Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Anemia Pembuluh Darah
Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Anemia Pembuluh Darah
DARAH PERIFER
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEKOMPENSASI KORDIS
(GAGAL JANTUNG) →
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh dunia dan merupakan faktor
risiko penyakit kardiovskular tersering, serta belum terkontrol optimal diseluruh dunia.Namun,
hipertensi dapat dicegah dan penanganan dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan
serangan jantung. Hipertensi berdasarkan criteria JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi dimana
tekanan darah sistolik lebih dari atau sama 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih daari
atau sama dengan 90 mmHg .hipertensi mengakbatkan pada ½ penyakit janrung koroner dan
sekitar 2/3 penyakit sarebrovaskular. Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi
di negara berpendapatan rendah sampai menangah.Negara-negara ini berjuang menghadapi
penyakit kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi seperti penyakit jantung rematik, fibrosis
endomiokardial, infeksi human imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan
penyakit chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber daya, dan tumpang tindih
beberapa penyakit membebani kemampuan untuk menangani faktor risiko tidak menular dan
penyakit terkait.Delapan puluh persen kematian kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di negara
penghasilan rendah sampai menengah dan dalam perbandingan dengan negara penghasilan
tinggi, kematian ini (stroke dan infark miokard akut) terjadi diusia lebih muda, berdampak pada
keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan bentuk tidak menular dari penyakit kardiovaskular akan
menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas seluruh dunia pada tahun 2020. Secara
signifikan, hipertensi sebagai keadaan yang mendahului penyakit kardiovaskular yang bisa
dimodifikasi menyebab kematian lebih banyak dibandingkan yang lain, termasuk merokok,
obesitas, dan gangguan lipid. (Pikir dkk, 2015, p. 1)
1. Batasan Masalah
Batasan masalah pada khasus hipertensi yaitu mulai dari pengertian sampai dengan asuhan
keperawatan hipertensi.
1. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksut dengan hipertensi?
3. Apa penyebab dari hipertensi?
4. Bagaimana tanda gejala dari hipertensi?
5. Bagaimana penyebaran penyakit hipertensi?
6. Dibedakan menjadi berapa penyakit dari hipertensi?
7. Dapat terjadi komplikasi apa saja dari penyakit hipertensi?
8. Tujuan
9. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3. Untuk mengetahui apa itu penyakit hipertensi
4. Untuk mengetahui bagaimana penyebab dari penyakit hipertensi
5. Untuk mengetahui tanda gejala dari penderita hipertensi
6. Untuk mengethui jalan penyakit dari hipertensi
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dalam khasus hipertensi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi Hipertensi
Adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia < 60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160
mmHg dan atau tekanan diastolic > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Nugroho, 2011, p. 263).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi batas normal. Tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg .Adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg (Manurung, 2016, p. 102)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik
maupun diastolic meningkat atau lebih dari diatas normal.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko antara lain yaitu :
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom scushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan
1. Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis, terutama dengan
kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh darah di ginjal
2. Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan darah dalam kisaran
normal tetapi juga dapat memicu hipertensi
3. Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat : penggunaan agen
antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis dapat menimbulkan hipertensi. Begitu
juga konsumsi alcohol yang kronis maupun penyalahgunaanalkohol juga dapat
meningkatkan tekanan darah
4. Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan Pheochromocytoma memiliki
hipertensi primer
5. Aldosteronisme primer : terutama adanya kelebihan mineralokortikoid, terutama
aldosteron, harus dicurigai pada setiap pasien dengan trias hipertensi, hipokalemia yang
tidak dapat dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun beberapa pasien memiliki
konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi aldosteronisme primer juga harus
dipertimbangkan pada pasien dengan hipertensi resisten
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidah terukur
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepalakarena
adanya peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan hipertensi dan tekanan intrakarnial
naik,dan kelelahan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
1. Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan darah dan hipertensi
sehingga intrakarnial naik
2. Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan ketegangan yang
mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan emosi terjadi dan aktivitas saraf simatis
sehingga frekuensi dan krontaktilitas jantung naik, aliran darah menurun sehingga suplei
O2 dan nutrisi otot rangka menurun, dan terjadi lemas.
3. Susah nafas, kesadaran menurun : karena terjadinya peningkatan krontaktilitas jantung
4. palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat sehingga dapat
menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah, pada dasarnya merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar: tekanan darah = curah jantung x resistensi
perifer. Tekanan darah dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang
merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang sering disebut curah jantung (cardiac output)
dan tekanan dari arteri perifer atau sering disebut resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya
tekanan darah tersebut masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi faktor-faktor serial
yang sangat kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan tekanan darah secara logis
dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau peningkatan resistensi
perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu melalui peningkatan
volume cairan (preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan neural
jantung.Meskipun faktor peningkatan curah jantung terlibat dalam pemulaaan timbulnya
hipertensi, namun temuan-temuan pada penderita hipertensi kronis menunjukkan adanya
hemodinamik yang khas yaitu adanya peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang
normal.
Adanya pola peningkatan curah jantung yang menyebabkan peningkatan resistensi secara
persisten, sudah diteliti pada beberapa oraang dan pada banyak hewan coba pada penelitian-
penelitian tentang hipertensi. Pada hewan coba, dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang,
ketika diberi penambahan volume cairan, maka tekaanan darah pada awalnya akan naik sebagai
konsekuensi tinggi curah jantung, namun dalam beberapa hari, resistensi perifer akan meningkat
dan curah jantung akan kembali ke nilai basal. Perubahan resistensi perifer tersebut
menunjukkan adanya perubahan property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk
mengatur aaliran darah yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari jaringan. (Pikir dkk, 2015,
p. 17)
6. Komplikasi
Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto & Rini, 2015, p. 41) :
1. Pecahnya pembuluh darah serebral : aliran darah keotak tidak mengalami perubahan
masing-masing pada penderita hipertensi kronis dengan mean adrenal pressure (MAP)
120-160 mmHg dan penderita hipertensi new onset dengan MAP antara 60-120 mmHg.
Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi sempit dengan batas tertinggi 125
mmHg sehingga perubahan sedikit saja dari tekanan darah akan menyebabkan asisdosis
otak yang mempercepat timbulnya edema otak.
2. Penyakit ginjal kronik : mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan beban volume dan
vasokontriksi. Beban volume disebabkan oleh gangguan ekskresi sodium sedangkan
vasokonstriksi berkaitan dengan perubahan parenkim ginjal.
3. Penyakit jantungkoroner : ada dua mekanisme yang diajukan mengenai hubungan
hipertensi dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung. Pertama, hipertensi
merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard akut yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal jantung. Kedua, hipertensi menyebabkan
terjadi disfungsi diastolic dan meningkatkan risiko gagal jantung.
4. Stroke pendarahan subarachnoid : terjadi ketika terdapat kebocoran pembuluh darah
didekat otak, yang mengakibatkan ekstravasasi drah kedalam celah subarachnoid.
Penyebab tersering SAH adalah rupture mikroaneurisma ini tidak diketahui dan diduga
terkait kelainan bawaan. Pada penderita hipertensi terjadi penebalan lapisan intima
dinding arteri dan selanjutnya dapat meningkatkan tahanan dan elastisitas dinding
pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah maka
aneurisma akan mengalami rupture. Aneurisma dengan diameter lebih dari 10 mm akan
lebih mudah mengalami rupture.(Pikir dkk, 2015, p. 127)
Keluhan Utama
Fatingue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut
jantung, disritmia, dan takipnea. (Udjianti, 2013, hal. 108)
Alasan masuk rumah sakit dikarenakan pasien memiliki keluhan lemah, sulit bernapas, dan
kesadaran menurun. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit kepala,
kelelahan, selah, susah nafas, mual, gelisah, kesadaran menurun, pengelihatan menjadi kabur,
tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas
normal, gampang marah. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar 15-35%.Suatu
penelitian pada orang kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki dan 30-40% perempuan.
Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih sering pada orang dengan riwayat
hipertensi keluarga (Pikir dkk, 2015, p. 6)
Riwayat pengobatan
Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita penyakit hipertensi yaitu Pengobatan anti
hipertensi :
Keadaan umum
1. Kesadaran
Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya adalah sadar dan juga dapat mengalami
penurunan kesadaran (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
1. Tanda-tanda vital
2. Tekanan darah
Saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada khasus hipertensi tekanan darah yang
dimiliki oleh penderita hipertensi systole diatas 140 mmHg dan tekanan diastole diatas 90
mmHg (Haryanto & Rini, 2015, p. 37)
1. Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan denyut nadi atau tidak ada
denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia. (Udjianti, 2013, p. 108)
Body system
1. Sistem pernafasan
Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea (gangguan pernafasan pada saat
berbaring ), PND, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi
sianosis, pengunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan (ronkhi rales,
wheezing) (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem kardiovaskuler
1. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital, episode mati-rasa,
atau kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual (diplopia- pandangan ganda atau
pandangan kabur) dan episode epistaksis (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri (Udjianti, 2013, p. 108)
1. Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian deuretik.Temuan fisik
fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis,
dan glikosuria. (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis, diaphoresis,
atau flusing (Udjianti, 2013, p. 108)
1. Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leheer (Haryanto & Rini, 2015, p. 40)
1. Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada sistem
endokrin (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra cranial) pada saat melakukan
hubungan seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang memiliki hipertensi
(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 106)
1. Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri edema atau papiledema
(eksudat atau hemoragi) tergantung derajat lamanya hipertensi (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh (Manurung, 2016, p. 103)
1. Pemeriksaan penunjang
2. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas
dan indicator faktpr risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia(Udjianti, 2013, p. 109)
3. Kimia darah (Udjianti, 2013, p. 109)
4. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau faal renal
5. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin
6. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaque atheromatus
7. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer
8. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap
vasokontriksi dan hipertensi
9. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi
10. Elektrolit (Udjianti, 2013, p. 109)
11. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme atau
efek samping terapi deuretik)
12. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi
13. Urine(Udjianti, 2013, p. 109)
14. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengidentifikasikan difusi
renal atau diabetes
15. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma
16. Steroid urine : peningkatan kada mengindikasikan hyperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin juga
meningkat
17. Radiologi (Udjianti, 2013, p. 110)
1. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi atau
disritmia(Udjianti, 2013, p. 110)
2. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015, p. 104)
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul dari pasien Hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Penyebab
2. Perubahan irama jantung
3. Perubahan frekuensi jantung
4. Perubahan kontraktilitas
5. Perubahan preload
6. Perubahan afterload
7. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Palpitasi
2. Perubahan preload
Lelah
3. Perubahan afterload
Dipsnea
4. Perubahan kontraktilitas
Objektif
Bradikardia/takikardi
Gambaran EKG aritmia
2. Perubahan preload
Edema
Distensi vena jugularis
Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun
Hepatomegali
3. Perubahan afterload
4. Perubahan kontraktilitas
Subjektif
1. Perilaku emosional
Cemas
Gelisah
Objektif
1. Perubahan preload
Murmur jantung
Berat badan bertambah
Pulmonary arteri wedge pressure (PAWP)
2. Perubahan afterload
3. Prubahan kontraktilitas
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
berlangsung kurang dari 3 bulan.
1. Penyebab
2. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, meoplasma)
3. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
4. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
5. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
6. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Definisi
1. Penyebab
2. Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
3. Tirah baring
4. Kelemahan
5. Imobilitas
6. Gaya hidup monoton
7. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
Subjektif
Objektif
3.Intervensi
Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa jantung, status
sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung serebral, selular, perifer, dan pulmonal); dan
status tanda-tanda vital
Criteria hasil
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan, dan status
mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen, kenaikan berat badan)
3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri,
palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
Aktivitas kolaboratif
1. Nyeri akut
Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-
5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
onformasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0= tidak
ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interksi obat, kewaspadaan khusus
saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
2. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak
dapat dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan
4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis, risiko
ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4
jam selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu
1. Intoleransi aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat, dan perawatan diri : ASK
(dan AKSI)
Criteria hasil
Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Aktivitas kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan ketahanan), atau
reasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa dirumah
4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
peralatan rumah, jika perlu
5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan yang kaya
energy
7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung
DAFTAR PUSTAKA
Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.