Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling
sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma uteri disebut juga leiomioma,
fibromioma, atau fibroid merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat. ( Arif Mansjoer, dkk. Hal 387 ).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala
klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus
berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor.
Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar
dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata
tumbuh cepat. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari
5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling
banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Mioma uteri ini lebih sering didapati
pada wanita nulipara atau yang kurang subur.
Resiko yang paling ditakuti dari mioma uteri yaitu mengalami
degenerasi keganasan, di samping itu bisa mengalami torsi sehingga
menimbulkan nekrosis, nyeri akut atau infeksi. Sehingga mioma uteri
memerlukan penanganan yang professional dan multi disiplin.
(Wiknjosastro.H.2005, hal 340 )
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari mioma uteri?
2. Apa etiologi dari mioma uteri?
3. Apa klasifikasi dari mioma uteri?
4. Bagaimana patofisiologi mioma uteri?
5. Bagaimana woc dari mioma uteri?
6. Bagaimana manifestasi klinis mioma uteri

1
7. Apa komplikasi darimioma uteri?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjangdari mioma uteri?
9. Bagaimana penatalaksanaan darimioma uteri?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui definisi dari mioma nuteri
2) Mengetahui etiologi dari mioma uteri
3) Mengetahui klasifikasi dari mioma uteri
4) Mengetahui patofisiologi mioma uteri
5) Mengetahui woc dari mioma uteri
6) Mengetahui manifestasi klinis mioma uteri
7) Mengetahui komplikasi dari mioma uteri
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang dari mioma uteri
9) Mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri
10) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang kanker ovarium dan mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien dengan kasus mioma
uteri

D. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari mioma uteri
2. Mahasiswa mengetahui etiologi dari mioma uteri
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari mioma uteri
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi mioma uteri
5. Mahasiswa mengetahui woc dari mioma uteri
6. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis mioma uteri
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari mioma uteri
8. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari mioma uteri
9. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari mioma uteri
10. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang
sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi
kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Etiologi

Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur

Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)

Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3) Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.

4) Makanan

Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan

3
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:

a. Faktor internal (Apriani, 2017).

Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel- sel yang
mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan
dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya
akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik
harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker.
Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah.
Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%,
disebabkan oleh faktor eksternal.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara
memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel
kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat
radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,

4
disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma
uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak dari pada miometrium normal.

2) Progesteron

Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron


menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang


mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada
periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma
selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen.

C. Klasifikasi Mioma

Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma tumbuh.
7) Lapisan Uterus

Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, mioma ini
dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural

Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh
diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium).
Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai
mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi
padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam

5
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
b. Mioma Uteri Subserosa

Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa
dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau memiliki
dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.
c. Mioma Uteri Submukosa

Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke
dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat
tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran
seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin
belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun
kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan.

D. Patofisiologi (Aspiani, 2017).

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi

6
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang
khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus,
dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar
dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang
lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa
(subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian
membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan
dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa,
bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).

7
E. WOC

Hormonal, Usia, Paritas, Herediter, Obesitas

Reseptor estrogen 

Hiperplasia sel imatur (otot polos dan jaringan ikat)

Myoma Uteri

Myoma Intramural Myoma Submukosum Myoma Subserosum

Tanda /Gejala

 Massa
Perdarahan
 Informasi mengenai Tindakan operasi
pervagina  suhu tubuh penyakit

Gangguan Proses
Proses Infeksi/nekrosis
Infeksi/nekrosis
keseimbangan
cairan
Ansietas

Nyeri akibat inflamasi

Syok
Hipovolemik Nyeri Akut

Penekanan organ sekitar

Vesika Urinaria Rectum

Pola Eliminasi Urin Pola Eliminasi Alvi

Retensi Urin Konstipasi

8
F. Manifestasi Klinis

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa- apa
dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri dalam
rahim.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal
berikut.
a. Besarnya mioma uteri.

b. Lokalisasi mioma uteri.

c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.

d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia, dan
hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah
permukaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi
dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.

c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.

d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi


ureter, dan hidronefrosis.

e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.

f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.


3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut.
a. Penekanan saraf.

b. Torsi bertangkai.

c. Submukosa mioma terlahir.

9
d. Infeksi pada mioma.
4) Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat
pada hal-hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti
vena terjadi karena kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas
bawah, hemorrhoid, nyeri, dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.

d. Persalinan prematuritas.

e. Gangguan proses persalinan.

f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.

g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.

h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

G. Komplikasi Menurut ( Manuaba,2005 hal 601 )


a. Degenerasi ganas
Leiomioma sarkoma 0.32 – 0.6% dan seluruh mioma merupakan 50 – 57% dari
semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologik uterus yang telah diangkat.
b. Torsi tangkai mioma dari :
1) Subseroma mioma uteri.
2) Submukosa mioma uteri.
c. Nekrosis dan infeksi
Setelah torsi dapat diikuti infeksi dan nekrosis.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
(a) Menimbulkan infertility.

10
(b) Meningkatkan kemungkinan abortus.
(c) Saat kehamilan :
- Persalinan prematuritas.
- Kelainan letak.
(d) Inpartu :
- Inersia uteri.
- Gangguan jalan persalinan.
(e) Pascapartum :
- Perdarahan post partum.
- Retensio plasenta.
- Red generation.
(f) Mioma uteri cepat membesar karena rangsangan estrogen.
(g) Terjadi red degeneration mioma uteri.
(h) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
(i) Tumor solid ovarium.
(j) Uterus gravid.
(k) Kelainan bawaan rahim.
(l) Endometriosis, adenomiosis.
(m)Perdarahan uterus disfungsional.

H. Pemeriksaan Penunjang Menurut (mitayani.S.2009)


a. Pemerksaan darah lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit: turun/meningkat,
Eritrosit: turun
b. USG : terlihat massa pada daerah uterus
c. Vaginal toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya
d. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut
e. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi
f. ECG : mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi

l. Penatalaksanaan Mioma Uteri


11
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-
kelompok berikut.
1. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan
postmenopaouse tanpa adanya gejala. Cara penanganan konservatif adalah :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
2. penanganan operatif, dilakukan bila terjadi :
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa
f. Penekanan organ pada sekitarnya
3. jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri :
a. Enukleusi mioma
Dilakukan pada penderita yang invertil yang masih menginginkan anak, atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas
4. histeroktomi
Dilakukan jika pasien tidak meginginkan anak lagi dan pada pasien yang memiliki
leimioma yang simptomatik atau sudah bergejala
5. penanganan radioterapi : untuk menghentikan perdarahan

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas klien

Nama, jenis kelamin, usia/tanggal lahir, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang dihunakan, pekerjaan, alamat
B. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya Nyeri daerah
perut, timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid.
C. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa
nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan
adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu
dan durasi serta kualitas nyeri.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang
riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan
alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit keturunan
seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
F. Riwayat haid/status ginekologi
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah
ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa menopause
G. Riwayat Obstetri

biasanya mioma uteri tumbuh cepat pada masa kehamilan karena dihubungkan dengan
hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar

H. Data Keluarga Berencana


Biasanya wanita tersebut Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB.

13
l. RIWAYAT POLA KEBIASAAN
NO POLA KEBUTUHAN DSAR Pola kebiasaan
MANUSIA
1. KEBUTUHAN OKSIGENISASI Biasanya pasien tidak ada keluhan
batuk,dan tidak bermasalah dalam
bernafas atau dyspnea
2. KEBUTUHAN NUTRISI DAN Biasanya pasien sedikit mengalami
CAIRAN gangguan dalam nutrisi karena
pasien mengalami nyeri yang hebat
sehingga tidak nafsu makan dan
kurangnya minum air putih.
3. KEBUTUHAN ELIMINASI Pasien biasanya akan terganggu
BAK akibat perbesaran massa yang
menekan pelvis dan kandung kemih
4. KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN Pasien biasanya terganggu istirahat
TIDUR dan tidurnya karena mengalami nyeri
dan ansietas
5. KEBUTUHAN Pasien biasanya mengalami gejala
AKTIVITAS/MOBILISASI kelelahan dan terganggu aktivitas
karena mengalami nyeri dan ansietas
6. KEBUTUHAN RASA NYAMAN Pasien biasanya mengalami nyeri
karena penekanan pada pelvis dan
saraf. Jadi, dilakukannya pengkajian
nyeri dengan:
P= Nyeri timbul tiba-tiba
Q= Nyeri terasa seperti diremas-
remas dan terasa ditusuk dengan
jarum
R= Perut
S= VAS 3 (1-10)
T= Terus menerus dan berlangsung
lama
7. KEBUTUHAN PERSONAL Pada pasien dengan mioma uteri
HYGIENE kebutuhan personal hygiene nya

14
sedikit terganggu karena terdapat
nyeri yang hebat.

J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran pasien tergantung pada keadaan pasien, biasanya pasien compos mentis,
tekanan darah > 120/80, nadi > 84x/menit, dan pernafasan > 20x/menit, suhu 36,7
celcius
2. Sistem penglihatan
Mata simetris kiri dan kanan, pada pasien dengan mioma uteri memiliki sistem
penglihatan yang baik, reflek pupi +/+, tetapi konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik.
3. Sistem pendengaran
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada lesi.
4. System pernafasan
a. Inspeksi :, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada pernafasan cuping
hidung, dan tidak ada pergerakan otot diafragma
b. Palpasi : Taktil fremitus kiri dan kanan sama
c. Perkusi : Suara ketuk sonor, tidak ada suara tambahan
d. Auskultasi : Vesikuler
5. Payudara/mamae

Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae menonjol, dan
tidak ada pembengkakan.
6. System kardiovaskuler
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada saat
pemeriksaan di jantung.

a. Inspeksi : Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak


terlihat
b. Palpasi : Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2 adalah
penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.
7. System syaraf pusat

15
Kesadaran compos mentis, tetapi jika mioma uteri nyerinya semakin hebat itu dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran karena nyeri yang tidak tertahan.
8. System endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.


9. System urogenital

Terjadinya perubahan pola kemih akibat akibat perbesaran massa yang menekan pelvis
dan kandung kemih sehingga menyebabkan ingin terus berkemih.
10. System integument

Tidak ada sianosis, warna kulit tidak ada perubahan,teraba hangat, dan turgor kulit
elastis.
11. Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat hiperplasia dan
hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium lanjut akan dijumpai tidak
ada haid lagi.
K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPRITUAL
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus asa, menarik
diri dan gangguan seksualitas.

L. ANALISA DATA

16
NO DATA SENJANG PENYEBAB MASALAH
(SYMPTOM) (ETIOLOGY) (PROBLEM)

1 -tibaData Mayor kehilangan cairan Hipovolemia


aktif
DS : tidak ada

DO :
 Frekuensi nadi meningkat
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah menurun
 Tekanan nadi menyempit
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering
 Volume urine menurun
 Hematokrit meningkat

Data Minor
DS :
 Merasa lemah
 Mengeluh haus

DO :
 Pengisian vena menurun
 Status mental berubah
 Suhu tubuh meningkat
 Konsentrasi urine
meningkat
 Berat badan turun tiba

2 Data Mayor agen pencedera Nyeri akut


DS : fisiologis (mis.
 Mengeluh nyeri Inflamasi, penyakit
mioma)
DO :
 Tampak meringis

17
 Bersikap protektif ( mis.
Waspada, posisi
menghindari nyeri )
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur

DATA Minor
DO : -
DS :
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis

3 DATA Mayor peningkatan tekanan Retensi urine


uretra
DS :
 Sensasi penuh pada
kandung kemih

DO :
 Disuria/anuria
 Distensi kandung kemih

DATA Minor
DS :
 Dribbling

DO :

18
 Inkontinensia berlebih
 Residu urin 150 ml atau
lebih

4 Data Mayor penurunan motilitas Konsitipasi


DS : gastrointestinal
 Defekasi kurang dari 2
kali seminggu
 Pengeluaran feses lama
dan sulit

DO :
 Feses keras
 Peristaltik usus menurun

Data Minor :
DS :
 Mengejan saat defekasi

DO :
 Distensi abdomen
 Kelemahan umum
 Teraba massa pada rektal

5 Data Mayor ancaman konsep diri Ansietas


DS : dan atau kurangnya
 Merasa bingung terpapar informasi
 Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang
dihadapi
 Sulit berkonsentrasi

DO :
 Tampak gelisah
 Tampak tegang

19
 Sulit tidur

Data Minor
DS :
 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya

DO :
 Frekuensi napas
meningkat
 Frekuensi nadi meningkat
 Tekanan darah meningkat
 Diaforesis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk

20
No Perencanaan Keperawatan
Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Diagnosa Rasional
Keperawatan
1. Hipovolemia b/d : Setelah dilakukan asuhan SIKI : manajemen perdarahan
kehilangan cairan keperawatan selama ....x 24 jam pervaginam
aktif diharapkan pasien mampu Tindakan :
menunjukkan 1. Identivikasi keluhan ibu 1. Mengetahui seberapa banyak
(keluar darah banyak, darah yang keluar dan apa
SLKI : Tingkat perdarahan pusing, pandangan yang dirasakan oleh klien.
 Dipertahankan pada level berkunang-kunang) 2. Mengetahui tingkat
 Ditingkatkan pada level 2. Monitor kesadaran dan kesadaran klien dan
tanda vital mengetahui keadaan umum
pasien
1. =Menurun
3. Seberapa banyak darah yang
2. =Cukup menurun
3. Monitor kehilangan darah hilang
3. =Sedang
4. Apakah kadar hemoglobin
4. =Cukup meningkat
4. Monitor kadar hemoglobin rendah atau tidak
5. =Meningkat
5. melakukan tindakan
5. Posisikan supine atau pemberhentian perdarahan
Dengan kriteria hasil :
trendelenburg 6. Dapat melakukan intervensi
1. Kelembapan membran
6. Pasang kateter untuk selanjutnya.

21
mukosa 1/2/3/4/5 mengosongkan kandung 7. Mengetahui hasil
2. Kelembapan kulit kognitif kemih laboratorium pasien
1/2/3/4/5 7. Ambil darah untuk 8.
3. Perdarahan vagina 1/2/3/4/5 pemeriksaan darah
4. Tekanan darah 1/2/3/4/5 lengkap
5. Suhu tubuh 1/2/3/4/5 8. Kolaborasi pemberian
antikoagulan

2. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan SIKI : Management Nyeri
pecedra fisiologis keperawatan selama ....x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, 1. mengetahui lokasi,
(miss : mioma ) diharapkan pasien mampu karakteristik, durasi, karekteristik, intensitas nyeri
menunjukkan frekuensi, kualitas, pada pasien
SLKI : Tingkat nyeri intensitas nyeri
 Dipertahankan pada level 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri pada
 Ditingkatkan pada level pasien
3. Berikan teknik 3. Melakukan teknik
1. =Meningkat nonfarmakologis untuk nonfarmakologis kepada
2. =Cukup meningkat mengurangi rasa nueri pasien untuk meredakan
3. =Sedang (mls. TENS, hypnosis, nyeri serta membuat pasien
4. =Cukup Menurun akupresur, terapi music, rileks
5. =Menurun biofeedback, terapi pijat,

22
aromaterasi, teknik
Dengan kriteria hasil : imajinasiterbimbing,
1. Keluhan nyeri 1/2/3/4/5 kompres hangat/dingin, 4. Memberikan penjelasan agar
2. Meringis 1/2/3/4/5 terapi bermain) pasien mengetahui informasi
3. Sikap protektif 1/2/3/4/5 4. Jelaskan penyebab, tentang periode, pemicu
4. Gelisah 1/2/3/4/5 periode, dan pemicu nyeri nyeri, serta penyebab nyeri
5. Menarik diri 1/2/3/4/5 5. Melakukan pendampingan
6. Berfokus pada diri sendiri pada pasien supaya merasa
1/2/3/4/5 5. Anjurkan meminta nyaman dan melakukan
bantuan perawat atau perawatan mandiri di rumah
keluarga selama 6. Meredakan nyeri secara
ketegangan meningkat farmakologis jika nyeri
sudah tidak dapat teratasi
6. Kolaborasi pemberian dengan teknik
analgetik, jika perlu nonfarmakologi

3. Retensi urine b/d Setelah dilakukan asuhan SIKI : manajemen eliminasi urine 1. Untuk mengetahui tanda
peningkatan tekanan keperawatan selama ....x 24 jam Tindakan dan gejala inkontinensia

23
uretra diharapkan pasien mampu 1. Identifikasi tanda dan urine
menunjukkan gejala retensi atau 2. Untuk mengetahui apa
SLKI : eliminasi urine inkontinensia urine saja yang mempengaruhi
 Dipertahankan pada level 2. Identifikasi factor yang retensi urine
 Ditingkatkan pada level menyebabkan retensi atau 3. Untuk mengetahui
inkotinensia urine jumlah eliminasi urine
1. =Meningkat 3. Monitor eliminasi urine 4. Untuk mengetahui
2. =Cukup meningkat 4. Catat waktu dan haluaran jangka waktu berkemih
3. =Sedang berkemih 5. Agar pada saat malam
4. =Cukup Menurun 5. Anjurkan mengurangi hari tidak mengeluarkan
5. =Menurun minum menjelang malam urine
6. Anjurkan minum yang 6. Agar tidak berlebihan
Dengan kriteria hasil : cukup ataupun kekurangan
1. Desakan berkemih (urgensi) 7. Batasi asupan cairan cairan
1/2/3/4/5 7. Agar asupan tidak
2. Distensi kandung kemih berlebihan
1/2/3/4/5
3. Berkemih tidak tuntas
1/2/3/4/5
4. Volume residu urine
1/2/3/4/5

24
5. Mengompol 1/2/3/4/5
6. Enuresis 1/2/3/4/5

4. Konstipasi b/d Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen konstipasi 1. Untuk Mengetahui
penurunan motilitas keperawatan selama ....x 24 jam Tindakan : gejala konstipasi
gastrointestinal diharapkan pasien mampu 1. Periksa tanda dan gejala 2. Mengetahui factor resiko
menunjukkan konstipasi kostipasi
2. Identifikasi factor resiko 3. Untuk mengetahui tanda
SLKI : eliminasi fekal konstipasi dan gejala reptur usus
3. Monitor tanda dan gejala 4. Untuk memperlancar
 Dipertahankan pada level rupture usus dan/atau BAB
 Ditingkatkan pada level peritonitis 5. Agar tidak terjadi
4. Anjurkan diet tinggi serat kostipasi lagi
5. Latih buang air besar 6. agar pasien bias
1. =Meningkat
secara teratur mengatasi kostipasi
2. =Cukup meningkat
6. Ajarkan cara mengatasi 7. agar pasien tidak
3. =Sedang
konstipasi mengalami dehidrasi
4. =Cukup Menurun
7. Anjurkan peningkatan 8. untuk membantu
5. =Menurun
asupan cairan memperlancar kostipasi
8. Kolaborasi penggunaan
Dengan kriteria hasil :
obat pencahar
1. Control pengeluaran

25
fases 1/2/3/4/5
2. Keluhan defekasi lama
dan sulit 1/2/3/4/5
3. Mengejan saan defekasi
1/2/3/4/5
4. Konsistensi fases
1/2/3/4/5
5. Frekuensi defekal
1/2/3/4/5

5. Ansietas b/d Setelah dilakukan asuhan SIKI : Terapi relaksasi 1. Untuk mengetahui
ancaman konsep diri keperawatan selama ....x 24 jam Tindakan : penurunan tingkat
dan atau diharapkan pasien mampu 1. Identifikasi penurunan energi, ketidak mampuan
kekurangnya menunjukkan tingkat energi, ketidak berkonsentrasi , atau
terpapar informasi mampuan berkonsentrasi , gejala lain yang
SLKI : Tingkat ansietas atau gejala lain yang mengganggu
mengganggu kemampuan kemampuan kognitif
 Dipertahankan pada level kognitif pada pasien
 Ditingkatkan pada level 2. Identifikasi Teknik 2. Untuk mempermudah
relaksasi yang pernah mengingat kembali
efektif digunakan Teknik relaksasi pada
1. =Meningkat

26
2. =Cukup meningkat 3. Monitor respon terhadap pasien
3. =Sedang terapi relaksasi 3. Untuk mengetahui hasil
4. =Cukup Menurun 4. Gunakan pakaian longgar relaksasi pada pasien
5. =Menurun 5. Gunakan relaksasi sebagai 4. Agar pasien nyaman
strategi penunjang dengan 5. Agar pasien merasa
Dengan kriteria hasil : analgetik atau tindakan lebihnyaman ketika
1. Verbalisasi kebingungan medis lain diberi tindakan
1/2/3/4/5 6. Anjurkan mengambil 6. Agar pasien tidak gelisah
2. Verbalisasi khawatir akibat posisi nyaman 7. Agar pasien tetap
kondisi yang dihadapi 7. Anjurkan rileks dan nyaman ketika relaksasi
1/2/3/4/5 merasakan relaksasi diberikan
3. Perilaku gelisah 1/2/3/4/5 8. Anjurkan sering 8. Agar pasien tidak kaku
4. Perilaku tegang 1/2/3/4/5 mengulangi atau melatih lagi dalam melakukan
5. Pucat 1/2/3/4/5 Teknik yang dipilih tindakan Teknik
relaksasi

27
28
BAB lV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan semoga bisa bermanfaat bagi pembaca
dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa menambah pengetahuan
tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri.

29
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Y, R. ( ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Apriyani, Yosi. . Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5
Manuaba,Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC, hal 600-603.
Manuaba,Ida Bagus Gde.2005.Kapital komplikasi . Jakarta : EGC, hal 601
Mitayani, S. 2009. Asuhan keperawatan maternitas (Ed. 1). Jakarta: salemba medika

30

Anda mungkin juga menyukai