BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:
a. Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk menyakinkan dan menjamin
bahwa pekerjaan-pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah-
perintah yang telah diberikan dalam rangka pelaksanaan rencana tersebut.
Pengawasan harus mengukur apa yang telah dicapai, menilai pelaksanaan,
serta mengadakan tindakan perbaikan dan penyesuaian yang dipandang perlu;
b. Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai
pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh atasan langsung terhadap
bawahannya, secara preventif atau repesif;
c. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan terhadap
pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan;
d. Pengawasan Legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat terhadap kebijaksanaan dan pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan;
e. Pengawasan Masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
yang berupa sumbangan pemikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan
yang disampaikan secara langsung maupun melalui media;
f. Pemeriksaan merupakan sebagian dari fungsi pengawasan yang meliputi
kegiatan penelitian, pengujian dan penilaian;
g. Auditor adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas, tanggungjawab.
Wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah;
h. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 2
Pengawasan dimaksud untuk mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan guna:
Pasal 3
(1) Pelaksanaan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 mencakup
semua unsur unit kerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, di tingkat
Pusat dan di tingkat Daerah:
(2) Dalam hal tertentu pemeriksaan BUMN dapat dilakukan atas perintah Menteri.
Pasal 4
Pengawasan bertujuan untuk:
a. Menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dalam berbagai
kegiatan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya;
b. Upaya edukatif preventif dalam mencegah secara dini terjadinya dan atau
terulangnya suatu kesalahan;
c. Menilai tingkat kemampuan teknis dan manajerial personil/aparatur;
d. Memelihara dan meningkatkan citra Departemen Tenaga Kerja;
e. Mendorong berfungsinya pengawasan melekat;
f. Mengambil tindakan terhadap pelaku penyimpangan yang terjadi.
BAB II
PENGAWASAN MELEKAT
Pasal 5
(1) Pimpinan/Atasan langsung semua satuan kerja/unit kerja termasuk pemimpin
proyek di lingkungan Departemen Tenaga Kerja Pusat Dan Daerah, melakukan
pengawasan melekat di lingkungan satuan kerja/unit kerjanya masing-masing.
(2) Pengawasan melekat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan pada
pembentukan suatu sistem yang mampu membina dan membimbing bawahan
dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi, serta
mampu mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PENGAWASAN FUNGSIONAL
Pasal 7
(1) Pengawasan fungsional di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dilakukan
oleh Inspektorat Jenderal terhadap kegiatan umum pemerintah dan
pembangunan.
(2) Prioritas pemeriksaan ditetapkan sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah di
bidang pengawasan dan atau kebijaksanaan Menteri.
Pasal 8
Dalam pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1)
dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian dan penelitian serta pengusutan atas
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
Pasal 9
(1) Jenis pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan Oprasional;
b. Pemeriksaan Khusus;
c. Pemeriksaan Kasus;
d. Inspeksi Pimpinan;
e. Inspeksi Mendadak dan
f. Pemeriksaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
(2) Pemeriksaan Oprasional adalah suatu pemeriksaan secara sistematik dan
komprehensif yang dilaksanakan oleh pemeriksa independen untuk
mendapatkan dan mengevaluasi kinerja satuan/unit kerja secara obyektif atas
kegiatan-kegiatan manajemen.
(3) Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menitik
beratkan salah satu beberapa unsur tugas pokok dan fungsi Departemen
Tenaga Kerja, atau salah satu beberapa aspek manajemen;
Pasal 10
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dan pasal 9 dilaksanakan
oleh Auditor atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala/Pimpinan Satuan
Kerja.
(2) Dalam melaksanakan pemeriksaan. Auditor Atau Pejabat lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) melakukan kegiatan-kegiatansebagaimana berikut:
a. Membuat/menyusun program kerja pemeriksaan;
b. Melakukan pemeriksaan;
c. Membuat laporan hasil pemeriksaan;
d. Memaparkan hasil pemeriksaan;
e. Meneliti tindak lanjut hasil pengawasan;
f. Menghimpun dokumen hasil pengawasan.
Pasal 11
Petunjuk Pelaksanaan mengenai pengawasan fungsional ditetapkan oleh Inspektur
Jenderal Departemen Tenaga Kerja.
Pasal 12
Satuan kerja/unit kerja wajib menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan ITJEN,
BPKP, BEPEKA dan hasil pengawasan Badan Legislatif serta melaporkan hasilnya
kepada Menteri melalui:
a. Inspektur Jenderal atas hasil pemeriksaan ITJEN dan BPKP dengan tembusan
kepada Esolon I terkait;
b. Sekretaris Jenderal atas hasil pemeriksaan BEPEKA dan hasil pengawasan
Badan Legislatif dengan tembusan kepada Esolon I terkait;
Pasal 13
(1) Setiap pengaduan masyarakat tentang ketidakpuasan dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Departemen harus ditangani secara teliti.
(2) Pengaduan masyarakat yang dinilai mengandung kebenaran harus
ditindaklanjuti secara tuntas.
(3) Kewenangan penanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah
a. Sekretaris Jenderal bertanggung jawab menyelesaikan surat pengaduan
masyarakat yang terkait dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Sekretaris Jenderal:
b. Inspektur Jenderal bertanggung jawab menyelesaikan surat pengaduan
masyarakat yang terkait dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Inspektorat Jenderal;
c. Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja bertanggung
jawab menyelesaikan surat pengaduan masyarakat yang terkait
langsung, dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja;
d. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga kerja
bertanggung jawab menyelesaikan surat pengaduan masyarakat yang
terkait dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja;
e. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan pengawasan
Ketenagakerjaan bertanggung jawab menyelesaikan surat pengaduan
masyarakat yang terkait dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan.
f. Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja
bertanggung jawab menyelesaikan surat pengaduan masyarakat yang
terkait dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan
dan Pengembangan Tenaga Kerja;
Pasal 14
Apabila pengaduan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 isinya diduga terdapat
unsur penyalahgunaan wewenang, penyimpangan yang bersifat merugikan
masyarakat, negara atau menurunkan citra Departemen Tenaga Kerja. Maka wajib
dilakukan pemeriksaan kasus.
Pasal 15
(1) Pada akhir setiap bulan dan akhir tahun anggaran, penyelesaian terhadap
tindak lanjut pengawasan masyarakat wajib dilaporkan kepada Menteri UP.
Inspektur Jenderal.
(2) Bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Inspektur Jenderal.
Pasal 16
Selama petunjuk pelaksanaan berdasarkan keputusan ini belum dikeluarkan, maka
ketentuan-ketentuan yang mengatur pengawasan di lingkungan Departemen Tenaga
Kerja tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini.
Pasal 17
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
ttd