Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN RESIKO


RE EMERGING DISEASE
PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC)

Oleh :

Mega Silvia Rahmawati


NIM. 181110023

Dosen Pembimbing :
Dr. Widjayantono, SKM, M.Kes

PRODI D-III SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini Indonesia masih dihadapkan dengan meningkatnya beberapa penyakit


menular (Re-Emerging Diseases), sementara penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif juga terus meningkat. Di samping itu telah muncul lagi berbagai penyakit baru
(New-Emerging Diseases). Salah satu masalah yang menjadi perhatian dan tercantum dalam
PERPRES No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2004-2009 adalah perkembangan re-emerging diseases seperti Chikungunya yang
mana jumlah kasusnya cenderung meningkat serta penyebarannya semakin luas (Oktikasari,
F.Y., Susanna, D., dan Djaja, I.M., 2008).

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia
begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi
lengkap tentang penyakit TBC .

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan re emerging disease?
2. Bagaimana perkembangan penyakit re emerging disease?
3. Jelaskan contoh penyakit re emerging disease?
BAB II

ISI

A. Re-Emerging Disease

Re-Emerging Disease adalah salah satu penyakit yang sebelumnya sudah dikontrol,
namun muncul kembali menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Ini juga mengacu pada
penyakit yang awalnya terdapat pada satu area geografi yang sekarang menyebar ke daerah
lain

Re-Emerging Infectious Disease dapat terjadi akibat perkembangan resistensi


organisme karena obat atau karena vektor dengan pestisida atau insektisida.

Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah :

1. Perencanaan Pembangunan Kota yang tidaksemestinya.


2. Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalupadat.
3. Industrialisasi danurbanisasi.
4. Kurangnya pelayanankesehatan.
5. Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi ( gaya hidup)
6. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan
obatantimicrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan
penggunaanvaksin.
7. Meningkatnya kontak dengan binatang.
8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan polacuaca.
9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi danadaptasi
10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonoticencounter)
11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel
diseases)

Ketika manusia terserang suatu penyakit infeksi, cenderung beranggapan bahwa


tertular dari orang lain. Sekitar 132 dari 175 (75%) kuman patogen penyakit infeksi manusia
mempunyai inang perantara organisme lain sebelum menyerang manusia. Keberadaan
patogen di lingkungan merupakan suatu bagian yang integral dengan ekosistem,
membentuk jejaring kompleks antar organisme yang mengatur timbulnya kejadian penyakit,
transmisi dan penyebaran.

Kontrol terhadap penyakit yang dilakukan oleh manusia juga mempengaruhi distribusi
populasi dari spesies tersebut. Manusia memiliki kepandaian yang lebih untuk menghadapi
penyakit. Ini dapat menyebabkan penyebaran penyakit jadi berpindah pada hewan. Selain
itu juga, manusia melakukan kontrol terhadap hewan-hewan yang menjadi vektor dari
penyakit. Tentu saja sebagai hasilnya populasi dari hewan yang menjadi vektor penyakit
akan menurun.

Penyebaran penyakit tergantung pada faktor-faktor seperti: interaksi antara


kesesuaian abiotik, keterbatasan biotik, dan kemampuan penyebaran yang dicirikan dengan
daerah distribusi. Faktor faktor di atas telah menjadikan perpindahan geografi penyakit
menjadi sangat komplex.

Suatu spesies patogen mungkin memiliki toleransi yang besar terhadap abiotik kondisi
seperti temperatur, curah hujan atau radiasi matahari, namun faktor biotik seperti vektor
menyebabkan penyebarannya terbatas. Kekebalan tubuh juga sangat berperan seperti pada
penyakit Lesmaniasis yang disebabkan oleh Leishmania spp. Disamping itu ras manusia juga
mempengaruhi terjadinya penyakit.

Kemampuan mobility dari patogen membatasi penyebaran pada geografi potensial.


Patogen dan parasit adalah organisme mikroskopik dan sering tidak dilengkapi dengan
kemampun untuk bergerak, dengan demikian diasumsikan kemampuan meyebarnya
rendah. Namun karena mereka berasosiasi dengan inang yang lebih besar (vektor)
memungkinkan kemampuan menyebarnya menjadi sangat besar.

Sudah banyak microbial agent ( virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi
menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk
mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru.
Seperti yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang
membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekadeterakhir

Grup II : Re-emergingpathogen
Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme

Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public


health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-
emerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi
laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan
masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging
disease ini.

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem


peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan sistem
surveillance untuk emerging dan re-emerging disease khususnya untuk wabah penyakit
pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi dari
hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic
preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka
menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease
Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe
acute respiratory syndrome (SARS), di mana salah satu aktivitas di bawah ini
direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu:

1. Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual


dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumahsakit.
2. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory
ilness di dalamkomunitas.
3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory
ilness di lingkup rumahsakit.
4. Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat
antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute
respiratoryilness

Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :


a) Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan
angka prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan
memprediksi bahaya baru.
b) Melakukan tindakan dan intervensi. Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar
biasa yang bersifat endemik, epidemik dan pandemik dapat dihindari dan
mengurangi dampak merugikan akibat wabah penyakittersebut.

Re-Emerging Disease atau yang biasa disebut Resurging Disease adalah wabah
penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden
masa lampau.

Penyakit menular tergolong Re-Emerging diseases yang menjadi perhatian saat ini
adalah Poliomyelitis, Ebola, Tuberkulosis, Dengue Demam Berdarah, HIV-AIDS, Demam
Typhoid & Salmonellosis, Leptospirosis, Anthrax, Rabies, Pes, Filariasis, Kolera & penyakit
diare lainnya, Pneumococcal pneumonia & penyakit ISPA lainnya, Diptheria, Lepra, Infeksi
Helicobacter, Ricketsiosis, Pertussis, Gonorrhea & penyakit infeksi menular seksual lainnya,
Viral hepatitis, Campak, Varicella/Cacar Air, Chikungunya, Herpes, Japanese encephalitis,
Infectious Mononucleosis, infeksi HPV, Influenza, Malaria dan lain-lain.

B. Tubercolosis (Penyakit TBC)

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC) TBC adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering
menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan
ditularkan orang ke orang. Penyakit ini ditemukan oleh ilmuan dari jerman yang bernama
Heinrich Hermann Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman.

Pada tahun 1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis
di dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak
terkendali. Di Indonesia sendiri, penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang
utama. Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan
bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur.
Di Indonesia sendiri, menurut Kartasasmita (2002), karena sulitnya mendiagnosa
tuberkulosis pada anak, maka angka kejadian tuiberkulosis pada anak belum diketahui pasti,
namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian
tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan
BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang dilingkungannya, terutama anak-anak
(Depkes RI, 2002; Kartasasmita, 2002; Kompas, 2003).

Membunuh manusia secara global daripada agen infeksi tunggal lainnya. Diperkirakan
sepertiga populasi dunia (1,86 miliar jiwa) terinfeksi mikobakterium tuberkulosis dan 16,2
miliar telah mengalami penyakit TB. Walaupun TB penyakit yang dapat diobati, karena
kurangnya obat di beberapa negara, dan durasi pengobatan yang lama sehingga menimbulkan
resistensi, akibatnya TB menjadi sulit untuk diterapi.

Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia.
Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat berperan dalam proses terjadinya
gangguan kesehatan masyarakat, termasuk gangguan kesehatan berupa penyakit
tuberkulosis pada anak (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu kesehatan anak sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik secara fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh nesar
terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman
tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-
minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban,
suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium


tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan
tebal 0,3-0,6 mm. Struktur kuman ini terjadi atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam, serta dari gangguan berbagai kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan
berada di udara kering dan keadaan dingin (misalnya di dalam lemari es) karena sifatnya
yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini
juga bersifat aerob.
Tuberkulosis merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang vital. Basil
Mycobacterium masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (dreplet infection)
sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer (Gbon). Kemudian, dikelenjar getah bening
terjadilah primer kompleks yang disebut tuberculosis primer. Peradangan terjadi sebelum
tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil Mycobacterium pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan, post primer tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada
jaringan paru yang disebabkan oleh penularan ulang.

Selain merusak paru-paru, Mycobacterium tuberculosis dapat mengenai sistem saraf


sentral atau meningitis, sistem lympatic, sistem sirkulasi atau miliary tuberculosis, sistem
genitourinary, tulang dan sendi. Penderia penyakit Tuberculosis akan mengalami malnutrisi
dengan berat badan hanya sekitar 30 sampai 50 kg terutama pada orang dewasa.

Kondisi daya tahan tubuh yang sangat rendah pada penderita Tuberculosis akan
menimbulkan Mycobacterium tuberculosis berkembang biak.

a) Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala
khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran
secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Ciri ciri penyakit tbc, gejala awal orang yang terkena infeksi penyakit TBC bisa dikenali
dari tanda-tanda kondisi pada fisik penderitanya, yaitu salah satunya penderita akan
mengalami demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, deman tsb biasanya
dialami pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat. Kadang-kadang derita demam
disertai dengan influenza yang bersifat timbul sementara kemudian hilang lagi. Berikut ini
adalah gejala ciri penyakit TBC paru-paru yang bisa kita kenali sejak dini :

1. Ketika penderita batuk atau berdahak biasanya disertai keluarnya darah.


2. Penderita mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada.
3. Penderita mengalami deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan
4. Penderita berkeringan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas.
5. Badan penderita lemah dan lesu
6. Penderita mengalami penurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu makan
7. Urin penderita berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ciri gejala ini
muncul pada kondisi selanjutnya
 Gejala umum (Sistemik)
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
 Gejala khusus (Khas)
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
2) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-
anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
b) Pencegahan penyakit TBC

Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;

1) Menyembuhkan penderita.
2) Mencegah kematian.
3) Mencegah kekambuhan.
4) Menurunkan tingkat penularan.

Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu,
merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah
sakit.

 Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.


 Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah
segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
 Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
ppenderit.
 Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG.
Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.
 Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA positif.
 Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai
pengobatan, penghuni rumag tahanan dan siswi-siswi pesantren.
 Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan.
 Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit.
 Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah
atau petugas LSM.

Tips berikut berguna untuk mencegah Penularan penyakit TBC :

a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin


b. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
c. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
d. Menghindari udara dingin
e. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur
f. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
g. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan
tidak boleh digunakan oleh orang lain
h. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

Tindakan yang harus segera diambil untuk menangani TBC diantaranya:

 Anamnesa yaitu melakukan pemeriksaan TBC terhadap seluruh anggota keluarga


yang terkena TBC maupun yang berisiko.
 Melakukan cek-up fisik secara menyeluruh.
 Segera mengambil sampel darah, sputum (dahak), serta cairan dari otak untuk
melakukan tes lab.
 Langkah berikutnya yaitu melakukan pemeriksaan patologis dan anatomis.
 Melakukan foto dada atau sering disebut dengan ronsen.
 Melakukan uji tuberculin dari cairan tubuh

c) Penularan penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru, inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan fotorontgen Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa
berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika
seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka
melalui udara.

Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh
kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati
maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.

Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk


mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang
terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem
kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik
menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu mencegah
penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat
sejalan dengan usia.

Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan yang
merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB
tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak
TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat
seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.

 Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan
terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang
dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB
berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya
mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.

 Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS

Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh,
sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit
parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat,
maka jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat
akan meningkat pula.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Re-Emerging Disease adalah salah satu penyakit yang sebelumnya sudah dikontrol,
namun muncul kembali menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Ini juga mengacu pada
penyakit yang awalnya terdapat pada satu area geografi yang sekarang menyebar ke daerah
lain

Re-Emerging Infectious Disease dapat terjadi akibat perkembangan resistensi


organisme karena obat atau karena vektor dengan pestisida atau insektisida.

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang
(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium TTuberculosi. Jenis-Jenis Tuberculosis:
Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan hhistologi, Tuberculosis paru tidak
terkonfirmasi secara bakteriologis dan hhistologi, Tuberculosis pada sistem ssara. Gejala-
Gejala Tuberculosis: Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala
lain yang sering ddijumpa adalah Dahak bercampur darah, dan batuk darah

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui apa itu
penyakit Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu dengan selalu
menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih, mengingat bahwa
penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematiannya cukup
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Simposium Nasional Emergency-Topik


Emerging Infectious Disease. Jakarta. Available from:
http://www.pppl.depkes.go.id/index.php [Accesed 17 Januari 2015].
http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/tuberculosis-tbc.html?m=1
http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penyakit-tuberkulosis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis

http://jundul.wordpress.com/2008/09/14/penularan-tbc/
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html

http://www.totalkesehatananda.com/tuberculosis6.html

http://www.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC

http://nawrihaysnainohdamor.blogspot.com/2013/03/makalah-tuberculosis.html

Anda mungkin juga menyukai