Riksa-uji pertama Ketel Uap tetap, yaitu riksa-uji yang dilakukan sebelum
Ketel uapnya dilakukan penembokan / isolasi, sedangkan riksa-uji berkala dilakukan secara teratur
setiap sekian tahun sekali.
2. Pengujian pertama itu dilakukan sebelum Pesawat uapnya memiliki AI, sedangkan
riksa-uji berkala dilakukan terhadap Pesawat Uap yang telah memiliki AI.
4. Setiap Pesawat Uap harus dilengkapi perlengkapan dengan maksud agar Pesawat
Uap dimaksud aman dipakai. Pada Ketel-ketel uap yang tergolong modern,selain
dilengkai apendages yang wajib juga ditambah dengan perlengkapan elektrik otomatis.
5. Ketel Uap tekanan diatas 0,5 Kg/Cm2 harus dilengkapi perlengkapan (apendages)
Manometer, Safety Valve, Gelas pedoman air, Batas air terendah, Alarm, Pompa
Air pengisi, Check valve, Kerangan pembuang, Man hole , sludge hole dan
Pelat nama.
6. Tingkap pengaman ( safety Valve ) pada Ketel uap berfungsi untuk membuang
Steam dalam Ketel Uap secara otomatis jika terjadi kelebihan tekanan, sedangkan
Gelas pedoman air berfungsi sebagai penunjuk tinggi permukaan air dalam Boiler,
7. Kekurangan air dalam Ketel Uap, dapat mengakibatkan over heating dan
8. Over heating juga bisa disebabkan adanya kerak ketel pada permukaan pelat
9. Kerak Ketel terjadi karena disebabkan mutu air pengisinya tidak memenuhi
10. Ada Ketel Uap yang dipakai di perusahaan tetapi tidak wajib memiliki Akte Izin, namun juga harus
diawasi oleh Pengawas Ketenagakerjaan.
11. Sebelum 1988 AI Ketel uap direrbitkan oleh Ditjen PPK/DPNK3 tetapi setelah tahun 1988
diterbitkan Depnaker Propinsi, tetapi setelah Otoda ,Ketel yg dipake di kota-kab secara menetap,
diterbitkan Disnaker setempat.
12. Perlengkapan ( Apendages ) untuk Ketel Uap tekanan rendah antara lain;
- Pompa air
- pipa pengaman
13. Peledakan Ketel Uap yang telah memiiki AI bisa terjadi antara lain karena;
- Kekurangan air
14. Jika terjadi over heating,maka kekuatan pelat pipa Ketel akan menjadi lebih
15. Ketel uap ialah Pesawat penghasil uap dan uap itu dipergunakan diluar
Pesawatnya.
16. Akte Izin Pesawat uap diterbitkan jika dari hasil riksa-uji oleh yang berwenang ternyata konstruksi
Pesawat uap dan perlengkapannya memenuhi syarat.
17. Setiap bahan Bejana Tekan harus memiliki ; Sertifikat bahan atau surat tanda
18. Jumlah minimal Safety Valve Ketel Uap bertekanan kerja diatas 3 Kg/Cm2 minimal harus 2 unit,
tetapi jika tekanan kerjanya hanya 3 Kg/Cm2 kebawah cukup satu saja.
19. Pemeriksaan berkala Ketel Uap kapal minimal sekali setiap tahun, Ketel uap
darat sekali tiap 2 tahun, Ketel loco sekali tiap 3 tahun, Bejana Uap sekali tiap
4 tahun.
20. Pemeriksaan berkala Bejana Tekan minimal sekali tiap 5 tahun. Tetapi untuk
Bejana Tekan penampung Chlorine atau senyawanya minimal sekali tiap 2 tahun.
21. Pesawat Uap atau Bejana Tekan baru dapat dimulai pembuatannya di pabrik
pembuatnya setelah gambar rencananya disahkan oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI, dan
pembuatan ini harus diawasi oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
22. Ketel uap hanya boleh dioperasikan oleh Operator yang bersertifikat dari Dirjen
- Untuk Ketel Uap kapasitas diatas 10 Ton Uap per jam ; Oprt,kelas I
- Untuk Ketel Uap kapasitas 10 T uap perjam atau kurang; Oprt kelas II.
23. Untuk pemeriksaan pertama Pesawat Uap bertekanan kerja (Wp) 4 Kg/Cm2 tekanan uji padatnya
(Hydro Test ) = 8 Kg/Cm2, untuk Ketel Uap Wp= 6 Kg/Cm2 uji padatnya = 11 Kg/Cm2, untuk Ketel Uap
Wp 10 Kg/Cm2 uji padatnya=15 Kg/cm2.
24. Untuk pemeriksaan berkala Pesawat Uap bertekanan kerja berapapun, tekanan
25. Pada suatu saat ,Ketel uap harus dibersihkan. Untuk keperluan itu Ketelnya harus
26. Pemeriksaan visual pesawat uap baru bertujuan untuk mengetahui kondisi seluruh bagian
konstruksi dan seluruh perlengkapannya.
27. Jika HT dilakukan sampai tekanan tertentu sesuai peraturan , kemudian terjadi
pecah atau bocor atau kerusakan karenanya, hal itu menjadi tanggung jawab
pemiliknya.
28. Jika Ketel Uap Wp ( Kg/cm2) x HS (m2) tidak lebih dari 0,2, maka tidak wajib
29. Jika suatu Bejana penampung uap Wp ( Kg/Cm2) x Volume (dm3) tidak
30. Jika suatu Superheater yang terbuat dari pipa-pipa dan terpisah dari Ketel uapnya
memiliki ukuran diamater dalam pipa lebih dari 25 mm, maka harus memiliki
AI tersendiri untuknya.
31. Jika suatu Pemanas air ( Economiser ) yang terbuat dari pipa-pipa dan terpisah dari Ketel Uapnya
memiliki ukuran diamater dalam pipa lebih dari 50 mm, maka harus memiliki AI tersendiri untuknya.
32. Pesawat Uap digolongkan menjadi dua yaitu Ketel Uap dan Pesawat Uap selain Boiler.
33. Yang termasuk Pesawat Uap selain Boiler yaitu ; Pengering uap, Pemanas air, Bejana Uap, Penguap.
Sedangan media didalam Bejana Tekan adalah ; Udara, atau Gas, atau Gas yang
berwarna abu-abu rokok, sedangkan Botol baja yang berisi O2 harus berwarna
36. Botol baja harus ditempatkan berdiri, tidak kena sinar matahari langsung, dan
37. Setiap Bejana angin compressor harus dilengkapi dengan tingkap pengaman,
39. Bejana tekan yang memiliki volume kurang dari 220 cm3 dan Wp tidak lebih
40. Tebal minimal Pesawat Uap atau Bejana Tekan yang dipakai di Indonesia,
=============================================================
LINGKUNGAN KERJA
Dasar hukum NAB Faktor Fisika ditempat kerja adalah UU.No.1 tahun 1970 dan Kepmenaker No.Kep.51
/ Men/1999.
Yang termasuk Faktor fisika ditempat kerja meliputi; Iklim kerja, Kebisingan, Getaran, microwafe, sinar
UV.
Secara garis besar Hirarki pengendalian LK adalah meliputi ; Engineering control, adminisrration control
dan Personil Protective Equipment.
Di suatu ruangan produksi pabrik paku, dilakukan pengukuran kebisingan dengan Sound level meter
ternyata menunjukkan angka 120 dBA. Pekerja di ruangan tersebut semuanya memamai ear muff
sehingga kebisingan yang memajan para pekerja tinggal mencapai 88 dBA. Maka sebaiknya waktu tugas
para pekerja di ruang tersebut berdasarkan Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999 dilakukan rotasi dengan
bagian lain setiap harinya yang intensitas kebisingannya tidak terlalu tinggi, sehingga dalam setiap hari
mereka hanya terpapar kebisingan max 88 dBA selama 4 jam saja.
Jadi Hirarki pengendalian lingkungan kerja hendaknya berurut yaitu dg metode Engineering control,
kalau kurang berhasil dengan Adinistration control dan jika sulit untuk dilakukan, maka terakhir adalah
penggunaan APD yang sesuai yaitu Ear Muff atau Ear plug.
Terpajan kebisingan yang melebihi batas akan dapat mengakibatkan penurunan daya dengan / tuli, dan
mengurangi konsentrasi kerja.
Orang yang bekerja di bagian ruangan yang panas selama 8 jam sehari termasuk istirahat 2 jam dengan
beban kerja sedang, tidak boleh terpajan tekanan panas (ISBB) lebih dari 28 derajat celsius ( Lamp.I ).
8. Pekerja bagian mesin gerinda pada pabrik “wajan” bekerja selama 9 jam sehari termasuk istirahat 1
jam, dikalukan pengukuran pada lengan/tangannya dengan “Human vibration meter “ menunjukkan
angka 10 m/det2.
Maka menurut ketentuan yang berlaku, berarti pekerja tersebut telah terpajan getaran getaran
melebihi batas.
Seorang pekerja yang melayani dapur peleburan logam, setiap hari bekerja
9 jam kerja, termasuk istirahat 1 jam. Dari hasil pengukuran dengan UV radiometer, Ia terpajan radiasi
sinar UV yang mamancar dari dapur tersebut = 0,2 mW/cm2. maka menurut ketentuan yang berlaku
maka radiasi sinar UV yang memajan pekerja tersebut melebihi NAB.
NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja diatur dengan UU.No.1 tahun 1970 dan SE.Menaker
No.SE.01/Men/1997.
Pada pabrik pengolahan karet alam menjadi barang setengah jadi untuk di export, menggunakan bahan
kimia yaitu NH3 ( Amoniak ).
Dari hasil pengukuran kandungan gas NH3 dalam ruang produksi dengan menggunakan impinger & AAS
( Atomic absorbtion spechtrtofotometric ) ternyata menunjukkan angka 20 mg/m3.
Menurut SE Manaker No.SE.01/Men/1997, maka kandungan gas NH3 diudara lingkungan kerja tersebut
telah melebihi NAB ( 17 mg/m3) oleh karena itu perusahaan wajib mengendalikannya dengan
Engineering control dg cara memasang exhaust fan dan jika masih melebihi NAB, pekerja harus memakai
repirator yang disediakan perusahaan.
Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja diatur dengan UU.No.1 Tahun 1970 dan
Kepmenaker No.Kep.187/Men/1999.
Bahan kimia berbahaya memiliki sifat antara lain ; iritasi, korosi, radiasi, mudah meledak/menyala.
16. Masuknnya bahan kimia kedalam tubuh manusia melalui ; makanan/tertelan atau pernapasan.
17. Tempat kerja yang menggunakan bahan kimia berbahaya dengan jumlah melebihi NAK ( Nilai
ambang kuantitas ) wajib mengujikan faktor kimia diudara lingkungan kerjanya kepada laboratorium
yang berwenang, minimal sekali setiap 6 bulan.
18. Tempat kerja yang menggunakan bahan kimia berbahaya dengan jumlah kurang dari NAK , wajib
mengujikan faktor kimia di udara lingkungan kerja kepada laboratorium yang berwenang, minimal sekali
setiap tahun.
Contoh ; posisi permukaan meja tulis yang ergonomis adalah 10 Cm diatas pusat kita.
Ilmu pengetahuan Hygiene perusahaan, yaitu mempelajari manusia dengan lingkungan kerjanya.