Anda di halaman 1dari 11

KONFLIK BATIN TOKOH DALAM NOVEL BEKISAR MERAH KARYA

AHMAD TOHARI
Octhasya Kurnia Ayu Pratiwi
Agus Nuryatin dan Suseno
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang
Ayu23101994@gmail.com

Abstrak
Skripsi ini berjudul Konflik Batin Tokoh dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad
Tohari menggunakan kajian Psikologi kepribadian sigmund Freud. Persoalan-
persoalan psikologis yang terjadi dalam kehidupan pada akhirnya menimbulkan
konflik. Konflik adalah sebuah keadaan di mana satu dan lain hal saling berselisih
sehingga dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Tokoh yang bernama Lasi
dan Kanjat dalam novel Bekisar Merah memiliki dua atau lebih keinginan yang
bertentangan sehingga menimbulkan konflik batin dalam diri mereka. Permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Apa sajakah wujud konflik batin tokoh
yang terdapat dalam novel Bekisar Merah (2) Faktor-faktor apa sajakah yang
menyebabkan terjadinya konflik batin tokoh dalam novel Bekisar Merah (3) Apa
akibat dari konflik batin yang dialami tokoh dalam novel Bekisar Merah Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan psikologi sastra dengan teori
psikologi kepribadian Sigmund Freud tentang struktur kepribadian. Teori tersebut
digunakan untuk menemukan wujud konflik batin, faktor akibat konflik batin, dan
akibat dari konflik batin tokoh dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari.
Hasil Penelitian ini adalah (1) wujud konflik batin berupa bimbang dalam
menghadapi masalah, harapan tidak sejalan dengan kenyataan, dan pilihan tidak
sesuai keinginan. (2) Faktor penyebab konflik batin berupa faktor eksternal yaitu
perasaan kecewa terhadap orang terdekat, krisis kepercayaan diri, dan keinginan
untuk naik status sosial. (3) akibat konflik batin berupa frustasi, kekecewaan,
ketidakberdayaan, dan kemarahan.
Kata kunci: konflik batin, psikologi sastra, sigmund freud

PENDAHULUAN
Novel sebagai sebuah bentuk karya sastra mensajikan persoalan yang tidak
lepas dari kehidupan nyata. Sumardjo ( 1994:29) mengatakan bahwa novel adalah
cerita berbentuk prosa dengan ukuran yang luas yang terdiri dari alur yang kompleks,
karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana dan setting yang beragam.
Dalam hal ini, karya sastra berupa novel menjadi obyek bagi pengarang dalam
mengungkapkan gejolak emosinya, misalnya perasaan sedih, kecewa, senang dan
lain sebagainya. Menurut Siswantoro (2004:23) Karya sastra tidak hanya sekadar lahir
di dalam dunia yang kosong melainkan dilahirkan dari proses pengalaman realita
manusia yang diserap. Realita tersebut yang mempengaruhi jalan cerita hingga
akhirnya menimbulkan sebuah konflik. Konflik yang dihadirkan oleh pengarang pada
dasarnya tidak berada jauh dari kehidupan pengarang tersebut sebagai manusia yang
hakikatnya adalah makhluk sosial. Munculnya konflik dapat di dasari oleh berbagai
macam hal baik yang berasal dari diri manusia itu sendiri maupun dari orang lain.
Permasalahan dalam bentuk konflik-konflik tersebut akan dituangkan dalam
karya sastra yang kemudian diteliti guna mengembangkan ilmu sastra. Sebagai sebuah
disiplin ilmu, sastra dapat berkembang apabila memiliki konsep, teori, dan metode
yang dipertajam. Meski sastra berkaitan dengan kreativitas manusia penelitian
terhadapnya juga membutuhkan teori. Dalam hal ini, psikologi dirasa tepat untuk
menjadi landasan teori yang mendampingi penelitian mengenai novel Bekisar Merah
karya Ahmad Tohari.
Dalam Novelnya yang berjudul Bekisar Merah Ahmad Tohari sekali lagi
memuaskan para pembacanya melalui konflik yang disampaikan. Konflik yang
sebenarnya sudah menjadi rahasia umum namun tidak banyak dibahas secara luas dan
terbuka. Melalui karyanya, Ahmad Tohari menggambarkan kemelut hidup seorang
gadis bernama Lasiyah yang selalu dihadapkan pada keputusan-keputusan yang sulit
diambilnya.Tokoh-tokoh lain yang hadir saling memiliki keterkaitan atas konflik batin
yang dialami oleh masing-masing. Sedikit banyaknya konflik yang mereka alami
menguji kesanggupan mereka untuk mengendalikan diri.
Penelitian ini mendeskripsikan konflik batin yang dialami tokoh dalam novel
Bekisar Merah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ada tiga tujuan
penelitian yang diungkap dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan wujud
konflik batin tokoh yang terdapat dalam novel Bekisar Merah (2) mendeskripsikan
faktor penyebab konflik batin tokoh dalam novel Bekisar Merah (3) mendeskirpsikan
akibat konflik batin yang dialami tokoh dalam novel Bekisar Merah.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan menggunakan penafsiran kemudian disajikan dalam
bentuk dekripsi yang berikutnya dianalisis menggunakan teori psikoanalisa
kepribadian Sigmund Freud. Sumber data dalam penelitian ini adalah sebuah novel
berjudul ‘Bekisar Merah’ karya Ahmad Tohari. Cetakan kedua yang diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Februari 2011 dan terdiri dari 360
halaman.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis heuristic-hermeneutic. Teknik
tersebut sesuai untuk menganalisis data yang berupa kutipan yang terdiri dari
kalimat, kata, maupun frasa yang mengandung makna tertentu. Heuristic adalah
langkah untuk memperoleh makna melalui pengkajian bahasa dengan menafsirkan
teks sastra.Terdapat beberapa langkah untuk mendapat hasil tafsiran yang baik atau
hampir mendekati apa yang dimaksud yaitu mengungkap kata-kata yang di awali
dari interpretasi secara menyeluruh kemudian penjelasan untuk penafsiran guna
memperbaiki pemahaman dan yang terakhir penerjemahan untuk memperoleh
keterkaitan makna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konflik Batin dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari
Hasil penelitian terhadap konflik batin tokoh dalam novel Bekisar Merah karya
Ahmad Tohari difokuskan terhadap tiga hal, yakni wujud, faktor, dan akibat konflik
batin yang dialami tokoh.
Wujud Konflik Batin Tokoh dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari
Konflik batin yang terjadi pada tokoh dalam novel Bekisar Merah disebabkan oleh
banyaknya masalah yang hadir dalam kehidupan mereka. Konflik batin tersebut
terjadi karena hal-hal yang berseberangan yang harus mereka hadapi. Wujud dari
konflik batin tersebut adalah bimbang dalam menghadapi masalah, harapan tidak
sejalan dengan kenyataan, dan pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan
Bimbang dalam menghadapi masalah
Kebimbangan nerupakan salah satu wujud dari konflik batin yang dialami oleh
tokoh Lasi. perasaan bimbang tersebut terjadi karena tokoh Lasi mengalami
guncangan dan cobaan. Salah satunya ketika ia merasa dikhianati oleh Darsa,
suaminya sendiri. Lasi tidak mengerti mengapa suaminya bisa melakukan hal
semacam itu kepada dirinya. Kebimbangan tersebut membuat tokoh Lasi memilih
untuk melarikan diri dari rumahnya meskipun tidak sepenuhnya Lasi yakin sanggup
melakukannya.
Truk dari Karangsoga bergerak lagi setelah berhenti selama lima jam
di depan warung bu Koneng. Lasi memandang kepergian truk yang telah
membawanya kabur sangat jauh dari rumah. Keterasingan tiba-tiba mengggigit
dirinya setelah truk bersama sopir dan kernetnya lenyap dari pandangan mata.
Kosong dan buntu. Lasi berbalik dan ingin duduk di atas dipan kayu di emper
warung. Bu Koneng masih di sana.
(Tohari, 2011: 68)

Id dan ego yang tidak sejalan menyebabkan kebimbangan dalam diri tokoh
Lasi sehingga timbulah konflik batin karena dua sisi yang menuntut untuk dipenuhi
secara bersamaan. Dua hal tersebut adalah perasaan kecewa yang menyebabkan
tokoh Lasi tidak ingin kembali ke Karangsoga tetapi disatu sisi tokoh Lasi juga
merasa asing berada di tempat yang baru ia tinggali.
Perasaan marah yang muncul dari idmengatakan bahwa ia harus tetap tinggal
di tempat barunya sekarang karena kesalahan yang dibuat Darsa sudah begitu
menyakiti sehingga sulit untuk dapat kembali namun ego mengatakan bahwa ia
tidak nyaman berada di tempat barunya sekarang sehingga perasaan asing pun
muncul dan menyelimuti diri tokoh Lasi. Pada akhirnya karena perasaan kecewa
tokoh Lasi sudah teramat dalam superego-nya mengatakan bahwa ia tidak bisa lain
kecuali memandangi truk milik Pardi pergi menjauh dan pulang ke Karangsoga.
Harapan yang tidak sejalan dengan kenyataan
Sesuatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dapat menimbulkan
seseorang mengalami konflik batin. Seperti harapan yang tidak sejalan dengan
kenyataan yang dapat membuat seseorang berada dalam situasi tidak
menyenangkan karena keinginannya tidak tercapai. Berikut wujud harapan yang
tidak sejalan dengan kenyataan yang dialami oleh tokoh Lasi dan Kanjat.
Keduanya merasa ada getaran hangat dalam genggaman tangan
masing-masing. Lasi makin erat menggenggam tangan Kanjat.
Matanya berlinang. Bibirnya bergetar. Kanjat bergerak ke pintu. Bisu.
Tetapi tiba-tiba Lasi menahan langkah Kanjat.
(Tohari, 2011: 187)
Dalam kutipan di atas tokoh Lasi yang berada di kediaman Bu Lanting
merasa senang karena mendapat kunjungan dari Kanjat teman masa kecilnya yang
ia sukai namun tokoh Lasi tidak tahu apa yang harus diperbuat atau dikatakan
pada Kanjat saat itu sehingga yang terjadi hanya percakapan kaku sampai saat
Kanjat hendak undur diri tokoh Lasi masih banyak terdiam. Tokoh Lasi berharap
bahwa Kanjat masih tetap tinggal di sana bersamanya namun kenyataan bahwa
Kanjat hanya sedang berkunjung sehingga harus pamit pulang membuat harapan
tokoh Lasi tidak berjalan sesuai dengan kenyataan yang dialaminya.
Id mengharapkan Kanjat tinggal setidaknya lebih lama untuk
menemani tokoh Lasi karena ia kesepian lagipula menyukai Kanjat sejak kecil
namun kenyataan berkata lain bahwa Kanjat memang tidak bisa tinggal lebih lama
lagi karena kanjat tak punya cukup alasan kuat untuk tinggal di sana lebih lama.
Harapan dari naluri id mendorong ego untuk melakukan sesuatu yakni menahan
Kanjat untuk pulang namun Kanjat tetap harus pulang. Dalam hal ini ego tokoh
Lasi berwujud tindakan untuk menahan kepulangan Kanjat. Hal tersebut membuat
tokoh Lasi memiliki harapan yang tidak sejalan dengan kenyataannya.
Pilihan tidak sesuai dengan keinginan
Pilihan yang tidak sesuai keinginan merupakan salah satu wujud dari konflik
batin dalam novel Bekisar Merah. Keadaan tersebut terjadi karena disaat
membuat sebuah pilihan tokoh dihadapkan pada situasi dan tekanan-tekanan yang
menyebabkan keputusan yang dibuat menempatkan diri dalam posisi yang tidak
menyenangkan. Berikut kutipannya,
Lasi yang tak asing dengan lumpur sawah, entah mengapa
merasa jijik dengan lumpur pasar. Hanya karena tak ingin
menyinggung Bu Koneng, Lasi ikut kemana saja induk semangnya
yang baru itu pergi.
(Tohari, 2011: 71)

Konflik batin yang terjadi dalam diri tokoh Lasi berwujud pilihan yang
akhirnya tidak sesuai dengan keinginannya. Seperti dalam kutipan di atas yang
menggambarkan situasi ketika tokoh Lasi berada dalam pelariannya dari
Karangsoga karena sakithati oleh Darsa. Tokoh Lasi menginap sementara di
warung tempat tinggal Bu Koneng di kota. Tidak ingin dianggap menumpang,
tokoh Lasi membantu pekerjaan warung yang ia bisa salah satunya berbelanja
dengan Bu Koneng.
Id merasa tidak nyaman dengan keadaan yang dialami saat ini namun tokoh
Lasi terjebak pada keputusan-keputusan antara ego dan superego. Ego tertekan
oleh superego yang merasa telah banyak dibantu oleh Bu Koneng dalam masa
pelariannya. Pada saat tersebut hanya Bu Koneng yang membantu tokoh Lasi
dengan memberikan tempat tinggal secara cuma-cuma sehingga superego tidak
mungkin menolak untuk pergi ke pasar dan bersentuhan dengan lumpur yang
membuat ego merasa tidak nyaman. Hal ini menunjukan bahwa pilihan yang
dibuat oleh Lasi tidak sesuai dengan keinginannya. Tokoh Lasi tetap menemani
Bu Koneng pergi ke pasar dan bersentuhan dengan lumpur yang membuatnya jijik
karena perasaan tidak enak dan hutang budi meski sebenarnya ia enggan
melakukannya.

Faktor-Faktor Penyebab Konflik Batin Tokoh dalam Novel Bekisar Merah


Karya Ahmad Tohari
Setiap permasalahan pasti memiliki latar belakang munculnya permasalahan
tersebut begitu pula dengan konflik batin. Konflik batin yang harus dialami oleh
tokoh dalam novel Bekisar Merah terjadi karena faktor eksternal yakni perasaan
kecewa oleh orang terdekat, krisis kepercayaan diri, dan keinginan naik status
sosial untuk mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar. Hal tersebut terjadi
karena pengaruh dari luar diri tokoh yang pada akhirnya membuat tokoh
mengalami konflik batin.
Perasaan kecewa terhadap orang terdekat
“Mas Pardi.” Kata Lasi tiba-tiba, “Bumi langit jadi saksi bahwa
aku pergi atas kemauanku sendiri. Ayolah. Atau bila kalian keberatan
aku akan turun dan duduk di depan roda. Bagaimana?”
Lasi mulai menangis. Kini ia mulai sadar akan apa yang sedang
dilakukannya : lari meninggalkan Karangsoga.
Lasi merasa ragu dan takut.Namun rasa sakit karena perbuatan
Darsa dan lebih-lebih rasa sakit karena merasa dirinya tak lagi
berharga untuk seorang suami membuat tekadnya lebih pekat.
(Tohari, 2011: 61)

Melalui kutipan di atas tokoh Lasi mencoba mengatakan bahwa


perlakuan yang ia terima dari Darsa yang pada saat itu menjadi suaminya
sungguh membuat hatinya terluka. Tokoh Lasi merasa bahwa selama ini tidak ada
yang tidak ia berikan kepada Darsa. Dengan segala keterbatasan Darsa sebagai
suami, tokoh Lasi mau menerima keadaannya dengan sabar. Bahkan ketika Darsa
tertimpa musibah yang menyebabkannya harus menderita lumpuh selama
beberapa waktu, tokoh Lasi dengan ikhlas dan lapang dada merawat dan
mengupayakan kesembuhan Darsa. Tokoh Lasi selalu setia dan menerima Darsa
apa adanya sampai suatu malam ketika Darsa akhirnya sembuh, Darsa justru
melakukan perbuatan zina dengan perempuan lain. Tokoh Lasi yang mendengar
kabar itu dari orang-orang kampung merasa hancur.
Tokoh Lasi akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan
Karangsoga meski sebenarnya ia berat hati untuk melakukannya. Tanpa persiapan
pergi yang matang tokoh Lasi merasa ragu untuk meninggalkan Karangsoga
namun pada akhirnya semua terkalahkan oleh rasa sakit dan marahnya kepada
Darsa.
Melalui kutipan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kenyataan
yang menimpa tokoh Lasi menyebabkan ia mengalami kekecewaan terhadap
orang terdekatnya. Hal tersebut menjadi salah satu faktor pendorong tokoh Lasi
mengalami konflik batin. Perasaan kecewa tokoh Lasi terjadi karena ia merasa
dikhianati oleh suaminya sendiri tanpa tahu sebabnya. Tokoh Lasi merasa telah
melakukan kewajiban sebagai seorang istri dengan baik namun ia malah
diperlakukan seperti itu.
Kutipan di bawah ini menunjukan kenyamanan yang ditemukan tokoh
Lasi yang berada jauh dari kampung halamannya. Meski tidak sepenuhnya
merasa nyaman tapi tokoh Lasi merasa bahwa Bu Koneng adalah satu-satunya
orang yang bisa ia ajak biacara saat ini sehingga ia menumpahkan segala keluh
kesahnya kepada Bu Koneng. Purik adalah perbuatan meninggalkan rumah
karena marah. Tokoh Lasi bertindak sedemikian karena di dasari faktor eksternal
yakni perasaan kecewa terhadap Darsa.
Krisis kepercayaan diri
“Lasi-pang, si Lasi anak Jepang.” Ujar yang satu sambil
memonyongkan mulut dan menuding wajah Lasi. Seorang lagi
menjulurkan lidah.
“Emakmu diperkosa orang Jepang.Maka pantas matamu
kaput seperti orang Jepang.”Ejek yang kedua.
“Alismu seperti cina.Ya, kamu setengah cina.”
“Aku Lasiyah, bukan Lasi-pang.” Teriak Lasi membela diri.
(Tohari,2011: 26)

Selain faktor eksternal berupa perasaan kecewa teradap orang terdekat,


krisis kepercayaan diri juga menjadi salah satu pendorong terjadinya konflik batin
terhadap tokoh dalam novel Bekisar Merah. Seperti dalam kutipan di atas yang
menunjukan bahwa tokoh Lasi yang mendapatkan cemoohan dari teman-
temannya semasa kecil menjadi kurang rasa percaya diri. Padahal perbedaan yang
ada pada diri tokoh Lasi bukanlah hal yang buruk meski begitu teman-temannya
menanggapi lain. Mereka sering mengejek tokoh Lasi dengan ucapan yang tidak
pantas karena fisiknya berbeda. Tokoh Lasi memiliki mata kaput khas orang
Jepang dan kulit yang putih sementara teman-teman sebayanya memiliki kulit
sawo matang dan berwajah asli Indonesia. Perbedaan tersebut yang membuat
tokoh Lasi menjadi bahan ejekan semasa kecil.
Perbedaan fisik yang seharusnya disyukuri oleh tokoh Lasi justru
membuatnya menjadi bahan bulan-bulanan ejekan dan itu menjadi penyebabnya
mengalami krisis kepercayaan diri. Tokoh Lasi sering bertanya kenapa ia berbeda
dan apakah benar hal tersebut ia peroleh dari ayahnya. Pertanyaan lain pun timbul
seperti bagaimana ibu bertemu dengan ayahnya? Dan di mana ayahnya sekarang?
Namun semua menjawab jawaban yang tidak pasti. Tokoh Lasi yang berbeda
fisiknya dari orang Karangsoga kebanyakan seharusnya mendapat dukungan
berupa pujian namun yang ia peroleh semasa kecil hanyalah ejekan dari teman-
temannya sehingga ia selalu merasa aneh dan berbeda sehingga tokoh Lasi
merasa rendah diri.
Keinginan untuk naik status sosial
Dulu hanya untuk membeli selembar kain batik kodian, Lasi
harus menabung sampai berbulan-bulan. Hal itu bahkan tidak bisa
dilakukan tanpa mengurangi jatah makan. Atau untuk membeli dua
gram cincin emas 18 karat, Lasi hanya mengalaminya dalam mimpi.
(Tohari, 2011:142)

Keinginan untuk mencapai status sosial yang lebih daripada sebelumnya


menjadi salah satu faktor tokoh Lasi mengalami konflik batin. Hal tersebut terjadi
karena tokoh Lasi yang miskin selalu mendapat cemooh dari warga sehingga saat
mendapat tawaran menjadi istri seorang Handarbeni yang kaya raya, tokoh Lasi
mulai mempertimbangkannya. Meskipun dengan berat hati dan perasaan janggal
karena Handarbeni sudah tua dan memiliki istri lain, tokoh Lasi pada akhirnya
menerimanya karena tergiur oleh janji kompensasi berupa kehidupan yang mewah
apabila ia mau menjadi istrinya.
Keinginan untuk naik status sosial tersebut dipengaruhi oleh rasa
dendam tokoh Lasi yang semasa hidup di Karangsoga selalu miskin. Meski
awalnya menerima keadaan tersebut, tokoh Lasi mulai sadar ketika dikhianati oleh
Darsa. Dirinya yang selalu tabah dalam mendampingi Darsa di masa-masa sulit
selama perkawinan dibalas dengan pengkhianatan. Sehingga ketika tokoh Lasi
mendapat kesempatan untuk menikmati segala kemewahan tanpa harus bersusah
payah tokoh Lasi mulai berpikir untuk menerimanya. Hal tersebut yang membuat
tokoh Lasi mengalami konflik batin karena keinginannya untuk naik status sosial
karena ia ingin menunjukan bahwa ia bisa tanpa Karangsoga namun disatu sisi
harus menerima pinangan seorang pria lewat paruh baya yang sudah beristri.

Akibat Konflik Batin Tokoh dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari
Konflik batin yang dialami oleh para tokoh dalam novel ‘Bekisar Merah’
karya Ahmad Tohari mengakibatkan beberapa hal yakni frustasi, kekecewaan,
ketidakberdayaan, dan kemarahan. Hal tersebut terjadi karena tokoh tidak dapat
mengontrol tuntutan hidup yang berakibat pada kegoncangan. Berikut penjelasan
beberapa akibat konflik batin yang dialami oleh tokoh,
Frustrasi
Frustasi merupakan sebuah perasaan tertekan akibat kegagalan dalam
mengerjakan sesuatu karena munculnya hambatan. Berikut kutipannya,
Lari dan mbalelo adalah satu-satunya cara untuk
melampiaskan perlawanan sekaligus membela keberadaannya. Lari
dan lari meski Lasi sadar tak punya tempat untuk dituju.
(Tohari 2011: 61-62)

Kutipan di atas menunjukan perasaan frustasi yang dialami oleh tokoh Lasi
yang diakibatkan oleh pengkhianatan yang dilakukan suaminya. Tokoh Lasi
membuat keputusan untuk pergi meninggalkan Karangsoga padahal ia tidak
mempunyai arah dan tujuan. Kegalauan tokoh Lasi atas keadaan yang
menimpanya menempatkan ia dalam situasi yang serba salah. Ia tidak bisa tetap
tinggal di Karangsoga karena begitu dalam perasaan kecewa yang harus ia
tanggung karena pengkhianatan Darsa namun ketika memilih pergi tokoh Lasi
juga tidak tahu harus pergi kemana.
Kekecewaan
Perasaan tidak puas karena keinginannya tidak terpenuhi. Berikut kutipannya.
Kembali duduk seorang diri Lasi malah jadi bimbang. Lasi
menyesal tidak minta ketegasan Kanjat mengapa anak Pak Tir itu
datang dan memintanya pulang.
(Tohari, 2011:130)

Kutipan di atas mengungkapkan bahwa tokoh Lasi mengalami perasaan


kecewa akibat dari konflik batin yang terjadi dalam dirinya ketika Kanjat datang
dan memintanya pulang. Tokoh Lasi mengalami rasa kecewa lantaran ia menolak
ajakan Kanjat terlalu cepat. Penolakan tokoh Lasi didasari atas rasa sakit hatinya
yang belum membaik perihal Darsa.
Perasaan kecewa tokoh Lasi menjadi-jadi saat Kanjat sudah meninggalkan
rumah Bu Lanting. Tokoh Lasi kembali diliputi perasaan asing karena berada jauh
dari Karangsoga. Ditambah rasa sukanya pada Kanjat kembali terusik karena
kedatangan Kanjat yang tiba-tiba. Semua dorongan tersebut menyebabkan konflik
batin yang mengakibatkan perasaan kecewa tumbuh dalam diri tokoh Lasi karena
ia tidak dapat memenuhi keinginannya untuk pulang bersama Kanjat ke
Karangsoga.
Ketidakberdayaan
Sikap pasif untuk mengatasi suatu permasalahan yang timbul
Pernah karena ketiadaan kayu kering dan kebutuhan sangat
tanggung, Lasi harus merelakan pelupuh tempat tidurnya masuk
tungku.
(Tohari, 2011: 15)

Sikap pasif untuk mengatasi sebuah permasalahan yang timbul merupakan


salah satu bentuk akibat dari konflik batin yang dialami oleh seseorang. Hal
tersebut dinamakan ketidakberdayaan. Tokoh Lasi dalam novel ‘Bekisar Merah’
juga mengalami akibat dari konflik batin yang dialaminya berupa sikap tidak
berdaya. Pada kutipan di atas tokoh Lasi berada dalam situasi tidak berdaya di
mana saat ia dalam proses memasak gula dari nira kelapa, api ditungku yang
digunakannya hampir padam lantaran kayu bakarnya habis. Tokoh Lasi tidak bisa
menggantinya dengan kayu baru karena persediaan kayunya masih basah sehingga
tidak mungkin bisa terbakar dan menjadi api yang matang atau tua.
Keadaan tersebut mengharuskan tokoh Lasi mengambil papan dari tempat
tidurnya untuk menggantikan kayu bakar. Ketidakberdayaan tokoh Lasi dapat
dilihat dari keadaannya yang tidak bisa tidak mengambil papan dari tempat
tidurnya meskipun ia sadar bahwa itu adalah satu-satunya tempat tidur yang ia
miliki.
Kemarahan
Perasaan tidak bahagia yang bersifat negatif sehingga muncul potensi untuk
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Berikut kutipannya,
Dan Lasi mencabut kayu penggaris dari ketiaknya, lari menyebrangi
titian dan siap melampiaskan kemarahan kepada para penggoda. Di
bawah kesadarannya Lasi merasa jadi kepiting batu jantan dengan
tangan penjepit kukuh perkasa. Ia takkan segan menggunting hingga
putus leher ketiga anak lelaki itu.
(Tohari, 2011: 26)

Kemarahan adalah salah satu respon negatif yang juga dikeluarkan oleh tokoh
dalam novel ‘Bekisar Merah’ karya Ahmad Tohari. Seperti dalam kutipan di atas
yang menunjukan bahwa tokoh Lasi ingin sekali melakukan kegiatan fisik yang
bersifat melukai untuk membalas perbuatan anak-anak yang selalu berbuat nakal
kepadanya. Gangguan yang diterima tokoh Lasi menjadi pendorong munculnya
kemarahan Lasi karena tokoh Lasi tidak bisa mengelola perasaannya dengan baik.
Dalam kutipan di atas tokoh Lasi membayangkan menjadi seekor kepiting
besar dengan capit besar yang siap menggunting leher anak-anak yang
menggodanya. Namun hal tersebut terjadi dalam alam bawah sadarnya karena
kenyataannya yang dimiliki tokoh Lasi hanya sebuah penggaris dan bukan capit
besar ditangannya.
Tokoh Lasi terhitung tidak sering mengungkapkan kemarahnnya dibanding
akibat-akibat lain yang terjadi karena konflik batin. Setelah kepada teman-
temannya yang selalu mengeluarkan ejekan, tokoh Lasi juga merasa marah saat
Bambung ingin menggugurkan kandungannya.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai konflik batin
tokoh dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari, maka dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut. Pertama, wujud konflik batin yang dialami tokoh dalam
novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari berupa bimbang dalam menghadapi
masalah, harapan yang tidak sejalan dengan kenyataan, dan pilihan yang tidak
sesuai keinginan. Keseluruhan penelitian menunjukan bahwa masalah yang
dialami tokoh disebabkan oleh keadaan id yang tidak terpenuhi karena ditekan
oleh ego dan superego. Keberadaan ego dan superego yang dominan
menyebabkan munculnya konflik batin. Sedangkan bentuk varian yang paling
sering muncul adalah kebimbangan tokoh dalam menghadapi masalah dan pilihan
tokoh yang tidak sesuai dengan keinginan. Kedua, faktor timbulnya konflik batin
tokoh dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari adalah faktor eksternal
yang dipengaruhi oleh lingkungan dan orang lain. Varian dalam faktor eksternal
tersebut adalah perasaan kecewa terhadap orang terdekat, krisis kepercayaan diri,
dan keinginan untuk naik status sosial. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan
bahwa pemicu yang mendorong faktor eksternal yang menimbulkan konflik batin
adalah hubungan sosial tokoh dengan lingkungan sekitarnya yang kurang
harmonis. Ketiga, akibat konflik batin tokoh dalam novel Bekisar Merah karya
Ahmad Tohari meliputi rasa frustasi yang terwujud dalam pelarian dan membenci
diri sendiri, kekecewaan yang timbul saat diceraikan tanpa sebab,
ketidakberdayaan yang muncul karena pasrah saat pernikahannya selalu kandas
dan pasrah saat tidak bisa menyelamatkan orang tersayang, dan kemarahan yang
timbul saat kandungannya hendak digugurkan dan diperlakukan seperti tersangka.
Berdasarkan penelitian kemudian disimpulkan bahwa konflik batin yang dialami
tokoh mengakibatkan rasa frustasi, kekecewaan, ketidakberdayaan, dan
kemarahan.
Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan tentang konflik batin
tokoh dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari untuk selanjutnya akan
dikemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Pertama,
bentuk konflik batin yang terjadi dalam novel tersebut merupakan konflik yang
sering terjadi di dunia nyata. Permasalahan yang menimpa tokoh terjadi karena
perasaan tertekan dan perasaan tidak menyenangkan. Guna menambah
pengetahuan seputar konflik batin, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan kepada pembaca tentang bagaimana menyikapi sebuah
permasalahan dengan baik. Kedua, faktor yang mendasari terjadinya konflik batin
pada tokoh dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari dalam kasus ini
terjadi karena faktor yang berasal dari luar individu. Melalui penelitian ini,
pembahasan tentang konflik batin yang dialami tokoh diharapkan mampu
memberi pemahaman yang lebih luas seputar kejadian atau peristiwa yang dapat
menjadi pemicu timbulnya konflik batin sehingga dapat mengantisipasi dan
menyikapi peristiwa yang berpotensi menjadi konflik batin. Ketiga, akibat dari
konflik batin para tokoh dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari
merupakan akibat-akibat yang pada umumnya terjadi pada seseorang yang sedang
mengalami konflik batin dikehidupan nyata. Berdasarkan penelitian, akibat-akibat
yang telah dijabarkan dalam pembahasan diharapkan dapat memberikan
pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut sehingga dapat mengantisipasi
situasi negatif yang timbul dengan cara lebih bijak dalam mengambil sebuah
keputusan.

DAFTAR RUJUKAN
Ambarini, Ririn. 2009. Konflik Batin Dolour Darcy Pendekatan Psikoanalisa Freud
Terhadap Tokoh Utama Novel Poor’s Man Orange Karya Ruth Park. Tesis.
Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.

Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Effendi, Usman& Juhaya. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.

Fakultas Bahasa dan Seni. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Kepribadian: Paradigma Filosofis, Tipologis, Psikodinamik


dan Organismik-Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Krismaninggar, Niken. 2013. A Psychoanalysis Study of The Reason Behind Mind Character
Changing Attitude In Ahmad Tohari’s Bekisar Merah’s. Jurnal. UKSW.

Kotimah. 2006. “Kepribadian Tokoh Utama Novel Midah Si Manis Bergigi Emas karya
Pramoedya Ananta Toer”. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Koswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik.


Bandung: Eresco.

Lubis, Khatib. 2014. “Analisis Konflik dan Watak tokoh Utama Novel Bekisar Merah karya
Ahmad Tohari”.Telangkai Bahasa dan Sastra. Hlm. 62-73. Sumatera: Universitas
Muhamadiyah Tapanuli Selatan.

Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sasmito, Edy.2013. Struktur Sosial dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari.
Disertasi. Universitas Malang, Malang.

Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta:
Kanisisus

Setiawan, Arif. 2009. Sosok Wanita Jawa dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari
dan Midah Si Manis Bergigi Emas. Jurnal Artikulasi. Universitas Muhamadiah
Malang.
Sujanto Agus, Halem Lubis, Taufik Hadi. 1997. Psikologi Kepribadian. Surabaya: Bumi
Angkasa.

Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tohari, Ahmad. 2011. Bekisar Merah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Walgito, Bimo. 1986. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Wijayanti, Dwi Nureny. 2012. Tindak Tutur dalam Novel Bekisar Merah. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Wiyatmi. 2011. Psikologi Sastra: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Yani, Inda. 2015. Kajian Psikologi Sastra Aspek Kepribadian Tokoh Lasi Novel Bekisar
Merah Karya Ahmad Tohari dan Skenario Pembelajaran dalam Kelas XI
SMA.Volume 3.Nomor 22. Yogyakarta: UniversitasNegeri Yogyakarta.

Zaveira, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Anda mungkin juga menyukai