Asuhan Keperawat Anak Pada Child Abuse
Asuhan Keperawat Anak Pada Child Abuse
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah 24 tahun Indonesia meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak, tepatnya pada
tanggal 25 Agustus 1990 melalui Keppres R.I. No. 36 tahun 1990, Indonesia belum
mempunyai kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak
yang berorientasi pada Konvensi Hak-hak Anak. Baru pada tanggal 22 Oktober 2002,
Indonesia menetapkan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang berorientasi pada hak-hak anak seperti yang tertuang dalam Konvensi Hak-hak
Anak.
Situasi dan kondisi anak Indonesia saat ini, mencerminkan adanya penyalahgunaan
anak (abuse), eksploitatif, diskriminatif dan mengalami berbagai tindakan kekerasan
yang membahayakan perkembangan jasmani, psikologi, dan sosial anak. Keadaan ini,
tentunya sangat memprihatinkan bagi bangsa dan negara Indonesia, karena anak dari
aspek agama merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus
dijaga harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan–Nya. Dari aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara, anak adalah generasi penerus perjuangan bangsa dan penentu
masa depan bangsa dan negara Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya yang akan
memberikan perlindungan khusus kepada anak-anak Indonesia yang berada dalam
keadaan sulit tersebut, ke dalam suatu Program Nasional Bagi Anak Indonesia sebagai
tindak lanjut Sidang Umum PBB yang melahirkan deklarasi “ A World Fit For
Children“.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar child abuse?
Bagaimana peran pelayanan kesehatan delam menghadapi atau menyikapi
masalah child abuse?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah komunitas 1
b. Untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang child abuse.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
a. Menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare child abuse
merupakan tidakan kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang terancam.
b. Menurut Harry Kempe dkk (1992), child abuse merupakan the battered child
syndrome yang hanya terbatas pada anak-anak yang mendapatkan perlakuan salah
secara fisik yang bersifat ekstrem atau membahayakan anak-anak.
Jadi child abuse merupakan suatu tidak kekerasan kekerasan (fisik dan/atau
mental), eksploitasi (ekonomi, seksual) dan diskriminasi dalam tulisan ini selanjutnya
disebut anak yang mengalami berbagai perlakuan salah. Kondisi dan situasi anak yang
sulit tersebut tergolong ke dalam anak yang memerlukan perlindungan khusus.
anak dalam situasi darurat (anak pengungsi, anak korban kerusuhan,anak korban
bencana alam, anak dalam situasi konflik bersenjata)
anak yang berhadapan dengan hukum,
anak dari kelompok minoritas dan terisolasi,
anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual,
anak yang diperdagangkan,
anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, akohol, psikotropika dan
zat adiktif lainnya (napza),
anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan,
anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental,
anak korban perlakuan salah,
penelantaran
anak yang menyandang cacat
Selain itu, dimasukkan pula kelompok anak rentan lainnya yakni anak jalanan
dan anak tanpa akta kelahiran. Dengan demikian terdapat berbagai jenis kondisi dan
situasi anak yang memerlukan perlindungan khusus dari perlakuan salah.yang dapat
dilakukan oleh orang perorang, keluarga, masyarakat bahkan oleh negara sekalipun.
Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih banyak melakukan kekerasan pada
anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan anak yang utama. Sedangkan laki-
laki lebih banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai kemungkinan 5 sampai
8 kali lebih besar untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith dan Maurer).
Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat
yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini
berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan
dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya
termasuk harus mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab
lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk
kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang
tidak mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
1. Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga
karena malnutrisi.
Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya
stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
2. Emosi
Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang
positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
3. Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak
dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu
menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
4. Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresif
terhadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan
orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya
sebagai hasil miskinnya konsep diri.
5. Hubungan sosial
Pada anak yang sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya
atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka
mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan-
perbuatan kriminal lainnya.
6. Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret
vagina, dan perdarahan anus.
Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,
enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan
umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan
vulva, hymen, dan anus anak.
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang
ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera.
Individu
Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat
ibadah, dan masyarakat
Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian
konflik
Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat
bayi
Pelayanan referensi perawatan jiwa
Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini
perilaku kekerasan.
Keluarga
Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah,
institusi di masyarakat
Memfasilitasi jalinan kasih sayang pada orangtua baru
Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk
tindak lanjut (follow up)
Pelayanan sosial untuk keluarga
Komunitas
Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam
keluarga
Mengurangi media yang berisi kekerasan
Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat,
seperti: pelayanan krisis, tempat penampungan
anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya
Kontrol pemegang senjata api dan tajam
b. Diagnosa keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
memakan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.
NOC: setelah dilakukan tindaan keperawatan maka pasien menunjukkan
adanya perubahan status gizi; asupan makanan, cairan, dan gizi. Ditandai
dengan indikator berikut: rentang nilai 1-5: tidak adekuat, ringan, sedang, kuat
dan adekuat total.
Intervensi:
Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi nafsu makan pasien.
Memantau hasil labotarium seperti hasil albumin dan elektrolit.
Pengelolaan nutrisi dengan memantau kandungan nutrisi dan kalori asupan
gizi yang dikonsumsi pasien.
2. Kerusakan pengasuh berhubungan dengan usia muda, kurang pengetahuan
tentang perawatan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan
perawatan anak.
NOC: setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga orang tua diharapkan
dapat menunjukkan kepada anak cara yang benar mengungkapkan marah,
perasaan yang tidak senang atau frustasi yang tidak membahayakan anak dan
orang tua berperan aktif dalam kegiatan konseling keluarga.
Intervensi:
Berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
Membantu orang tua untuk mengidentifikasi perubahan menjadi orang
tua.
Memberikan kesempatan interaksi yang sering untuk orang tua atau anak.
Memotivasi keluarga untuk menciptakan komunikasi yang terbuka
didalam keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka
beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis.
Dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain; Kerusakan fisik atau luka fisik; Anak
akan menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam dan agresif; memiliki
perilaku menyimpang, Pendidikan anak yang terabaikan.
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar,
patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya
kerusakan organ dalam lainnya. Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari
anak yang normal, yaitu: Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan
terjadinya kekerasan pada anak dan di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan
dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko
terjadinya child abuse.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Asuhan Keperawatan Child Abuse. Kami selaku penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi.