Anda di halaman 1dari 10

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA

NOMOR: PER-02/MEN/86
TENTANG
RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN
DAN KESEHATAN TENAGA KERJA

MENTERI TENAGA KERJA

Menimbang: a. bahwa sejalan dengan peningkatan pelaksanaan tugas-tugas


Pemerintah khususnya di bidang ketenagakerjaan di dalam
melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
perlu ditetapkan retribusi pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja.
b. bahwa sesuai dengan perkembangan tingkat pertumbuhan
ekonomi pada dewasa ini, maka penetapan retribusi
pemeriksaan dan pengawasan keselamatan dan kesehatan
kerja berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4
Tahun 1971 sudah tidak sesuai lagi.
c. bahwa oleh karena itu, perlu ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.

Mengingat: 1. Stoom Ordonantie 1930 Stb. 1930 No. 225;


2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970;
3. Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984.

Memperhatikan: Surat Menteri Keuangan No. S. 1359/MK.011/1985

MEMUTUSKAN

Mencabut: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. 4 TAHUN 1971.

Menetapkan: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG RETRIBUSI


PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA.

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 1
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Menteri ialah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan.
b. Direktur ialah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. Pegawai Pengawas ialah Pegawai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri.
d. Ahli Keselamatan Kerja ialah Tenaga Teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.
e. Pengurus ialah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
f. Pengusaha ialah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
g. Retribusi ialah pemungutan uang oleh Pemerintah sebagai balas jasa.
h. Pesawat uap ialah ketel uap dan pesawat uap lainnya yang digunakan untuk
bekerja dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan udara atau atmosfir.
i. Pesawat uap lainnya ialah pesawat yang berisi atau kedalamannya
dimasukkan uap yang berasal dari ketel uap atau di dalamnya berisi air yang
dipanaskan untuk pengisi ketel uap.
j. Ketel uap ialah ketel yang digunakan untuk membuat uap dengan tekanan
kerja tertentu.
k. Pemeriksaan dan pengujian pertama ialah pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan sebelum pesawat tersebut dipakai untuk pertama kalinya setelah
dibuat.
l. Pemeriksaan dan pengujian ulang ialah pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan pada waktu tertentu apabila diperlukan.

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 2
BAB II
PESAWAT UAP

Pasal 2.
(1) Untuk memeriksa rencana gambar tersebut di bawah ini dipungut biaya
sebagai berikut:
a. Sebuah ketal uap Rp. 13.500,-
b. Setiap pesawat uap lainnya Rp. 9.000,-
c. Bagian dari pesawat uap yang
gambarnya diajukan sendiri Rp. 9.000,-
(2) Jika untuk pemeriksaan rencana gambar sebagaimana tersebut ayat (1)
diperlukan juga pemeriksaan bahan-bahan, maka biaya harus dibebankan
kepada yang mengajukan permohonan pemeriksaan.

Pasal 3
(1) Waktu pemeriksaan dan percobaan pertama pada tiap-tiap pesawat uap
dipungut biaya sebagai berikut:
a. Untuk ketel uap yang mempunyai luar pemanasan 5 m2 atau kurang dan
mempunyai perbandingan antara ruangan air (dm3) ditambah ruangan
uap (dm3) dengan luas pemanasan (m2) tidak lebih dari 50 = Rp.20.250,-
b. Untuk ketel yang mempunyai luas pemanasan 10 m2 atau kurang yang
tidak termasuk sub a, dan untuk ketel uap yang dipanasi dengan listrik =
Rp.40.500,-
c. Untuk ketel uap dengan luas pemanasan:
0 s/d 10 m2 = Rp.20.250,-
10 s/d 25 m2 = Rp.40.500,-
25 s/d 50 m2 = Rp.54.000,-
50 s/d 75 m2 = Rp.81.000,-
di atas 75 m2 = Rp.81.000,-
d. Untuk pesawat uap lainnya = Rp.11.250,-
Kecuali kalau mempunyai luas pemanasan lebih dari 50 m2 atau
mempunyai ruangan lebih dari 1.000 m3 = Rp.27.000,-
(2) Jika pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) memerlukan pemeriksaan
bahan-bahan, maka semua biaya harus dibebankan kepada yang mengajukan
permohonan pemeriksaan.
(3) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) harus dipenuhi oleh mereka yang
mengajukan permohonan pemeriksaan, juga bila ijin tidak diberikan.
(4) Jika beberapa ketel yang disambungkan satu sama lain dengan perantaraan
pipa uap atau pipa lainnya dengan maksud untuk dipergunakan bersama-sama
_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MTK2-1986 3
diperiksa atau dicoba pada waktu yang sama oleh pegawai yang bersangkutan
atau ahli, maka biaya untuk ketel yang mempunyai luas pemanasan yang
terbesar, dihitung menurut daftar di atas, sedang untuk tiap-tiap ketel lainnya
diperhitungkan tidak lebih dari Rp.27.000,

Pasal 4
(1) Biaya untuk tiap-tiap ketel sebagaimana dimaksud Pasal 1 dan 2 hanya
dipungut sekali saja.
(2) Ulangan pemungutan biaya dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Pemindahan dari ketel darat tetap di tempat semula;
b. Pemindahan dari ketel kapal, terkecuali dari ketel sekoci kecil yang tidak
memakai lantai tetap ke lain kapal daripada yang telah ditentukan di
dalam Akte Ijin, atau pemindahan ke darat;
c. Pemeriksaan dan percobaan ulangan sebagaimana dimaksud pasal 12 dari
“Stoom Ordonantie 1930” kalau keberatan-keberatan yang dikemukakan
ternyata tidak beralasan.
(3) Di dalam hal luas pemanasan dari suatu pesawat uap yang diperbesar apabila
pembesaran itu tidak disertai salah satu hal sebagaimana tersebut ayat (2) pasal
ini, dipungut biaya sebesar selisih menurut luas pemanasan yang baru dan
yang lama.

Pasal 5
Jika pemeriksaan atau percobaan dari suatu uap dilakukan di luar negeri, maka biaya
yang bertalian dengan pemeriksaan atau percobaan yang dilakukan oleh pegawai
atau ahli ditugaskan melakukan pemeriksaan dan percobaan, dibebankan kepada
pemohon yang bersangkutan dan besarnya ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 6
(1) Untuk pembaharuan akte ijin menjalankan pesawat-pesawat uap dipungut
biaya sebesar Rp.7.500,- untuk tiap pesawat.
(2) Biaya sebagaimana tersebut ayat (1) tidak akan dipungut kalau kehilangan akte
ijin itu menurut pertimbangan Direktur disebabkan karena kejadian yang tidak
dapat dihindarkan.

Pasal 7
(1) Untuk pemeriksaan dan percobaan, sebagaimana dimaksud Pasal 16 “Stoom
Ordonantie 1930” setiap tahun dipungut biaya sebagai berikut:
a. Untuk ketel-ketel uap dengan luas pemanasan:
Di atas 10 s/d 25 m2 Rp.40.500,-
Di atas 10 s/d 50 m2 Rp.54.000,-
_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MTK2-1986 4
Di atas 50 s/d 75 m2 Rp.67.500,-
Di atas 75 m2 Rp.81.000,-
b. Untuk tiap-tiap pesawat uap lain dari:
Ketel uap Rp.11.250,-
Kecuali kalau mempunyai luas pemanasan lebih dari 5 m2 atau
mempunyai ruangan lebih dari 1.000 dm3 Rp.27.000,-
(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dipenuhi untuk 1 tahun penuh, di
dalam waktu akte ijin dari pesawat uap itu berlaku.
(3) Dengan menyimpang dari ketentuan tersebut ayat (2) pasal ini direktur dapat
memberikan pembatasan biaya terhadap:
a. Setiap orang yang berhenti sebagai pemakai pesawat uap dalam tahun
yang sedang berjalan baik untuk selanjutnya maupun untuk jangka waktu
minimum satu tahun, maka untuk bulan-bulan berikutnya dalam keadaan
tertentu atas pertimbangan Direktur jangka waktu minimum tersebut
dapat dirubah.
b. Setiap orang sebagai pemakai pesawat uap untuk jangka waktu minimum
satu tahun, maka pada tahun yang bersangkutan dibebas dari
pembayaran biaya retribusi apabila sebelumnya sudah dipungut biaya
pemeriksaan dan pengujian pertama. Dalam keadaan tertentu atas
pertimbangan Direktur jangka waktu minimum tersebut dapat dirubah.

Pasal 8
(1) Apabila atas permintaan pemakai, dilakukan pemeriksaan dan pengujian
pesawat uap sesuai ketentuan Pasal 50a Stoom Ordonantie 1930 dikenakan
pungutan pembayaran biaya retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat
(1).
(2) Biaya retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan untuk tiap-tiap
pemeriksaan dan pengujian pesawat uap kecuali pemeriksaan dan pengujian
yang dilakukan untuk jangka waktu 30 hari sesudah pemeriksaan dan
pengujian sebelumnya.

BAB III
PESAWAT LAINNYA YANG BUKAN PESAWAT UAP

Pasal 9
(1) Pengusaha wajib membayar retribusi untuk pengesahan gambar rencana bagi
pesawat peralatan sebagai berikut:
1. Pesawat Air Panas Rp. 10.000,-
2. Bejana Tekanan Rp. 20.000,-
_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MTK2-1986 5
3. Tabung Pemadam Api Ringan Rp. 20.000,-
4. Tabung Penyemprot Hama atau sejenisnya Rp. 20.000,-
5. Pesawat Pembangkit Gas Rp. 20.000,-
6. Pesawat Angkat Rp. 25.000,-
7. Pesawat pengangkutan dan penyimpanan Rp. 25.000,-
(penimbunan)
8. Peralatan Mesin Sementara Rp. 25.000,-
9. Peralatan Mesin Tetap Rp. 20.000,-
10. Mesin Perkakas dan Alat Perkakas Rp. 10.000,-
11. Peralatan Transmisi Rp. 15.000,-
12. Tanur/Dapur Rp. 25.000,-
13. Konstruksi Premover (Penggerak Mula) Rp. 25.000,-
14. Konstruksi Konveyor Rp. 20.000,-
15. Instalasi Pipa Penyalur Uap atau Gas Rp. 20.000,-
16. Instalasi Rel Industri dan Tenaga Penggerak Rp. 20.000,-
17. Instalasi Penggerak Pencemaran Rp. 25.000,-
18. Instalasi Springkler Rp. 25.000,-
19. Instalasi Alarm Kebakaran Rp. 10.000,-
20. Instalasi Hydrant Kebakaran Rp. 10.000,-
21. Instalasi Pemadam Kebakaran Pancaran Serentak Rp. 10.000,-
22. Instalasi Listrik Rp. 25.000,-
23. Instalasi Penangkal Petir Rp. 10.000,-
24. Instalasi Lift Listrik Rp. 25.000,-
(2) Hal-hal yang belum tercantum dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 10
Apabila dalam pemeriksaan atau pengesahan gambar sebagaimana dimaksud Pasal 8
diperlukan penelitian bahan atau lainnya, maka biaya yang bertalian dengan
penelitian tersebut dibebankan kepada pemohon yang bersangkutan.

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 6
BAB IV
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PERTAMA

Pasal 11
Untuk pemeriksaan dan pengujian pertama dalam rangka pengesahan dan ijin
penggunaan atau pemakaian tersebut ini, pengusaha wajib membayar retribusi
sebagai berikut:
1. Pesawat Air Panas Rp. 5.000,-
2. Penggerak Mula Rp. 20.000,-
3. Bejana Tekan Rp. 20.000,-
4. Pesawat Angkut Perbuah Rp. 25.000,-
5. Instalasi Lift Listrik Perbuah Rp. 20.000,-

Pasal 12
Apabila dalam pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaksud Pasal 11,
diperlukan penelitian bahan atau lainnya, maka biaya yang bertalian dengan
penelitian tersebut dibebankan kepada pemohon yang bersangkutan.

Pasal 13
Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 9 dan 11 dilakukan oleh
pemohon yang bersangkutan, sekalipun tidak dikeluarkan pengesahan atau ijin
penggunaan atau pemakaian.

Pasal 14
Apabila pemeriksaan dan pengujian pertama sebagaimana dimaksud Pasal 11
dilakukan di luar negeri, maka biaya yang berkaitan dengan pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh pegawai-pegawai atau ahli ditugaskan, dibebankan
kepada pemohon yang bersangkutan yang besarnya ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 15
(1) Kewajiban membayar retribusi sebagaimana dimaksud pasal 11 hanya
dilakukan sekali, kecuali diperlukan adanya pemeriksaan dan pengujian ulang.
(2) Pemeriksaan dan pengujian ulang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
apabila terjadi pemindahan pesawat lift listrik ke lain tempat dari yang
tercantum dalam ijin pemakaiannya.
(3) Apabila pemeriksaan dan pengujian ulang dilakukan, maka pengusaha wajib
membayar retribusi sebesar sebagaimana ditetapkan Pasal 11

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 7
BAB V
PEMUNGUTAN BIAYA PEMBUATAN SALINAN ATAU
PEMBAHARUAN IZIN PENGGUNAAN

Pasal 16
(1) Untuk pembuatan salinan atau pembaharuan setiap akte ijin, akte pemeriksaan
dan sebagainya yang hilang tersebut di bawah ini, pengusaha wajib membayar
retribusi sebagai berikut:
a. Akte pengawasan Rp. 10.000,-
b. Ijin pemakaian lift listrik Rp. 10.000,-
(2) Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak akan dipungut bila kehilangan
disebabkan oleh kejadian yang tidak dapat dihindarkan yang dibenarkan oleh
Direktur.

BAB VI
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN TEMPAT-
TEMPAT KERJA

Pasal 17
(1) Untuk pemeriksaan dan pengawasan setiap tempat kerja, atau perusahaan,
pengusaha wajib membayar retribusi sebesar Rp. 5.000,-
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal (1) pasal ini ditambah dengan hasil
terbesar dari perhitungan di bawah ini:
a. Rp.150,- untuk tiap tenaga kuda (tk) pesawat tenaga yang menggerakkan
mesin-mesin yang digunakan dalam tempat kerja yang bersangkutan;
b. Rp.60,- untuk setiap tenaga kerja yang berada di tempat kerja yang
bersangkutan.
(3) Dalam memperhitungkan besarnya tenaga kuda dimaksud ayat (2)a tersebut
pasal ini, bila terdapat angka pecahan harus dibulatkan ke atas.

Pasal 18
(1) Kewajiban membayar Retribusi sebagaimana dimaksud pasal 17 harus
dipenuhi oleh pengusaha untuk setiap tahun, terhitung pada saat
dikeluarkannya akte pemeriksaan.
(2) Kewajiban membayar retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) tetap berjalan
terus meskipun perusahaan dihentikan atau ditutup baik sementara maupun
seterusnya selama pengusaha tidak melaporkan tentang penghentian
perusahaan tersebut.

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 8
Pasal 19
(1) Untuk menetapkan besarnya pemungutan biaya sebagaimana dimaksud Pasal
14, pengusaha diwajibkan mengisi formulir isian retribusi rangkap 3 (tiga) yang
dikirim oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dengan pos tercatat
pada tiap akhir tahun, sebagai dasar penentuan penetapan besarnya retribusi
tahun mendatang.
(2) Setelah formulir dimaksud ayat (1) pasal ini diisi lengkap dan ditandatangani
oleh pengusaha atau pengurus selambat-lambatnya satu bulan sejak diterima
harus dikirim kembali 2 (dua) rangkap kepada Kantor Departemen Tenaga
Kerja setempat.
(3) Sebagai dasar penentuan besar pungutan retribusi dimaksud ayat (1) pasal ini
adalah keadaan pada tanggal 11 Januari tahun berjalan.
(4) Bila pengusaha ternyata tidak mengisi atau tidak mengirimkan kembali
formulis dimaksud ayat (1) Pasal ini, maka besarnya retribusi akan ditetapkan
oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja.
(5) Dasar penetapan besarnya retribusi dimaksud ayat (4) adalah data yang ada di
Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat ditambah dengan satu kali jumlah
biaya retribusi tahun yang berjalan.

BAB VII
TATA CARA PENERIMAAN, PENYETORAN DAN LAPORAN
PERTANGGUNGAN JAWAB

Pasal 20
(1) Segala retribusi yang dimaksud dalam Peraturan Menteri ini merupakan
penerimaan Negara.
(2) Penagihan, penerimaan, penyimpanan dan penyetorannya sebagaimana
dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Bendaharawan Penerima yang diangkat oleh
Menteri.

Pasal 21
Bendaharawan Penerima tersebut dalam Pasal 20 menyetor seluruh penerimaan yang
telah dipungutnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya sekurang-
kurangnya sekali seminggu kepada Kantor Kas Negara atau ke dalam rekening Kas
Negara pada Bank Indonesia, Bank milik Pemerintah lainnya/Giro Pos.

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 9
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 22
Pengusaha atau pengurus yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 4, pasal 7 ayat (2),
pasal 8, pasal 9, pasal 11, pasal 12, pasal 16, pasal 17 dan pasal 18 dipidana sesuai
sebagaimana dimaksud Undang-undang No. 1 Tahun 1970.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


Pada tanggal: 27 Januari 1986
Menteri Tenaga Kerja

ttd

Sudomo.

_______________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA


MTK2-1986 10

Anda mungkin juga menyukai