (perusahaan) juga wajib untuk membayar zakat.
Sedangkan, Menurut pendapat M. Dawam Rahardjo yang tercantum dalam
penelitian Hadi (2016) wajib zakat itu tidak terkena pada perusahaan atau badan
hukum, sebab perusahaan atau badan hukum tidak melakukan ibadah mahdah.
Yang terkena zakat adalah orang yang bekerja atau karyawan pada perusahaan
atau badan hukum tersebut. Perusahaan atau badan hukum, sangat terpuji apabila
melakukan infak dan sedekah. Dengan demikian, perusahaan atau badan hukum
tidak terkena ketentuan nisab dan tarif sebesar 2,5% dari nilai kekayaan bersih
(net worth). Lain halnya apabila perusahaan itu milik perorangan, maka di sini
zakat perusahaan itu identik dengan zakat pemiliknya. Jika diberlakukan
kewajiban zakat atas pemilik dan perusahaanya, maka akan terjadi dua kali zakat.
Selain itu masih perlu diperhitungkan dari mana tarif 2,5% itu dihitung, dari laba
bersih atau kekayaan bersih atau kedua-duanya. Pemikiran M. Dawam Rahardjo
ini berlawanan arus dengan kebanyakan ulama.
Regulasi Zakat Perusahaan yang diterapkan di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah populasi yang besar, dan
jumlah muslim terbesar didunia (Nadhari, 2013). Potensi zakat nasional, terutama
zakat perusahaan di tanah air relatif sangat tinggi. Yaitu, mencapai Rp114 triliun
atau 52,5 % dari potensi zakat nasional yang mencapai Rp217 triliun. Sayangnya,
dana zakat perusahaan yang bisa dihimpun lembaga pengelola zakat sangat kecil.
BAZNAS saja, pada 2013, hanya menghimpun Rp5,3 miliar (Badan Amil Zakat
Nasional, 2014).
Pengelolaan Zakat dimulai tanggal 26 Juli 1999 yaitu dengan penjelasan
pemerintah yang di awali oleh Menteri Agama. Melalui surat Ketua DPR RI
Nomor RU.01/03529/DPR-RI/1999. Pada tanggal 23 September 1999 disahkan
UndangUndang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat terdiri dari 10 Bab
yang mengandung 25 pasal (Aziz, 2014; Budiman, 2003).
Dalam pengelolaan zakat pada tahun 2011 UU No. 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat direvisi menjadi UU No. 23 Tahun 2011 dan dilengkapi
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 tahun 2014. UU No. 23
tahun 2011 menyatakan bahwa untuk melaksanakan pengelolaan zakat,

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

pemerintah membentuk BAZNAS baik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten


Kota (Ridwan, 2016). Anatomi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat terdiri dari 11 bab dan 47 pasal tentang pengelolaan zakat juga
telah dinyatakan bahwa badan usaha atau perusahaan juga termasuk kedalam
kategori muzakki (Hakim, 2015). Undang-undang tersebut mencakup kegiatan
perencanaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat secara
integratif oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dikelola pemerintah
dan Lembaga
Amil Zakat (LAZ) yang dikelola oleh masyarakat. Terbitnya peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun yang komprehensif, aplikatif, dan
adaptif diharapkan akan dapat mendorong terwujudnya good amil governance
(GAG) (Jaelani, 2015).
Peraturan zakat perusahaan juga dapat dilihat dari masalah pelaporan.
Pelaporan zakat perusahaan di Indonesia ada dalam PSAK No. 101 yang telah
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK No. 101 menyatakan
bahwa penyajian laporan keuangan entitas syariah terdiri dari 5 elemen. Dua dari
laporan tersebut adalah (1) pernyataan sumber dan penggunaan dana dalam dana
zakat dan amal (2) pernyataan sumber dan penggunaan dana dalam dana qard
(Andriani & Mairijani, 2017). Sayangnya, terdapat 3 Bank Umum Syariah yang
tidak menyajikan LSPDZ (Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat) dari 10
Bank Umum Syariah yang diteliti laporan keuangannya. Ketidakpatuhan dengan
standar itu mungkin terjadi karena tidak adanya fatwa oleh MUI yang mewajibkan
entitas untuk membayar zakat (Andriani, Rakhmawati, & Fahmi, 2016).
Mengenai kewajiban perusahaan untuk membayar zakat juga diterangkan
dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia (Permenag RI) No.52/2014
pasal 1 dan 2 yang memaparkan bahwa zakat merupakan sejumlah harta yang
wajib dikeluarkan oleh muzaki, yang mana muzaki tersebut terbagi atas muzaki
perorangan dan muzaki Badan usaha (Perusahaan) (Kementerian Agama Republik
Indonesia, 2014).
Terkait kewajiban perusahaan untuk membayar pajak, zakat perusahaan dapat
menjadi pengurang pembayaran pajak. Regulasi tersebut didukung oleh
UndangUndang No 23 Tahun 2011 didalam Pasal 22 dan 23 dijelaskan bahwa
penghasilan kena pajak dapat dikurangkan dari pembayaran zakat yang disetorkan
kepada BAZNAS dengan menunjukan bukti setoran zakat kepada pihak pengelola
pajak (UU 23 Tahun 2011, 2011). Hanya saja, zakat perusahaan yang dibayarkan
tidak memotong secara langsung pajak yang dibayarkan perusahaan. Tetapi, zakat
perusahaan tersebut dikategorikan sebagai biaya yang akan mengurangi laba
bersih perusahaan sehingga pajak yang akan dibayarkan perusahaan menjadi
berkurang.
Selain regulasi yang ditetapkan pemerintah, forum zakat bersama Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) juga menyusun sebuah standar untuk pencatatan
akuntansi yang bertujuan menyeleraskan pelaporan pada akuntansi zakat. BAZ di
Indonesia pada awalnya menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba dan pada tahun

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

2008 IAI menyelesaikan PSAK No.109 tentang Akuntansi Zakat (Megawati &
Trisnawati, 2014). Pada tahun 2017 IAI sudah merevisi dan menyusun kembali
tentang akuntansi zakat dimana terdapat pada PSAK No. 101 tentang pelaporan
dan PSAK No.109 tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
transaksi zakat dan infaq/sedekah (Ikatan Akuntan Indonesia, 2017).
Regulasi Zakat Perusahaan yang diterapkan di Malaysia
Pembayaran zakat dalam lingkup perusahaan masih kurang jelas dan
menyebabkan perbedaan pendapat di Malaysia karena menurut Abdul Hamid
Mohamad, zakat hanya dikenakan kepada individu bukan syarikat (perusahaan)
dan hal ini terkait dengan Akta Syarikat 1965 yang menjelaskan bahwa individu
itu terpisah dengan perihal syarikat (Wahab & Borhan, 2014). Pembayaran zakat
perusahaan di Malaysia merupakan suatu kasus yang perlu didiskusikan. Namun,
yang mesti dibahas terkait zakat perusahaan adalah terkait status kewajiban zakat
perusahaan tersebut di Negara Malaysia (Rosele, Abdullah, & Arifin, 2015).
Pada tanggal 9 Desember 1992 Jawatankuasa fatwa Kebangsaan Bagi Hal
Ehwal Ugama Islam Malaysia mengadakan konferensi (muzakarah) di Kuala
Lumpur untuk membahas terkait hukum atas zakat perusahaan. Dari konferensi
tersebut ditetapkanlah aturan Fatwa Ke-12 Hukum Zakat Ke Atas Syarikat, yang
mana putusan tersebut berisi 7 syarat syarikat (perusahaan) yang wajib
membayarkan zakat perusahaannya yakni:
1. Perusahaan dimiliki oleh orang Islam;
2. Perusahaan dimiliki oleh orang Islam yang merdeka;
3. Perusahaan dimiliki utuh;
4. Cukup nisab;
5. Cukup haul (genap setahun qamariah atau 354.3 hari);
6. Kadar zakat atas perusahaan adalah 2.5%;
7. Perusahaan yang dimiliki bersama antara orang Islam dan bukan Islam, maka
wajib atas sejumlah saham yang dimiliki oleh orang Islam saja berdasarkan
pendapatan bersih yang diperolehnya (Himpunan Keputusan Muzakarah
Jawatankuasa Fatwa kebangsaan, 1992).
Terkait standar pencatatan akuntansi zakat perusahaan, Lembaga Piawaian
Perakaunan Malaysia atau Malaysian Accounting Standard Board (MASB)
menerbitkan Technical Release i-1 "Akuntansi Zakat untuk Perusahaan".
Technical Release i-1 diterbitkan untuk memberikan panduan akuntansi mengenai
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan zakat oleh perusahaan
yang membayar zakat (Malaysian Accounting Standard Board, 2006)
Pada pemerintahan Perdana Menteri Mahatir Mohammad, zakat tidak dianggap
sebagai komponen penting untuk membasmi kemiskinan. Pengelolaan zakat di
Malaysia dilakukan oleh Majelis Agama Islam (MAI). Dari MAI inilah Pusat
Pungutan Zakat (PPZ) didirikan (Amiruddin, 2015).
Malaysia mendirikan Pusat Pungutan Zakat (PPZ) pada tahun 1991 dalam
rangka mensosialisasikan zakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya zakat (Ikhsan, 2017). Melalui PPZ Wilayah Persekutuan, setiap

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

tahunnya terkumpul penerimaan zakat perusahaan yang cukup besar. Dengan


insentif berupa zakat sebagai pengurang pajak, pemerintah Malaysia tidak
khawatir hal itu akan menurunkan penerimaan pajak. Dari hasil penelitian yang
dilakukan Dr. Irfan Beik, Staf Ahli BAZNAS, ternyata ada korelasi positif antara
penghimpunan zakat dan pendapatan pajak (Badan Amil Zakat Nasional, 2014).
Di Malaysia, hukum negara melalui Akta Cukai Pendapatan 1967, Seksyen 6A
(3) memberikan keistimewaan bagi penduduk muslim termasuk badan usaha
(syarikat) yang dimiliki oleh orang muslim. Dijelaskan dalam Akta bahwa
penduduk muslim akan diberikan potongan terhadap pembayaran pajak apabila
zakat telah dibayarkan ke pada pihak otoritas keagamaan dan dibuktikan dengan
tanda terima zakat yang dikeluarkan oleh pihak otoritas keagamaan. Semakin
banyak zakat dikeluarkan, semakin sedikit jumlah pajak dibayar. Jika jumlah
zakat sama atau melebihi pajak, maka tidak perlu membayar pajak
penghasilannya. Tidak ada batasan jumlah tertentu dalam potongan harga pajak.
Selama pembayaran dibuat untuk kepentingan agama (zakat), maka penduduk
muslim tetap mendapat potongan pajak (Ghazi, 2016).

Regulasi Zakat Perusahaan yang diterapkan di Arab Saudi


Arab Saudi merupakan sebuah negara yang pemerintahannya berbentuk
kerajaan. Arab Saudi membawahi dua kota suci bagi umat Islam, yaitu Makkah
dan Madinah. Sejak zaman Rasulullah, negeri tempat berdirinya Ka’bah itu
mendapat tempat istimewa dihati umat Islam diseluruh dunia. Dalam beberapa
bidang, misalnya pengelolaan zakat, Arab Saudi lebih progresif dibanding negara
lain. Zakat dan pajak di Arab saudi dikelola oleh badan khusus yang dibawahi
oleh kementrian keuangan bernama Department of Zakat and Income Tax
(Mashlahah az-Zakaah Wa ad-Dakhl) (Ridwan, 2014).
Penghimpunan zakat diarab saudi diterapkan pada semua jenis asset atau
kekayaan. Untuk penyaluran zakatnya, pemerintah arab saudi lebih fokus terhadap
jaminan untuk warganya, karena wewenang pendistribusian zakat berada pada
wewenang Kementerian sosial dan tenaga kerja dibawah Dirjen Jaminan Sosial
(Nadhari, 2013).
Pengelolaan zakat berdasarkan Undang-undang di Arab Saudi berlaku mulai
tahun 1951 M. Pelaksanaan zakat oleh pemerintah Arab Saudi berdasarkan pada
Keputusan Raja (Royal Court) No. 17/2/28/8634 tertanggal 7 April 1951 M
(29/6/1370 H) yang menetapkan sistem wajib zakat (zakat syar’i) (Ridwan, 2014).
Terlihat dari regulasinya, yaitu zakat perusahaan wajib dibayarkan kepada
Maslahatuz Zakat yang dikelola Kementerian Keuangan, sedangkan zakat
individu diserahkan kepada masing-masing individu, apakah disalurkan langsung
ke mustahik atau melalui yayasan sosial. Perusahaan yang diwajibkan membayar
zakat adalah perusahaan milik warga Arab Saudi, sedangkan perusahaan asing
yang bukan milik warga negara Arab Saudi wajib membayar pajak. Dengan kata
lain, perusahaan milik muslim wajib membayar zakat,dan perusahaan milik non-
muslim wajib membayar pajak. Pengumpulan zakat dan pajak di Negara Arab
Saudi telah menggunakan online system. Badan Zakat dan Pajak di Arab Saudi,

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

memiliki pusat data dan informasi yang lengkap dan didukung perangkat
Information and Coomunication Technology (ICT). Sekitar 70% dari penerimaan
Badan Zakat dan Pajak Arab Saudi berasal dari perusahaan besar yang beroperasi
di Arab Saudi (Badan Amil Zakat Nasional, 2014).
Kebijakan yang menarik yang sudah diterapkan di Arab Saudi adalah adanya
penetapan zakat tidak hanya pada perusahaan swasta tetapi juga perusahaan
gabungan antara swasta dan pemerintah. Tapi kemudian hal ini juga diperkuat
keputusan majlis tinggi qhodhi yang memfatwakan bahwa perusahaan gabungan
antara pemerintah dan swasta juga harus membayar zakat. Hal ini dilandasi oleh
pertimbangan bahwasannya perusahaan tersebut merupakan satu kesatuan badan
hukum (Nadhari, 2013). Pemerintah Arab Saudi juga memberi sanksi administratif
kepada perusahaan yang tidak membayar zakat, antara lain, tidak diperpanjang
lagi izin usahanya. Sebaliknya, bagi perusahaan yang membayar zakat, yang
ditandai dengan kepemilikan sertifikat telah berzakat, akan diberi kemudahan
dalam perpanjangan izin usahanya (Badan Amil Zakat Nasional, 2014).

Tabel Komparasi Zakat Perusahaan Di Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi


No Keterangan Indonesia Malaysia Arab Saudi
Undang-Undang
Keputusan Raja
Nomor 23 Tahun
(Royal Court) No.
2011 tentang
17/2/28/8634
Regulasi dari Pengelolaan Zakat. tertanggal 7 April
1 pemerintah pusat Peraturan Menteri -
1951 M (29/6/1370
(Negara/Kerajaan) Agama Republik
H) yang menetapkan
Indonesia (Permenag
sistem wajib zakat
RI) No.52/2014 pasal
(zakat syar’i)
1&2
Telah diatur dalam
Keputusan majlis
Himpunan
tinggi qhodhi
Keputusan memfatwakan bahwa
Belum ada ketetapan Muzakarah perusahaan
Ketetapan hukum dari khusus dari pihak Jawatankuasa Fatwa gabungan antara
2
para ulama MUI terkait kewajiban kebangsaan Agama
pemerintah dan
zakat perusahaan. Islam Malaysia
swasta harus
Fatwa Ke-12
membayar
Hukum Zakat Atas
zakat.
Syarikat
Pelaporan zakat Lembaga Piawaian
perusahaan di Perakaunan
Indonesia ada dalam Malaysia atau
PSAK No. 101 yang Malaysian
telah dikeluarkan
Panduan khusus Accounting
oleh Ikatan Akuntan
3 akuntansi zakat Standard Board -
Indonesia (IAI).
perusahaan (MASB)
Terkait panduan
khusus akuntansi menerbitkan
zakat perusahaan, Technical Release i-
Indonesia masih 1 "Akuntansi Zakat
belum ada untuk Perusahaan"

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

UU 23/2011 Pasal
22 dan 23
penghasilan kena
pajak dapat
dikurangkan dari Akta Cukai
pembayaran zakat Pendapatan 1967,
Relasi zakat yang disetorkan Seksyen 6A (3)
4 perusahaan terhadap kepada BAZNAS bahwa zakat yang
pajak dengan menunjukan dibayarkan akan Apabila zakat
bukti setoran zakat diberi potongan perusahaan telah
kepada pihak pajak dibayarkan,
pengelola pajak maka
perusahaan tidak
wajib membayar
pajak.
Sanksi
administratif
kepada perusahaan
5 Sanksi tidak yang tidak
Tidak ada sanksi Tidak ada sanksi
membayar zakat membayar zakat,
antara lain, tidak
diperpanjang lagi
izin usahanya.
KESIMPULAN
Zakat perusahaan di Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi sebenarnya
samasama diwajibkan. Peraturan (regulasi) yang mengatur tentang zakat
perusahaan sudah ada di Indonesia yaitu dari Undang-Undang Republik Indonesia
dan Peraturan Menteri Agama Indonesia. Namun zakat perusahaan masih belum
difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia. Berbeda dengan di Malaysia, di mana
zakat perusahaan telah difatwakan secara jelas regulasinya oleh Pihak ulama
Malaysia ( Jawatan kuasa fatwa kebangsaan agama islam Malaysia), tetapi tidak
ada kejelasan regulasinya oleh Negara (Kerajaan). Sedangkan, yang menarik
adalah di Arab Saudi di mana kejelasan kewajiban zakat perusahaan ditetapkan
oleh Negara (Kerajaan) dan para ulama.
Negara Malaysia juga memiliki standar akuntansinya untuk zakat perusahaan.
Sedangkan Indonesia dan Arab Saudi masih belum memiliki standar khusus untuk
pencatatan zakat perusahaan.
Untuk itu, maka perlunya pemerintah, khususnya Majelis Ulama Indonesia
untuk segera mengeluarkan ketetapan (fatwa) baru terkait zakat perusahaan.
Mengingat Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di
dunia dan zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Apabila ada ketetapan
dari Majelis Ulama Indonesia, maka jumlah zakat perusahaan yang terkumpul di
negara Indonesia dapat melampaui zakat perusahaan yang terkumpul di negara
Malaysia maupun Arab Saudi.
Hanya saja, antara Indonesia dan Malaysia terdapat kesamaan, yakni tidak
adanya peraturan atau ketetapan dari pemerintah terkait sanksi yang mengikat
apabila ada warga muslim dan perusahaan (badan usaha) yang tidak menunaikan

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

zakatnya. Selain itu, Negara Indonesia dan Malaysia sama-sama menerapkan


sistem pengurang pajak apabila penduduknya (termasuk perusahaan)
membayarkan zakatnya. Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, Pemerintah
Arab Saudi memberi sanksi administratif kepada perusahaan yang tidak
membayar zakat, antara lain, tidak diperpanjang lagi izin usahanya. Terkait pajak,
Pemerintah Arab Saudi hanya menerapkan pembayaran pajak pada perusahaan
milik non muslim, sedangkan perusahaan milik warga muslim hanya wajib
membayarkan zakat perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. (2015). Model-Model Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim. Jurnal
Ilmu Syariah, Vol. 3, No.1, 139-166.
Andriani, & Mairijani. (2017). Regulations on Supporting the Business Zakat
Implementation in Indonesia. Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), vol. 126, 144-147.
Andriani, Rakhmawati, A., & Fahmi, M. Y. (2016). Analisis Potensi Zakat Entitas
pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Seminar Nasional ASBIS (pp.
4559). Banjarmasin: Politeknik Negeri Banjarmasin.
Ash-Shiddieqy, T. M. (2009). Pedoman Zakat. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Aziz, M. (2014). Regulasi Zakat Di Indonesia; Upaya Menuju Pengelolaan Zakat
Yang Profesional . Jurnal Studi Keislaman, Vol 4, No 1, 23-38.
Badan Amil Zakat Nasional. (2014, April-Mei). Zakat Perusahaan dan Potensinya.
Badan Amil Zakat Nasional. (2017, September 06). Kewajiban Zakat Perusahaan.
Retrieved Juli 01, 2018, from Puskazbaznas:
http://www.puskasbaznas.com/publications/officialnews/454-
kewajibanzakat-perusahaan
Budiman, M. A. 2003. “UU No. 38 Tahun 1999 dan Implikasinya terhadap
Pengelolaan Zakat di Indonesia,” . Jurnal Intekna. Vol. 1, No. 6. 328-337
Firdaus, M., Beik, I. S., Irawan, T., & Juanda, B. (2012). Economic Estimation
and Determinations of Zakat Potential in Indonesia. Islamic Research and
Training Institute.
Ghazi, M. H. (2016). Tuntutan Zakat dan Cukai dalam Koperasi.
Hakim, B. R. (2015). Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat (Perspektif Hukum Islam). Jurnal Ilmu
Hukum, Vol 15, No 2,, 155-166.
Himpunan Keputusan Muzakarah Jawatankuasa Fatwa kebangsaan. (1992, 12 9).
Fatwa Kedua Belas Hukum Zakat Ke Atas Syarikat Keputusan. Retrieved
Juni 30, 2018, from
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://emuamalat.islam.gov.my/images/pdf-
muamalat/12_Fatwa_Keduabelas.pdf

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

Ikatan Akuntan Indonesia. (2017). Standar Akuntansi Keuangan Syariah.


Indonesia: Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikhsan, A. (2017, November 15). Sistem Zakat dan Pajak Di Malaysia. Retrieved
Juni 22, 2018, from
https://www.kompasiana.com/ainulikhsan/5a0c43ca9f91ce55e62268e2/sis
tem-zakat-dan-pajak-di-malaysia
Jaelani, A. (2015). Zakah Management In Indonesia And Brunei Darussalam.
Indonesia: Nurjati Press.
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia No 52 Tahun 2014.
Khoirunnisa, U. (2013). Study Komparatif Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lazis
Universitas Muhammadiyah Surakarta Dan Baitul Maal Gozis Di Sleman.
Skripsi Pada Universitas Muhammadiyah Surakarta .
Malaysian Accounting Standard Board. (2006). Technical Release i-1 Accounting
for Zakat on Business.
Megawati, D., & Trisnawati, F. (2014). Penerapan Psak 109 Tentang Akuntansi
Zakat Dan Infak/Sedekah Pada Baz Kota Pekanbaru . Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan, Vol.17, No.1 , 41-59.
Nadhari, A. K. (2013). Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim. Jurnal Ekonomi Dan
Hukum Islam, Vol. 3, No. 2 , 55-72.
Nasrudin, A. (2013). Kedudukan Badan Usaha Sebagai Subjek Zakat dalam
Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Pratama, Y. C. (2015). Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi
Kasus: Program Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional). The
Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1 , 93-104.
Ridwan, M. ( 2014). Zakat Vs Pajak: Studi Perbandingan Di Beberapa Negara
Muslim. Jurnal Zakat Dan Wakaf Vol. 1, No. 1,, 124-144.
Ridwan, M. (2016). Analisis Implementasi Regulasi Zakat: (Kajian Di Upz Desa
Wonoketingal Karanganyar Demak) . Yudisia, Vol. 7, No. 2, , 471-497.
Rosele, M. I., Abdullah, L. H., & Arifin, M. F. (2015). Zakat Atas Syarikat Di
Malaysia: Analisis Potensi. Jurnal Intelek, Vol. 10, No. 1, 25-32.
Rosele, M. I., Abdullah, L. H., & Ramli, M. A. (2013). Zakat atas Syarikat:
Analisis Teoritikal. Islamic Philanthropy for Ummah Excellence, 637-647.
UU 23 Tahun 2011. (2011). Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Republik Indonesia.
Wahab, A. A., & Borhan, J. T. (2014). Determinant Factors for Zakah Payment by
Business Entities in Malaysia: A Theoretical Review. Shariah Journal,
Vol. 22, No. 3 , 295-322.
Warno. (2016). Akuntabilitas Pengelolaan Zakat Infak Dan Shodaqoh (Zis) Dalam
Penerapan Uu Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011 Pada Lembaga
Pengelola Zakat. Stie Semarang, Vol 8, No 2,, 157-179.

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2018
Politeknik Negeri Banjarmasin

ISSN 2541 -6014 (Cetak)


ISSN 2541 -6022 (Online)
Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin

485

Anda mungkin juga menyukai