Anda di halaman 1dari 6

1. Cara berpikir kritis.

Seorang bidan yang professional harus memiliki karakteristik dalam berpikir


kritis. Hal ini meliputi seorang bidan mampu mempertimbangkan sesuatu sesuai
dengan alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif, mampu menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi bukti-bukti yang ada terkait masalah yang akan
dipecahkan, memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving).
Karakteristik lainnya menurut beberapa ahli adalah seorang bidan mampu membuat
suatu kesimpulan dari berbagai informasi yang diperoleh, dari berbagai hasil
pemeriksaan yang telah dikumpulkan dengan adanya bukti, membuat argument yang
beralasan untuk mendukung kesimpulan dan menjelaskan pola fikir yang telah
terbentuk dari hasil kegiatan langkah-langkah karakteristik sebelumnya.
Cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis diantaranya pertama
adalah membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seorang profesi bidan
harus bisa membaca dengan kritis pula. Semua informasi yang didapat dari berbagai
sumber harus dipikirkan secara kritis, disesuaikan dengan kondisi klien disaat
memberikan suatu asuhan. Membaca kritis berarti menerapkan
keterampilanketerampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks
dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari logika dan kredibilitasnya, merefleksika
kandungan teks dengan pendapat sendiri dan membandingkan tes yang satu dengan
yang lainnya yang memiliki keterkaitan (OU, 2008)
Cara kedua adalah menulis dengan kritis. Seorang profesi bidan yang telah
melakukan membaca dengan kritis harus menuliskan semua pemahaman yang ada
dalam bentuk tulisan. Salah satu contohnya adalah dokumentasi dalam manajemen
asuhan kebidanan. Dokumentasi tersebut merupakan suatu media bagi profesi bidan
untuk menuangkan semua asuhan yang telah diberikan dan menjadi acuan untuk
asuhan berikutnya.
Cara ketiga adalah meningkatkan analisis dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan
kebidanan yang telah dituliskan dapat menjadi bahan diskusi untuk dievaluasi atau
mencari penyelesainan masalah atau mendiskusikan hal terburuk yang mungkin
terjadi.
Cara keempat adalah mengembangkan kemampuan observasi. Observasi atau
mengamati suatu kondisi klien akan memudahkan seorang profesi bidan untuk
menarik kesimpulan dari kondisi klien yang diamati. Pengamatan tersebut dikritisi dan
pengamatan yang ia dapatkan bisa menjadi acuan untuk menarik kesimpulan yang
berdampak pada pembuaan keputusan.
Cara kelima yaitu meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan
refleksi.Pengajuan pertanyaan yang bermutu yaitu pertanyaan yang tidak memiliki
jawaban benar atau salah atau pertanyaan yang mengharuskan seorang profesi bidan
menjelaskan sehingga memperbanyak berpikir. Berpikir kritis memungkinkan perawat
dan atau bidan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan data yang ia dapatkan,
mampu mempertimbangkan alternatif, sehingga asuhan kebidanan dan perawatan
klien berkualitas tinggi dan berpikir reflektif berarti bidan bukan hanya menerima
laporan dan tugas melakukan asuhan kebidanan lanjutan tanpa pemahaman yang
signifikan dan evaluasi (Mottola, 2001)
Praktisi terampil dapat berpikir kritis karena mereka memiliki keterampilan
kognitif dengan mencari informasi, diskriminasi, menganalisis, mengubah
pengetahuan, prediksi/asumsi, menerapkan Standar, dan alasan-alasan logis.

2. Langkah-langkah dalam memecahkan masalah.


a. Mengidentifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang sangat jelas dan spesifik adalah langkah awal yang
penting. Keberhasilan identifikasi akan mendukung akurasi dan validasi data dalam
proses pemecahan masalah. Dalam mengidentifikasi masalah ada beberapa teknik yang
digunakan, yaitu : dengan teknik pengamatan langsung, teknik consensus seperti matrik
prioritas dan Teknik Analisis data.

b. Mendefinisikan Masalah
Setelah masalah telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan
masalah yang kemudian akan menjadi informasi lebih rinci. Selanjutnya dapat
ditetapkan signifikansi masalah dan prioritas masalah sehingga akan lebih efisien
dalam pemecahan masalah. Ini juga merupakan langkah awal menuju mendapatkan
pendanaan dan rencana untuk mengalokasikan sumber daya untuk proses pemecahan
masalah.

c. Mengorganisir Informasi
Informasi yang tersedia akan lebih berkualitas, lebih maksimal dan akurat
apabila diorganisir atau diatur dengan baik sehingga lebih siap dengan solusi yang
akurat kedepannya.

d. Membentuk suatu Strategi


Selanjutnya adalah mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah.
Banyak strategi yang dapat digunakan tergantung pada jenis dan beratnya masalah
yang dihadapi.

e. Mengalokasikan Sumber
Sebelum mulai untuk memecahkan masalah, Prioritas masalah yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya sangat diperlukan dalam mengalokasikan sumber
daya yang dimiliki, baik itu SDM, anggaran atau sumber daya yang lain. Untuk
masalah yang penting, mungkin selayaknya mengalokasikan lebih banyak sumber daya
untuk proses pemecahan masalah, karena supaya lebih cepat tuntas atau tidak berlarut-
larut masalah tersebut dan tidak menimbulkan masalah lainnya yang berkaitan.

f. Membuat Keputusan
Setelah melaui beberapa tahapan dan menghasilkan berbagai macam opsi,
langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan melalui sikap realistis dan berfikir
yang logis atas kelebihan dan kekurangan potensi masing-masing opsi untuk memilih
beberapa opsi yang diinginkan.

g. Pemantauan Kemajuan (Monitoring)


Setelah Solusi telah diputuskan atau ditetapkan dan dalam proses pelaksanaan
untuk pemecahan masalah, langkah berikutnya adalah melakukan pemantauan secara
berulang dari waktu ke waktu untuk mengukur apakah menunjukkan pergerakkan ke
arah tujuan atau tidak sama sekali.

h. Mengevaluasi
Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa
informasi yang penting untuk dilakukan suatu evaluasi atau penilaian. Apakah solusi
tersebut tetap dilanjutkan, menyarankan perbaikan, dilakukan revisi atau dihentikan
sama sekali jika tidak ada kemajuan sedikitpun.

3. Proses pengambilan keputusan berpikir kritis dalam kebidanan.


Bidan sebagai praktisi maupun dalam pendidikan harus menggunakan unsur-
unsur dasar dalam berpikir kritis agar asuhan kebidanan yang akan diberikan
berkualitas. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah konsep. Seorang bidan harus
memahami konsep dasar manajemen asuhan kebidanan, konsepkonsep dasar
kebidanan baik definisi, aturan yang mengikat atau etika profesi dan prinsip-prinsip
dari konsep kebidanan tersebut.
Unsur kedua adalah asumsi, yaitu dugaan sementara oleh bidan terhadap kasus
kebidanan yang ditangani. asumsi akan menjadi diagnosa nyata setelah bidan
melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif secara akurat dan diolah dengan
berpikir kritis, analisis dan logis.
Unsur ketiga adalah implikasi dan konsekuensi. Bidan melakukan suatu
tindakan dan bertanggungjawab untuk setiap konsekuensi yang timbul dari masing-
masing tindakan yang telah dilakukan karena setiap tindakan memiliki alasan atau
rasionalnya.
Unsur keempat adalah tujuan. Manajemen asuhan kebidanan harus jelas tujuan
dan rasional. Unsur kelima adalah pertanyaan atas isu yang ada. Bidan dalam
melakukan manajemen asuhan kebidanan harus memecahkan semua pertanyaan atau
isu yang ada.
Unsur keenam adalah informasi akurat, yaitu manajemen asuhan kebidanan
harus didapat dari data yang akurat, jelas sumber, fakta ataupun melakukan observasi
langsung. Unsur ketujuh adalah interpretasi dan inferensi. Manajemen asuhan
kebidanan akan memberikan hasil akhir sehinggadapat mengambil keputusan terhadap
asuhan kebidanan yang diberikan.

4. Penerapan Berpikir Kritis


a. Mengidentifikasi Masalah
Seorang ibu hamil 32 minggu berusia 18 tahun datang ke puskesmas untuk
ANC rutin sendirian. Ketika pemeriksaan diketahui bahwa kadar hemoglobin ibu
10g/dL (normalnya 11 g/dL).
b. Mendefinisikan Masalah
Ibu mengalami anemia ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya
asupan gizi, terutama zat besi. Kebutuhan zat besi pada tubuh ibu hamil terus-
menerus meningkat sesuai dengan usia kehamilan. Ibu kemudian ditanyai perihal
tablet besi yang sudah diberikan pada pemeriksaan sebelumnya. Ternyata ibu
tidak mengonsumsi tablet besi dengan rutin sesuai anjuran bidan. Menurut
anamnesa, ibu kurang semangat dalam menjalani kehamilannya dikarenakan itu
merupakan kehamilan yang tidak dikehendaki.

c. Mengorganisir Informasi
Kurangnya dukungan dari keluarga juga dibuktikan dengan ibu yang
berangkat ke puskesmas sendiri dengan menggunakan motornya. Ibu juga
mengatakan jika ia tidak terlalu suka mengonsumsi suplemen setiap hari karena
rasanya tidak enak. Ibu juga kadang lupa dan masih mual ketika mengonsumsi
tablet besi.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, hasil survei anemia pada ibu
hamil di 15 kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2007 menunjukkan bahwa
prevalensi anemia ibu hamil adalah 57,7%. Pencegahan anemia defisiensi besi
telah lama dilakukan di Indonesia. Salah satu pencegahannya melalui program
suplementasi besi dan asam folat pada ibu hamil dengan melaksanakan pemberian
tablet besi folat secara gratis. Kepatuhan dalam menonsumsi tablet besi folat
merupakan salah satu faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam
keberhasilan program suplementasi besi selain penyediaan tablet besi dan sistem
distribusinya (Maryani, I Made Alit. 2006 dalam Budiarni, Widya. 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan (Budiarni, Widya. 2012), dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kepatuhan
mengonsumsi tablet besi folat.
d. Membentuk Suatu Strategi
Mengacu pada hal tersebut, bidan harus memotivasi ibu untuk lebih
menghargai kehamilannya demi kesehatan anak yang akan ia lahirkan dan
keselamatan dirinya sendiri. Kemudian, pendidikan kesehatan tentang pentingnya
konsumsi tablet besi selama kehamilan juga diberikan agar ibu paham dan patuh.
Selain itu, apabila anemia yang diderita ibu mengarah pada anemia berat,
dapat dilakukan transfusi darah.
e. Mengalokasikan Sumber
Tablet besi yang memang disediakan secara gratis untuk ibu hamil. Jadi,
belum diperlukan sumber daya yang harus dialokasikan khusus untuk kasus ini.
Sedangkan untuk transfusi darah diperlukan rujukan ke fasilitas yang lebih
memadai.
f. Membuat Keputusan
Ibu mengalami anemia ringan sehingga keputusan yang diambil bidan adalah
memberikan tablet besi. Bidan juga memberikan semangat dan dukungan dari
orang di sekitarnya. Apabila keluarga tidak banyak membantu, maka tugas tenaga
medis untuk memberikan pengertian lebih. Mengedukasi ibu untuk menjaga
kehamilannya, apalagi ibu sudah di trimester 3 dan beberapa minggu lagi akan
melangsungkan persalinan pertamanya. Ibu membutuhkan suplai darah yang lebih
untuk menghadapi persalinan.
g. Pemantauan Kemajuan (Monitoring)
Satu bulan berikutnya, ibu mulai rutin datang ke puskesmas untuk
memeriksakan kehamilannya dan tentu saja diberikat tablet besi.
h. Mengevaluasi
Setelah kurang lebih 6 minggu, ibu melakukan pemeriksaan rutin. Dilakukan
pengecekan hemoglobin juga dan ibu sudah tidak mengalami anemia lagi karena
kadar hemoglobinnya sudah meningkat menjadi 12g/dL.

Anda mungkin juga menyukai