Anda di halaman 1dari 42

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Medis

2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Resiko Hipertensi akan semakin tinggi bila orang mempunyai penyakit

jantung, saraf, ginjal, dan pembuluh darah (Amin Huda Nurarif, 2015).

Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah sistol dan diastolnya melebihi dari 140/90 mmHg pada beberapa

kali pemeriksaan secara terus-menerus, tekanan darah yang tinggi

disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara

normal (Abdul Majid, 2018).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi

tekanan darah normal yaitu 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu

keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

dan angka kematian (mortalitas) (Reny Yuli Aspiani, 2016).

Berdasarkan ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan

hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara abnormal dimana

sistolik dan diastoliknya melebihi batas normal yaitu, 140/90 mmHg.

1
Hipertensi juga disebabkan oleh satu atau beberapa faktor yang tidak

berjalan sebagaimana semestinya dalam mempertahankan tekanan

darah secara normal, hipertensi juga akan mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan dan kematian.

2.1.2. Anatomi Fisiologi

Menurut I Wayan Sudarta (2013) anatomi & fisiologi sistem

cardiovaskuler adalah :

1) Anatomi Sistem Kardiovaskuler

a) Jantung

Jantung merupakan organ tubuh yang terletak di

dalam rongga dada pada mediasternum anterior, berupa

segi tiga dengan bentuk terbalik dimana bagian puncak atau

apeks dibawah dan basis atau dasar di atas dengan berat

kurang lebih 300 gram atau sebesar kepalan tangan orang

itu dan berupa otot.

Lapisan yang mengitari jantung disebut pericardium

yang terdiri dari dua lapisan: lapisan bagian dalam disebut

pericardium visceral dan lapisan bagian luar disebut

pericardium parietal. Kedua lapisan tersebut dipisahkan

oleh sedikit cairan pelumas, cairan ini bertugas mengurangi

gesekan pada waktu jantung itu kontraksi.

Jantung terdiri dari tiga lapisan terluar disebut

epicardium, lapisan tengah yang berupa lapisan berotot

2
disebut myocardium dan lapisan terdalam yaitu lapisan

endocardium.

Secara fungsional jantung dibagi menjadi dua

pompa, pompa sebelah kanan dan pompa sebelah kiri yang

memompa darah dari pembuluh darah vena ke dalam

sirkulasi pulmoner dan darah yang sudah teroksigensasi ke

sirkulasi sistemik.

Jantung terdiri dari 4 ruangan :

(1) Atrium kanan

Berupa rongga berotot berbatasan langsung dengan muara

vena capa superior dan bekas dari foramen ovale. Atrium

kanan dindingnya sangat tipis berfungsi untuk membawa

darah venosa yang berasal dari sirkulasi sitemik, kemudian

dibawa ke ventrikel kanan menuju paru paru.

(2) Ventrikel kanan

Berupa berbentuk segitiga secara anatomis terbagi menjadi

bagian atas muara truncus pulmonalis dan bagian bawah

katup trikuspidalis yang mampu menghasilkan tekanan

yang rendah suatu kontraksi yang cukup besar untuk

mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonalis menuju pru-

paru. Sirkulasi pulmonalis merupkan sistem aliran ringan

dari pada beban kerja ventrikel kiri, akibatnya tebal

dinding ventrikel kanan lebih tipis dari dinding ventrikel

kiri.

3
(3) Atrium kiri

Berupa rongga yang lebih tebal dari rongga atrium kanan

sebagai penampung darah dari vena pulmonalis, yang

merupakan darah sudah teroksigenasi dari paru-paru.

Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup

sejati, akibatnya jika terjadi peningkatan tekanan pada

atrium kiri menyebabkan penyumbatan atau hambatan

daerah pulmoner atrium kiri.

(4) Ventrikel kiri

Ventrikel kiri berbentuk seperti telor, dasarnya dibentuk

oleh cincin dari katup mitral, dasar ventrikel kiri lebih

kurang 3-4 kali lebih tebal dari ventrikel kanan dan

merupakan 75% berat keseluruhan organ tersebut.

Ventrikel kiri mempunyai otot yang tebal dan bentuknya

menyerupai lingkaran, mempermudah timbulnya tekanan

yang tinggi selama ventrikel kiri meningkat sekitar 5 kali

lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel kanan. Diantara

kedua ventrikel terdapat sebuah dinding pemisah yang

disebut : septum interventrikuler dan kedua atrium

dipisahkan oleh dinding tersebut : septum inter atrial.

4
Gambar 2.1 Kardiovaskuler
Sumber : I Wayan Sudarta 2013

b) Katup Jantung

Secara kasar jantung terdiri dari tiga daun katup

yaitu atrioventrikuler dan katup semiluner. Katup-katup

tersebut berfungsi mempertahankan aliran darah melalui

keempat rongga jantung dengan satu arah yang tetap. Katup

atrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel,

sedangkan katup semiluner memisahkan arteria pulmonalis

dan aorta dari ventrikel. Katup-katup ini membuka dan

menutup secara pasif dan ritmit, ketika jantung kontraksi

maupun relaksasi menanggapi tekanan dan perubahan isi

dalam bagian jantung itu sendiri.

Secara anatomi katup jantung dibagi menjadi 4 daun

katup yaitu :

(1) Katup trikuspidalis

(2) Katup bicuspidalis

(3) Katup aortik

(4) Katup Pulmonal

5
c) Pembuluh Darah

Otot jantung menerima suplay darah melalui A

Coranoria dektra yang membawa nutrisi ke ventrikel dan

atrium kanan ke ventrikel kiri, septum ventrikuler, A.

Coronoria kiri ke ventrikel sinistra, atrium kiri ke septum

ventrikulorum.

Pembuluh darah dibagi atas: arteria, vena, kapiler.

Arteria : semua arterica kecuali A. Pulmonalis

mengangkat darah yang kaya O2.

Dinding arteria terdiri dari 3 lapis :

(1) Tunica adventesia: berupa jaringan fabrotik dan elastik

(2) Tunica media: jaringan otot polos, elastis sedikit fibrotik

(3) Tunica intima: lapisan endoteleum

d) Vena

Vena membawa darah menuju jantung, dindingnya

lebih tipis, lebih lemas dan elastis, kemudian vena yang

kecil disebut venula dinding vena terdiri dari 2 lapis sama

dengan dinding arteri.

Syaraf : jantung dipersyarafi oleh nervus vagus

yaitu sistem parasimpatik (cholinergik) dan Nervus

simpatis (adrenergik) yang terletak pada thoraco lumbal.

6
(1) Syaraf otonum :

(a) Syaraf simpatis : mempercepat kerja jantung dengan

pelepasan ephinephrin.

(b) Kontrol oleh endokrin

Beberapa hormon terlibat dalam pengaturan sirkulasi

dan kerja jantung : Medula adrenal mengeluarkan

katekolamin, ephinephrin, nor-ephinephrin

mempercepat kerja jantung.

(c) Kontrol lokal

Konsentrasi O2 dan CO2 serta produksi metabolit

mempengaruhi vaskularisasi.

e) Elektrofisiologi Jantung

Aktivitas listrik jantung akibat dari perubahan

permiabilitas membran sel yang memungkinkan pergerakan

elektrolit seperti :

(1) Kalium

(2) Natrium

(3) Kalsium

Peristiwa Elektrofisiologi jantung sebagai dalam 3 fase :

(1) Fase istirahat

Dalam keadaan istirahat memperhatikan perbedaan

potensial listrik, sebagian keccil kalium keluar sel.

7
(2) Depolarisasi cepat

Depolorisasi sel karena meningkatnya permiabilitas tinggi

terhadap Na+, Na+ masuk sel.

(3) Polarisasi partiel

Masuknya ion khlor yang bermuatan negatif menyebabkan

muatan positif menurun

(4) Keadaan stabil (plateau)

Pada fase ini tidak ada perubahan muatan listrik

keseimbangan jumlah ini yang masuk dan jumlah ion

keluar.

(5) Repolarisasi cepat

Na+ dan kalsium akan berkurang, permiabilitas sel

terhadap kalium meningkat sehingga Ka+ keluar sel.

f) Sistem Konduksi (Hantaran)

Jantung dipengaruhi oleh syaraf otonom yaitu syaraf

simpatis dan parasimpatik sebagai pos pertama di jantung

yang menerima persyarafan adalah SA Node yang terletak

dibagian atas atrium kanan dan vena cavasuperior. SA Node

mengeluarkan rangasang (pacemarker) secara periodik

kemudian rangsang ini dialirkan di atrium kanan melalui

AV. Node yang terletakk di dalam septum atriorum ke His

Bundle, kemudian ke Left Branch Bundle (LBB) dan Right

Branch Bundle (RBB) secara serentak akhirnya ke serabut

purkinye di otot jantung, setelah semua otot jantung

8
terangsang barulah otot jantung berkontraksi sehingga darah

dapat dipompa keluar.

g) Fisiologi Jantung

Fungsi utama jantung adalah untuk mempertahankan

homeostatis dengan memompa darah yang kaya 02 dalam

sistem sirkulasi menuju sel-sel tubuh, beserta zat-zat

makanan dan membuang sisa metabolisme.

Fungsi pompa berasal dari impuls listrik SA Node →

polarisasi → atrium kontraksi → AV Node → atirum

mengalami repolarisasi → diastolik atrium → ventrikel

terpolarisasi → otot jantung kontraksi → darah di alirkan

kesistem sirkulasi.

h) Siklus Jantung

Kejadian yang terjadi selama peredaran darah di

dalam jantung disebut: siklus jantung. Siklus jantung

dipengaruhi oleh perpindahan impuls listrik dari basis ke

afek jantung, disamping juga oleh sodium dan potosium

gerakan jantung menghasilkan sistolik dan diastolik, setiap

kontraksi menghasilkan + ml darah (stroke volume) jumlah

darah dipompa dalam 1 menit (cardiac output) ( Stroke

Volume X Frekuensi Nadi 1 menit).

Disamping itu jumlah darah dipompa keluar

tergantung juga dengan “HK Frank Starling” yaitu kekuatan

9
kontraksi otot jantung berbanding lurus dengan derajat

diastol otot jantung itu sendiri.

i) Bunyi Jantung

Bunyi jantung dapat didengar dengan baik melalui

stetoskop sebagai “Lub-dup”

(1) Bunyi jantung I : menutupnya katup AV didengar pada

awal sistolik ventrikel.

(2) Bunyi jantung II : menutupnya katup semiluner didengar

pada awal relaksasi ventrikel.

j) Tekanan Arteri dan Tahanan Tepi

Tekanan darah arteri : ukuran dari tekanan desakan

darah dalam pembuluh darah tergantung kepada :

(1) Cardiac output

(2) Volume darah

(3) Tahanan tepi

(4) Elastisitas dinding arteri

Tekanan paling tinggi di dalam aorta 120 mmHg,

kemudian arteri 80 mmHg, arteriola 55 mmHg, kapiler 30

mmHg, dan vena 20 mmHg → sebab secara alamiah darah

mengalir dari area yang bertekanan lebih tinggi ke tekanan

lebih rendah.

10
k) Sistem Vaskuler

(1) Sirkulasi sistemik

Darah dipompakan dari ventrikel kiri ke aorta

acendens → arkus aorta terus ke aorta desenders kemudian

bercabang menjadi lebih kecil terus keseluruh tubuh →

arteri ini beranting menjadi lebih kecil lagi (arteriola) yang

berotot salurannya menyempit, untuk menahan aliran darah

dengan mengubah ukuran saluran untuk mengatur aliran

darah dalam kapiler yang dindingnya sangat tipis sehingga

terjadi pertukaran zat antara plasma, kemudian kapiler

tersebut bergabung menjadi venula untuk bersatu menjadi

vena, kemudian darah kembali ke jantung melalui vena capa

inferior dan superior.

(2) Sirkulasi pulmonal

Darah dari vena capa superior dan vena capa inferior

menuju atrium kanan terus ke ventrikel kanan kontraksi

ventrikel kanan darah dipompa ke arteri pulmonalis menuju

paru kiri dan kanan di dalam paru arteriola → kapiler

pulmonalis yang mengitari alvioli dalam jaringan paru

untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida

→ kapiler bersatu menjadi Venula → Vena → darah

kembali ke jantung melalui 4 vena pulmonalis ke dalam

atrium kiri dan terus ke ventrikel kiri.

11
(3) Sirkulasi coroner

Arah dari aortae aecendens menuju arteri Coronaria

kanan atau kiri yang berasal dari sinus valsalva kemudian

menuju kapiler pada dinding jantung → vena coronaria

anterior → atrium dextra.

(4) Sirkulasi portal

Hepar mendapat darah dari usus halus, limpa,

pankreas yang berasal dari aorta abdominalis dikumpulkan

oleh vena porte di dalam hati menuju kapiler.

2.1.3. Etiologi

Menurut Reny Yuli Aspiani (2015) pada umumnya hipertensi

tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai

respons peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.

Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi :

1) Genetik : Respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi

atau transpor Na.

2) Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3) Stres karena lingkungan

4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan

oleh perubahan pada elastisitas dinding oarta menurun, dan

12
katup jantuyng menebal serta menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah,

dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.

Tabel 1.1 (ESH & ESC, 2013 dalam Abdul Majid, 2018)

Kategori Tekanan Sitolik Tekanan


(mmHG0 Diastolik
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120 – 129 dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 dan/atau 85 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 dan/atau 90 – 99
Hipertensi derajat II 160 – 179 dan/atau 100 – 109
Hipertensi derajat III > 180 dan/atau > 110
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 dan < 90

2.1.4. Patofisiologi

Menurut Abdul Majid (2018) patofisiologi hipertensi belum

diketahui. Sejumlah klien antara 2-5% memiliki penyakit dasar ginjal

atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun,

masih belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi. Kondisi

inilah yang disebut sebagai “Hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme

fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang

kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.

Penyebab hipertensi primer tidak diketahui, meskipun telah

banyak penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini memungkinkan

banyak faktor, termasuk : arterosklerosis, meningkatnya pemasukan

sodium, baroreseptor, renin secretion, renal exorection dari sodium dan

air, dan faktor genetik atau lingkungan.

Peningkatan cairan dan peningkatan resistensi periferal

merupakan dua dasar mekanisme penyebab hipertensi. Banyak yang

13
menduga bahwa hipertensi memberatkan pembentukan plaque. Pihak

lain menemukan bahwa plaque berisi arteri menyebabkan tekanan darah

meningkat. Studi empiris menyatakan terdapat hubungan antara

tingginya sodium pada individu yang berdampak pada tingginya

tekanan darah.

Baroreseptor (proses reseptor) mengontrol peregangan dinding

arteri dengan menghalangi pusat vasokontriksi medula. Ketidakcocokan

sekresi renin juga meningkatkan perlawanan periferal. Iskemia arteri

ginjal menyebabkan pembebasan dari renin, precusor dari angiotension

II. Precusor ini menyebabkan kontriksi arteri dan meningkatnya

tekanan darah, kelanjutan dari kontriksi pembuluh-pembuluh darah

menyokong terjadinya vascular sclerosis dan merugikan pembuluh

darah. Di sini, terdapat penebalan intra-arteriolar dan penempatan

kembali dari kelembutan otot dan garis jaringan elastik dengan jaringan

fibrotik.

2.1.5. Tanda dan Gejala

Menurut Amin Huda Nurarif (2015) tanda dan gejala dibedakan

menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berati hipertensi arterial tidak

akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

14
2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien

yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita Hipertensi yaitu :

a) Mengeluh sakit kepala, pusing

b) Lemas, kelelahan

c) Sesak nafas

d) Gelisah

e) Mual

f) Muntah

g) Epitakis

h) Kesadaran menurun

2.1.6. Komplikasi

Menurut Reny Yuli Aspiani (2016) komplikasi Hipertensi yaitu :

1) Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragik akibat tekanan darah

tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke

area otak yang di perdarahi berkurang.

15
2) Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melewati pembuluh darah.

3) Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya

glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

4) Enselofati (kerusakan otak)

Enselofati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan keruang interstisial di

seluruh susunan saraf pusat.

5) Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia

Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir kecil akibat

perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami

hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau

sebelum proses persalinan.

16
2.1.7. Test Diagnostik

Menurut Amin Huda Nurarif (2015), pemeriksaan penunjang

Hipertensi adalah :

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b) BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang

perfusi/fungsi ginjal.

c) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal danada DM.

2) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3) EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.

4) Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,

perbaikan ginjal.

5) Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

17
2.1.8. Penatalaksanaan medis

Menurut Amin Huda Nurarif (2015) penatalaksanaan pada pasien

Hipertensi yaitu :

1) Hipertensi tanpa indikasi khusus

a) Hipertensi derajat I

Tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah

diastolik 90-99 mmHg, pada umumnya diberikan diuretik

golongan Thiazide. Bisa dipertimbangkan pemberian

penghambat EKA, ARB, penyekat B, antagonis Ca atau

kombinasi.

b) Hipertensi derajat II

Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik >

mmHg, pada umumnya diberikan kombinasi 2 macam obat

(biasanya diuretik golongan Thiazide dan penghambat

EKA, atau ARB atau penyekat B, atau antagonis Ca.

2) Hipertensi indikasi khusus

a) Obat anti hipertensi lainnya (diuretik, penghambat EKA,

ARB, penyekat B, antagonis Ca) sesuai yang diperlukan.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data relevan yang

kontinue tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan dan

masalah klien (Deden Dermawan, 2012).

18
1) Identitas pasien

Identitas pasien meliputi nama lengkap, tempat tinggal,

umur, pekerjaan dan agama (I Wayan Sudarta, 2013).

2) Keluhan utama

Keluhan utama hipertensi yaitu riwayat sakit kepala,

vertigo, mata memerah, epitaksis spontan, stresor di tempat

kerja dan dalam kehidupan (I Wayan Sudarta, 2013).

3) Riwayat kesehatan sekarang

Kaji tekanan darah pada interval yang sering, ketahui

tekanan darah dasar. Catat adanya perubahan tekanan darah

yang akan memerlukan perubahan medikasi, kaji tanda dan

gejala yang mengindikasikan kerusakan organ misalnya, nyeri

angina, sesak nafas, perubahan bicara, penglihatan,

keseimbangan, sakit kepala, pening, atau nokuria (Brunner &

Suddarth, 2014).

4) Riwayat kesehatan masa lalu

Tanyakan kepada pasien adanya riwayat nyeri dada,

nafas pendek, alkoholik, anemia, demam rematik, sakit

tenggorokan yang disebabkan streptococus, penyakit jantung

bawaan, stroke, pingsan hipertensi, nyeri yang hilang timbul

(Nixson Manurung, 2018).

19
5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat keluarga juga sangat penting dalam

mengidentifikasi penyakit Hipertensi, + 75% ada hubungan

dengan keluarga ( I Wayan Sudarta, 2013).

6) Keadaan Umum

Pasien tampak lemah. Cukup baik, kesadaran penderita

kompos mentis (Nixson Manurung, 2018).

7) Pemeriksaan Sistemik

a) Sistem Pernafasan

Kaji perubahan pola napas (apneu yang diselingi

oleh hiperventilasi), napas berbunyi, stridor, tersedak,

ronchi, menghi positif (kemungkinan karena aspirasi)

(Sugeng Jitowiyono, 2018).

b) Sistem Kardiovaskuler

Kaji adanya riwayat ateroslerosis, penyakit

serebvaskuler, kenaikan tekanan darah, takikardi, disritmia,

kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (Sugeng Jitowiyono,

2018).

c) Sistem Pencernaan

Adanya suara bising usus, apakah terdapat

hepatomegali, adanya asites atau tidak (Nixson Manurung,

2018).

20
d) Sistem Persyarafan

Saraf Olfaktorius : saraf ini tidak diperiksa secara rutin,

tetapi harus dilakukan pengkajian pengecapan atau

penciuman.

Saraf Optikus : pemeriksaan meliputi, penglihatan sentral

(visual actuity), penglihatan perifer (visual field), refleks

pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

Saraf Okulomotorius : pemeriksaan meliputi, ptosis,

gerakan bola mata dan reaksi pupil terhadap cahaya.

Saraf Toklearis : pemeriksaan meliputi, gerakan mata ke

lateral bawah, strabismus konvergen, dan diplopia.

Saraf Trigeminus : pemeriksaan meliputi, sensibilitas,

motorik dan refleks.

Saraf Abdusen : gerakan bola mata ke lateral, strabismus

konvergen dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila

memandang ke sisi yang terkena dan bayangan yang timbul

letaknya horizontal dan sejajar satu sama lain.

Saraf Fasialis : periksa dengan cara menyelupkan kapas ke

dalam air gula dan sentuhkan kebagian depan lidah, minta

pasien untuk merasakan zat tersebut.

21
Saraf Vestibulocokhlearis : periksa dengan dua macam

yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemerikaan fungsi

vestibuler.

Saraf Glosofharingeus dan Vagus : periksa dengan cara

minta pasien untuk membuka mulut dan inspeksi platum

dengan senter dan perhatikan apakah ada pergerakan uvula

kemudian pasien suruh menyebut “aaaa”.

Saraf Assesorius : pemeriksaan saraf assesorius dengan cara

meminta pasien mengangkat bahunya dan kemudian rabalah

masa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya

ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya

dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba

massa otot sternokleido mastoideus.

Saraf Hipoglosus : periksa dengan cara inpeksi lidah

kedalam keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya

atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan

tidak ritmik) (Mohamad Judha et al, 2012).

e) Sistem Integumen

Temperatur akral yang dingin atau hangat, adanya

edema atau tidak (Nixson Manurung, 2018).

22
8) Pola Kebiasaan Sehari- hari

a) Pola Makan dan Minum

Tanyakan kepada pasien makanan yang disukainya,

adanya perubahan berat badan, obesitas, dan edema

(Sugeng Jitowiyono, 2018).

b) Pola Istirahat dan Tidur

Pada masalah-masalah kardiovaskular seringkali

mengganggu pola tidur (Nixson Manurung, 2018).

c) Pola Eliminasi BAK dan BAB

Adakah gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

seperti infeksi, obstruksi, atau riwayat penyakit ginjal

(Sugeng Jitowiyono, 2018).

d) Pola aktivitas

Pada pasien hipertensi biasanya mengalami

kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi,

takipneu dan perubahan irama jantung (Sugeng Jitowiyono,

2018).

9) Data Psikologi

a) Status emosi

Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan

pasien, menyenangkan, tegang atau tenang (Mahyar Suara et

al, 2018).

23
b) Kecemasan pasien

Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya

yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas,

jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering,

tekanan darah tinggi, dan susah tidur (Mahyar Suara et al,

2018).

c) Konsep diri

(1) Citra tubuh

Bagaimana sikap, persepsin keyakinan dan

pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar

terhadap tubuhnya yaitu bentuk, ukuran, struktur, fungsi,

keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus

menerus (Mahyar Suara et al, 2018).

(2) Identitas pasien

Bagaimana kesadaran tentang diri sendiri yang

dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian

terhadap dirinya, menyadari bahwa dirinya berbeda

dengan orang lain (Mahyar Suara et al, 2018).

(3) Peran

Bagaimana harapan pasien secara sosial yang

berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai

kelompok sosial, tiap individu mempunyai berbagai

peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu

(Mahyar Suara et al, 2018).

24
(4) Ideal diri

Bagaimana pasien harus berprilaku berdasarkan

standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu

(Mahyar Suara et al, 2018).

(5) Harga diri

Bagaimana penilaian individu tentang pencapaian

diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai

dengan ideal diri (Mahyar Suara et al, 2018).

2.2.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa mencakup 2 fase analisis / sintesis data dasar menjadi

pola yang bermakna dan menuliskan pernyataan diagnosa keperawatan.

Analisa dimulai dengan memilah data dalam kategori yang termasukl

dalam model yang dipilih dan mengidentifikasi pola prilaku (Deden

Dermawan, 2012)

Menurut Abdul Majid (2018) diagnosa keperawatan Hipertensi

adalah :

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular.

2) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular

serebral dan iskemia.

3) Kelebihan volume cairan

4) Itoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

5) Ketidakefektifan koping.

25
6) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.

7) Resiko cidera.

8) Defisiensi pengetahuan.

9) Ansietas.

2.2.3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan adalah mengidentifikasi tindakan keperawatan dan

klien yang sesuai dan rasional ilmiahnya dan menetapkan rencana asuhan

keperawatan (Deden Dermawan, 2012.

Tabel 2.1 Rencana tindakan keperawatan pada pasien hipertensi (Amin Huda Nurarif,

2015)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Penurunan Curah Jantung NOC NIC
Definisi : ketidakadekuatan  Cardiac Pump Cardiac Care
darah yang dipompa oleh effectiviness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
jantung untuk memenuhi  Circulation Status (intensitas, lokasi, durasi)
kebutuhan metabolik tubuh  Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : jantung
 Prubahan frekuensi/irama  Tanda tanda vital dalam 3. Catat adanya tanda dan
jantung rentang normal ( tekanan gejala penurunan cardiac
 Perubahan preload darah, nadi, RR) output
 Perubahan afterload  Dapat mentoleransi 4. Monitor status
 Perubahan kontraktilitas aktivitas, tidak ada cardiovaskuler
 Prilaku atau emosi kelelahan 5. Monitor status pernafasan
Faktor faktor yang  Tidak ada penurunan yang menandakan gagal
berhubungan : kesadaran jantung
 Perubahan afterload 6. Monitor balance cairan
 Perubahan kontraktilitas 7. Monitor adanya perubahan
tekanan darah
 Perubahan frekuensi
8. Monitor respon pasien
jantung
terhadap efek pengobatan
 Perubahan preload
antiaritmia
 Perubahan irama 9. Atur periode latihan dan
 Perubahan volume istirahat untuk menghindari
sekuncup kelelahan
10. Monitor tolerasni aktivitas
pasien
11. Monitor adanya dispneu,
fatigue, takipneu, ortopneu
12. Anjurkan untuk menurunkan
stress

Vital sign monitoring

26
1. Monitor TD, nadi, suhu dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas nadi
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus
8. Monitor adanya pulsus
alterans
9. Monitor jumlah dan irama
jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : pengalaman  Pain Level Pain Management
sensori dan emosional yang  Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
tidak menyenangkan yang  Comfort level secara komprehensif termasuk
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan yang actual atau  Mampu mengontrol nyeri frekuensi dan faktor presipitasi
potensial atau digambarkan (tahu penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal
dalam hal kerusakan mampu menggunakan dari ketidak nyamanan
sedemikian rupa: awitan tehnik nonfarmakologi 3. Gunakan tehnik komunikasi
yang tiba-tiba atau terlambat untuk mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
dari intensitas ringan hingga mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
berat dengan akhir yang  Melaporkan bahwa nyeri 4. Kaji kultur yang
dapat diantisipasi atau berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
diprediksi dan berlangsung menggunakan manajemen 5. Evaluasi pengalam nyeri
<6 bulan. nyeri dimasa lampau
Batasan Karakteristik :  Mampu mengenali nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan
 Perubahan selera makan (skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
 Perubahan tekanan darah frekuensi dan tanda nyeri) ketidakefektifan kontol nyeri
 Perubahan frekuensi  Menyatakan rasa nyaman masa lampau
jantung setelah nyeri berkurang 7. Bantu poasien dan keluarga
 Perubahan frekuensi untuk mencari dan
permapasan menemukan dukungan
 Laporan isyarat 8. Kontrol lingkungan yang dapat
 Diaforesis mempengaruhi nyeri seperti
 Prilaku distraksi suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
 Mengepresikan prilaku
9. Kurangi faktor presipitasi
 Sikap melindungi area
nyeri
nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan

27
 Indikasi nyeri yang dapat nyeri (farmakologi, non
diamati farmakologi, dan
 Perubahan posisi untuk interpersonal)
menghindari nyeri 11. Berikan analgetik untuk
 Sikap tubuh melindungi mengurangi nyeri
 Dilatasi pupil 12. Evaluasi keefektifan kontol
 Melaporkan nyeri secara nyeri
verbal 13. Tingkatkan istirahat
 Gangguan tidur 14. Kolaborasikan dengan dokter
Faktor yang berhubungan jika ada keluhan dan tindakan
 Agen cidera (mis, nyeri tidak berhasil
biologis, zat kimia, fisik, 15. Monitor penerimaan pasien
psikologis). tentang manajemen nyeri
Analgesic Administrasion\
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
ataukombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
8. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektifitas analgesik,
tanda dan gejala
3. Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi : peningkatan reensi  Electrolit dan acid base Fluid management
cairan isotinik balance 1. Timbang popok/pemblaut
Batasan karakteristik :  Fluid balance jika diperlukan
 Bunyi nafas adventisius  Hydration 2. Pertahankan catatan intake
 Gangguan elektrolit Kriteria Hasil : dan output yang akurat
 Anasarka  Terbebas dari edema, 3. Monitor hasil hb yang sesuai
 Ansietas efusi, dan anasarka dengan retensi cairan (BUN,
 Azotemia  Bunyi nafas bersih, tidak Hmt, osmolalitas urin)
 Perubahan tekanan darah ada dispneu/ortopneu 4. Monitor status hemodinamik
 Perubahan status mental  Terbebas dari distensi termasuk CVP, MAP, PAP,
vena jugularis, reflek dan PCWP
 Perubahan pola
hepatojugular (+) 5. Monitor vital sign
pernapasan
 Memelihara tekanan vena 6. Monitor indikasi
 Penurunan hematokrit
sentral, tekanan kapiler retensi/kelebihan cairan
 Penurunan hemoglobin paru, output jantung dan (cracles, CVP, edema,
 Dispneu vital sign dalam batas distensi vena leher, asites)
 Edema normal 7. Kaji lokasi dan luas edema
 Peningkatan tekanan vena  Terbebas dari kelelahan, 8. Monitor masukan
sentral kecemasan atau makanan/cairan dan hitung
 Asupan melebihi haluaran kebingungan intake kalori

28
 Distensi vena jugularis  Menjelaskan indikator 9. Monitor status nutrisi
 Oliguria kelebihan cairan 10. Kolaborasi pemberian
 Ortopneu diuretik sesuai intruksi
 Efusi pleura 11. Batasi masukan cairan pada
 Refleksi hepatorjugular keadaan hiponatermi dilusi
positif dengan serum Na <130
 Perubahan tekanan arteri mEq/l
pulmonal 12. Kolaborasi dokter jika tanda
 Kongersti pulmonal cairan berlebih muncul
memburuk
 Gelisah
Fluid Monitoring
 Perubahan berat jenis urin
1. Tentukan riwayat jumlah dan
 Bunyi jantung S3 tipe intake cairan dan
 Penambahan berat badan eliminasi
dalam waktu sangat 2. Tentukan kemungkinan faktor
singkat resiko dari
Faktor yang berhubungan ketidakseimbangan cairan
 Gangguan mekanisme 3. Monitor berat badan
regulasi 4. Monitor serum dan elektrolit
 Kelebihan asupan cairan urin
 Kelebihan asupan natrium 5. Monitor BP, HR, RR
6. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
7. Monitor adanya distensi
leher, ronchi, oedem perifer
dan penambahan BB
8. Monitor tanda dan gejala dari
odema
4. Itoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : ketidakcukupan  Energy conservation Activity Therapi
energy psikologis atau  Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan tenaga
fisiologis untuk melanjutkan  Self Care : ADLs rehibilitasi medik dalam
atau menyelesaikan aktivitas KriteriaHasil : merencanakan program terapi
kehidupan sehari-hari yang  Berpartisipasi dalam yang tepat
harus atau yang ingin aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
dilakukan disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
Batasan karakteristik tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan
 Repon tekanan darah RR 3. Bantu untuk memilih aktivitas
abnormal terhadap  Mampu melakukan konsisten yang sesuai dengan
aktivitas aktivits sehari-hari kemampuan fisik, psikologi
 Respon frekuensi jantung (ADLs) secara mandiri dan sosial
abnormal terhadap  Tanda-tanda vital normal 4. Bantu untuik mengidentifikasi
aktivitas  Energy psikomotor dan mendapatkan sumber yang
 Perubahan EKG yang  Level kelemahan diperlukan untuk aktivitas
mencerminkan  Mampu berpindah dengan yang digunakan
aritmia/iskemia atau tanpa bantuan alat 5. Bantu untuk mendapatkan alat
 Ketidaknyamanan setelah  Status kardiopulmonari bantuan aktivitas seperti, kursi
beraktivitas adekuat roda atau krek
 Dipsnea setelah  Sirkulasi status baik 6. Bantu untuk mengidentifikasi
beraktifitas  Status respirasi aktivitas yang disukai
 Menyatakan merasa letih pertukaran gas dan 7. Bantu klien untuk membuat
 Menyatakan merasa ventilasi adekuat jadwal latihan diwaktu luang
lemah 8. Bantu pasien untuk
Faktor yang berhubungan mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Tirah barung atau
9. Monitor respon fisik, emosi,
imobilisasi
social dan spritual

29
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen
 Gaya hidup monoton
5. Ketidakefektifan koping NOC NIC
Definisi : ketidak mampuan  Decistion Making Dicision making
untuk membentuk penilaian  Role inhasmet 1. Menginformasikan pasien
valid tentang stressor,  Sosial support alternatif atau solusi lain
ketidak adekuatan pilihan Kriteria hasil : penanganan
respon yang dilakukan atau  Mengidentifikasi pola 2. Memfasilitasi pasien untuk
ketidakmampuan untuk koping yang efektif membuat keputusan
menggunakan sumber daya  Mengungkapkan secara 3. Bantu psien mengidentifiksi
yang tersedia verbal tentang koping keuntungan, kerugian dari
Batasan karakteristik : yang efektif keadaan
 Perubahan dalam pola  Mengatakan penurunan Role inhancement
komunikasi yang biasa stress 1. Bantu pasien untuk
 Penurunan penggunaan  Klien mengatakan telah identifikasi bermacam-macam
dukungan sosial menerima tentang nilai kehidupan
 Perilaku destruktif keadaannya 2. Bantu pasien identifikasi
terhadap orang lain atau  Mampu mengidentifikasi strategi positif untuk
diri sendiri strategi tentang koping mengatur pola nilai yang
 Letih, angka penyakit dimiliki
yang tinggi Coping enchancement
 Ketidakmampuan 1. Anjurkan pasien untuk
memperhatikan mengidentifikasi gambaran
informasi perubahan peran yang
 Ketidakmampuan realistis
memenuhi kebutuhan 2. Gunakan pendekatan tenang
dasar dan meyakinkan
 Ketidakmampuan 3. Hindari pengambilan
memenuhi harapan keputusan pada saat pasien
peran berada dalam stress berat
4. Berikan informasi aktual
 Pemevahan masalah
yang terkait dengan
yang tidak adekuat
diagnosis, terapi dan
 Kurangnya perilaku
prognosis
yang berfokus pada
Anticipatory Guidance
pencapaian tujuan
 Kurangnya resolusi
masalah
 Konsentrasi buruk
 Mengungkapkan
ketidakmampuan
meminta bantuan atau
mengatasi masalah
 Pengambilan resiko,
gangguan tidur,
 Penyalahgunaan zat
 Menggunakan koping
yang meganggu perilaku
adaptif
Factor yang berhubungan
 Gangguan dalam pola
penilaian ancaman,
melepas tekanan
 Gangguan dalam pola

30
melepaskan
tekanan/ketegangan
 Perbedaan gender dalam
strategi koping
 Derajad ancaman yang
tinggi
 Tingkat percaya diri
yang tidak adekuat
dalam kemampuan
mengatasi masalah
 Ketidakadekuatan
kesempatan untuk
bersiap terhadap stresor
 Krisis maturasi, krisis
situasi
 Ragu
6. Resiko ketidakefektifan NOC NOC
perfusi jaringan otak  Circulation status Peripheral Sensation
Definisi:beresiko mengalami  Tissue prefusion : Management (Manajemen
penurunan sirkulasi jaringan cerebral sensasi perifer)
otak yang dapat Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
mengganggu kesehatan.  Mendemontrasikan status tertentu yang hanya peka
sirkulasi yang ditandai terhadap panas, dingin,
dengan tajam, tumpul
Batasan karakteristik :  Tekanan systole dan 2. Monitor adanya paretese
 Massa tromboplastin diastole dalam rentang 3. Instruksikan keluarga untuk
parsial abnormal yang diharapkan mengobservasi kulit jika ada
 Massa protombin  Tidak ada ortostatik isi atau laserasi
abnormal hipertensi 4. Gunakan sarung tangan
 Sekmen ventrikel kiri  Tidak ada tanda-tanda untuk proteksi
akinetik peningkatan tekanan 5. Batasi gerakan pada kepala,
 Asteoklorosis aerotik intrakranial (tidak lebih leher dan punggung
 Diseksi arteri dari 15 mmHg) 6. Monitor kemampuan BAB
 Fibrilasi atrium  Mendemontrasikan 7. Kolaborasi pemberian
 Miksoma atrium kemampuan kognitif yang analgetik
ditandai dengan 8. Diskusikan mengenai
 Tumor otak
 Berkomunikasi dengan penyebab sensasi
 Stenosis karotid
jelas dan sesuai dengan
 Aneurisme serebri kemampuan
 Koagulupati (anemia sel  Menunjukan perhatian,
sabit) konsentrasi dan orientasi
 Trauma kepala  Memproses informasi
 Hipertensi  Membuat keputusan
 Endokarditis infeksi dengan benar
 Stenosis mitral  Menunjukan fungsi
 Neoplasma otak sensori motorik kranial
 Baru terjadi infark yang utuh : tingkat
miokardium kesadaran membaik, tidak
 Sindrom sick sinus ada gerakan-gerakan
 Penyalahgunaan zat involunter
 Terapi trobolitik
 Efek samping terkait
terapi (bypass
kardiopulmonal, obat)
7. Risiko cidera NOC NIC
Definisi : beresiko  Risk Kontrol Environment Manajement
mengalami cedera sebagai Kriteria Hasil : 1. Sediakan lingkungan yang

31
akibat kondisi lingkungan  Klien terbebas dari aman untuk pasien
yang berinteraksi dengan cidera 2. Identifikasi kebutuhan
sumber adaptif dan sumber  Klien mampu keamanan pasien, sesuai
defensif individu menjelaskan cara/metode dengan kondisi fisik dan
Faktor risiko untuk mencegah fungsi kognitif pasien dan
 Eksternal injuri/cedera riwayat penyakit terdahulu
- Biologis  Klien mampu pasien
- Zat kimia menjelaskan faktor 3. Menghindarkan lingkungan
- Manusia resiko dari yang berbahaya
- Cara lingkungan/prilaku 4. Memasang side rail tempat
pemindahan/transpor personal tidur
- Nutrisi  Memodifikasi gaya 5. Menyediakan tempat tidur
 Internal hidup untuk mencegah yang nyaman dan bersih
- Profil darah yang injury 6. Membatasi pengunjung
abnormal  Menggunakan fasilitas 7. Menganjurkan keluarga untuk
- Disfungsi biokimia kesehatan yang ada menemani pasien
- Usia perkembangan  Mampu mengenali 8. Mengontrol lingkungan dari
- Disfungsi efektor perubahan status kebisingan
- Disfungsi imun- kesehatan 9. Memindahkan barang-barang
autoimin yang dapat membahayakan
- Disfungsi integratif 10. Berikan penjelasan pada
- Malnutrisi pasien dan keluarga atau
- Fisik pengunjung adanya perubahan
- Psikologis status kesehatan dan
- Disfungsi sensorik penyebab penyakit.
- Hipoksia jaringan
8. Defisiensi pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan atau  Knowledge : disease Teaching : desease process
defisiensi informasi kognitif process 1. Berikan penilaian tentang
yang berkaitan dengan topik  Knowledge : health tingkat pengetahuan pasien
tertentu. behavior tentang proses penyakit yang
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : spesifik
 Perilaku hiperbola  Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
 Ketidakakuratan menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal
mengikuti perintah tentang penyakit, kondisi, ini berhubungan dengan
 Ketidak akuratan prognosis, dan program anatomi dan fisiologi, dengan
melakukan tes pengobatan cara yang tepat
 Perilaku tidak tepat  Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan gejala
 Pengungkapan masalah mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
Faktor yang berhubungan prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang
 Keterbatasan kognitif secara benar tepat
 Salah interprestasi  Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses penyakit
informasi mampu menjelaskan 5. Identifikasi kemungkinan
kembali apa yang penyebab
 Kurang pajanan
dijelaskan perawat/tim 6. Sediakan informasi pada
 Kurang minat dalam
kesehatan lainnya pasien tentang kondisi
belajar
7. Hindari jaminan yang kosong
 Kurang dapat mengingat 8. Sediakan bagi keluarga atau
 Tidak familier dengan SO informasi tentang
sumber informasi kemajuan pasien
9. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
11. Rujuk pasien pada grup atau
agensi dikomunitas lokal

32
12. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan
9. Ansietas NOC NIC
Definisi : perasaan tidak  Anxiety self-control Anxiety Reduction
nyaman atau kekhawatiran  Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang
yang samar disertai respon  Coping menenangkan
autonom, perasaan takut Kriteria Hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
yang disebabkan oleh  Pasien mampu harapan terhadap pelaku
antisipasi terhadap bahaya. mengidentifikasi dan pasien
Hal ini merupakan isyarat mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua prosedur dan
kewaspadaan yang cemas apa yang dirasakan selama
memperingatkan individu  Mengidentifikasi, prosedur
akan adanya bahaya dan mengungkapkan dan 4. Pahami prespektif pasien
kemampuan individu untuk menunjukkan teknik terhadap situasi stress
bertindak menghadapi untuk mengontrol cemas 5. Temani pasien untuk
ancaman  Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
Batasan Karakteristik normal mengurangi takut
 Perilaku Postur tubuh, ekspresi wajah, 6. Dorong keluarga untuk
- Penurunan bahasa tubuh dan tingkat menemani anak
produktivitas aktivitas menunjukkan 7. Dengarkan dengan penuh
- Gerakan yang irelevan berkurangnya kecemasan perhatian
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Insomnia
- Kontak mata yang
buruk
- Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
 Affektif
- Gelisah, distress
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senang
berlebihan
- Berfous pada diri
sendiri
- Rasa nyeri yang
meningkatkan ketidak
berdayaan
- Peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang
persisten
- Bingung, menyesal
- Ragu/tidak percaya
diri

33
- Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang, tremor
tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
 Simpatik
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskuler
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-
debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut
nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekuensi
pernafasan, pupil
melebar
- Kesulitan bernafas
- Vasokontriksi
superficial
- Lemah, kedutan pada
otot
 Kognitif
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking pikiran,
konfusi
- Penurunan lapang
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir, melamun
- Cenderung
menyalahkan orang
Factor yang berhubungan
 Perubahan dalam
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interpersonal

34
 Penularan penyakit
interpersonal
 Krisis maturasi, krisis
situasional
 Stress, ancaman
kematian
 Penyalahgunaan obat
 Konflik tidak disadari
mengenai tujuan penting
hidup
 Kebutuhan yang tidak
terpenuhi

2.2.4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah melaksanakan order keperawatan yang

disusun dalam rencana oleh klien, perawat atau orang lain (Deden

Dermawan, 2012).

2.2.5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah membandingkan status kesehatan klien saat ini

dengan hasil akhir klien yang diharapkan dan menentukan kemajuan klien

atau kurangnya kemajuan ke arah pencapaian hasil. Evaluasi merupakan

proses berkesinambungan yang terjadi selama pengkajian berkelanjutan

dan implementasi asuhan keperawatan (Deden Dermawan, 2012).

35
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Proposal ini adalah untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada pasien dengan Hipertensi di RSUD Dr.Adjidarmo,

Rangkasbitung, Lebak.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah yang digunakan dalam proposal yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hipertensi di RSUD

Dr.Adjidarmo, Rangkasbitung, Lebak.

Tabel 2.1 Batasan Istilah

N Istilah-istilah kunci Definisi


o
1. Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan merupakan tulang
punggung pelayanan yang terintegrasi
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Mahyar Suara et al. 2018).

2. Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko utama


untuk penyakit kardiovaskular
aterosklerotik, gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal. Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2014).

3.3 Unit Analisis (Partisipan)

36
Partisipan yang digunakan dalam studi kasu ini adalah 2 orang

pasien (2 kasus) dengan diagnosa medis yang sama yaitu Hipertensi dan

masalah keperawatan yang sama.

3.4 Lokasi dan waktu

Penelitian ini akan dilakukan disalah satu rumah sakit yang ada di

rangkasbitung yaitu RSUD Dr.Adjidarmo, Rangkasbitung, dengan

alokasi waktu pelaksanaan kurang lebih 3 hari yaitu dimulai dari pasien

pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang dan pasien dirawat

minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari pasien sudah pulang maka perlu

penggantian pasien dengan diagnosa yang sama atau bila perlu dapat

dilanjutkan dalam bentuk home care.

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara

Penulis mengadakan wawancara secara langsung terhadap pasien,

keluarga pasien, perawat ruangan dan petugas kesehatan lain yang

terlibat dengan kasus ini.

3.5.2 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Penulis melakukan pengumpulan data melalui hasil pengamatan

secara langsung terhadap kondisi pasien di ruangan dalam

kerangka asuhan keperawatan, pemeriksaan dilakukan dengan

metode inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh

pasien.

3.5.2 Studi Dokumentasi

37
Penulis melakukan pengumpulan data dengan memperoleh data

dari hasil pengkajian dan melihat status pasien di ruangan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Penulis melakukan pengumpulan data dengan memvalidasi data

yang diperoleh dari hasil pengkajian pasien dengan melihat status pasien

di ruangan serta mendapatkan informasi dari keluarga dan perawat di

ruangan, dan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan apabila

waktu yang diperlukan kurang untuk pengumpulan data.

3.7 Analisis Data

Analisa data merupakan langkah yang sangat menentukan dari

suatu penelitian, dilakukan sejak pengumpulan data dilapangan hingga

data terkumpul. Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses

pengolahan data diantaranya :

1) Pengumpulan data

Mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi kemudian ditulis dalam bentuk catatan lapangan serta

disalin dalam bentuk catatan terstruktur.

2) Mereduksi data

Data yang terkumpul selanjutnya dikelompokan menjadi data

subjektif dan objektif, lalu data dari hasil pemeriksaan diagnostik

dianalisa dan dibandingkan dengan nilai normal.

38
3) Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dimasukan kedalam tabel,

gambar maupun teks naratif, serta identitas pasien seperti nama hanya

menggunakan inisial untuk mengaburkan identitas pasien.

4) Kesimpulan

Data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah dengan metode

induksi, data meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan

serta evaluasi.

3.8 Etik Penelitian

Etik penelitian mencantumkan etika yang mendasari penyusunan

studi kasus yaitu informed consent (persetujuan menjadi pasien).

39
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, E. K. R., Sasmita, J. F. A., Handyasto, A. B., Kuswantiningsih, N., &

Arissaputra, S. S. (2017). Peningkatan Pengetahuan Terkait Hipertensi Guna

Perbaikan Tekanan Darah pada Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi,

Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

(Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 26–38.

https://doi.org/10.22146/jpkm.25944

Abdul Majid. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Jl.Wonosari Km. 6 Demblaksari Baturetno Banguntapan

Bantul Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS

Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun).

HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 3(3), 345–

356. https://doi.org/https://doi.org/10.15294/higeia/v3i3/30235

Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada

usia dewasa muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395–

402.

Komalasari, R., Sumartiningsih, F. M. S., Simatupang, E. J., Evi, C., &

Kusumawati, I. (2019). Health Education on Diabetes Mellitus and

Hypertension at Kampung Binong, Tangerang. Proceeding of Community

40
Development, 2, 601. https://doi.org/10.30874/comdev.2018.300

Dinkes Banten. (2015). Provinsi Banten Tahun 2015.

https://dinkes.bantenprov.go.id/upload/article_doc/TABEL_PROFIL_PROV

_2015.pdf

Krisnanda, M. Y. (2017). Universitas Udayana. Laporan Penelitian Hipertensi,

1102005092, 18.

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Jl. Ring Road Barat, Gondengan Rt

5 Tamantirto, Kasihan Bantul, Jogjakarta : Media Action

Reny Yuli Aspiani. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Kardiovaskular Aplikasi Nic & Noc. Jakarta : EGC

I Wayan Sudarta. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Cardiovaskuler. Jl. Wonosari Km. 6, Demblaksari RT 4, Baturetno,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta : Gosyen Publishing

Deden Dermawan. 2012. Proses Keperawatan ; Penerapan Konsep & Kerangka

Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Mohamad Judha. et al. 2012. Anatomi dan Fisiologi. Sendangadi, Mlati, Sleman,

Yogyakarta : Gosyen Publishing

Mahyar Suara. 2018. Konsep Dasar Keperawatan. JL. MAN 6 No 74 Kramat

Jati : Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Ed.12. Jakarta : EGC

41
Nixson Manurung. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind Mapping

dan Nanda Nic Noc. JL. MAN 6 No 74 Kramat Jati : Jakarta Timur : CV.

Trans Info Media

Sugeng Jitowiyono. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem Hematologi. Jl. Wonosari Km. 6, Demblaksari, Baturetno,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS

42

Anda mungkin juga menyukai